Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak
bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya
normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab
terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic
ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas
dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui
pompa, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin
yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian
masukan insulin melalui "inhaled powder" (Anonim a, 2009).
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di
dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel ,
gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati
menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh
otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut
sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang
ditemukan pada manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan
sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun
semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan
insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan
mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor
predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira
90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor
lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik
(olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan
berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetic
drugs (Anonima, 2009). Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe 2
dapat dibagi menjadi 4 kelompok:
a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal
b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes
Kimia (Chemical Diabetes)
c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma
puasa < 140mg/dl)
d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma
puasa > 140mg/dl) (Ditjen Bina Farmasi dal ALKES, 2005).
hidup menjadi faktor penyebab terjadinya DM. Penelitian menunjukkan bahwa empat
dari lima penderita DM tipe 2 ternyata mengalami obesitas. Perlu diketahui, sekitar
80% remaja yang obesitas cenderung akan menjadi dewasa yang obesitas pula.
Sedangkan pada anak-anak yang menderita obesitas, sekitar 30-40% nya akan
menjadi orang dewasa yang juga obesitas, akibatnya diabetes pun akan semakin
mudah menyerang.
Pengakuan bahwa 95% dari rawat kesehatan diabetes disediakan oleh diabetisi
sendiri, dan keluarganya, tercermin dalam terminologi saat ini yaitu program edukasi
swa-manajemen diabetes (ESMD). Dengan pengertian bahwa pengetahuan sendiri
tidak cukup untuk memberdayakan orang untuk mengubah perilaku dan memperbaiki
hasil akhir. Dalam laporan teknologi yang memberitahukan panduannya atas
pemakaian model edukasi-pasien, NICE menyediakan suatu tinjauan, bukan sekedar
meta-analisa formal, karena perbedaan rancangan, durasi, pengukuran hasil akhir
dapat mengurangi resiko penyakit Diabetes mellitus tipe 2 (International Diabetes
Federation, 2005).
2.7.2 Perencanaan Makanan
Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur,
maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan
perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :
- Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal
- Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan
janinnya
- Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002).
meningkatkan
kerja
insulin,
membantu
menurunkan
berat
badan,
Rekam medis pasien ini wajib diisi pada semua tindakan medis yang
diinstruksikan oleh dokter dan juga terhadap semua hasil observasi pada pasien
selama dirawat, mengingat arti pentingnya rekam medis ini maka rekam medis ini
harus dibubuhi tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan kesehatan, selain
itu Permenkes ini juga melarang atau tidak memperbolehkan adanya penghapusan
tulisan dengan cara apapun juga, baik dengan menggunakan karet penghapus, tip-ex
serta alat penghapus lainnya. Cukup dengan pencoretan, yaitu dengan sebuah garis,
baru kemudian diparaf (Iskandar, 1998).