3 April 2005
Abstrak
Kritik dan penolakan terhadap Israiliyat dalam tafsir Al-Quran dalam
konteks memelihara kemurnian ajaran Islam telah banyak mewarnai
lembaran kajian keIslaman modern. Keberadaan cerita-cerita ini sedikit
banyak telah menghadirkan image (gambaran) bahwa Islam adalah agama
Khurafat, takhayyul, dan penuh dongeng. Cerita-cerita ini juga disinyalir
telah dimodivikasi oleh musuh-musuh Islam untuk menimbulkan keraguan
terhadap akidah dan ajaran Islam. Namun demikian menurut beberapa tokoh
Islam keberadaan cerita cerita tersebut tidak serta merta harus dihilangkan,
sebab tidak sedikit pula Israiliyat yang ada dalam tafsir Al-Quran yang
dapat dipertanggung jawabkan riwayatnya, dalam hal ini ulama telah
memberi batasan-batasan tertentu bagaimana kita bersikap terhadap ceritacerita tersebut.
Kata kunci : Israiliyat, riwayat, yahudi, ajaran Islam
A. Mukaddimah
Israiliyat sangat identik dengan cerita orang-orang Ahlul kitab pada
masa lalu yang berkaitan dengan ajaran-ajaran keagamaan. Masuknya kisahkisah ini ke dalam penafsiran Al-Quran dengan berbagai bentuknya sebenarnya
sudah sejak lama menjadi salah satu bahan pembicaraan dan pemikiran para
cendekiawan Muslim. Di antara mereka banyak yang menengarai bahwa kisahkisah itu mengandung unsur-unsur yang sangat merugikan nilai-nilai kemurnian
ajaran Islam.
Jika sinyalemen para cendekiawan tadi merupakan kebenaran, maka
sikap yang harus diambil terhadap kisah-kisah Israiliyat itu tidaklah identik
dengan sikap menolak secara a priori karena ternyata tidak sedikit pula di antara
kisah-kisah Israiliyat itu yang nilai kesahihannya cukup meyakinkan, baik dari
segi riwayah maupun dari segi dirayahnya. Untuk itu yang penting adalah
mengetahui gambaran yang sebenarnya dari kisah-kisah itu dan menempatkannya
pada proporsinya yang wajar agar terhindar dari ekses-ekses yang
ditimbulkannya.
Penulis adalah dosen tetap (program SI) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran
(STIQ) Amuntai.
42
B. Pengertian Israiliyat
Israiliyat adalah kata bentuk jamak dari kata Israiliyah yang merupakan
isim yang di-nisbat-kan kepada Israil, berasal dari bahasa Ibrani yang artinya
Hamba Tuhan. Dan yang dimaksud dengan Israil dalam konteks ini adalah
adalah Nabi Yaqub ibn Ishaq ibn Ibrahim As 1 Hal ini juga didasarkan atas hadits
riwayat Abu Dawud Al-Tayalisi dari Abdullah ibn Abbas ra. yang menyatakan :
Sekelompok orang Yahudi telah datang kepada Nabi Saw., lalu beliau
bertanya kepada mereka :Tahukah anda sekalian bahwa sesungguhnya
Israil itu adalah Nabi Yaqub As.? Mereka menjawab : Betul.
Kemudian Nabi berdoa :Wahai Tuhanku, saksikanlah pengakuan
mereka ini!. 2
Demikian juga dalam Al-Quran nama Israil dipakai sebagai nama Nabi
Yaqub As. Yang kepada beliau bangsa Yahudi dinisbatkan sehingga mereka
disebut Bani Israil, antara lain dalam firman Allah yang artinya : Semua
makanan halal bagi Bani Israil selain makanan yang diharamkan oleh Israil
(Yaqub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Q:3:93).
Sedangkan menurut istilah ahli tafsir dan hadits, yang dimaksud dengan
kata Israiliyat ialah kisah atau peristiwa yang diriwayatkan dari sumber Israili.
Walaupun tampaknya kata Israiliyat ini menunjukkan kepada kisah-kisah yang
asalnya diriwayatkan dari sumber Yahudi, para ahli tafsir dan hadits dan
beberapa cendikiawan Muslim lainnya menggunakan istilah tersebut dalam arti
yang beragam.
Muhammad ibn Muhammad Abu Syuhbah memaparkan Israiliyat
sebagai berikut :
Cerita, dongeng, khurafat, yang dibuat oleh sumber Yahudi untuk
menumbulkan keraguan terhadap ajaran Islamdan memalingkan manusia
dari ajarannya 3
Husain Al-Zahabi mengemukakan masalah ini dalam dua pengertian :
43
1.
Kisah dan dongeng kuno yang menyusup ke dalam tafsir dan hadits,
yang asal periwayatannya kembali kepada sumber Yahudi, Nasrani,
atau yang lain.
Sebagian ahli tafsir dan hadits memperluas lagi pengertian Israiliyat ini
sehingga mencakup pula cerita-cerita yang sengaja diselundupkan oleh
musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadits, yang sama sekali tidak
dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber lama. 4
2.
44
Khalaf Muhammad Al-Husaini, Al-Yahudiyah Bain Al-Masihiyah Wa AlIslam, Al Muassasah Al-Misriyah Al-Ammah,Mesir, 1964, h. 53
8
Ahmad Khalil, Op. Cit., h. 113
9
Ahmad Ibn Hambal, Musnad III, Al-Maktab Al-Ilmi Wa Dar Sadir, Beirut,
h. 1987
10
Al-Imam Bukhari, Shahih Al-Bukhari, IV, Dahlan, Surabaya, h. 270
45
Janganlah kamu benarkan orang-orang ahli kitab itu,dan janganlah
kamu dustakan mereka. Katakanlah oleh kamu : Kami beriman kepada
Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa
yang diturunkan kepadamu. 11
1F
Bicaralah tentang Bani Israil dan tidak ada halangan berbicara tentang
hal itu, dan barang siapa yang berdusta terhadap saya maka hendaklah
dia menempati tempat duduknya dari api neraka 12.
12F
Loc. Cit.
Al-Imam Bukhari, op.cit.h.572
46
13
47
Di sini tampak Ibn Katsir meninjau Al-Quran dan Israiliyat dari segi
kandungannya, dan atas dasar itulah kritiknya terhadap Israiliyat dilancarkan.
Demikian pula yang dilancarkan oleh Al-Baqai tadi. 16
Dalam pada itu Al-Zahabi telah membagi kitab-kitab tafsir menurut
caranya mengetengahkan riwayat Israiliyat dalam enam kelompok :
1. Kitab-kitab tafsir yang meriwayatkan Israiliyat lengkap dengan kritik
dan penilaian. Kitab yang paling populer yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah Tafsir Al-Tabari.
2. Kitab tafsir yang meriwayatkan Israiliyat lengkap dengan sanadnya,
kemudian memberikan komentar disertai penjelasan kebatilannya.
Kitab yang populer yang termasuk ke dalam kelompok ini ialah Tafsir
Ibn Katsir.
3. Kitab-kitab Tafsir yang meriwayatkan Israiliyat dengan panjang lebar
tanpa menyebut sanadnya sedikit pun di samping tidak memberikan
komentar penilaian benar-salahnya riwayat itu. Yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah Tafsir Muqatil Ibn Sulaiman (W. 150 H).
4. Kitab-kitab tafsir yang meriwayatkan Israiliyat tanpa menyebutkan
sanadnya, tetapi kadang kala memberikan isyarat terhadap segi
kelemahannya, dan kadang-kadang dengan tegas, tetapi juga terkadang
tidak memberikan penilaian sama sekali walaupun ternyata riwayat
yang dibawakannya jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip syara.
Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Tafsir Al-Khazin (W.
741 H).
5. Kitab-kitab tafsir yang membawakan Israiliyat tanpa sanad, sedangkan
tujuan utamanya adalah untuk menjelaskan kepalsuan dan kebatilannya,
dan sangat langka riwayat itu dibawakan tanpa diberi komentar. Yang
termasuk kelompok ini adalah Tafsir Al-Alusy (W. 1270 H).
6. Kitab-kitab tafsir yang menyerang dengan gencar para mufasir yang
genar membawakan Israiliyat. Yang termasuk ke dalam kelompok ini
ialah Tafsir Al-Manar susunan Al-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha
(W. 1354 H). 17
Walaupun untuk mencari kepastian yang meyakinkan dari hasil
penelitian Husain Al-Zahabi ini memerlukan penelitian yang lebih intensif lagi,
dan diakui hal ini merupakan tugas yang berat, dari penelitiannya itu paling tidak
sudah tergambar betapa besar pengaruh riwayat Israiliyat ke dalam kitab-kitab
tafsir yang ada.
16
17
48
3.
49
5.
20
50
F. Khulashah
Sebagai penutup uraian ini, sepantasnya diperhatikan batasan yang
dikemukakan oleh Al-Zahabi dalam kitabnya, Al-Tafsir, I, halaman 179. Ia
menyimpulkan nilai Israiliyat itu yang sekaligus merupakan batasan-batasan
pokoknya sebagai berikut :
1.
2.
3.
51
DAFTAR PUSTAKA
52