Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

DISKUSI KASUS

Pasien anak perempuan usia 4 tahun datang dengan buang air besar cair sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar cair sebanyak 4-5 kali sehari sudah dapat
dikategorikan sebagai diare akut, yaitu adanya perubahan konsistensi feses dan peningkatan
frekuensi buang air besar. Penyebab diare akut dapat berasal dari infeksi dan non-infeksi. Diare
akibat penggunaan antibiotik atau obat-obatan lain disingkirkan karena tidak ada riwayat
pengobatan sebelumnya. Intoleransi protein susu sapi disingkirkan karena tidak ada riwayat
alergi penggunaan susu formula. Oleh karena itu, penyebab infeksi lebih mungkin dengan
epidemiologi penyebab diare akut adalah gastroenteritis. Secara epidemiologi, sebagian besar
penyebab gastroenteritis adalah infeksi virus, terutama rotavirus. Deskripsi feses yang cair,
berwarna kuning, tanpa lendir dan tanpa darah, sebanyak 4-5 kali sehari, dan volume gelas
tiap kali buang air besar. Selain itu, terdapat juga demam serta mual dan muntah berisi makanan.
Berdasarkan gejala klinis, diare pada kasus cocok dengan diare yang disebabkan oleh infeksi
rotavirus.
Derajat dehidrasi perlu dicari tahu setelah diare diketahui. Pasien dikatakan semakin
sering minum dibandingkan biasanya dan lebih rewel dibandingkan biasanya. Di instalasi gawat
darurat, didapatkan kesadaran kompos mentis dan suhu tubuh 37 0C. frekuensi nadi 96 kali/menit
dan frekuensi napas 28 kali/menit. Selain itu, didapatkan, mata cekung, turgor menurun >2 detik,
tetapi akral hangat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tersebut ditambah dengan hasil
anamnesis, diketahui bahwa pasien berada pada keadaan dehidrasi ringan-sedang. Pemeriksaan
penunjang tidak dilakukan karena diketahui bahwa pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare
akut umumnya tidak diperlukan dan diindikasikan pada keadaan tertentu, seperti penyebab dasar
30

yang tidak diketahui atau adanya dehidrasi berat.


Berdasarkan tata laksana WHO, diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang tidak perlu
dilakukan pemberian cairan parenteral dan perawatan di rumah sakit. Pasien seharusnya dapat
dilakukan rehidrasi dengan ORS (oral rehydration solution) dengan pemantauan selama 3 jam.
Namun, pasien memiliki riwayat pemberian terapi cairan sebelumnya tetapi keadaan pasien tidak
membaik sehingga dipertimbangkan untuk dilakukan terapi cairan parenteral sambil terus
dipantau keadaan pasien.
Cairan parenteral yang diberikan adalah RL yang memang dipakai untuk keadaan diare
dengan dehidrasi. Di IGD diberikan cairan RL sebesar 16 tetes per menit makrodrip sehingga
diketahui pemberian cairannya adalah 48 cc per jam atau 1152 cc per hari. Kebutuhan cairan
pasien adalah kebutuhan cairan rumatan dan pengganti dehidrasi (ringan-sedang), yaitu untuk
berat badan 10-15 kg: 175 mL/KgBB/hari. Berat badan pasien 13 kg dikalikan 175 ml
didapatkan 2275 ml/hari. Maka berdasarkan perhitungan ini, cairan yang diberikan sebenarnya
masih kurang. Selain itu, pasien diberikan parasetamol injeksi sebanyak 130 mg k/p (dosis
parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali) dengan dosis pada pasien ini adalah 130-184,5 mg.
Di ruang rawat inap kondisi pasien membaik tapi masih tetap mengalami dehidrasi
ringan-sedang. Oleh karena itu, di ruang rawat inap pasien masih tetap diberikan cairan RL
sebanyak 10 tetes per menit makrodrip. Selain itu, diberikan juga injeksi Ondancentron 1,3 mg
k/p, Zirkum kid 1x1 cth, dan Paracetamol syr 1 cth bila demam.
Pada hari selanjutnya, tanda dehidrasi tidak ada pada pasien sehingga dapat dikategorikan
pasien berada pada keadaan tanpa dehidrasi sehingga pasien direncanakan pulang. Dalam tata
laksana diare, terdapat prinsip lintas diare yang meliputi rehidrasi, pemberian zinc, antibiotik
yang sesuai, lanjutkan pemberian makanan, dan edukasi pada pasien. Pengobatan untuk pulang
yang ditambahkan adalah zink, yaitu zircum kid syr sebanyak 1 sendok takar per hari.

31

Anda mungkin juga menyukai