Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital
PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan suatu keadaan dimana tekanan bola mata merusak
saraf optik. Biasanya tekanan bola mata yang tinggi secara berangsur-angsur akan
merusak serabut saraf optik sehingga mengakibatkan terganggunya lapangan
penglihatan. Terdapat berbagai keadaan mengenai hubungan tekanan bola mata
dengan kerusakan saraf mata.1,2
Glaukoma pada anak bersifat heterogen. Glaukoma kongenital sendiri,
yang jumlahnya kira-kira 5070 %. Glaukoma kongenital lebih jarang terjadi
daripada glaukoma primer pada dewasa, dan glaukoma infantil lebih jarang lagi.
Pada kasus glaukoma pediatrik, 60 % didiagnosis pada umur 6 bulan dan 80 %
pada tahun pertama kehidupan. Kira-kira 65 % penderita adalah laki-laki, dan 70
% kasus bersifat bilateral.2,3
Karena penemuan gambaran histopatologis pada glaukoma infantil
bervariasi, banyak teori yang telah dikemukakan, yang dibagi dalam 2 kelompok
utama. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa kelainan pada sel atau membran
trabekular meshwork merupakan mekanisme patologi primer. Kelainan ini
digambarkan sebagai salah satu anomali impermeable trabekular meshwork atau
suatu membran yang menutupi trabekula meshwork. Peneliti lain menegaskan
suatu kelainan segmen anterior yang lebih meluas. Termasuk kelainan insersi
muskulus siliaris.1,3
Tekanan bola mata umumnya berada antara 1021 mmHg dengan rata-rata
16 mmHg. Tekanan bola mata dalam sehari dapat bervariasi yang disebut dengan
variasi diurnal. Pada orang tertentu tekanan bola mata dapat lebih dari 21 mmHg
yang tidak pernah disertai kerusakan serabut saraf optik (hipertensi okuli).
Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah.
Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah
retina sehingga mengganggu metabolisme retina, yang disusul kematian saraf
mata. Pada kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkaan gangguan pada
fungsi retina. Bila proses berjalan terus, maka lama kelamaan penderita akan buta
total. Pada glaukoma akut akan terjadi penurunan penglihatan mendadak disertai
dengan rasa sakit dan mata yang sangat merah.1
Pada glaukoma infantil ditemukan tiga gejala klasik, yaitu epiphora,
photophobia dan blepharosme. Diagnosis glaukoma infantil tergantung pada
penelitian klinis yang cermat, termasuk ukuran IOP, diameter kornea, gonioscopy,
ukuran panjang axial dengan ultrasonografy, dan ophtalmoscopy.1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA1,2
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluhpembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah
koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah
luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke
retina. Semua komponenkomponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke
retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan
gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang
akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada
sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impulsimpuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati
kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi
di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor
tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa
mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting
untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium
kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris
yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular
untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke
mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila
terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di
belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati
humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare
yang teratur secara sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih
pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk
lebih konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan fleksibilitas karena usia,
yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat yang
disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang
mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi
dan astigmatisma.
Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua
bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan
retina.
Dia
membiarkan
cahaya
lewat
tanpa
refraksi
dan
membantu
Mikroptalmos
Anomali kornea (mikro kornea, kornea plana, sklerokornea)
Disgenesis segmen anterior (axenfeld-rieger sindrom dan peter sindrom)
Aniridia
Anomali lensa (dislokasi, mokrospherophakia
Hiperplasia persisten vitreus primer
Pada glaukoma kongenital primer iris mengalami hipoplasia
10
12
Trauma lahir
Disgenesis (patern anomali dan sklerokornea)
Distropi (distropi endotelia herediter kongenital dan distropi poli morpous
posterior)
Choristhomas (choristhoma dermoid dan dermis like)
Inflamasi intra uteri (syphilis dan rubella kongenital)
Kelainan metabolik bawaan (mukopolisakaridosis dan cystinosis)
Keratomalasia
Penyakit kulit yang mempengaruhi kornea (ikhthyosis dan koretosis
kongenital).
13
lebih disukai. Pilihan prosedur utama adalah goniatomy, jika korneanya bersih.
Jika korneanya berkabut pilihannya adalah tuberkulotomy ab eksterno. Tingkat
kesuksesannya sama pada kedua prosedur.
-2 agonist atau karbonik anhidrat inhibitor adrenergik antagonist,
mungkin bisa digunakan sebagai terapi utama selama menunggu tindakan operasi
untuk mengontrol IOP dan membantu membersihkan kornea yang berawan.
Penggunaan obat ini harus diperhatikan dan pemberian dosis sesuai dengan berat
badan anak untuk mencegah efek samping sistemik. Pada orang tua harus
dijelaskan tentang sistem drainase nasolakrimalis yang harus dilakukan setidaknya
2 menit segera sesudah pemberian -2 agonis. Dan berhati-hati terhadap adanya
-adrenergik antagonis atau apnoe dan hipotensi. Pada anak yang lebih kecil,
pemberian karbonik anhidrase inhibitor memungkinkan terjadinya asidosis, dan
hipokalemia.1,2,3
Tatalaksana yang dilakukan pada glaukoma kongenital
yaitu membuat lubang pada trabekulum Meshwork supaya ada
saluran pembuangan akuos humor. Pembuatan lubang dapat
dilakukan dengan goniotomi, yaitu operasi membuat torehan
sudut iridokorneal, sehingga terjadi hubuangan langsung COA
dengan kanalis Schlemm, selain itu dapat dilakukan pembukaan
trabekulum yang tidak sempurna tadi dengan cara trabekulotomi
yaitu pada kanalis Schelmm dimasukkan alat seperti probe
kemudian probe diputar kearah COA sehingga jaringan
trabekulum sobek atau terlepas, akibatnya terjadi hubungan
langsung antara COA dan kanalis Schelmm. Operasi filtrasi juga
dapat dilakukan, salah satunya dengan trabekulektomi, yaitu
pembuatan fistula antara COA dengan ruang subkonjungtiva
melalui pengangkatan sebagian jaringan trabekulum secara
bedah, sehingga akuos humor akan dibuang ke ruang
subkonjungtiva. Pemasangan tube implant juga dapat dilakukan
pada glaukoma kongenital karena operasi trabekulektomi
hasilnya tidak memuaskan, fistula akan menutup kembali.
Gabungan trabekulotomi-trabekulektomi aman dan efektif dalam
14
BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata merusak saraf
optik. Biasanya tekanan bola mata yang tinggi secara berangsur-angsur akan
merusak serabut saraf optik sehingga mengakibatkan terganggunya lapangan
penglihatan. Terdapat berbagai keadaan mengenai hubungan tekanan bola mata
dengan kerusakan saraf mata.
Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang terjadi pada
bayi atau anak-anak terjadi akibat penutupan bawaan dari sudut
iridokorneal oleh suatu membran yang dapat menghambat aliran
dari aquous humor sehingga dapat meningkatkan tekanan intra
okuler. Kondisi ini progresif dan biasanya bilateral dan dapat
merusak saraf optik.
Pada glaukoma infantil ditemukan 3 gejala klasik: epiphora, photophobia
dan blepharosme. Diagnosis glaukoma infantil tergantung pada penelitian klinis
15
yang cermat, termasuk ukuran IOP, diameter kornea, gonioscopy, ukuran panjang
axial dengan ultrasonografy, dan ophtalmoscopy.
Kebanyakan kasus glaukoma infantil dan kongenital mempunyai
keterbatasan jangka panjang dlam pengobatan dan operasi merupakan terapi yang
lebih disukai. Jika korneanya bersih, pilihan prosedur utama adalah goniatomy.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. 2003. Glaukoma, dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi II.
Jakarta: Penerbit FK-UI.
2. American Academy of Ophthalmology. 2003. Glaucoma. In: Basic and
Clinical Science Course. Last Major Revision. Section 10., The Eye M.D
Association. United States of America.
3. Vaughan DG, Asbury. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Penerbit Widya Medika.
16
17