Anda di halaman 1dari 12

2.2.1.

Definisi Diabetes mellitus


Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal,
suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan
adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga
elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau
penyembuhan diabetes.
Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh
distribusi glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana berbeda
distribusi glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes. Selain itu
distribusi glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit diabetes atau dengan
kata lain, nilai defenisi diagnosis untuk diabetes didasarkan pada nilai distribusi
glukosa pada tingkat populasi bukan sering atau tidaknya berolahraga. Besarnya
komplikasi mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik menuju ke diabetes. Selain
itu terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan kematian pada penderita
diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal seharusnya
ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana diapresiasikan
dengan peningkatan resiko penyakit CVD (kardiovaskuler).
2.2 Gejala Diabetes mellitus
Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadangkadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatalgatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.
Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu
obesitas dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia,

poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan di dalam


penyusunan diet penderita Diabetes mellitus
2.3 Patofisiologi
Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mbentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel
badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu
bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam
amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk, 2002).
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi
bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan
oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai
bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di
dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit,
yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme itu insulin meme peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di
pankreas (Waspadji, dkk, 2002).
2.4 Penggolongan Diabetes
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes mellitus
yaitu:
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM) adalah
diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat
rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM
dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak
bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya
normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab
terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic
ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas
dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui
pompa, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin
yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian
masukan insulin melalui "inhaled powder" (Anonim a, 2009).
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di
dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel ,
gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati
menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh
otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut
sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang
ditemukan pada manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan
sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun
semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan
insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan
mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor
predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira
90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor
lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik
(olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan
berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetic
drugs (Anonima, 2009). Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe 2
dapat dibagi menjadi 4 kelompok:
a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal
b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes
Kimia (Chemical Diabetes)
c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma
puasa < 140mg/dl)
d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma
puasa > 140mg/dl) (Ditjen Bina Farmasi dal ALKES, 2005).

3. Diabetes mellitus Gestasional


Diabetes Mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk Diabetes Mellitus tipe 2. Sekitar 45% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau
setelah trimester kedua (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).
2.5 Diabetes mellitus tipe 2

ADA (American Diabetes Association) menetapkan kriteria diagnostik


diabetes tipe 2 sebagai berikut:
1. Seseorang dengan gejala hiperglikemia dan random plasma glucose(RPG) atau
glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat
dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau
2. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam
keadaan puasa 126 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat dikatakan
menderita diabetes tipe 2, atau
3. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam
keadaan puasa 110 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat dikatakan
beresiko menderita diabetes tipe 2 (Muhammad, 2009).

2.6 Diabetes mellitus tipe 2 pada anak-anak


Selama ini, diabetes mellitus (DM) identik dengan penyakit keturunan dan
hanya menyerang mereka yang telah berusia lanjut. Namun kenyataannya, DM dapat
menyerang siapa saja, tak kenal usia maupun status ekonomi. Lansia, anak-anak,
kaya, miskin dapat terserang diabetes.
Perubahan gaya hidup adalah salah satu faktor yang menyebabkan tingginya
risiko DM saat ini. Junk food makanan kemasan yang tidak jelas komposisinya serta
banyak lainnya.
DM tipe 2, Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM, terjadi jika
pasokan insulin di pankreas tidak mencukupi sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan pengiriman glukosa ke seluruh sel tubuh,tapi penderitanya tidak tergantung
sepenuhnya pada pasokan insulin dari luar. Umumnya DM tipe 2 tidak disertai
dengan gejala yang spesifik, sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya.
Selama ini, banyak yang menganggap bahwa DM tipe 2 hanya diderita oleh mereka
yang berusia lanjut, padahal kini terbukti DM tipe 2 dapat menyerang kalangan
remaja, bahkan anak-anak.

Obesitas dan perubahan gaya

hidup menjadi faktor penyebab terjadinya DM. Penelitian menunjukkan bahwa empat
dari lima penderita DM tipe 2 ternyata mengalami obesitas. Perlu diketahui, sekitar

80% remaja yang obesitas cenderung akan menjadi dewasa yang obesitas pula.
Sedangkan pada anak-anak yang menderita obesitas, sekitar 30-40% nya akan
menjadi orang dewasa yang juga obesitas, akibatnya diabetes pun akan semakin
mudah menyerang.

Agar anak-anak terhindar dari obesitas

yang bisa menyebabkan diabetes: Menetapkan menu seimbang dengan variasi


sedemikian rupa. 1. Memberikan bekal sekolah yang sehat pada anak
2. Memberi pengetahun nutrisi pada anak (seperti fast food) sehingga mereka mau
menghindari makanan tersebut
3. Mengajarkan olahraga secara rutin
4. Menyediakan camilan yang bergizi
5. Membiasakan pola makan yang teratur, 6 kali sehari yaitu 3x makan besar, dan 3x
cemilan bergizi (Anonim, 2006).
2.7 Penatalaksanaan Diabetes mellitus tipe 2
Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:
1. Penyuluhan (edukasi)
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Obat hipoglikemik
2.7.1 Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi
diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam
pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping
kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan
(Waspadji, dkk, 2002).
Edukasi dalam pengertian yang luas yang mendukung rawat kesehatan
diabetes, pada tiap kontak antara diabetisi dan tim rawat kesehatan. Ini mempersulit
pemisahan aspek-aspek edukasi yang terbaik sebagai faktor penyumbang efektivitas.

Pengakuan bahwa 95% dari rawat kesehatan diabetes disediakan oleh diabetisi
sendiri, dan keluarganya, tercermin dalam terminologi saat ini yaitu program edukasi
swa-manajemen diabetes (ESMD). Dengan pengertian bahwa pengetahuan sendiri
tidak cukup untuk memberdayakan orang untuk mengubah perilaku dan memperbaiki
hasil akhir. Dalam laporan teknologi yang memberitahukan panduannya atas
pemakaian model edukasi-pasien, NICE menyediakan suatu tinjauan, bukan sekedar
meta-analisa formal, karena perbedaan rancangan, durasi, pengukuran hasil akhir
dapat mengurangi resiko penyakit Diabetes mellitus tipe 2 (International Diabetes
Federation, 2005).
2.7.2 Perencanaan Makanan
Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur,
maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan
perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :
- Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal
- Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan
janinnya
- Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002).

2.7.3 Latihan Jasmani


Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran
penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes
adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid
darah,

meningkatkan

kerja

insulin,

membantu

menurunkan

berat

badan,

meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko


kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).
2.7.4 Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur,
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat

dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor


glukosidase alfa (Waspadji, dkk, 2002).
2.8.1 Terapi Insulin
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam
sel glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak
dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah
yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan
akan jadi lemah tidak ada sumber energi di dalam sel. Reseptor insulin ini dapat
diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan
Diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang kuncinya yang kurang, meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Waspadji, dkk, 2002).
Ada berbagai jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama
berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin
untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin), disebut juga insulin reguler. Yang
termasuk disini adalah insulin reguler (Crystal Zinc Insulin/CZI). Saat ini dikenal 2
macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara
lain: Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum
makan, mencapai puncak setelah 1-3 macam dan efeknya dapat bertahan sampai 8
jam.
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan
menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara memperlambat
penyerapan insulin kedalam darah.
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH), Monotard,
Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1,5-2,5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4-15
janm dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.

3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat


Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang.
Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya: Mixtard
30 / 40
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat
dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24
36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard (Anonim, 2008).

2.8.2 Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


Untuk sediaan Obat Hipoglikemik Oral terbagi menjadi 3 golongan:
1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin atau merangsang sekresi insulin di
kelenjar pankreas, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida
(meglitinida dan turunan fenilalanin). Contoh-contoh senyawa dari golongan ini
adalah Gliburida/Glibenklamid, Glipizida, Glikazida, Glimepirida, Glikuidon,
Repaglinide, Nateglinide.
2. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap
insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion,
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara efektif. Contohcontoh senyawa dari golongan ini adalah Metformin, Rosiglitazone, Troglitazone,
Pioglitazone.
3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain Inhibitor -glukosidase yang bekerja
menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan
hiperglikemia post-prandial. Contoh-contoh senyawa dari golongan ini adalah
Acarbose dan Miglitol (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Obat Hipoglikemik Oral:
1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara
bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-obat
tersebut.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.

4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah


menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi, baru pertimbangkan untuk
beralih pada insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab itu
sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada
penderita lanjut usia.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita (Ditjen Bina Farmasi dan
ALKES, 2005).

2.8.3 Terapi Kombinasi


Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau
OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea
dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas
yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua
golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor
insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada
banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendirisendiri (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).
2.9 Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien
pada sarana pelayanan kesehatan, untuk itu rekam medis ini harus dijaga dan
dipelihara dengan baik.

Rekam medis untuk pasien yang rawat inap sekurang-kurangnya harus


membuat data mengenai :
a. Identitas pasien
b. Anamnesis
c. Riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan laboratorium
e. Diagnosis
f. Persetujuan tindakan medis (informed consent)
g. Tindakan / pengobatan
h. Catatan Perawat
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, dan
j. Resume akhir dan evaluasi pengobatan

Rekam medis pasien ini wajib diisi pada semua tindakan medis yang
diinstruksikan oleh dokter dan juga terhadap semua hasil observasi pada pasien
selama dirawat, mengingat arti pentingnya rekam medis ini maka rekam medis ini
harus dibubuhi tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan kesehatan, selain
itu Permenkes ini juga melarang atau tidak memperbolehkan adanya penghapusan
tulisan dengan cara apapun juga, baik dengan menggunakan karet penghapus, tip-ex
serta alat penghapus lainnya. Cukup dengan pencoretan, yaitu dengan sebuah garis,
baru kemudian diparaf (Iskandar, 1998).

Anda mungkin juga menyukai