KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PROGRAM STUDY DIV KEPERAWATAN
TAHUN 2016
A. Pengertian
Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi
gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan
aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di
otak sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat - zat
makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif
singkat. (Yayasan Stroke Indonesia 2009).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang
disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena
emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran
darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. Stroke diklasifikasikan menjadi
dua yaitu stroke non hemoragik dan stroke hemoragik berdasarkan kelainan
Stroke non hemoragik adalah suatu gangguan peredaran darah otak tanpa
terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau
keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan
kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi
menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
Sedangkan stroke hemoragik adalah
B. Etiologi
Menurut Sylvia dan Lorraine (2006), SH terjadi akibat :
1. Perdarahan intraserebrum hipertensif.
2. Perdarahan subaraknoid (PSA): ruptura aneurisma secular (berry), rupture
malformasi arteriovena (MAV), trauma.
3. Penyalahgunaan kokain, amfetamin
4. Perdarahan akibat tumor otak
5. Infark hemoragik
6. Penyakit perdarahan sistemik termasuk penggunaan obat antikoagulan.
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Tarwoto dkk, (2008) adalah :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia
otak sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu
tidak lebih dari 24 jam.
b.
c.
d.
Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan
mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bbrapa hari
e.
menetap
Hemiparesis/paralisis kontralateral
Hemiparestesia/anestesia kontralateral
Brancio-Facial atau defisit ekstremitas bawah kontralateral
Deviasi konjugue ke arah lesi
Sistem vertebro-basilaris
Nistagmus
Diplopia
Gangguan penglihatan/pergerakan bola mata
Vornitus
Parestesia sirkumoral
Vertigo
Tinitus
Amnesia
Disartria
Disfagia
Drop attack
Hemihipestesia
Ataksia serebeller ipsilateral
Sindrom horner ipsilateral
Oftalmoplegia internuklearis
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya
daerah otak yang terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
1. Stroke hemisfer kanan
Penilaian buruk
Mempunyai
kerentanan
terhadap
sisi
kontralateral
sebagai
Disfagia global
Afasia
Mudah frustasi
Hipertermia.
Perubahan berbicara.
Kejang.
E. Patofisiologi
1. Stroke Hemoragik
Tahapan patofisologi terjadinya stroke adalah kerusakan pembuluh darah otak,
pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah atau pembuluh darah pecah
dan bagian otak yang memperoleh darah dari pembuluh yang rusak tadi
fungsinya menjadi terganggu hingga timbul gejala-gejala stroke.
Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.Pada tahap pertama dimana
dinding pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak mula-mula terkena
berupa aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh yang kecil. Penebalan dinding
pembuluh darah ini terjadi berangsung-angsur dan diakibatkan oleh hipertensi,
DM, peninggian kadar asam urat atau lemak dalam darah, perokok berat dll.
Proses penebalan timbul berangsur-angsur dalam waktu beberapa tahun atau
akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana aliran darah yang terjadi cukup
ditolerir oleh otak. Akhirnya karena sempitnya lumen pembuluh darah tersebut
tidak cukup lagi memberi darah pada pembuluh darah otak ini menyebabkan
kerapuhan dan pembuluh darah menjadi pecah dan timbul perdarahan. Pada saat
dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat hingga aliran darah tidak
cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala-gejala neurologik berupa
kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan, diplopia secara mendadak.
Sumbatan pembuluh darah otak dapat juga terjadi akibat adanya bekuan-bekuan
darah dari luar otak (jantung atau pembuluh besar tubuh) atau dari pembuluh
darah leher (karotis) yang terlepas dari dinding pembuluh tersebut dan terbawa
ke otak lalu menyumbat. Karena fungsi otak bermacam-macam, maka gejala
stroke juga timbul tergantung pada daerah mana otak yang terganggu.
Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah secara mendadak dapat
menimbulkan gejala dan tanda-tanda neurologik yang memiliki sifat, mendadak,
tidak ada gejala-gejala dini atau gejala peningkatan dan timbulnya iskemi atau
kerusakan otak,gejala neurologik yang timbul selalau terjadi pada satu sisi
badan, gejala-gejala klinik yang timbul mencapai maksimum beberapa jam
setelah serangan . Umumnya kurang dari 24 jam, jadi misalnya pagi hari
serangan stroke timbul berupa kelemahan pada badan sebelah kanan kemudian
berangsur-angsur menjadi lumpuh sama sekali.
Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada intraserebral dan
subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Pecahnya
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi ini mengakibatkan darah masuk
10
perubahan
struktur
dinding
permbuluh
darah
berupa
sangat
erat
hubungannya
11
(Hypoksia
karena
Arterosklerosissering/cenderung
gangguan
sebagai
paru
faktor
dan
penting
jantung).
terhadap
otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi.
Oklusi
pada
pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thr
ombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah
satunya cardiac arrest.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
pada penyakit stroke adalah:
1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau
serangan iskemia otak
12
Darah:
o
LED (vaskulitis)
Elektrolit (Na, K)
Waktu perdarahan
G. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan penderita dengan SH adalah sebagai berikut:
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
3.
4.
5.
6.
7.
8.
13
Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
c.
Respiratory rate
Suhu
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran
Suara bicara
Tanda-tanda vital :
b) Pemeriksaan integumen
Kulit :
14
Rambut:
: bentuk normocephalik.
Muka
Leher
d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis : Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central.
Pemeriksaan motorik
Hampir
selalu
terjadi
Pemeriksaan refleks
15
d. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan radiologi
CT scan
MRI
Angiografi serebral
atau
malformasi
vaskuler.
(Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan foto thorax
: Dapat
memperlihatkan
keadaan
jantung,
: Pada
stroke
akut
dapat
terjadi
16
Sirkulasi
Data Subyektif:
17
Integritas ego
Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
kesulitan berekspresi diri
Eliminasi
Data Subyektif
Inkontinensia
Anuria
Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh)
Tidak adanya suara usus (ileus paralitik)
Makan/ minum
Data Subyektif:
Nafsu makan hilang
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK, kehilangan sensasi lidah ,
pipi , tenggorokan, disfagia.
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.
18
Data obyektif:
Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
Obesitas ( factor resiko)
Sensori neural
Data Subyektif:
Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
Penglihatan berkurang
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
19
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral
Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
Respirasi
Data Subyektif:
Perokok (factor resiko)
Keamanan
Data obyektif:
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
Kaji risiko jatuhnya
Kaji Skor ADLnya
Interaksi social
Data obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292).
20
I. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi
dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang
menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah
sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot
facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.
J. Rencana Keperawatan
N
Diagnosa
O
1.
Gangguan
jaringan
NOC
perfusi NOC :
cerebral
berhubungan dengan
gangguan aliran darah
sekunder
peningkatan
intracranial.
akibat
tekanan
NIC
NIC :
1. Circulation status
Peripheral Sensation
2. Tissue Prefusion :
Management
cerebral
(Manajemen sensasi
Kriteria Hasil :
perifer)
1. mendemonstrasikan
1.
Monitor adanya
ditandai dengan :
21
a. Tekanan systole
dandiastole dalam
rentang yang
diharapkan
b. Tidak ada
ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda
panas/dingin/tajam/tu
mpul
2. Monitor adanya
paretese
3. Berikan oksigen
4. Monitor tonus otot
pergerakan
tanda peningkatan
5. Monitor GCS
tekanan intrakranial
30 0
7. Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kemampuan kognitif
laserasi
a. berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. memproses
informasi
d. membuat keputusan
dengan benar
e. menunjukkan fungsi
sensori motori
22
gerakan gerakan
2.
involunter
Gangguan komunikasi NOC
1. Anxiety self control
verbal berhubungan
2. Coping
dengan
kehilangan 3. Sensory function :
kontrol
atau oral.
otot
facial
NIC
Communication
Enhancement : Speech
Deficit.
1. Gunakan penerjemah,
jika diperlukan
2. Beri satu kalimat
simple setiap bertemu,
jika diperlukan
3. Dorong pasien untuk
berkomunikasi secara
perlah dan untuk
mengulangi
permintaan
4. Berikan pujian positif
Communication
Enhancement : Hearing
Defisit
Communication
Enhancement : Visual
defisit
Ansiety Reduction
Active Listening
verbal.
4. Gerakan terkoordinasi :
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi :
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
23
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmapuan
berbicara
7. Mampu manajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuha dengan
3.
lingkungan.
Gangguan mobilitas NOC :
1. Joint Movement
fisik
berhubungan
Active
dengan
kerusakan
2. Mobility Level
neuromuscular
3. Self care : ADLs
NIC :
: Exercise therapy :
ambulation
1. Monitoring vital sign
sebelm/sesudah
4. Transfer performance
Kriteria hasil:
1.
Klien
meningkat
dalam
meningkatkan
kekuatan
dan
Memperagakan
penggunaan alat Bantu
untuk
(walker)
latihan
2. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan
3. Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
kemampuan berpindah
4.
mobilisasi
24
pasien dalam
6.
mobilisasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
2. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
4.
Resiko
gangguan NOC :
1. Nutritional Status
nutrisi kurang dari
2. Nutritional Status :
kebutuhan
tubuh
food and fluid intake
berhubungan dengan 3. Nutritional Status :
ketidakmampuan
menelan.
nutrient intake
4. Weight control
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
NIC :
Nutrision Management
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
3. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
4. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
25
26
nutrisi
5.
NIC:
1. Activity Intolerance
2. Mobility: Physical
impaired
3. Self Care Deficit
Hygiene
4. Sensory perpeption,
Auditory disturbed
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat
melakukan aktivitas
sehari-hari (makan,
berpakaian,
kebersihan,
toileting, ambulasi)
2. Kebersihan diri
pasien terpenuhi.
3. Mengungkapkan
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh
dan hygiene oral.
4. Klien terbebas dari
bau badan
Self-Care Assistance:
Bathing/Hygiene
1. Monitor kemampuan
pasien terhadap
perawatan diri
2. Monitor kebutuhan
akan personal
hygiene, berpakaian,
toileting dan makan.
3. Beri bantuan sampai
klien mempunyai
kemapuan untuk
merawat diri
4. Bantu klien dalam
memenuhi
kebutuhannya.
5. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai
kemampuannya
6. Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara
rutin
7. Evaluasi kemampuan
klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
8. Berikan
reinforcement atas
usaha yang dilakukan
27
dalam melakukan
perawatan diri sehari
hari.
6.
Resiko
terjadinya NOC:
1. Respiratory
ketidakefektifan
Ventilation
bersihan jalan nafas 2. Respiratory
yang
berhubungan
dengan
menurunnya
refleks
batuk
dan
menelan, imobilisasi.
status
status
NIC :
: Airway suction
1. Pastikan kebutuhan
:
oral/tracheal
Airway patency
3. Aspiration Control
suctioning.
2. Berikan
O2
2liter/mnt,
Kriteria Hasil :
dengan
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada
sianosis
dyspneu
dan
(mampu
1-
metode
pemasangan
nasal kanul.
3. Anjurkan
pasien
dalam
mengeluarkan sputum,
untuk
bernafas
memaksimalkan
dengan
mudah,
tidak
pursed lips)
2. Menunjukkan
ada
jalan
ventilasi
5. Lakukan
fisioterapi
dengan
suction
7. Auskultasi
pernafasan
dalam
suara
nafas
abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah faktor
yang penyebab.
(bagi
batuk
atau
suara
status
hemodinamik
10. Berikan
pelembab
udara
Kassa
basah
28
NaCl Lembab
11. Berikan antibiotik
12. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
13. Monitor respirasi dan
status O2
14. Pertahankan
hidrasi
O2,
Suction, Inhalasi.
7.
Resiko
gangguan NOC:
integritas
berhubungan dengan
tirah baring lama.
NIC :
kulit
1. Tissue Integrity :
Skin and Mucous
Membranes
2. Hemodyalis Akses
Pressure Management
1. Anjurkan pasien
untuk
menggunakan
Kriteria Hasil :
pakaian yang
longgar
2. Hindari kerutan
padaa tempat tidur
3. Jaga kebersihan
gangguan sensasi
29
mengalami
gangguan
4. Mobilisasi pasien
(ubah posisi
3. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
30
pasien.
11. Jaga kebersihan
alat tenun.
8.
Gangguan
eliminasi NOC:
kognitif,
ketidakmampuan
untuk berkomunikasi
NIC
Urinary Retention Care
1. Monitor intake dan
output
2. Monitor penggunaan
obat antikolinergik
3. Monitor derajat
distensi bladder
4. Instruksikan pada
pasien dan keluarga
untuk mencatat
output urine
5. Sediakan privacy
untuk eliminasi
6. Stimulasi reflek
bladder dengan
kompres dingin pada
abdomen.
7. Kateterisaai jika
perlu
8. Monitor tanda dan
gejala ISK (panas,
hematuria, perubahan
bau dan konsistensi
urine)
9.
Risiko
jatuh NOC
1. Trauma Risk For
berhubungan dengan
2. Injury Risk for
penurunan kesadaran. Kriteria Hasil :
1. Keseimbangan
2. Gerakan terkoordinasi :
NIC
Fall Prevention
1. Mengidentifikasi
faktor resiko pasien
31
terjadinya jatuh
2.
kaji
kemampuan
mobilitas pasien
3. Monitor tanda tanda
vital
4. Bantu pasien dalam
berjalan
atau
mobilisasi
5. Ciptakan lingkungan
yang
aman
bagi
alat
Bantu
pasien
6. Berikan
jika diperlukan
7. Libatkan
keluarga
dalam
membatu
pasien mobilisasi.
K. Referensi
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.EGC
Nanda Nic-Noc.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda,Jilid 1.Jakarta:MediaActionPublishing
32
Price, S.A & Wilson. L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Tarwoto, dkk. 2008. Keperawatan Medikal Bedah .Jakarta: Trans Info Media.
Yayasan Stroke Indonesia.2009.Sekilas Tentang Stroke.diakses pada 22
November 2015 http://www.yastroki.or.id/berita.php
Mengetahui
Pembimbing Praktik
Denpasar,.2016
Mahasiswa
Putu Epriliani
33
NIP.
NIM.P07120214010
Mengetahui
Pembimbing Institusi
NIP.
34