Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

BANJIR

Di susun Oleh
Ketua

: Khairul Ashar Chairan

Anggota : Tato
Anggota : Fransiska M.A.P.E
Anggota : Gita Amelia
Anggota : Imanuela Angel
Anggota : Elias Oktavianus

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bejudul Banjir
Dan Dampaknya.
Dan tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua kalangan yang
telah berpartisipasi dan memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan,sehingga di butuhkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai
kalangan demi perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini sebagai
sebuah referensi.
Akhirnya,Semoga makalah yang telah penulis susun dapat bermanfaat dan
berguna bagi semua kalangan.

Malang, 09 Januari 2016


Penulis

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..
DAFTAR
ISI ..
BAB I PENDAHULUAN..........................................................
A.

Latar

Belakang .
B.

Tujuan

Makalah ..
C.

Rumusan

Masalah ..
BAB II PEMBAHASAN....................................................
BENCANA
BANJIR
1.

Pengertian

Banjir
2.

Jenis-Jenis Banjir ..

.
3.

Penyebab Terjadinya

Banjir
4.

Dampak Negatif

Banjir ..
5.

Cara Mencegah

Banjir
6.

Cara Penanggulangan

Banjir .
BAB III PENUTUP

A.

KESIMPULAN

..
B.

SARAN

.
DAFTAR
PUSTAKA ..

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak

terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai


muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di kawasan
yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan di kawasan
ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan
sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh karena
itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting
lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan
sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai
contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di
dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah
penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir yang luasnya
90% luas daratan. Hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia juga berada di
dataran banjir.
Selain memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, dataran banjir juga
mengandung potensi yang merugikan sehubungan dengan terdapatnya ancaman
berupa genangan banjir yang dapat menimbulkan kerusakan dan bencana. Seiring
dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran banjir maka potensi terjadinya
kerusakan dan bencana tersebut mengalami peningkatan pula dari waktu ke
waktu. Indikasi terjadinya peningkatan masalah yang disebabkan oleh banjir di
Indonesia dapat diketahui dari peningkatan luas kawasan yang mengalami
masalah banjir sejak Pelita I sampai sekarang.

1.2.

Tujuan Makalah
Makalah yang kami susun dengan judul Banjir bertujuan untuk

mengetahui tentang:
a. Bagaimana proses terjadinya banjir
b. Untuk mengetahui penyebab banjir
c. Untuk mengetahui apa tindakan yang di lakukan saat banjir
d. Untuk mengetahui tentang apa yang harus di lakukan agar tidak ada jatuh
korban ketika banjir
1.3.

Perumusan Masalah
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang di bahas

dapat di rumuskan sebagai berikut:


1.

Bagaimana proses terjadinya banjir?

2.

Apa penyebab banjir?

3.

Bagaimana cara menanggulangi banjir?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir
timbul jika air menggenangi daratan yang
biasanya kering.

Banjir

pada

umumnya

disebabkan oleh air sungai yang meluap ke


lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah
hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu
merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air
banjir

juga

membawa lumpur berbau yang

dapat menutupsegalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin.
Setiap tahun pasti datang. Banjir, sebenarnya merupakan fenomena
kejadian alam "biasa" yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negaranegara di dunia, termasuk Indonesia. Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana
besar, karena meminta korban besar.
2.2

Jenis-jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir

dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, danbanjir laut pasang.
2.2.1

Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir suangai Citarum

Karawang, Jawa Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh banjir sungai.
Banjir Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10
kecamatan dengan 15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari
sebelumnya, sembilan kecamatan dengan 9.561 rumah terendam air setinggi ratarata tiga meter.
Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan
Bupati Karawang Dadang S Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian
banjir yang dinilai terlambat itu.

Menurut Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelola


Waduk

Ir

Juanda

Jatiluhur

seharusnya

sejak

awal

mengoptimalkan

pelepasan/penggelontoran air waduk untuk mencegah banjir di Daerah Aliran


Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan di Bekasi.
Dadang berharap instansi terkait segera menempuh langkah antisipasi
untuk mencegah meluasnya banjir.
PJT II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung Curug
dan Bendung Walahar ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat, Tarum Utara, dan
Tarum Timur, untuk mengurangi debit air yang mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di sepanjang
aliran sungai yang meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah
Karawang Barat (dengan 7.389 rumah terendam), Karawang Timur (412 rumah),
Teluk Jambe Timur (3.576 rumah), Teluk Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81
rumah), Batujaya (250 rumah), Pakisjaya (1.533 rumah), Rengasdengklok (486
rumah), dan Klari (97 rumah). Kecamatan terakhir yang ikut terendam banjir,
sejak Rabu dini hari, adalah Kecamatan Jayakerta (1.192 rumah).
Adapun luas sawah terendam banjir di Karawang, per Selasa, mencapai
817 hektar dan tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha),
Karawang Barat (9 ha), Klari (5 ha), Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130
ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya (342 ha). Usia padi 1-10 hari (persemaian)
dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad Nur, luas
sawah yang terendam pada Rabu siang bertambah menjadi 842 ha seiring
meluasnya genangan. Penambahan terjadi di tujuh kecamatan tersebut.
Kepala Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh
menjelaskan, debit yang dialirkan ke tiga saluran dioptimalkan hingga.
kapasitas maksimal, yakni 27 meter kubik per detik ke Tarum Barat, 52,5
meter kubik per detik ke Tarum Timur, dan 80 meter kubik per detik ke Tarum
Utara. Pemecahan air menuju Tarum Barat dan Tarum Timur dilakukan di
Bendung Curug. Adapun untuk Tarum Utara dilakukan di Bendung Walahar.

Dilaporkan pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur membuat


tinggi muka air (TMA) bendungan utama Waduk Jatiluhur menurun. TMA pada
Rabu siang 108,27 meter di atas permukaan laut (dpl), menurun dibandingkan
dengan pada Minggu malam yang mencapai 108,41 meter dpl atau Selasa pagi
yang setinggi 108,39 meter dpl.
Meski pelepasan air tiga bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga saluran
induk telah dioptimalkan, debit air yang mengalir ke hilir Citarum tetap tinggi.
Debit air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi, mencapai 1.600
meter kubik per detik dan merupakan yang tertinggi dalam sebulan ini. Hujan di
hulu dan sejumlah anak sungai membuat debit tetap tinggi.
Naiknya muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang.
Persawahan di kanan dan kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa
Curug, Kecamatan Klari; Desa Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci,
Kecamatan Ciampel, mulai tergenang air pada Rabu pagi. Petani pun
mempercepat panen untuk menyelamatkan padi.
Sejumlah

jalan

antarkecamatan

dan

antardesa/kelurahan

yang

sebelumnya kering, seperti Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar,
dan Rawagempol (Kecamatan Karawang Barat), Jalan Kertabumi, serta jalanan di
beberapa kawasan perumahan, seperti Perum Karaba Indah, Galuh Mas,
Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe Timur) juga mulai tergenang.
Banjir juga memicu kemacetan, terutama di akses menuju dan dari Pintu Tol
Karawang Barat.

7777
2.2.2

Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Contoh banjir

danau adalah banjir ketika situ gintung pada tahun 2009.

Berita banjir bandang di Jakarta Jumat pagi (27/3/09) sangat


mengejutkan. Dengan korban lebih dari 50 orang meninggal tentusaja ini sebuah
bencana yang cukup serius terjadi di dekat Ibu Kota lagi.
Melihat sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan sementara
yang ada adalah keringkan saja danau ini, dan jangan dibendung lagi.
Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena disitu ada sebuah taman
wisata yg sangat bagus. Namun alasan sederhana dibawah barangkali perlu
dipikirkan secara seksama. Dibawah ini adalah gambar korban banjir situ gintung.

2.2.3

Banjir Laut pasang


Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Dibawah ini

adalah beberapa daerah yang terkena banjir laut pasang.


JAKARTA
Air pasang kembali melanda kawasan Jakara Utara. Akibatnya beberapa
ruas jalan mengalami kemacetan dan tak jarang motor yang melintas pun
akhirnya mogok.

Seperti dilansir situs TMC Polda Metro Jaya, Senin (12/1/2009) air
pasang ini terdapat di enam titik ruas jalan di antaranya, Jalan Martadinata Pos
I dengan ketinggian air mencapai 10 cm.

10

Kemudian, depan Pospol Volker setinggi 30 cm,Jalan Baru Ancol


dengan ketinggian air 20 cm, depan Alexis Pademangan setinggi 10 cm, dan
Penjaringan tepatnya Muara Baru Ujung setinggi 40 cm serta Teluk Gong
setingi 30 cm.
Untuk di Penjaringan karena ketinggian air pasang cukup tinggi,
akibatnya banyak motor yang mogok ketika melintas, ujar petugas Satwil
Jakut Aiptu Guntur.
Dia menambahkan saat ini walaupun terdapat air pasang, namun
sejumlah arus lalu lintas tidak sampai dialihkan oleh petugas. Masih normal
,hanya ketika melintas dititik -titik tersebut kendaraan berjalan harus pelan
-pelan karena situasi benar -benar padat , jelasnya. (ram)
JAKARTA-Banjir rob akibat pasang air laut yang biasanya hanya
melanda perumahan warga Jakarta Utara kini semakin meluas hingga
menggangu aktivitas bisnis.
Genangan air yang mencapai luas satu kilometer itu diakibatkan
lambatnya pembangunan tanggul dan perilaku masyarakat. Permukaan air
setinggi pinggang orang dewasa di mulai menutupi Jalan Muara Baru di
Kelurahan Penjaringan dan Jalan R.E Martadinata, Kelurahan Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Banjir mulai terjadi pukul 10.00 WIB dan mulai surut pukul
15.00 WIB.
Akibatnya terjadi kemacetan di ruas jalan tersebut dan tertundanya
sejumlah kegiatan bisnis. Seorang distributor ikan, Saiful Bakrie (21), mengaku
banjir membuatnya tertunda untuk memasok ikan ke sejumlah restoran di
Jakarta. Akibatnya pesanan ada yang dibatalkan. Untuk menjaga pelanggan,
terkadang dia harus menerobos banjir dengan menggunakan jasa angkut becak.
Biayanya operasional bisa naik, untuk mencapai pusat grosir ikan perlu
mengeluarkan biaya Rp70 ribu pulang balik, ungkapnya di Jakarta, Senin
(1/12/2008).
Apalagi waktunya bisa habis untuk menunggu banjir mulai surut, luas
genangan air yang mencapai satu kilometer itu bsia sampai malam baru mulai
surut. Hanya mobil besar yang bisa menerobos, mobil ukuran sedang tidak

11

bisa. Apalagi motor, kata Arafiq (20), suplier ikan di restoran kawasan Jakarta
Selatan.
Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto tanggul di Muara Angke
dan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, sudah hampir selesai dibangun.
Pembangunan tanggul sepanjang 3.400 meter terbuat dari beton dan batu kali.
Ketinggian tanggul mencapai 1,3 meter hingga 2 meter dari permukaan tanah
atau 3 meter dari ketinggian air di pelabuhan Tanjung Priok. Dapat
mengantipasi

rob

hingga

tahun

2025

nanti,

ungkap

Prijanto.

Ketinggian tersebut diperkirakan sudah mencapai batas aman dari ketinggian


rob. Bahkan apabila terjadi penurunan tanah dan kenaikan pasang laut tanggul
ini cukup aman mencegah air pasang masuk.
Dengan perkiraan catatan tertinggi air pasang 2,2 meter saja, tanggul
masih memiliki jarak aman 60-80 centimeter. Namun tanggul yang berada di
luar wilayah Pemprov DKI itu hingga kini masih belum ada aktivitasnya.
Tanggul di wilayah otorita Pelindo II di sisi timur Muara Baru belum terlihat
ada aktifitas pembangunan tanggul. Sama halnya tanggul yang ada di wilayah
Pelabuhan Ikan Zamzami, Muara Baru, yang menjadi tanggung jawab
Departemen Perikanan dan Kelautan. Sama sekali belum ada aktifitas,
ungkap

Lurah

Penjaringan

Budi

Santoso.

Humas Pelindo II Hambar Wiyadi mengatakan PT Pelindo II Tanjung Priok


akan membangun dermaga baru di sebelah barat yang saat ini menjadi gudang
penyimpanan batu bara. Kami akan bangun tanggul permanen sepanjang 200
meter termasuk break water nya, ungkap Hambar.
Karawang
Sedikitnya seratus rumah di Kec. Cilebar dan Tempuran Kab. Karawang
diterjang limpasan pasang air laut (rob), Selasa (13/1) kemarin. Bahkan, 10
hektare tambak udang dan bandeng siap panen, juga turut tersapu rob.
Di Kec. Cilebar, limpasan pasang air laut merendam rumah warga di
Dusun Sukamulya, Desa Pusakajaya Utara, antara pukul 8.00 WIB hingga

12

pukul 11.00 WIB. Ketinggian air berkisar antara 50 sentimeter sampai dengan
dua meter.
Menurut Kepala Desa Pusakajaya Utara Warman Abdurahman, di
sepanjang Pantai Cilebar tercatat ada sekitar 100 rumah yang terkena gulungan
ombak. Ia pun memerintahkan warganya untuk segera mengungsi sebelum
ombak yang lebih besar datang lagi.
Warman menyebutkan, akibat terjangan ombak dengan ketinggian dua
meter tersebut, sedikitnya 10 rumah mengalami kerusakan cukup parah.
Bahkan, satu di antaranya ambruk.
Salah seorang warga, Rohi (32), menyebutkan, para penghuni sepuluh
rumah itu telah mengungsi. Tetapi, yang lain masih bertahan karena tidak
memiliki tempat tinggal lain, ucapnya.
Selain merusak rumah, limpasan pasang air laut itu juga merusak jalan
sepanjang satu kilometer. Ketinggian air di jalan tersebut mencapai 50
sentimeter sehingga menyebabkan kendaraan-kendaraan yang melintas tak
mampu menembus jalanan karena mogok setelah mesin kendaraan terendam
air.
Menurut Warman, rendaman air baru surut sekitar pukul 13.30 WIB.
Karena khawatir akan ada rob lanjutan, maka para nelayan pun urung melaut.
Sementara itu, di Kec. Tempuran, rob menyapu 12 rumah dan
menggagalkan panen tambak udang dan bandeng seluas 10 hektare. Berbeda
dengan di Kec. Cilebar, rob melanda pesisir Pantai Ciparagejaya, Desa
Ciparagejaya, sekitar pukul 13.00 WIB.
Sejak empat hari lalu, nelayan Ciparagejaya mulai menghentikan
aktivitasnya melaut. Mereka khawatir dengan kondisi laut yang tidak menentu.
Menurut Manajer Koperasi Unit Desa Mina Singaperbangsa, Aep
Suhardi, akibat musibah itu, petani tambak menderita kerugian cukup besar.
Sedangkan angka kerugiannya masih kami hitung, ungkapnya.

13

Selain itu, rob juga telah melumpuhkan aktivitas di tempat pelelangan


ikan setempat. Dalam pandangan nelayan, sia-sia mereka melaut saat kondisi
cuaca buruk karena hasilnya tidak akan maksimal.
Sementara itu, di wilayah Karawang Kota, hujan deras turun sepanjang
hari kendati beberapa saat sempat berhenti. Namun, belum ada laporan adanya
banjir di wilayah tersebut. Bahkan, ketinggian Sungai Citarum masih dalam
keadaan normal.
CILACAP
Kawasan air pasang (rob) di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah (Jateng)
meluas, dampak dari kerusakan hutan mangrove akibat ilegal loging.
Ketinggian air pasang juga sudah mengkhawatirkan warga yang
bermukim diwilayah Segara Anakan dan sejumlah kecamatan di Cilacap barat.
Sejumlah kecamatan yang kini menjadi langganan rob, adalah kecamatan
yang sebelumnya merupakan hutan mangrove, antara lain di Kampunglaut di
desa

Ujung

Gagak

dan

Ujung

Alang,

Kec/Desa

Bantarsari,

Kec.

Gandrungmangu meliputi Desa Cisumur, Kec. Kawunganten di Desa Cisumur,


Kedungreja, Sidaurip, Grugu Ujungmaning dan sejumlah desa di Cilacap barat.
Desa dan kecamatan tersebut sebelumnya adalah hutan mangrove.
Hilangnya mangrove akibat ilegal loging dan sedimentasi menyebabkan
kawasan rob makin meluas dan tinggi, kata Camat Kampunglaut Herdiman.
Selain ancaman air pasang yang datang secara mendadak, hilangnya
mangrove telah dirasakan olah masyarakat perikanan tangkap, akibatnya
jumlah tangkapan semakin berkurang dan suhu udara yang semakin panas.
Hardiman, menambahkan, ratusan rumah di Segara Anakan tergenang air
pasang yang mencapai ketinggian diatas lutut orang dewasa. Rob datang
secara tiba-tiba, pada musim hujan kali ini frekwensinya rob makin tinggi,
terangnya,
Raratusan hektar lahan persawahan tidak bisa ditanam akibat terinterusi
air laut, antara lain lahan di Ujung gagak, motean dan klaces.

14

Guna mengurangi kawasan rob, pihak Perhutani tahun ini sudah


menanam mangrove sebanyak 700 ribu batang dikawasan kosong dan tahun
sebelumnya mencapai 2 juta batang.
Sementara di wilayah Cilacap barat masih terdapat 400 hektar lahan
kosong yang saat ini masih merupakan sengketa antara Perhutani dan warga.
Lahan bekas hutan mangrove berada di Kec. Bantarsari Gandrungmangu dan
Kec, Kawunganten.
Kita sudah melakukan pendekatan terhadap masyarakat agar kawasan
kosong tersebut ditanam mangrove kembali melalui lembaga masyarakat desa
sekitar hutan (LMDH). Dan nampaknya sudah ada titik terang, warga sudah
mulai menyadari fungsi mangrove mereka mau kita ajak kerja sama,
tambahnya.
2.3

Penyebab Terjadinya Banjir


Sering sekali terjadinya banjir, dan hampir setiap kali hujan, maka pasti

ada saja daerah yang terkena banjir. Apa penyebab banjir itu, secara umum,
penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut.
2.3.1

Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,

Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan


dan terjadinya banjir adalah penebangan hutan.
Banyak tipe kayu yang digunakan untuk
perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari
hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika
Selatan.

Dengan

membeli

tertentu,

orang-orang

di

produk
daerah

kayu
seperti

Amerika Serikat secara langsung membantu


perusakan hutan hujan. Walau penebangan
hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu
yang

mengurangi

kerusakan

lingkungan,

kebanyakan penebangan hutan di hutan sangat merusak.

15

Pohon-pohon besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan, sementara jalan akses
yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan
pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan diri pada
hewan-hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu hewanhewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan.
Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan di hutan hujan
yang telah ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang
ditemukan di hutan hujan utama yang belum tersentuh. Banyak hewan di hutan
hujan tidak dapat bertahan hidup dengan berubahnya lingkungan sekitar.
Penduduk lokal biasanya bergantung pada penebangan hutan di hutan hujan untuk
kayu bakar dan bahan bangunan. Pada masa lalu, praktek-praktek semacam itu
biasanya tidak terlalu merusak ekosistem. Bagaimanapun, saat ini wilayah dengan
populasi manusia yang besar, curamnya peningkatan jumlah orang yang
menebangi pohon di suatu wilayah hutan hujan bisa jadi sangat merusak. Sebagai
contoh, beberapa wilayah di hutan-hutan di sekitar kamp-kamp pengungsian di
Afrika Tengah (Rwanda dan Congo) benar-benar telah kehilangan seluruh
pohonnya.
2.3.2

Pendangkalan sungai,

1. Pembuangan

sampah

yang

sembarangan,

baik

ke aliran sungai

mapupun gotong royong,


2. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
3. Pembuatan tanggul yang kurang baik,
4. Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
2.4

Dampak Negatif Dari Banjir


Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
1. Rusaknya areal pemukiman penduduk,
2. Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
3. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
4. Rusaknya areal pertanian

16

5. Timbulnya penyakit-penyakit
6. Menghambat transportasi darat
2.5
2.5.1

Cara Mencegah Banjir


Lubang Resapan Biopori - Mencegah Banjir Dimusim Banjir
Hujan turun banjirpun datang, begitulah fenomena yang kini terjadi di

beberapa daerah di negri kita ini. Setiap musim hujan tiba, banyak orang selalu
khawatir akan datangnya banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan air di
musim kemarau menjadi masalah yang serius dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal didaerah
pinggiran sungai. Namun jangan heran, dataran yang jauh dari sungai pun kini
sudah tidak luput dari banjir. Akhir-akhir ini, banjir tidak lagi terjadi di daerah
pinggiran sungai saja, namun banjir terjadi juga di daerah dataran tinggi. Hal ini
terjadi karena tanah sudah kehilangan fungsinya dalam menyerap air, akibat dari
maraknya penebangan hutan dan pembangungan gedung dan perumahan yang
tidak ramah lingkungan. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat
mengurangi banjir tahunan, yaitu dengan menanam banyak pepohonan agar air
hujan tidak langsung
mengalir ke sungai, tetapi tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air pada
akar pepohonan akan berfungsi sebagai reservoir di musim kemarau.
Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah ke sungai
atau ke jalanan, juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang
sembarangan, sampah dapat menyumbat saluran-saluran air yang ada dan
mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara yang
terbaik untuk daerah perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan kewajiban bagi
warganya untuk membuat sumur resapan melalui SK Gubernur DKI nomor 17
Tahun 1992, yang telah dijadikan Perda no. 17/1996, isinya mewajibkan warga
Jakarta mebuat sumur resapan. Namun karena biaya pembuatan yang cukup
mahal, maka kebanyakan warga DKI tidak melaksanakan aturan perda tersebut.

17

Itu salah satu sebab mengapa banjir selalu terjadi dan semakin parah saja setiap
tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi banjir
sangat memegang peranan penting. Kurangnya kepedulian warga dan lemahnya
peran pemerintahan menjalankan peraturan yang ada, memicu masalah banjir
semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta
diharapkan akan mengurangi terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun
pembangunan kanal tersebut tidak menjamin bahwa banjir tidak akan terjadi.
Kepedulian warga tetap memegang peranan penting dalam mencegah banjir.
Tanpa ada partisipasi masyarakat secara luas, banjir sudah dipastikan akan datang
kembali.
Salah satu cara terbaru, dengan biaya cukup murah, untuk mengatasi
banjir ini adalah dengan mebuat lubang resapan Biopori di dalam tanah. Biopori
sendiri merupakan pori-pori berbentuk lubang (terowongan) yang terbentuk oleh
aktivitas organisme tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang
akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana ronggarongga tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke
dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak, maka
kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat.
Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil
peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Dengan kata lain akan
mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi. Karena air dapat diserap langsung
ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat
lubang vertikal kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan
organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput dan
vegetasi lainnya.
Bahan organik ini, melalui proses pengomposan, menjadi sumber energi
bagi organisme di dalam tanah. Dengan adanya bahan organik yang cukup,

18

aktifitas mereka didalam tanah akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas


organisme dalam tanah maka akan semakin banyak rongga-rongga biopori yang
terbentuk.
Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan dengan
membuat sumur resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya bahan yang
cukup besar. Lubang Biopori bisa dibuat dimana saja; gedung perkantoran, taman
dan kebun, pelataran parkir, halaman rumah terutama disekitar rumah yang
berlahan sempit sekalipun, dan juga bisa dibuat di dasar parit. Dengan alat yang
sederhana, pembuatan lubang biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah
tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc, peneliti
dan dosen Department Limu Tanah dan Sumber Daya Alam IPB tahun 1976.
Sebelum disosialisasikan ke masyarakat, ia sudah memakainya selama 20 tahun
lebih di lingkungan rumahnya.
2.5.2

Cara mebuat lubang resapan biopori


Buat lubang berbentuk silinder secara vertikal ke dalam tanah dengan

diameter 10 cm, dengan kedalaman lubang 80-100cm. Lubang resapan ini bisa
dibuat halam rumah, didasar saluran air (got), batas antara tanam dan teras, atau
pada tanah lapang berumput, dimana ada genangan dan aliran air hujan. Alat
pembuat lubang biopori dapat di beli di kampu IPB dan juga di Toko Trubus
terdekat, seharga Rp. 175. 000,-.
Agar pinggiran lubang tidak cepat rusak, bibir lubang diperkuat dengan
adonan semen selebar 2-3 cm dengan tinggi 10 cm, disekeliling mulut lubang agar
tak cepat rusak terkikis. Atau memasang pipa paralon diamerter 12cm di bagian
atasnya.
Masukan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa-sisa
tanaman, daun yang terjatuh mengering, potongan rumput dan sampah vegatasi
lainnya kedalam lubang tersebut. Sampah organik ini memancing binatangbinatang kecil seperti cacing atau rayap masuk kedalam lubang dan membuat
rongga biopori sebagai saluran-saluran kecil. Sampah dalam lubang akan menjadi

19

sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses
pengomposan. Sampah yang telah terurai oleh microba ini dikenal sebagai
kompos yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Melalui proses seperti
itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga
sekaligus berfungsi sebagai alat pembuat kompos.
Tambahkan sampah organik kedalam lubang, karena sampah lambat laun
akan menyusut. Setelah lubang dirasakan sudah penuh, kompos bisa diambil
untuk dijadikan pupuk tanaman. Kompos dapat dipanen pada setiap periode
tertentu dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman,
seperti tanaman hias, sayuran, buah-buahan dan jenis tanaman lainnya.
2.5.3

Cara Penanggulangan Banjir


KETIKA banjir datang, selalu terjadi saling menuding tentang siapa yang

salah. Di lain pihak, para ahli cendekia lalu sibuk mengeluarkan pendapat tentang
apa dan mengapa terjadi banjir. Ketika banjir surut, perhatian akan banjir ikut
surut pula. Kemudian ribut-ribut lagi ketika musim berganti dan banjir datang
berulang.
Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir. Pertama,
memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan belum
tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir.
Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi
sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai, mengeruk
endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus akrab
melanda permukiman warga. Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling
murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu
dengan membangun rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir. Pertama,
metode struktur, yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun
waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepi
sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai, sistem polder, serta
pemangkasan penghalang aliran.

20

Anggaran tak seimbang Dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku


kepentingan (stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada political will
dari pemerintah, yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir secara hibrida,
dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan non-struktur secara
simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam implementasinya, penanggulangan
banjir yang dilakukan pemerintah masih sangat sektoral, alokasi anggaran
antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir metode struktur
alias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran metode
nonstruktur yang lebih berbasis masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis
masyarakat tidak kalah pentingnya.
Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain
pembuatan peta banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir,
sosialisasi sistem evakuasi banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi
rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam
penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain
pengedalian erosi, pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang
sampah dan limbah ke sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan
lindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
konservasi.
Rumah akrab banjir
Hingga dekade yang lalu, cita-cita para ahli banjir masih terus
mengumandangkan slogan "bebas banjir" dengan memaksakan teknologi untuk
melawan banjir, antara lain sodetan, tanggul sungai, bendungan, dan sebagainya.
Namun, dalam diskusi dan publikasi mutakhir tentang manajemen bencana banjir,
terjadi perubahan paradigma. Di Vietnam, khususnya warga yang hidup di DAS
Mekong, \-ang semula bermimpi untuk bebas dari banjir (free from flood),

21

akhirnya memutuskan hidup bersama banjir [living with flood), antara lain dengan
mengubah rumah-rumah mereka menjadi rumah panggung.
Saat ini, banyak institusi penelitian yang melakukan penelitian konsep rumah
akrab banjir, salah satunya Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
(Puskim), di Jalan Pa-nvaungan. Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung. Ada yang
unik dari desain rumah akrab banjir kreasi peneliti Puskim ini, bukan berupa
rumah panggung, tetapi rumah apung, yang bisa naik turun sesuai ketinggian
banjir. Apa pun desainnya, sebaiknya kreasi para peneliti ini segera
diimplentasikan di daerah rawan banjir bekerja sama dengan dunia usaha.
Mengajak masyarakat membangun rumah panggung merupakan tantangan
tersendiri, selain perlu uang ekstra untuk rekonstruksi rumah, juga perlu
sosialisasi membiasakan diri hidup di rumah panggung. Namun, cara hidup akrab
bersama banjir seperti ini relatif lebih murah dan berkelanjutan dibandingkan
dengan cara relokasi maupun penerapan metode teknologi penanggulangan banjir
yang belum tentu berhasil.
Tentunya komitmen hidup akrab bersama banjir, tetap dilandasi semangat
tidak melanggar peraturan yang berlaku. Misalnya Perda Provinsi Jawa Barat
Nomor

Tahun

2006

tentang

Pengelolaan

Kawasan

Lindung

yang

mengamanatkan perlunya perlindungan terhadap sempadan sungai untuk


melindungi fungsi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kondisi sungai serta mengamankan aliran sungai. Salah satu kriteria
sempadan sungai disebutk; sekurang-kurangnya tiga puluh meter
dihitung dari tepi sungai untuk sungai yang tidak ber-tanggul. Penanggulangan
banjir memang kompleks, apalagi masyarakat tidak diajak berperan, jadi memang
pantas ada sindiran bahwa sejak tiga dekade lalu telah sejuta rencana, tetapi
penanggulangan banjir belum juga berhasil.

22

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai daerah

di negri kita, misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah
besar dan banyak memakan korban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan
manusia sendiri, misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar dihutan,
maka terjadilah banjir, kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan
sehingga mengakibatkan aliran air tersumbat, maka jadilah banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap
atau prilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif
untuk menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab
banjir.
3.2

SARAN
Saran dari penyusun adalah Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar

Tidak Terjadi Hal-hal yang Tidak Diinginkan Semisal Banjir.


Jaga kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar terhindar
dari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti kematian
yang diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.

23

Anda mungkin juga menyukai