Anda di halaman 1dari 4

2. patomekanisme penyakit-penyakit tropis dengan gejala gatal?

NAMA : Andri Dwi Heryadi (2011730005)


Gisni Luthviatul Zahra (2012730128)
Oxyuris vermicularis
Cacing gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur, bermigrasi ke daerah perianal untuk
bertelur yang menyebabkan timbulnya gatal. Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi
di sekum. Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi
cacing kremi terjadi bila menelan telur matang atau bila larva dari telur yang menetas di daerah
perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di
duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan
bagian atas ileum.
Referensi : Abidin, S. Alisah N. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Ed.4. Jakarta : FK UI.
Tinea cruris
Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama : perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui
dan diantara sel, dan perkembangan respon host.
1. Perlekatan
Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin
diantaranya sinar UV, suhu, kelembapan, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang
diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat
fungistatik.
2. Penetrasi
Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada
kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi
proteinase, lipase dan enzim mukolitik yang juga menyediakan nutrisi jamur. Dalam hal ini
menyebabkan gatal pada kulit. Kemudian pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai
lapisan terdalam epidermis.

3. Perkembangan respon host


Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi
hipersensitivitas tipe IV memainkan peranan yang penting dalam melawan dermatofita. Infeksi
primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya negative. Infeksi
menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian
keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel Langerhans epidermis
dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan
bermigrasi ketempat infeksi untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi
inflamasi, dan barrier epidermal menjadi permeable terhadap transferrin dan sel-sel yang
bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan sembuh.
Referensi : Price SA, Wilson L.M. patofisiologi. Ed.6. 2006. Jakarta : EGC
Scabies
Gatal pada tubuh dapat disebabkan oleh dua mekanisme, yaitu pruritus primer dan pruritus
sekunder. Pruritus primer merupakan gatal yang terjadi akibat respon primer tubuh terhadap
iritan permukaan atau peradangan yang menyebabkan terjadinya mekanisme pelepasan histamin
selama proses peradangan tersebut. Sedangkan pruritus sekunder merupakan rasa gatal yang
ditimbulkan dari penyakit sistemik tertentu, seperti DM, penimbunan bilirubin pada kulit, dll.
Pruritus primer merupakan mekanisme yang mendasari gatal pada pasien dengan skabies. Gatal
yang terjadi juga dapat disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau terhadap
kulit, yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi tungau pada kulit. Adanya
pergerakan tungau pada stratum korneum epidermis kulit merupakan pencetus awal dari
terjadinya gatal yang intens menyerupai reaksi alergi, dan hal tersebut diperberat dengan
terjadinya peletakan telur-telur tungau di sepanjang burrow atau kunikulus yang dibuat oleh
tungau betina pada epidermis kulit. Selain dua keadaan tersebut, reaksi gatal pada kulit juga
dapat dicetuskan oleh terdapatnya substansi hasil proses moulting dari proses metamorfosis
tungau didalam tubuh.
Ketika seseorang terinfestasi dengan tungau skabies untuk pertama kali, gejala gatal yang
dialami baru akan muncul hingga 2-6 minggu pasca infestasi. Hal ini dapat terjadi, karena pada
awalnya, parasit akan mengubah kode genetiknya, sehingga antibodi dari tubuh host tidak akan

mengenali parasit tersebut sebagai antigen. Sedangakan, bagi seseorang yang pernah terinfestasi
sebelumnya, gejala akan muncul lebih cepat, yaitu sekitar 1-4 hari setelah terpajan parasit
tersebut.
Sistem imun dapat bekerja mengenali antigen pada kulit, akibat terdapatnya SALT (Skin
Associated Lymphoid Tissue) yang terdiri dari sel langerhans pada stratum spinosum dari
epidermis, keratinosit pada epidermis, saluran limfatik khusus yang terdapat diantara ruang
interseluler epidermis dan pada lapisan dermis, serta adanya sel endotel kapiler khusus yang
memiliki reseptor khusus untuk menarik limfosit T. Berdasarkan fungsinya dalam imunologis,
keratinosit yang merupakan sel epidermis terbanyak akan berperan dalam mengeluarkan sitokin
IL-1, yang akan mempengaruhi pematangan sel T yang cenderung terlokalisasi pada kulit. Selain
itu, keratinosit juga akan bekerja memproduksi cairan yang mengandung protein yang akan
berikatan dengan antigen yang masuk ke dalam epidermis untuk membentuk kompleks antigen.
Sel langerhans akan berfungsi sebagai antigen presenting cell (APC) yang akan membawa
antigen kepada sel limfatik dalam reaksi alergi kontak.
Alergi merupakan respon imun humoral yang bekerja tidak sesuai, sehingga disebut
sebagai proses hipersensitivitas, dengan bahan penyebab yang disebut alergen. Pada infestasi
tungau, diperkirakan bahwa tungau bukan merupakan alergen dari proses alergi yang terjadi,
tetapi substansi-substansi lain yang dihasilkan oleh tungau, dapat diperkirakan menjadi penyebab
dari tercetusnya reaksi alergi yang menyebabkan gatal. Hal ini didasarkan oleh adanya
pernyataan bahwa parasit akan mengubah kode genetiknya, sehingga antibodi dari tubuh host
tidak akan mengenali parasit tersebut sebagai antigen Pada proses alergi pada skabies, alergi
yang terjadi adalah akibat dari infestasi substansi dari tungau penyebab skabies, tergolong dalam
hipersensitivitas tipe cepat. Pada hipersensitivitas tipe cepat, substansi dari parasit sebagai
alergen, tanpa alasan yang diketahui akan berikatan dengan Naive B Cell sehingga terjadi proses
aktivasi B cell dan terbentuklah IgE melalui proses CLONAL EXPANSION. Setelah IgE
terbentuk, IgE tidak akan beredar bebas, dan peningkatan alergen yang terikat oleh IgE akan
mencetuskan pengeluaran beberapa zat perantara kimiawi dari sel mast dan basofil yang melekat
pada IgE. Salah satu zat kimia yang disintesis oleh sel mast akibat mekanisme tersebut adalah
histamin yang menyebabkan rasa gatal.Hipersensitivitas tersebut termasuk dalam
hipersensitivitas type 1 atau immediate type dengan mediator IgE.

Gatal dalam suatu rangsang saraf termasuk dalam suatu rangsangan nyeri yang bersifat
paling ringan. Sensasi gatal yang ditransmisikan oleh serat C menuju medullsa Spinalis dan otak,
akan menghasilkan respon refleks spinal dalam bentuk menggaruk. Refleks menggaruk dapat
menutupi rasa gatal yang terjadi, karena berdasarkan tingkatan rangsang saraf, garuka memiliki
ambang nyeri lebih berat jika dibandingkan dengan gatal, sehingga rasa gatal dapat teratasi
dengan menggaruk.
Referensi :
Hayes, Peter C. dan Thomas W. Mackay. 1997. Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Burns, Tony dan Robin Graham-Brown. 2005. Dermatologi. Jakarta: Erlangga.
http://id.scribd.com/doc/149703199/Sk-Abies

Anda mungkin juga menyukai