Anda di halaman 1dari 17

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
Diare adalah buang air besar yang cair atau lebih lunak yang biasanya minimal 3 kali
dalam 24 jam. Seringkali perubahan konsistensi kotoran lebih penting dibandingkan frekuensi
buang air besar.9,10
Penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada anak di bawah 5 tahun
dengan jumlah sekitar 760.000 kematian per tahun. Secara global, sekitar 1,7 miliar kasus diare
terjadi setiap tahun dan diare menjadi penyebab utama malnutrisi pada anak di bawah 5 tahun.
Namun, penyakit diare masih dapat dicegah dan diobati.11
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu9:
1. Etiologi
a. Infeksi
Penyebab diare akibat infeksi tergolong menjadi virus, bakteri, dan parasit. Dua
tipe dasar diare akut infeksi adalah inflamasi dan non-inflamasi.
b. Non-infeksi
Penyebab diare non-infeksi antara lain kesulitan makan, defek anatomis,
malabsorpsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lain-lain
(seperti inflammatory bowel disease dan gangguan motilitas usus).
2. Mekanisme
a. Sekresi9,10
Keadaan ini terjadi ketika sistem transport pada epithelial intestinal berada pada
fase aktif yang disebabkan oleh secretagogue. Osmolalitas feses diketahui
berdasarkan elektrolit dan ion gap dengan nilai 100mOsm/kg atau kurang. Nilai
ion gap diketahui berdasarkan
Ion gap=osmolalitas feses[ ( Na feses+ K feses ) x 2]

b. Osmotik9,10
Mekanisme ini terjadi setelah masuknya zat kurang diserap akibat zat tersebut
memang sulit diserap atau tidak diabsorpsi dengan baik karena gangguan pada
usus halus. Karbohidrat yang tidak terabsorpsi akan difermentasi oleh bakteri di
kolon sehingga terbentuk asam lemak rantai pendek. Meskipun asam lemak
rantai pendek dapat diserap di kolon dan digunakan sebagai energy, asam lemak
tetap menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di lumen. Osmolalitas feses
tidak dapat diterangkan berdasarkan elektrolit pada feses dan nilai anion gap
lebih dari 100 mOsm.
b. Lama/durasi
a. Diare akut
:
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
c. Diare persisten
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
Diare merupakan manifestasi klinis. Diagnosis diferensial diare dapat terbagi sesuai usia,
tetapi diketahui bahwa gastroenteritis merupakan penyebab diare tersering.
Tabel 1. Diagnosis Diferensial Diare Akut10

Gastroenteritis adalah infeksi pada saluran gastrointestinal oleh bakteri, viral, atau parasit.
Kebanyakan infeksi tersebut adalah penyakit yang berasal dari makanan. Manifestasi yang paling
sering adalah diare dan muntah, meskipun bisa terdapat juga keluhan sistemik, seperti nyeri
abdomen dan demam. Infeksi virus, terutama rotavirus, merupakan penyebab dari 75-90% kasus.
Patogen bakterial menyebabkan 10-20% kasus dan parasit menyebabkan kurang dari 5%
kasus.10,11
Patogen gastroenteritis menyebabkan gejala melalui beberapa mekanisme, yaitu
membentuk toksin atau bersifat invasif. Hal tersebut menyebabkan respon inflamasi atau noninflamasi pada mukosa usus.9,10
a. Diare non-inflamasi
Diare non-inflamasi dapat disebabkan oleh enteropatogen melalui produksi enterotoksin
oleh bakteri, destruksi sel vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, dan perlekatan dan/atau
translokasi oleh bakteria.
b. Diare inflamasi
Diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri yang langsung menginvasi usus atau
memproduksi sitotoksin dengan konsekuensi cairan, protein, serta sel (leukosit dan
eritrosit) yang memasuki lumen usus.
Faktor resiko mayor gastroenteritis adalah kontaminasi lingkungan dan peningkatan
paparan terhadap enteropatogen. Faktor resiko tambahan adalah usia muda, imunodefisiensi,
campak, malnutrisi, dan kurangnya ASI.10
Kebanyakan kasus diare selesai dalam 1 minggu, tetapi pada sebagian kecil kasus berlanjut
sampai lebih dari 2 minggu. Hal ini menyebabkan 50% dari keseluruhan kematian akibat diare.
Selain itu, episode diare akut yang sering dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan
menyebabkan kerentanan terhadap diare persisten, malnutrisi protein kalori, dan infeksi
sekunder. Episode prolonged acute diarrhea dalam 7-13 hari juga berhubungan dengan
gangguan nutrisi yang lebih berat.10

Manifestasi klinis diare bergantung dari patogen dan dosis inokulum. Demam biasanya
terjadi akibat proses peradangan atau akibat dehidrasi sehingga lebih umum terjadi pada
penderita diare inflamasi. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut
bagian bawah serta rektum menunjukkan daerah yang terkena adalah usus besar. Mual dan
muntah merupakan gejala non-spesifik tetapi dapat menandakan adanya organisme yang
menginfeksi saluran cerna bagian atas (contoh enterik virus, enterotoksin bakteri, Giardia,
cryptosporodium). Selain itu, muntah juga sering terjadi pada diare non-inflamasi.9

Tabel 2. Gejala Klinis berdasarkan Patogen9


Gejala

Rotaviru

Klinik
Masa

s
17-72

Salmonel
Shigela

Inkubasi
Demam
Mual

ETEC

EIEC

Kolera

6-72

48-72

a
24-48
6-72 jam

6-72 jam

jam
+

jam
++

++

jam
++

jam
-

sering

jarang

sering

Sering

Tenesmu

Tenesmu

s kram

s kolik

5-7 hari

> 7 hari

3-7 hari

2-3 hari

variasi

3 hari

muntah
Nyeri
tenesmus
perut
Nyeri

Tenesm
-

Kram
us kram

kepala
Lama
sakit
Sifat

Tinja
Volume
Frekuens
i
Konsiste

Sedang
5-10

Sedikit
>
10

kali/hari

kali/hari

Sedikit

Banyak

Sedikit

Sering

Sering

Sering

Banyak
Terus
menerus

Cair

Lembek

Lembek

Cair

Lembek

Cair

nsi
Darah

Sering

Kadang

Amis

Bau

Langu

Busuk

Tidak
khas
Air

Kuning

merah-

Kehijaua

Tak

Merah-

Warna

cucian
hijau

Leukosit

anoreksi

Lain-lain

hijau

kejang

sepsis

berwarna

hijau

meteorism

Infeksi

us

sistemik

beras
+

Manifestasi lain bergantung pada komplikasi, yaitu dehidrasi dan gangguan elektrolit.9,10
Tabel 3. Gejala dan Tanda Derajat Dehidrasi11

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit10


Total body water (TBW) adalah persentase cairan tubuh terhadap berat badan. Persentase
tersebut berubah seiring dengan bertambahnya usia. Saat neonatus, TBW sekitar 75%. Namun,
pada saat berusia 1 tahun TBW menjadi 60% dan akan tetap pada keadaan ini sampai mencapai
pubertas.

Grafik 1. Persentase Cairan Tubuh terhadap Berat Badan dan Usia10


Larutan tubuh terbagi menjadi larutan intraseluler dan larutan ekstraseluler. Larutan
ekstraseluler terbagi kembali menjadi cairan interstitial dan plasma. Persentasenya terhadap berat
badan adalah cairan intraseluler 30-40%, interstitial 15%, dan plasma 5%. Cairan intravaskular
atau plasma merupakan cairan yang penting untuk menjaga perfusi tubuh. Volume cairan
intravaskular dijaga oleh tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik.10
Komposisi elektrolit, yang terbagi menjadi anion dan kation, pada cairan intraseluler
dengan cairan ekstraseluler sangat berbeda. Adanya molekul intraseluler yang tidak dapat
melewati membrane sel menyebabkan perbedaan komposisi anion. Sedangkan perbedaan
distribusi kation disebabkan karena adanya pompa Na+-K+-ATPase yang secara aktif

mengeluarkan natrium dari sel dan memasukkan potasium ke dalam sel.10

Grafik 2. Komposisi Elektrolit Cairan Tubuh10


Cairan tubuh juga memiliki osmolalitas. Cairan intraseluler dan ekstraseluler berada pada
keseimbangan osmolalitas karena membran sel permeabel terhadap air sehingga perubahan
osmolalitas pada salah satu cairan akan mengakibatkan perpindahan air dari osmolalitas rendah
ke tinggi sehingga akan menjaga keseimbangan osmolalitas. Osmolalitas plasma memiliki nilai
normal 285-295 mOsm/kg dan diukur berdasarkan perhitungan:
Osmolalitas=2 xNa+

glukosa BUN
+
18
2,8

C. Diagnosis dan Tata Laksana Diare


Diagnosis diare ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.9,10,11

1. Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna,
bau, dan ada tidaknya lendir dan darah. Bila disertai muntah, perlu ditanyakan volume dan
frekuensinya. Buang air kecil juga perlu ditanyakan apakah seperti biasa ataukah terjadi
perubahan, seperti berkurang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman
yang diberikan selama diare juga perlu ditanyakan. Keluhan demam dan penyakit lain yang
menyertai juga perlu ditanyakan. Selain gejala pada pasien, tindakan yang sudah dilakukan
selama anak diare juga perlu ditanyakan.
2. Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu diperiksa pada pemeriksaan fisik adalah berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Selanjutnya, perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi, yaitu kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen serta tanda tambahan lain, seperti
ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata, dan keringnya bibir, mukosa mulut, dan lidah.
Pernapasan yang cepat dan dalam menandakan kemungkinan terjadinya asidosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada dapat menandakan terjadinya hipokalemia.
Selain itu, pemeriksaan ekstremitas perlu dilakukan untuk menghitung perfusi dan capillary
refill time sehingga dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan dan
diindikasikan pada keadaan tertentu, seperti penyebab dasar yang tidak diketahui atau adanya
dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan darah

: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur dan tes

kepekaan terhadap antibiotika


b. Pemeriksaan urin
: urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
c. Pemeriksaan tinja
: pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.
Tata laksana diare akut menurut WHO dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi.
Berdasarkan WHO, klasifikasinya adalah diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringansedang, dan diare dengan dehidrasi berat.
Tabel 3. Derajat Dehidrasi12

Setelah mengetahui diare dengan derajat dehidrasi, tata laksananya terbagi menjadi rencana
terapi A untuk diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare dengan dehidrasi ringansedang, dan rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat.

Tabel 4. Rehidrasi Cairan berdasarkan Derajat Dehidrasi13


Derajat

Rehidrasi

Penggantian Cairan

dehidrasi
Tanpa dehidrasi

Tidak perlu

10 mg/kg BB tiap diare

Rencana terapi A
Ringan-sedang

CRO 75 ml/kg BB/3 jam

2-5 mg/kg BB tiap muntah


Idem

Rencana terapi B

Enteral 20 ml/kg BB/jam (3


jam)
Parenteral
175 ml/kgBB/hari (<10 kg)

Berat

200 ml/kgBB/hari (>10 kg)


<1 tahun: 30 ml/kg/1 jam + 70

Rencana terapi C

ml/kg/5 jam

Idem

>1 tahun: 30 ml/kg/ 1/2 jam +


70 ml/kg/2 1/2 jam
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah melaksanakan
tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui LINTAS Diare. Lintas Diare
merupakan singkatan dari Lima Langkah Tuntaskan Diare yang terdiri dari12:
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, yaitu natrium klorida, kalium klorida, dan
trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan
dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Oralit disiapkan dengan
memasukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air matang dengan volume sekitar
200cc. Oralit diberikan sebanyak 50-100 cc setiap kali buang air besar pada anak kurang
dari 1 tahun dan sebanyak 100-200 cc setiap kali buang air besar pada anak lebih dari 1

tahun.
Terdapat oralit baru dan oralit lama, yaitu oralit WHO/UNICEF 2004 dan oralit
WHO/UNICEF 1978. Perbedaannya terdapat pada tingkat osmolaritasnya, yaitu oralit
baru 245 mmol/L dan oralit lama 331 mmol/L. Oralit baru dapat mengurangi volume
tinja hingga 25%, mual-muntah hingga 30%, dan pemberian cairan intravena.
2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien. Diare menyebabkan penurunan zinc sehingga
dibutuhkan suplementasi tambahan zinc. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari
berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Dosisnya adalah tablet (10 mg) per hari
untuk balita usia kurang dari 6 bulan dan 1 tablet (20 mg) per hari untuk balita lebih dari
sama dengan 6 bulan.
3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan sesuai dengan usia anak harus tetap diteruskan untuk mencegah
kehilangan berat badan dan mengganti nutrisi yang hilang.
4. Berikan antibiotik secara selektif
Tidak seluruh diare diberikan antibiotik. Antibiotik diberikan hanya bila terdapat indikasi,
yaitu diare berdarah atau kolera. Antibiotik diberikan pada diare dengan etiologi:
Tabel 6. Etiologi Diare dan Antibiotik9
Etiologi
Kolera
Disentri Shigella

Amoebiasis

Antibiotik Pilihan
Tetrasiklin
12,5 mg/kgBB
4x/hari selama 3 hari
Ciprofloxacin
15 mg/kg BB
2x/hari selama 3 hari

Alternatif
Eritromisin
12,5 mg/kg BB
4x/hari selama 3 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kg BB
1x/hari IM selama 2-5

hari
Metronidazole
10 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari (10 hari bila kasus

Giardiasis

berat)
Metronidazole
5 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari

5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga


Orang tua diberikan nasihat agar segera membawa anaknya ke rumah sakit apabila
ditemukan demam, tinja berdarah, berulang, makan/minum sedikit, sangat haus, diare
makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Berikut protap diare akut di RSUD Pambalah Batung :


RSUD PAMBALAH BATUNG
Tujuan

Populasi Target
Isi Standar
a. Uraian standar

b. Pengertian
c. Gejala dan tanda

Diagnosis & Tatalaksana Diare Akut pada Anak


RSUD PAMBALAH BATUNG
Memberikan panduan mengenai penegakan diagnosis,
penatalaksanaan diare akut pada anak
Membantu para dokter, perawat penanggung jawab,
dan bagian administrasi rumah sakit dalam melakukan
audit klinik
Pasien anak ( usia 0 18 tahun ) yang menderita diare
akut
Standar diagnosis dan tatalaksana diare akut pada anak
mencakup penegakan diagnosis dan tatalaksana anak
dengan diare akut. Diagnosis meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
Anamnesis:
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari,
warna dan konsentrasi tinja, lender dan/darah
dalam tinja.
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah,
kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,
demam, sesak, kejang, kembung.

d. Pemeriksaaan klinis

Jumlah cairan yang masuk selama diare


Jenis makanan dan minuman yang diminum
selama diare, mengkonsumsi makanan yang
tidak biasa
Penderita diare di sekitarnya dan sumber air
minum.
Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng
atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit
abdomen menurun.
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak
mata, air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah.
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, seperti nafas cepat dan dalam
(asidosis metabolic), kembung (hipokalemia),
kejang (hipo atau hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai
dengan kriteria berikut:
- Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat
badan) Tidak ditemukan tanda utama dan
tanda tambahan.
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak
cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir
basah. Turgor abdomen baik, bising usus
normal. Akral hangat.
- Dehidrasi ringan sedang/tidak berat(kehilangan
cairan 5-10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2
atau lebih tanda tambahan:
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit
cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan
bibir sedikit kering
Turgor kurang, akral hangat
- Dehidrasi berat (Kehilangan cairan >10% berat
badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah
dengan 2 atau lebih tanda tambahan
Keadaan umum lemah, letargi atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat
cekung, air mata tidak ada, mukosa bibir dan
mulut sangat kering

e. Pemeriksaan penunjang
dan atau khusus

f. Kriteria Diagnosis

g. Diagnosis
h. Penatalaksanaan

Turgor sangat kurang dan akral dingin


Pasien harus rawat inap
1. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan, kecuali
apabila ada tanda intoleransi laktosa dan
kecurigaan amubiasis.
2. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah,
bau.
Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri.
Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada
diare akut.
Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis
dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit.
Anamnesis
Gejala klinis
Pemeriksaan penunjang dan atau khusus
Diare Akut
Lintas diare: 1. Cairan 2. Seng 3. Nutrisi 4. Antibiotik
yang tepat 5. Edukasi
a. Tanpa Dehidrasi:

Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan


NEW ORALIT diberikan 5-10 mL/KgBB setiap diare
cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1 tahun
sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat
diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak.
ASI harus tetap diberikan.

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila


terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah
terus menerus, diare frekuen dan profus).
b. Dehidrasi ringan-sedang

Cairan rehidrasi oral (CRO) hiposmolar


diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk
mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.

Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila


anak muntah setiap diberi minum walaupun telah
diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui
pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan
adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status
hidrasi dievaluasi secara berkala.
Berat Badan : 3-10 kg: 200 mL/kgBB/hari
Berat Badan : 10-15 kg: 175 mL/KgBB/hari

Berat Badan: >15 kg : 135 mL/kgBB/hari


Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah sakit selama
proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang
melakukan rehidrasi kepada orangtua.
c. Dehidrasi Berat

Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan


ringer laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB dengan
cara pemberian :
Umur <12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
Umur >12 bulan : 30 mL/kgBB dalam jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya

Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien


sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5
mL/kgBB selama proses rehidrasi.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit
Hipernatremia (Na>155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap
dengan pemberian cairan dekstrose 5% salin.
Penururnan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq
perhari karena bias menyebabkan edema otak.
Hiponatremia (Na<130 mEq/L)
Kadar Natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi
selesai, apabila masih dijumpai hiponatremia
dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 - kadar Na serum x
0,6 x berat badan; diberikan dalam 24 jam.
Hiperkalemia (K >5 mEq/L)
Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% sebanyak 0,5-1 ml/kgBB iv secara
perlahan-lahan dalam 5-10 menit; sambil dimonitor
irama jantung dengan EKG. Untuk pemberian
medikamentosa dapat dilihat PPM Nefrologi.
Hipokalemia (K <3,5 mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.
-Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75
mEq/kgBB per oral per hari dibagi 3 dosis.
-Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip
intravena dengan dosis:
3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama
3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq
x BB dalam 20 jam berikutnya.
Zink
Zink terbukti secara ilmiah terpercaya dapat

menurunkan frekuensi buang air besar dan volume


tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak. Zink elemental diberikan
selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis :
- Umur di bawah 6 bulan : 10 mg per hari
- Umur di atas 6 bulan : 20 mg per hari
Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak
sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah
kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh
dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering (lebih kurang 6x sehari), rendah serat, buah
buahan diberikan terutama pisang.
Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotika
Antibiotika diberikan bila ada indikasi, misalnya
disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu
keseimbangan flora usus sehingga dapat
memperpanjang lama diare dan Clostridium
difficle akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang
tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotik.
Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai
dengan data sensitifitas setempat, bila tidak
memungkinkan dapat mengacu kepada data
publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol
sebagai lini pertama, kemudian siprofloksasin
sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut
sudah resisten maka lini ketiga adalah cefiksim.
- Antiparasit
Metronidazol 50mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
merupakan obat pilihan untuk amuba vegetative.
- Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali
anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila
ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja
berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus,
diare makin sering, atau belum membaik dalam 3
hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara
menyiapkan oralit secara benar.

Langkah promotif/preventif : (1) ASI tetap


diberikan, (2) kebersihan perorangan, cuci tangan
sebelum makan, (3) kebersihan lingkungan, buang
air besar di jamban, (4) imunisasi campak, (5)
memberikan makanan penyapihan yang benar, (6)
penyediaan air minum yang bersih, (7) selalu
memasak makanan.
h.

Pemantauan terapi

i. Komplikasi
j. prognosis

Monitor tanda-tanda dehidrasi


Monitor intake cairan dan makanan
Monitor BAB dan BAK
Dehidrasi
Malnutrisi
Gangguan elektrolit
Baik

Anda mungkin juga menyukai