Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

Praktikum Kimia Organik 2


Protein

Oleh:
Greesla Anggera Jaya

(652010015)

Rizky Cahya Pradana

(652010021)

Program Studi Kimia


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012

LAPORAN RESMI KIMIA ORGANIK 2


NAMA / NIM

: 1. Greesla Anggera Jaya

/ 652010015

2. Rizky Cahya Pradana

/ 652010021

KELOMPOK

: A ( 09.00 12.00 )

TGL PRAKTIKUM

: 30 Maret 2012

JUDUL

: Protein

TUJUAN

Melakukan beberapa uji protein seperti : uji fisik, uji presipitasi, uji ninhidrin, uji
ksantoproteat, uji sakaguchi dan uji biuret
Membedakan hasil uji yang positif dengan hasil uji yang negatif pada setiap pengujian
DATA FISIK

Bahan

MW
(g/mol)

Glisin

75,07

Ninhidrin

178,14

Tirosin

181,19

1,456

Fenil analin

165,16

Arginin

174,20

BP (oC)

MP (oC)

Sifat

d (g/cm3)

- Larut dalam air, piridin


- Tidak larut dalam eter

1,1607

Larut dalam air


- Beracun
- Larut dalam air, larutan alkali
- Tidak larut dalam alkohol, eter,
aseton
- Larut dalam air, sedikit larut
dalam metanol dan etanol
- Tidak larut dalam eter
- Bersifat basa kuat
- Larutannya menyerap CO2 dari
udara
-

- naftol

144,16

288

96

1,0954

Triptofan

204,22

Cystein

121

Mudah menyublim
- Mudah menguap
Mereduksi perak amonium
nitrat
Sedikit larut dalam air, larut
dalam alkohol, bensena,
kloroform, eter, larutan alkali
hidroksida
Larut dalam air dan alkohol
panas
Tidak larut dalam kloroform
Mudah dioksidasi menjadi

CuSO4

249,5

2,286

HCl

36,47

-85,03

-114,19

1,097

Air

18,016

100

0,998

NaOH

40,01

318

2,13

HNO3

63,02

Br2

79,90

58,2

sistina
- Ditemukan di dalam urin
- Dihasilkan dari hidrolisis
protein
- Berbentuk kristal atau butiran
atau serbuk berwarna biru
- Larut dalam air, metanol,
gliserol, sedikit larut dalam
etanol
- Berbau tajam
- Larut dalam air, metanol, etanol,
eter
- Membentuk azeotrop dengan air
dengan Bp azeotrop 110oC
( komposisi 20,24 % HCl dalam
campuran )
- Cairan jernih, tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna
- Tidak mudah terbakar dan tidak
mudah menguap
- Menyerap CO2 dan uap air
dengan cepat dari udara
- Sangat korosif terhadap
jaringan tubuh hewan dan
tumbuhan dan juga terhadap
Alumunium dalam suasana
lembab
- Larut dalam air, alkohol,
metanol, gliserol
-

-41,59

1,50269

3,1023

Cairan tidak berwarna


Dalam air mengeluarkan
banyak asap
Berbau khas
Mudah menguap
Berbau tajam
Larut dalam air, alkohol,
kloroform, eter, CS2, CCl4, HCl
-

METODE

Alat dan Bahan :


- Tabung reaksi

- Larutan putih telur

- Triptofan 0,1%

- Pipet tetes

- CuSO4 1%, 2%

- Fenil analin0,1%

- Bunsen, korek

- Glisia 0,1%

- HCl 4%

- Ninhidrin 0,2%

- Air brom

- NaOH 4%

- Cystein 0,1%

-NaOH, NaOH1M

- Akuades, air

- Tirosin 0,1%

- HNO3

- naftol

Cara Kerja :
I. Uji Fisik :
1.

Disiapkan 3 tabung reaksi dan masingmasing diisi dengan 1 pipet larutan


putih telur 10%

2. Tabung A ditambah dengan 5 tetes HCl


3. Tabung B ditambah dengan 5 tetes NaOH 4%
4. Tabung C ditambah dengan 5 tetes air
5. Tabung C dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit kemudian diamati
perubahan yang terjadi
6. Tabung A dinetralkan dengan NaOH 4% kemudian diamati perubahan yang
terjadi
7. Tabung B dinetralkan dengan HCl pekat kemudian diamati perubahan yang
terjadi
II. Uji Presipitasi :
1. Dimasukkan 2 pipet larutan putih telur 10% ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 tetes CuSO4 2%
2. Diamati perubahan yang terjadi
3. Ditambahkan 1pipet CuSO4 2% dan diamati hasilnya

III. Uji Ninhidrin :


1. Disiapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 1 pipet glisia
0,1% ( tabung A ), 1 pipet cystein 0,1% ( tabung B ), 1 pipet akuades
( tabung C )
2. 5 tetes ninhidrin 0,2% dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
3. Dipanaskan dalam penanggas air 1 menit
IV. Uji Ksantoproteat :
1. 4 tabung reaksi yang masing masing berisi 1 pipet glisin 0,1% ; tirosin0,1% ;
triptofan 0,1% dan fenil alanin 0,1% ditambahkan beberapa tetes HNO3 pekat
2. Diamati perubahan yang terjadi
V. Uji Sakaguchi :
1. Ditambahkan 1ml NaOH 1M masingmasing ke dalam tabung reaksi A berisi

1 pipet glisin dan tabung reaksi B berisi 1 pipet arginin


2. Ditambahkan 2 tetes -naftol ke dalam masing-masing tabung reaksi

kemudian ditambahkan 10 tetes air brom


3. Diamati perubahan yang terjadi
VI. Uji Biuret :
1. Ditambahkan 5 tetes CuSO4 1% dan 10 tetes NaOH ke dalam 2 tabung reaksi
yang masing masing berisi 1 pipet cystein 0,1% dan 1 pipet glisin 0,1%
2. Diamati perubahan yang terjadi
HASIL PENGAMATAN
I.

Uji Fisik :

Putih Telur
A : + HCl 4%
B : + NaOH 4%
C : + Air
II.

Pengamatan
Filtrat putih
Bening
Tidak ada perubahan

Perlakuan
+ NaOH 4%
+ HCl 4%
Dipanaskan

Pengamatan
Larut
: putih
berbusa

Uji Presipitasi :
2pipet larutan putih telur 10% + 10tetes CuSO4 2% : ada putih
+ CuSO4 2%

III.

Uji Ninhidrin :

: putih semakin banyak

NO.

Perlakuan

Hasil

1pipet Glisia 0,1% + 5 tetes

Warna larutan ungu

ninhidrin 0,2%, dipanaskan


B

1pipet Cystein 0,1% + 5 tetes

Warna larutan orange merah

ninhidrin 0,2%, dipanaskan


C

Akuades + 5 tetes ninhidrin 02%,

Warna larutan bening

dipanaskan

IV.

Uji Ksantoproteat :
Protein
Glisin 0,1%
Tirosin 0,1%
Triptofan 0,1%
Fenil analin 0,1%

Perlakuan
HNO3 pekat

Pengamatan
Bening
Bening
Kuning
Bening

V. Uji Sakaguchi :
NO.

Perlakuan

Glisin + NaOH 1M + 2 tetes naphtol + air brom

Arginin + NaOH 1M + 2 tetes naphtol + air brom

Hasil
Kuning

Orange kemerahan

VI. Uji Biuret :


NO.

Perlakuan

Hasil

Cystein + 5 tetes CuSO4 1% + NaOH

Biru ( + )

Glisin + 5 tetes CuSO4 1% + NaOH

Biru ( + )

PEMBAHASAN

I. Uji Fisik :
Dasar dari percobaan ini, protein mengalami denaturasi oleh panas dan pH ekstrim.
Pada percobaan ini, saat putih telur ditambahkan NaOH 4% endapan larut, ketika putih
telur ditambahkan HCl 4% terdapat endapan putih, dan saat putih telur ditambahkan air

dan dipanaskan menjadi berbusa. Dengan adanya perubahan tersebut menunjukan bahwa
protein terdenaturasi pada suhu tinggi dan pH ekstrim.
II.Uji Presipitasi :
Dasar dari percobaan ini, pada pH netral protein akan cenderung bermuatan negatif
sehingga penambahan ion positif akan menetralkan muatan negatifnya, akibatnya protein
akan mengendap. Dalam percobaan ini, penambahan ion positif yaitu Cu2+ dari CuSO4 dan
protein mengendap berwarna putih.
III. Uji Ninhidrin :
Dasar dari percobaan ini yaitu : ninhidrin yang direaksikan dengan asam amino alfa
menghasilkan senyawa berwarna ungu. Dalam percobaan ini, saat glisia 0,1% direaksikan
dengan ninhidrin 0,2% dan dipanaskan menghasilkan larutan berwarna ungu, hal ini
menandakan bahwa glisia 0,1% merupakan asam amino, berarti penambahan glisia 0,1%
memberikan hasil positif. Saat cystein 0,1% direaksikan dengan ninhidrin 0,2% dan
dipanaskan menghasilkan warna larutan orange merah, memberikan hasil negatif. Hal ini
berarti cystein 0,1% bukan merupakan asam amino, sementara saat air direaksikan dengan
ninhidrin 0,2% dan dipanaskan menghasilkan warna larutan bening, sebab air bukan
termasuk asam amino jadi hasilnya uji negatif.
IV. Uji Ksantoproteat :
Dasar dari percobaan ini, asam amino yang mengandung inti aromatis akan
membentuk derivatif Nitro berwarna kuning jika dipanaskan dengan HNO 3pekat. Dalam
percobaan ini, saat triptofan 0,1% direaksikan dengan HNO3 pekat menghasilkan larutan
berwarna kuning. Sementara glisin 0,1%, tirosin 0,1%, dan fenil analin 0,1% saat
direaksikan dengan HNO3pekat tidak menghasilkan warna larutan kuning. Hal ini
menandakan bahwa triptofan merupakan protein yang mengandung inti aromatis,
sedangkan glisin 0,1%, tirosin 0,1%, dan fenil analin 0,1% tidak mengandung inti
aromatis.

V. Uji Sakaguchi :
Dasar dari percobaan ini, saat arginin bereaksi dengan

- naftol dan oksidator seperti

air brom menghasilkan warna merah. Uji ini hanya positif terhadap asam amino yang
mengandung grup guanidin. Pada percobaan ini, saat glisin direaksikan dengan NaOH dan

- naftol serta air brom warna larutan yang dihasilkan orange kemerahan, hal ini
menunjukkan bahwa glisin mengandung grup guanidin, berarti menandakan uji positif,
sementara saat arginin direaksikan dengan NaOH dan

- naftol serta air brom warna

larutan yang dihasilkan kuning. Hal tersebut menandakan arginin tidak mengandung grup
guardinin dan hasilnya uji negatif.
VI. Uji Buret :
Dasar dari percobaan ini, pembentukan kompleks ion Cu2+ dengan 4 atom N dari 2
rantai peptida. Adanya ikatan peptida dalam suatu senyawa ditunjukkan dengan warna
larutan yang dihasilkan biru. Pada percobaan ini, saat cystein dan glisin direaksikan
dengan CuSO4 1% dan NaOH menghasilkan larutan warna biru semua dan ada
endapannya, hal ini menunjukkan semua memberi hasil uji positif. Endapan pada cystein
dan glisin tersebut merupakan kompleks Cu2+ dengan 4 atom N dari 2 rantai peptida pada
glisin dan cystein
KESIMPULAN

1. Uji fisik menandakan bahwa protein terdenaturasi pada suhu tinggi dan pH ekstrim
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan keadaan dan putih telur menghasilkan uji
fisik positif.
2. Pada uji presipitasi, putih telur memberikan hasil uji positif dengan ditandakan adanya
endapan yang terbentuk.
3. Cystein 0,1% dan akuades memberikan hasil uji negatif pada uji ninhidrin, sementara
glisia 0,1% memberikan hasil uji positif karena glisia termasuk asam amino.
4. Triptofan 0,1% memberikan hasil uji positif pada uji ksantoproteat, sedangkan glisin
0,1%, tirosin 0,1%, dan fenil analin 0,1% memberikan hasil uji negatif. Hal ini
dikarenakan yang mengandung inti aromatis hanya triptofan.
5. Glisin mengandung grup guanidin dan memberikan hasil uji positif pada uji
sakaguchi, sementara arginin memberikan uji negatif karena tidak mengandung grup
guanidin.
6. Cystein dan glisin pada uji biuret memberikan hasil uji positif, dikarenakan keduanya
mengandung ikatan peptida.

JAWAB PERTANYAAN

1. Sebutkan dan jelaskan analisa kuantitatif protein pada analisa makanan !


a. Metode Kjeldahl
Merupakan metode untuk penetapan nitrogen total pada asam amino,
protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam
sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan
amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk
disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok
digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.
Prinsip analisis cara Kjeldahl adalah bahan didestruksi dengan asam sulfat
pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang
terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Metode Kjeldahl pada
umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro.
Kekurangan cara analisis ini adalah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin,
asam amino besar, kreatin, dan kreatinin ikut teranalisis dan terukur sebagai
nitrogen

protein.

Bahkan

melamin

yang

beberapa

waktu

lalu

sempat

menggemparkan publik juga dapat teridentifikasi sebagai protein karena memiliki


atom N dalam senyawanya. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan
dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan.
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan
yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.

b.

Metode Spektrometri
Metode ini tepat digunakan untuk sampel yang mengandung protein

terlarut seperti pada produk-produk hasil ternak (telur dan daging) serta bijibijianyang belum mengalami perubahan akibat pemanasan/pengolahan. Ada
dua jenis sinar yang digunakan dalam metode ini, yaitu menggunakan sinar UVatau sinar

tampak (visibel). Adanya gugus aromatik pada asam-asam aminoseperti fenilalanin, tirosin,
dan triptofan dapat menangkap sinar UV.
c. Spektrofuorometri
Asam amino tirosin dan triptofan dapat berfluorosensi pada eksitasi 280
nmdan

emisi

348

nm.Keuntungan

metode

ini

ialah

lebih

sensitif

daripadamenggunakan spektrofotometri UV karena dalam kadar yang lebih


kecilmampu membrikan respon yang lebih tajam, serta lebih selektif karena tidak semua
senyawa dapat berfluorosensi.
2. Sebutkan dan jelaskan analisa kuantitatif protein pada analisa kesehatan manusia
(medical) !
a. Uji Asam sulfosalisilat
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dan
pemeriksaan ini terjadi endapan urin jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
1. Isi urin normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga
tabung
2. Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin sampai mendidih
3. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara
membandingkan dengan urin bagian bawah.
4. Jika urin dalam tabung tidak terjadi kekeruahn maka hasilnya negatif
5.

Jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan maka tambahkan asam asetat 6%
sebanyak 3-5 tetes.

6. Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urin kembali bening/kekeruahn menghilang


maka hasilnya negatif. Jika kekeruhan urin tetap ada maka hasilnya positif.
7. Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut

Cara menilai hasil :

Negatif

: tidak ada kekeruhan

Positif +

: kekeruhan ringan tanpa butiran (0,01-0,05% protein)

Positif ++
protein)

:kekeruhan mudah dilihat dan dengan butiran (0,05-0,2%

Positif +++

: Urin jelas keruh dan kekeruhan dengan kepingan (0,2-0,5 %

protein)

Positif ++++

: Urin sangat keruh dan kekeruhan dengan gumpalan ( > dari

0,5 % )
b. Uji Milon
Uji millon dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa
protein yang memiliki gugus fenol seperti tiroksin. Pereaksi millon terdiri dari larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.adanya protein dalam sempel dapat
diketauhi apabila dalam sampel terdapat endapan putih dan apabila endapan putih itu
dipanaskan akan menjadi warna merah.
Reagen Millon
1.

Memasukkan urine ke tabung sebtrifuge, kemudian dipusingkan selama 15 menit

2.

Memasukkan 3 ml supernatan urine ke dalam tabung reaksi

3.

Meneteskan 5 tetes reagen millon

4.

Dilihat warna larutan. Apabila mengandung protein larutan akan berwarna lembayung

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto,H. 2001. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Salatiga. FSM Kimia.
UKSW.
Anonim.2011.

Menentukan

Kadar

Protein

dalam

Bahan

Makanan.

(http://shiningshineenasworld.wordpress.com/2011/07/08/menentukan-kadar-proteindalam-bahan-makanan/). Diakses tanggal 4 April 2012.


Iqbal.2011. Cara Kerja Analisis Urin (http://iqbalali.com/2011/09/30/cara-kerjaurinalisis-analisis-urinkemih/). Diakses tanggal 4 April 2012.
Robba,

Niryo.Uji

Kandungan

Protein

(http://robbaniryo.com/ilmu-kimia/uji-

kandungan-protein/). Diakses tanggal 4 April 2012.


LAMPIRAN
-

Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai