Anda di halaman 1dari 13

Kemampuan Zeolit Sebagai Adsorben Dalam Pengolahan Limbah Cair

Laboratorium Kimia UKSW


Matius Permana(652012010)1, Aldi Pratama(652012023)1, Olvi Lakahina(652012017)1, Windha
Ayu LSDCucky Endah(652010022)1
1

Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711
652012010@student.uksw.edu

ABSTRACT
The aim of this study is to determine the effectiveness of zeolite as adsorbent for liquid waste of chemical
laboratory FSM UKSW. The zeolite are carbonized and activated by using phosphoric acid to improve the
zeolite adsorption ability. Waste that be used are from liquid waste of Chemistry FSM
UKSWs Laboratory. The measured parameters are the conductivity, pH, and TDS using pH meter,
while the color, turbidity, NH3-NH4, PO4-Ptot, SO4, NO3, NO2, Cr6+, Fe, Mn and Cu were measured using
HACH DR/EL 2000. For COD measured by titration and water content was measured by oven and
weighing. The results are conductivity 1440 s/cm ; pH 2,7 ; TDS 720 ppm ; color 16 PtCo ; Turbidity 0
FTU ; NH3-NH4 19,6-23,9 mg/l ; PO4-Ptot 19,6-6,5 mg/l ; SO4 100 mg/l ; NO3 6,4 mg/l ; NO2 0,003 mg/l ;
Cr6+ 0,01 mg/l ; Fe 1,61 mg/l ; Mn 0,4 mg/l ; Cu 2,38 mg/l ; COD 2016 mg O2/l and moisture content
55,13%. The results showed that zeolite is effective as adsorbent for liquid waste of chemical laboratory
FSM UKSW as it gives an impairment conductivity, TDS, pH, and colors and can adsorb N H3-NH4, PO4Ptot, SO4, and Cr6+. But it was not able to reduce levels of NO3, NO2, Fe, Cu, and Mn as well as cause an
increase in NO3 and Fe on the sample lead to increase in COD.

Key words : Zeolite, Adsorbent, Laboratorys liquid waste

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas zeolit sebagai adsorben limbah cair Laboratorium
Kimia FSM UKSW. Zeolit terlebih dahulu dikarbonisasi dan diaktivasi dengan menggunakan asam fosfat
untuk meningkatkan kemampuan adsorbsi yang dimiliki oleh zeolit. Limbah yang digunakan berasal dari
limbah cair laboratorium Kimia FSM UKSW yang terlebih dahulu dibuat perbandingan 1:1 sebelum
dilakukan percobaan. Parameter yang diukur adalah konduktivitas, pH, TDS dengan menggunakan pH
meter sedangkan warna, turbiditas NH 3-NH4, PO4-Ptot, SO4, NO3, NO2, Cr6+, Fe, Mn dan Cu
menggunakan HACH DR/EL 2000. Untuk COD menggunakan titrasi dan kadar air menggunakan oven
dan penimbangan. Hasil pengukuran dari berbagai parameter adalah konduktivitas 1440 s/cm ; pH 2,7
; TDS 720 ppm ; warna 16 PtCo ; Turbiditas 0 FTU ; NH 3-NH4 19,6-23,9 mg/l ; PO4-Ptot 19,6-6,5 mg/l ;
SO4 100 mg/l ; NO3 6,4 mg/l ; NO2 0,003 mg/l ; Cr6+ 0,01 mg/l ; Fe 1,61 mg/l ; Mn 0,4 mg/l ; Cu 2,38 mg/l

; COD 2016 mg O2/l dan kadar air 55,13%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit efektif sebagai
adsorben limbah cair Laboratorium Kimia FSM UKSW karena memberikan penurunan nilai
konduktivitas, TDS, pH dan warna serta dapat mengadsorpsi NH3-NH4, PO4-Ptot, SO4, dan Cr6+. Namun
tidak dapat menurunkan kadar NO3, NO2, Fe, Cu, dan Mn serta peningkatan NO3, dan Fe pada sampel
menyebabkan peningkatan COD.
Kata kunci : Zeolit, Adsorben, Limbah cair laboratorium

PENDAHULUAN
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang
berdampak pada mahkluk hidup dan sekitarnya. Salah satu faktor pencemaran tersebut
disebabkan oleh limbah yang berasal dari laboratorium, industri, domestik, pertanian dan
sebagainya (Azamia, 2012).
Limbah laboratorium merupakan salah satu limbah dalam lingkup kecil yang cenderung
terkandung banyak senyawa logam berat dan bahan organik didalamnya. Hal-hal tersebut dapat
mencemari dan membahayakan lingkungan disekitarnya. Limbah cair laboratorium hingga saat
ini belum mendapat perhatian yang memadai. Dari sisi jumlah, limbah cair yang dihasilkan oleh
suatu laboratorium memang relatif sedikit, akan tetapi limbah cair ini tercemar oleh berbagai
logam berat dan bahan organik, sehingga dalam kurung waktu yang lama dapat berdampak nyata
pada lingkungan apabila tidak dikelola secara memadai karena akan terakumulasi. Salah satu
proses pengolahan limbah cair adalah dengan proses adsorbsi. Adsorbsi merupakan peristiwa
penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul
pada adsorben sehingga terjadi penurunan kadar organik dan logam berat (Azamia, 2012).
Adsorben yang digunakan adalah zeolit. Zeolit merupakan hasil dari batuan alami yang
memiliki gugus aktif berupa silika alumina (SiO2.Al2O3) dan memiliki luas permukaan tertentu
sehingga dapat mengadsorb dengan baik melalui gugus aktif ataupun luas permukaan yang telah
diaktivasi dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan adsorbsi yang dimiliki oleh zeolit.
Zeolit berfungsi sebagai adsorben, molecular sleve/molecular mesh (saringan molekuler) karena
memiliki pori-pori berukuran molekuler sehingga mampu memisahkan/menyaring molekul
dengan ukuran tertentu, dan bahan pengering. Sifat muatan listrik yang dimiliki oleh kerangka
zeolit baik muatan pada permukaan maupun muatan di dalam rongga menyebabkan zeolit dapat
digunakan sebagai zat pengadsorpsi, penukar ion dan katalis (Wahistina et al., 2013).
Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada
batuan beku basa. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas vulkanik yang banyak
mengandung unsur silika. Karena sifat-sifat yang dimiliki oleh zeolit, maka mineral ini dapat
dimanfaatkan dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu untuk membantu pengolahan limbah
(Saputra, 2006).
Sifat-sifat kimia dan fisika zeolit yaitu, mineral zeolit adalah kelompok mineral
alumunium silikat terhidrasi LmAlxSiyOz.nH2O, dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca
dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n koefisien dari H 2O, serta L adalah
logam. Zeolit secara empiris ditulis (M2+ , M2+)Al2O3gSiO2.zH2O, M+ berupa Na atau K dan M2+
berupa Mg, Ca, atau Fe. Li, Sr atau Ba dalam jumlah kecil dapat menggantikan M + atau M2+, g
dan z bilangan koefisien (Saputra, 2006). Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur

dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan luas permukaan
zeolit sangat besar sehingga sangat baik digunakan sebagai adsorben (Syaputra et al., 2012).

Dalam penggunaannya, zeolit dikarbonisasi dan diaktivasi dengan menggunakan asam.


Jika diaktivasi dengan asam maka akan terjadi dealuminasi dan dekatonisasi yang akan
menghilangkan atau mengurangi gugus alumina serta senyawa anorganik yang menutup pori
pada zeolit sehingga menghasilkan luas permukaan yang besar dan jumlah pori yang lebih
banyak sehingga dapat melakukan adsorbsi yang lebih besar (Munandar, 2014). Pada penelitian
ini, zeolit yang telah diaktivasi digunakan sebagai adsorben pada limbah cair Laboratorium
Kimia FSM UKSW. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menentukan efektivitas zeolit
sebagai adsorben limbah cair Laboratorium Kimia FSM UKSW.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan piranti
Sampel yang digunakan adalah limbah cair laboratorium Kimia FSM UKSW dan adsorben
zeolit. Sedangkan bahan kimia lain yang digunakan adalah H 3PO4, PVA, mineral, Nessler,
nitriver, nitraver, phosfer, sulfaver, ferover, cuver, buffer citrate, sodium periodat, HgSO4,
K2Cr2O7, H2SO4-AgSO4, akuades, indikator ferroin dan FAS. Dan Piranti yang digunakan antara
lain spektrofotometer HACH DR/EL 2000, pH meter, kolf, oven dan piranti gelas.
Metode
Karbonisasi dan Aktivasi Zeolit (Said et al, 2008)
15,05 gram zeolit ditimbang dan furnace pada suhu 700oC selama 1 jam kemudian desikator
selama 15 menit. Zeolit lalu diaktivasi dengan 10 ml H 3PO4 2M sambil diaduk. Campuran
didiamkan selama 24 jam kemudian disaring dan dioven pada suhu 100-110oC sampai kering.
Analisis pH, TDS, konduktivitas dan warna
Limbah yang telah diencerkan hingga 50% dibagi dalam 3 buah beaker masing-masing 400 ml.
Kedalam masing-masing beaker ditambahkan adsorben zeolit sebanyak 0,25%(w/v), 0,5%(w/v)
dan 0,75%(w/v) dan diaduk, kemudian diamkan selama 30 menit. Limbah diencerkan 10 kali dan
diukur pH, TDS, konduktivitas, dan warna. Hasilnya dibandingkan dengan data sampel
sementara tanpa penambahan adsorben. Pengukuran warna menggunakan spetrofotometer
HACH sementara pH, TDS dan konduktivitas menggunakan pH meter. Hasil yang diperoleh
dibandingkan dan dipilih salah satu konsentrasi penambahan adsorben untuk dianalisa lebih
lanjut.
Analisis Turbiditas, NH3, NO2, NO3, PO4, dan SO4

Limbah dengan penambahan adsorben yang terpilih diencerkan 10 kali sebanyak 250 ml
kemudian dibagi dalam 6 erlenmeyer dengan masing-masing berisi 25 ml sampel. Erlenmeyer 1
diukur turbiditasnya dengan menggunakan blanko akuades. Erlenmeyer 2 ditambahkan PVA 3
tetes + mineral 3 tetes dan 1 ml Nessler untuk diukur NH3 nya dengan blanko akuades + reagen
(PVA 3 tetes + mineral 3 tetes dan 1 ml Nessler). Erlenmeyer 3-6 masing-masing ditambahkan
nitriver, nitraver, phosfer, dan sulfaver untuk diukur NO2, NO3, PO4 dan SO4. Blanko yang
digunakan adalah sampel tanpa reagen. Pengukuran menggunakan spektrofotometer HACH.
Analisis Cr6+, Fe, Cu dan Mn
Limbah dengan penambahan zeolit terpilih diencerkan 10 kali sebanyak 100 ml kemudian dibagi
kedalam 4 erlenmeyer masing-masing 25 ml. Pada masing-masing erlenmeyer ditambahkan
ferover (pengukuran Fe), cuver (pengukuran Cu), buffer citrate dan sodium periodate
(pengukuran Mn) dan tanpa penambahan reagen (sebagai blanko). Pengukuran Cr 6+ dengan cara,
25 ml sampel yang tidak diencerkan diambil dan ditambahkan chromaver kemudian diukur
kandungan Cr6+. Pengukuran menggunakan spektrofotometer HACH.
Analisis COD
Kedalam kolf dimasukkan seujung spatula HgSO4 dan batu didih, kemudian ditambahkan 10
sampel yang telah diencerkan 4 kali, 3ml K 2Cr2O7 0,25N serta 3 ml H2SO4-AgSO4 di kocok dan
direfluks selama 15 menit. Sampel didinginkan dan kondensor dibilas dengan sedikit akuades,
keduanya dituangkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan akuades hingga volumenya 60 ml. 3
tetes indikator ferroin ditambahkan dan dititrasi dengan FAS 0,1 N. Blanko yang digunakan
adalah akuades.
Kadar air adsorben
Sebanyak 0,48 gram sampel ditimbang dalam cawan petri yang sudah ditara, selanjutnya dioven
selama satu malam kemudian ditimbang menggunakan neraca 4 digit.
Kadar air adsorben zeolit =

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil pengukuran pH, TDS, konduktivitas dan warna pada sampel tanpa
adsorben (kontrol) dan sampel + adsorben
Parameter

Adsorben (%w/v)
0

0,25

0,50

0,75

pH

2,5

2,7

2,7

2,6

Konduktivitas
(s/cm)

1530

1440

1490

1460

TDS (ppm)

760

720

740

730

Warna (PtCo)

25

16

10

10

Tabel 2. Hasil pengukuran limbah cair laboratorium kimia UKSW


Parameter
Turbiditas (FTU)
NH3(mg/l)
NH4 (mg/l)
NO3(mg/l)
PO4(mg/l)
Ptot(mg/l)
SO4(mg/l)
NO2(mg/l)
Cr6+(mg/l)
Fe(mg/l)
Cu(mg/l)
Mn(mg/l)
COD (mg O2/l)

Adsorben (%w/v)
0
4
2,33
2,84
0,003
9,5
3,1
39
0,003
0,20
0,80
2,38
0,4
1.600

0,25
0
1,96
2,39
6,4
1,96
0,65
25
0,003
0,01
1,61
2,38
0,4
2.016

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah optimum untuk penurunan warna terdapat pada
konsentrasi 0,50%(w/v) namun secara keseluruhan konsentrasi 0,25%(w/v) memberikan
penurunan pada TDS, konduktivitas, warna, peningkatan pH, sedangkan penurunan pada 0,50%

(w/v) tidak sesignifikan 0,25%(w/v), maka konsentrasi terbaik yang dipilih adalah pada 0,25%
(w/v).
Pada tahap awal dilakukan aktivasi zeolit dengan asam dan ketika diaktivasi dengan asam
maka akan terjadi dealuminasi dan dekatonisasi sehingga akan menghilangkan atau mengurangi
gugus alumina serta senyawa organik yang menutup pori pada zeolit sehingga menghasilkan
jumlah pori yang lebih banyak dan dapat melakukan adsorbsi lebih besar (Munandar, 2014).
Daya hantar listrik/konduktivitas yang diperoleh setelah penambahan adsorben zeolit
adalah 1440 s/cm, yang berarti terjadi penurunan yang cukup signifikan yaitu pada limbah cair
tanpa adsorben adalah 1530 s/cm (Tabel 1). Daya hantar listrik/konduktivitas merupakan
kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai konduktivitas. Pengukuran
yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang
dialirkan dimana semakin besar nilai daya hantar listrik semakin besar kemampuan kation dan
anion yang terdapat dalam sampel untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air. Penurunan pada kondukdivitas ini
menunjukkan terjadi penurunan mineral dalam limbah cair laboraturium.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) yang diperoleh setelah
penambahan adsorben adalah 720 ppm sedangkan sebelum penambahan TDSnya sebesar 760
ppm, yang berarti menunjukkan bahwa terjadi penurunan TDS pada limbah cair laboraturium
(Tabel 1). TDS merupakan bahan-bahan terlarut dapat berupa senyawa anorganik dan berupa
ion-ion. Penurunan Nilai TDS yang terjadi menunjukkan penurunan senyawa anorganik pada
sampel.
Peningkatan pH dapat terjadi akibat pengaruh dari treatment aktivasi zeolite, penggunaan
H3PO4 dapat menyebabkan pH dari adsorben lebih tinggi dari pH limbah, sehingga saat
dimasukkan dalam limbah menyebabkan peningkatan pH (Tabel 1). Jumlah adsorben yang
digunakan akan mempengaruhi banyak zat pewarna yang mampu dijerap oleh adsorben. Pada
jumlah optimum zeolit dapat memberikan penurunan terbaik.
Pada pengukuran turbiditas, NH3, NO2, NO3, PO4, SO4 Cr6+, Fe, Cu dan Mn . Absorben
Zeolit dapat menurunkan turbiditas, sulfat dan amonia/amonium sedangkan nitrit tidak terjadi
perubahan dan nitrat serta fosfat terjadi peningkatan (Tabel 2). Pada fosfat peningkatan
diakibatkan oleh penggunaan asam fosfat sebagai agen diaktivasi sehingga kadar fosfat dapat
meningkat. Pada nitrit, nitrat dan ammonia memiliki hubungan, yaitu nitrit merupakan bentuk
peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas
nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung pada kondisi anaerob. Keberadaan nitrit
menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki
kadar oksigen terlarut sangat rendah.

Turbiditas merupakan kekeruhan. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang


ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut. Sehingga berdasarkan hasil yang didapat yakni 0 FTU bila dibandingkan
dengan sampel tanpa adsorben yakni 4 FTU menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan
anorganik dalam limbah cair laboratorium.
Sedangkan untuk kationnya hanya terjadi penurunan pada Cr 6+ sedangkan pada Fe terjadi
peningkatan dan Cu serta Mn tetap (Tabel 2). Penurunan terjadi pada Cr yang dapat diakibatkan
gugus fosfat dari aktivasi zeolit pada permukaan lebih efektif pada logam yang memilki biloks
yang besar. Zeolit mampu mendadsorbsi logam Cr kedalam pori-pori zeolit dan terjadi
pertukaran ion. Berat molekul dari logam juga mempengaruhi, dimana berat molekul Cr lebih
kecil daripada Fe dan Mn. Pada struktur zeolit, semua atol Al dalam bentuk tetrahedral sehingga
atom Al akan bermuatan negatif karena berkoordinasi dengan 4 atom oksigen dan selalu
dinetralkan oleh kation alkali atau alkali tanah untuk mencapai senyawa yang stabil, dalam hal
ini dinetralkan oleh Cr yang bermuatan positif (kation) (Azamia, 2012).
Peningkatan konsentrasi logam Fe disebabkan karena adanya pengotor yang terkandung
dalam zeolit yang mengakibatkan konsentrasi Fe meningkat. Selain itu juga dapat disebabkan
karena terdapat air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit sehingga jumlah pori dan
luas permukaannya berkurang dan tidak mampu mengadsorbsi logam Fe, Mn dan Cu serta tidak
terjadi pertukaran ion, sehingga terjadi peningkatan logam Fe dan logam Mn dan Cu tetap
(Azamia, 2012).
COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengokidasi zat-zat organik.
COD terjadi peningkatan (Tabel 2). COD yang meningkat merupakan ukuran pencemaran air
yang meningkat yang menunjukkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Kadar air absorben yang didapatkan memiliki kadar yang tinggi yaitu 55,13%. Kadar air
yang tinggi ini menunjukan bahwa terdapat senyawa-senyawa yang berikatan dengan zeolit.
Senyawa yang berikatan dengan zeolit berkaitan dengan sifat pertukaran kation yang cukup
tinggi karena struktur dasar zeolit berupa senyawa berpori dan memiliki struktur tetrahedral
(Munandar, 2014) .
KESIMPULAN
Adsorben zeolit efektif untuk mengolah limbah cair Laboratorium Kimia FSM UKSW karena
dapat menurunkan TDS, konduktivitas, warna, turbiditas, dan mampu mengadsorpsi kadar NH3,
PO4, SO4, dan Cr6+.

DAFTAR PUSTAKA
Azamia, M., 2012. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Kimia Dalam Penurunan Kadar
Organik Serta Logam Berat Fe, Mn, Cr Dengan Metode Koagulasi Dan Adsorbsi. Skripsi.
Depok: Program Studi Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
Munandar, A., 2014. Adsorbsi Logam Pb dan Fe Dengan Zeolit Alam. Skkripsi. Yogyakarta:
Program Studi Kimia FakultasSains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Said, M., Prawati, A.W. & Murenda, E., 2008. AKTIFASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI
ADSORBENT PADA ADSORPSI LARUTAN IODIUM. Jurnal Teknik Kimia, 15(4), pp.50-56.
Saputra, R., 2006. PEMANFAATAN
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI.

ZEOLIT SINTETIS SEBAGAI ALTERNATIF

Syaputra, A., Sunarno & Yenti, S.R., 2012. KESETIMBANGAN ADSORPSI Cd2+ DENGAN
MENGGUNAKAN ZEOLIT TERAKTIVASI.
Wahistina, R., Ellyke & Pujiati, R.S., 2013. Analisis Perbedaan Penurunan Kadar BOD Dan
COD pada Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Zeolit (Studi di Pabrik Tahu di Desa
Kraton Kecamatan Kencong Kabupaten Jember). Artikel Ilmiah. Jember: Bagian Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember.

LAMPIRAN

Limbah cair dengan penambahan zeolit masing masing 1 gram, 2 gram dan 3 gram

25 ml sampel masing masing di uji pH, TDS, Daya Hantar Listrik, dan warna

25 ml sampel yang akan di uji NO2, NO3,PO4, NH3, SO4

25 ml sampel yang sudah diberi reagen

Untuk pengukuran PO4 karena terlalu pekat dan tidak dapat diukur, sehingga di encerkan

Untuk pengukuran SO4 karena terlalu pekat dan tidak dapat diukur, sehingga di encerkan

Sampel yang akan diukur kadar Cr, Fe, Cu, Mn

Sampel direflux, di encerkan 10X dan di encerkan 40X

Sampel setelah di reflux yang akan di titrasi dengan FAS

Sampel setelah di titrasi dengan FAS dan dapat di hitung kadar COD nya

Anda mungkin juga menyukai