membahas:
Diskusi
diskusi
Email
Pos
Data pasien:
Nama: Dede
Nomor Registrasi:
Nama Puskesmas:
Puskesmas Cijagra
Lama
Telp:
Terdaftar sejak:
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Keputihan yang keluar dari kemaluan
2. Riwayat Pengobatan: 3. Riwayat kesehatan/Penyakit: 4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
5. Riwayat pekerjaan: pasien adalah IRT
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN) : pasien
berasal dari keluarga mampu
7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): 8. Lain-lain: (diberi contoh: Pem Fisik, lab dan tambahan yang ada, sesuai dengan fasilitas
wahana)
Hasil Pembelajaran: Mengetahui manajemen penanganan pasien baik preventif, kuratif
dan rehabilitatif di Puskesmas
BERKAS PORTOFOLIO
2.1
Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit melainkan
gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan bukan merupakan
darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar,
bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu
sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina
merupakan organ berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang
ditutupi epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai
kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh sebagai pelicin dan
pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih
keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak
mengganggu,
tidak
terdapat
meliputiCorinebacterium,
darah,
Bacteroides,
dan
memiliki
pH
3,5-4,5.
Peptostreptococcus,
Flora
Gardnerella,
normal
vagina
Mobiluncuc,
Mycoplasma danCandida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang
dihasilkan olehLactobacillus Doderlin.
Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik. Fluor albus fisiologik
diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar bartholin dibibir
kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta bakteri normal didalam vagina,
bersifat asam dan berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan mengandung
banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan
berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan fluor albus patologik,
begitu pula pada adneksitis. Fluor albus juga ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila
tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.
2.2
Epidemiologi
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia
muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan
sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi yang rendah.
Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya Bakteri Vaginosis (BV)
adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina), Vulvovaginal Candidiasis (VC)
disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh candida albicans, Trichomoniasis (TM)
disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina.
2.3
Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio
vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a)
Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b)
c)
Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran
transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima
penetrasi pada senggama.
d)
e)
Kehamilan
f)
Stres, kelelahan
g)
h)
Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit
menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative Neisseria gonorrhoeae ditemukan oleh
Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji kopi, bakteri yang tidak dapat
bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 1,6 mikro,
bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung
mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya
memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk
tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak
dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37C dan pH 7.2-8.5
untuk pertumbuhan yang optimal.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama
diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat desinfektan
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili dan
bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat
pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang. Organisme ini menyerang membran
mukosa, khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra, servik uteri, rectum, dan konjungtiva.
Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit traukoma. Bakteri
ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan
terdapat perdarahan vagina yang abnormal. Dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan
pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel
vagina.
Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap
sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell.
Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5.
Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan.
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan penyakit dapat terlihat sebagai
kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk spiral P: 6 15 ,
L: 0,25 , lilitan: 9 24 dan tampak bergerak aktif (gerak maju & mundur, Berotasi undulasi sisi ke
sisi) pada pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap.
b. Jamur
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah atau seperti
keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan. Dengan KOH
10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa).
Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak berputar-putar
penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-35% dapat juga disebabkan virus herpes
simpleks tipe 1.
ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pada sel) yang tidak
berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel.
Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata. Kondiloma ditandai
dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger
ayam berukuran besar.
Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui senggama
dengan gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai gangguan sistem imun tubuh seperti pada
kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah
transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS.
2. Iritasi :
a) Sperma, pelicin, kondom
b) Sabun cuci dan pelembut pakaian
c) Deodorant dan sabun
d) Cairan antiseptic untuk mandi.
e) Pembersih vagina.
f) Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
g) Kertas tisu toilet yang berwarna.
3. Tumor atau jaringan abnormal lain
Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan pertumbuhan sel
normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan
mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang
bertambah untuk memberikan makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau busuk
akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai adanya darah yang tidak segar.
4. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai sewaktu
senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang
pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat
mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor
albus.
5. Radiasi
6. Fistula
7. Penyebab lain :
a) Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
b) Tidak diketahui : Desquamative inflammatory vaginitis
2.4
Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan
suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi,
khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak
sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel
vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi,
kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis
antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, dan hasil metabolit
lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri
patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein)
dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan
berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah
pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi,
kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat,
pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau
peningkatan
hormon
esterogen
dan
progesterone
karena
kontrasepsi
oral
menyebabkan
perlekatanCandida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan
jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa
asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga
menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan
virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri
patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami
proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan
vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen
peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu
pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat
dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina
dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor
albus pada vaginosis bacterial.
Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia,
menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek,
higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan
yang kuat.
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan suatu
tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar
perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:
-
merah, edema, labia mayora dapat bengkak, merah dan nyeri tekan. Cairan yang keluar dari vagina
pada infeksi ini yang lebih dikenal dengan nama gonorrhea ini berwarna putih kental/ kekuningan
(mukopurulen) yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang
mengandung Neisseria gonorrhea. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa nyeri
waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi
dan sekret mukopurulen.
Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis
Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau wanita dewasa, fluor
albus yang terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang
fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan
seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks..
Kontak seksual
Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma Akuminata, Herpes
Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak seksual terakhir dan dengan siapa
melakukan.
Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama temannya kemungknan tertular penyakit infeksi
yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar
menukar alat mandi atau handuk.
ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu
ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan
etiologinya.
Hamil atau menstruasi
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada keadaan ini fluor
albus yang terjadi adalah fisiologis.
Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh rangsangan fisik
1.
2.
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human Papiloma
Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil terapi. Secara klinik, untuk
menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
(1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
(2) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
2.7
Penatalaksanaan
Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung, pemakaian
obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini.
1)
Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan dengan
menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya penularan PHS termasuk AIDS.
2)
menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap
microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis
yang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal
terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum
bermanfaat pada pasien menaupose dengan gejala yang berat.
3)
pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker yang terjadi
berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahim memberikan gejala keputihan berupa
sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan mencegah
berulangnya keputihan yaitu dengan:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya
untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora
normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari
pemakaian
barang-barang
yang
memudahkan
penularan
seperti
meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan
kecemasannya.
Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya, antara lain:
1. Bakteri
a. Gonorhoea
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Ofloksasin 400 mg/oral
Kanamisin 2 gram im
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr IM
Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari
b. Klamidia trakomatis
Ceftriakson 125 mg SD IM
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
c. Gardnerella vaginalis
hari
Alternatif lain:
2. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Sistemik :
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan seminggu sebelum
haid selama beberapa bulan.
3.
Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan (Harus diberikan pd yg bergejala maupun tidak)
Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau
Metronidazol 2x 500 mg, 7 hr.
4.
Virus
Virus herpes simpleks tipe 2
a. Lesi Primer
Simptomatis : analgesik, kompres NaCl 0.9%
Anti virus:
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 7-10 hari
Valasiklovir 2500 mg/hari selama 7-10 hari
Famciclovir 3500 mg/hari selama 7-10 hari
b. Lesi rekuren
Simptomatis : analgesik
Anti virus:
Kondiloma Akuminata
Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu pengatur kekebalan.
Dapat diberikan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0.5% ditempat dimana kutil
berada. Bila kondiloma berukuran besar dilakukan kauterisasi. Penyebab lain : Vulvovaginitis
psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan
antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
2.8
Prognosis
Prognosis flour albus baik karena infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat timbul
kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan
antibiotik yang sama dapat dipakai.
Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan yang
tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).
BAB. II KASUS
: Ny. Dede
Umur
: 69 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Status
: Belum menikah
Tanggal Pemeriksaan
: 15 Januari 2016
3.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada pasien di Poli KIA Puskesmas Cijagra Lama
Keluhan utama:
Pasien mengeluhkan keluar cairan putih kekuningan seperti susu dari kemaluan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar cairan putih kental dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu. Cairan
bewarna putih (keruh) terkadang abu-abu dan kekuningan. Tidak pernah keluar cairan bewarna coklat
ataupun keabuan. Tidak terdapat darah. Cairan yang keluar terkadang berbau amis tetapi tidak berbau
busuk. Cairan keluar lebih banyak jika pasien akan menstruasi dan stress karena lelah bekerja. Tidak
gatal. Tidak nyeri atau panas saat berkemih. Tetapi pasien menjadi sering berkemih. Siklus menstruasi
pasien lancar. Pasien tidak mengkonsumsi obat konstrasepsi hormonal. Pasien mengaku belum pernah
melakukan hubungan seksual sebelumnnya selain dengan suami. Pasien pertama menstruasi saat
berusia 13 tahun.
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
Kepala/ leher
Thorax
Abdomen
Genital
Ekstremitas
Didapatkan mukosa vagina tampak hiperemis, tampak sisa sekret bewarna putih keabu-abuan,
agak berbau amis, tidak berbau busuk. Sekret tidak tampak seperti busa. Vulva tampak oedem
dan hiperemis, introitus vagina dalam batas normal, serviks dalam batas normal.
3.4 Pemeriksaan penunjang
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3.5 Diagnosis kerja
Fluor albus (Lekorhea) et causa Vaginosis Bacterial
3.6 Diagnosis banding
Fluor albus (Lekorhea) et causa Trichomonas vaginalis
3.7 Penyulit
Tidak didapatkan penyulit pada pasien tersebut
3.8 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Metronidazol 500mg, SD selama 7 hari
Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr
Metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr
Alternatif lain:
b. Non Medikamentosa
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
3.9 Resume
Seorang perempuan berusia 69 tahun datang ke poli KIA dengan keluhan keluar keluar cairan
putih kekuningan kental dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu. Cairan yang keluar terkadang
berbau amis. Cairan keluar lebih banyak jika pasien akan menstruasi dan stress karena lelah
bekerja. Tetapi pasien menjadi sering berkemih. Siklus menstruasi pasien lancar. Pasien tidak
mengkonsumsi obat konstrasepsi hormonal. Pasien mengaku tidak pernah melakukan hubungan
seksual sebelumnnya selain dengan suami. Pasien pertama menstruasi saat berusia 13 tahun. Dari
pemeriksaan fisik mukosa vagina tampak hiperemis, sekret bewarna putih keabu-abuan, berbau
amis. Vulva tampak oedem dan hiperemis.
3.10 Prognosis
Ad vitam
Ad fungsionam
: bonam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
DAFTAR PUSTAKA
Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis Colonitation of the Gravid
cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6.
Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4).
Donders GG. Pathogenesis of Abnormal Vagina Bacterial Flora. Am J Obsted Gynecol 1999;4;872-4
Herman, MJ. Virus pada Penyakit Hubungan Sexual. Maj Kedok Indon 1999;49;457-67
Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita. 1999. Jakarta
Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology A Critical
Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press : Oxford
Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80-8
Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi.
1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran UNHAS RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo : Ujung pandang
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta
Schwabe, RJ. Asymptomatic bacterial Vaginosis. 2000;6;1643-47
Sianturi, MHR. Keputihan Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut. Bagian Obstetri Ginekologi
FKUI, 1996; Jakarta
Wiggins, R. Test to identify sialides activity in Vaginal Swab from Women with Bacterial Vaginosis.
2000;38(8);3069-87
Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada alat
genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta
Worlath H. Analysis of Bacterial Vaginosis Related Amines in Vaginal Fluid by Gas Chromatography
and Mass Spectrometry. J Clin Microbiol 2000,;39;402-6.