Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Diare merupakan salah satu sumber masalah kesehatan di negara berkembang, termasuk di
Indonesia, karena tingkat kesakitan dan kematiannya yang masih tinggi. Lebih dari 2,3 milyar kasus
dan 1,5 juta anak di bawah lima tahun meninggal karena diare, mencakup sekitar 16% seluruh
kematian anak di bawah lima tahun di seluruh dunia. Asia Tenggara memberikan kontribusi besar,
yaitu 38%.1,2 Diare akut menempati peringkat kedua penyebab kematian pada anak usia di bawah 5
tahun (sesudah pneumonia).3 Diare akut menjadi beban ekonomi yang tinggi di sector kesehatan
Indonesia oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati
oleh bayi dan anak dengan diare.4
Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan periode prevalensi
nasional diare adalah 3,5% dengan rentang 4,2%-18,9%. Data nasional menyebutkan setiap
tahunnya di Indonesia 100.000 balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada
273 balita yang meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya
atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare.5
Anak dengan diare akut mengeluarkan tinja cair yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini meningkat bila disertai muntah dan
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler, dan kematian.3
Diare akut dapat disebabkan oleh karena suatu infeksi ataupun noninfeksi. Penyebab
noninfeksi dapat berupa alergi, defek anatomis, malabsorpsi, keracunan makanan, dan

neoplasma. Penyebab infeksi dapat berupa bakteri, virus, atau parasit. Di negara berkembang,
prevalensi diare akut akibat bakteri dan parasit lebih tinggi dibandingkan akibat virus.6
Mengingat tingginya angka kesakitan dan kematian disebabkan diare, World Health
Association (WHO) mengeluarkan pedoman tatalaksana diare. Penggunaan cairan rehidrasi oral
(CRO) sebagai terapi dan pencegahan dehidrasi, serta suplementasi zinc diharapkan dapat
mengurangi angka kematian akibat diare.7 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
mengeluarkan pedoman yang mencakup aspek yang lebih luas, dikenal dengan LINTAS diare.
LINTAS diare adalah rehidrasi, suplementasi zinc, dukungan nutrisi, pemberian antibiotik
selektif, dan edukasi.8
Berikut akan dilaporkan kasus diare akut yang ditemukan di RSUD Pembalah Batung
Amuntai.

Anda mungkin juga menyukai