PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ny. Rati
Usia
: 63 tahun
Tanggal Lahir
: 27 September 1952
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Pernikahan
: Menikah
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
2.2 ANAMNESIS
Diperoleh dengan cara autoanamnesis pada hari kamis tanggal 27 September 2015
pukul 11.00
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut
Keluhan Tambahan: Belum BAB selama 3 hari
II.
Keadaan Umum
a. Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran
: Somnolen
c. Status Gizi
: Gizi kurang
d. Tidak ada sesak
Tanda Vital dan Antropometri
PEMERIKSAAN
Suhu
Nadi
NILAI NORMAL
36,50 37,20 C
60-100 x/mnt
HASIL PASIEN
36,0
111 x/mnt, reguler,
Tekanan darah
Nafas
120/80 mmHg
14-18x/menit
cahaya (+/+)
Hidung: Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-/-), nafas cuping
hidung (-/-)
Mulut: Palatoschiziz (-), labioschiziz (-), bibir sinosis (-), bibir kering (-),
membesar
Paru-paru:
Inspeksi : bentuk simetris pada saat statis & dinamis, tidak terdapat
retraksi
Palpasi : vocal fremitus simetris (+)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing
(-/-)
- Jantung:
Inspeksi : Tidak tampak adanya pulsasi Ictus cordis
Palpasi : Tidak teraba adanya pulsasi Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung tidak dinilai
Auskultasi: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : tampang cembung, distensi abdomen
Auskultasi: Bising usus (-)
Palpasi : defens muskuler (+)
Perkusi : hipertimpani
Genitalia/Anorektal : tidak dinilai
Ekstremitas:
Ekstremitas
Oedem
Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
CRT
Tonus
Superior
-/-/-/-/-/< 2 detik
Baik
Inferior
-/-/-/-/-/< 2 detik
Baik
II.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Tabel 3.
Hasil
Hematologi
Hemoglobin
12*
12,0-16,0
g/dL
Leukosit
14,96*
3,8-10,60
Ribu/L
Hematokrit
35,8
35-47
Trombosit
293
150-440
Ribu/L
Masa perdarahan/BT
1-3
Menit
Masa pembekuan/CT
10
5-11
Menit
MCV
77
90-100
fL
MCH
26
26-34
fL
MCHC
34
35-36
G/DL
RDW-SD
51,1
fL
Kimia
Glukosa
Darah 135
<140
mg/dl
Sewaktu
Ureum
92,5*
15,0-50,0
mg/dL
Kreatinin
0,67
0,50-0,90
mg/dL
pemeriksaan laboratorium I
Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Tabel 4.
Hasil
Hematologi
Hemoglobin
11,8*
12,0-16,0
g/dL
Leukosit
4,48
3,8-10,60
Ribu/L
Hematokrit
35,1
35-47
Trombosit
249
150-440
Ribu/L
Natrium
135
135-145
mol/L
Kalium
4,3
3,5-5,6
mol/L
Chlorida
106
98-108
mol/L
Albumin
1,77
3,5-5,0
g/dL
Kimia
pemeriksaan laboratorium II
EKG tanggal 27 September 2015
2.6 KESIMPULAN
Status fisik pasien
: ASA I
Perencanaan anestesi
BAB III
LAPORAN ANASTESI
Status anestesi
Jenis operasi
Rencana teknik anestesi
Status fisik
: Laparotomi eksplorasi
: Anastesi umum / General Anesthesia
: ASA I
Pre Operasi :
Infromed Consent
Pasien puasa 14 jam pre-operatif (mulai jam 12 malam)
Cek dan persiapan obat dan alat anestesi
Persiapan Alat
- Mesin anestesi
- Monitor anestesi
- Sfigmomanometer digital
- Pulse oksimeter/saturasi
- Stetoskop
- Sungkup muka
- Guedel
- Laringoscope
- Tube non-kinking
- Stylet
- Klem Kasa
- Peg
- Plester
- Spuit 10cc
Persiapan Obat
-
Pre medikasi
Induksi
Maintenance
Obat emergency
: Midazolam (Sedacum) 2 mg
Fentanyl 50 mcg
: Propofol 100 mg
: O2 : N2O : Isoflurane
: Ephedrine
Infus RL 20 tpm
Tanda vital : TD : 114/85 mmHg, Nadi : 103x/menit, Nafas: 20x/menit,
Suhu: 36,81oC
Intra Operasi
Lama operasi
Lama anestesi
Jenis anestesi
Posisi
Infus
Premedikasi
Medikasi
Tindakan
(waktu)
14.00
Pasien
masuk
Tekanan
Nadi
SPO2
darah
(x/menit)
( %)
90
98
(mmHg)
ke 114/85
ke
meja
operasi
Pemasangan
monitoring
tekanan
10
14.05
Premedikasi
dengan 110/60
90
98
90
99
100
98
100
98
82
99
sedacum 2 mg
Medikasi : Fentanyl
50 mcg, Propofol 100
mg , Notrixum 25 mg
Pemasangan sungkup
muka
Pemberian
2L/menit,
O2
N2O
2L/menit, Isofluran 1
vol%
14.20
Bagging
dengan
frekuensi 12 x/m
Penambahan notrixum 110/60
15 mg
Intubasi
Bagging
dengan
frekuensi 12x/menit
14.25
14.35
14.50
15.05
15.20
15.35
berjalan
Operasi
berjalan
Pemberian fentanyl 50
mcg
Operasi
masih 100/50
100
99
berjalan
Operasi
masih 100/50
100
99
berjalan
Operasi selesai
Pemberian
120/60
100
100
masih 128/70
obat
11
Injeksi Ondansentron
4
15.45
mg
i.v,
Injeksi
muka
Pemberian O2 3 L
Melepaskan
monitoring
120/60
100
100
tekanan
oksigen
Pemberian
dihentikan
Pasien dipindahkan ke
O2
recovery room
Tabel 5. Monitoring intraoperatif
Post Operasi
Operasi berakhir pada pukul 15.45 WIB tanggal 28 September 2015.
Selesai Operasi pasien masih dalam kondisi tidak sadar dengan napas spontan
lalu dipindahkan ke ruang pemulihan, melanjutkan pemberian cairan dan di
observasi pernafasan, tekanan darah serta nadi. Lalu pasien dimasukan ke
ruang ICU.
Ruangan ICU (29/09/2015)
S : tidak ada keluhan
O:
Tanda vital
12
TD
Nadi
RR
Suhu
Saturasi O2
08.00
125/69
111
18
36
99
09.00
128/77
112
15
36
99
10.00
124/74
108
15
36
98
11.00
121/72
108
15
36
98
12.00
132/76
112
18
36
98
Status Generalis :
Mata
Paru
Jantung
13
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien datang ke IGD RSUD Karawang pada tanggal 27 September 2015, dengan
keluhan nyeri perut yang dirasakan di seluruh perut sejak 4 hari lalu. Pasien juga
mengeluh tidak dapat buang air besar dan buang angina selama 3 hari disertai
penurunan nafsu makan kurang lebih seminggu. Pasien tidak merasa mual dan
tidak muntah dan merasa lemas.
Setelah di ruangan dilakukan pemasangan NGT, pemeriksaan EKG dan
foto Thorax. Setelah di berikan cairan (loading NaCl 0,9% 1 kolf 20 tpm) dan
obat (ceftriaxone, omeprazole dan ketorolac) pasien di konsulkan ke dokter
spesialis penyakit dalam dan bedah untuk di jadwalkan operasi. Operasi dilakukan
tanggal 28 September 2015
14
Butiric Acid),
yaitu
suatu
inhibitor
15
inhalasi N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah
tetapi analgesik kuat. Pada anestesi inhalasi, N2O jarang diberikan secara
kombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain. Pada pasien ini diberikan
anestesi inhalasi berupa O2 2L/menit, N20 2L/menit, dan Isoflurane 1 vol%
sebagai maintanance. Isoflurane menstimulasi adrenergic yang menyebabkan
penurunan resistensi vaskular perifer dan menyebabkan penurunan tekanan darah,
namun memiliki efek depresi kardiak dan curah jantung yang minimal.
Selama operasi, kondisi pasien dalam keadaan cukup stabil sehingga tidak
diperlukan penambahan obat lain. Kemudian setelah operasi selesai, pasien
diberikan injeksi Tramadol 100 mg, dan Ondansentron 4 mg. Ondansentron
merupakan antagonis selektif reseptor 5-HT3 yang terdapat di saluran cerna dan
otak. Pemberiannya bertujuan untuk penanganan mual dan muntah post operatif.
Obat ini diindikasikan pada pasien dengan riwayat mual muntah pada operasi
sebelumnya, operasi yang memiliki resiko tinggi untuk muntah (laparotomi),
operasi dengan keadaan tidak boleh muntah (bedah saraf) dan apabila pasien
merasa mual muntah pasca operasi. Ondansentron dapat diberikan melalui injeksi
dapat secara intravena atau intramuskular tanpa pengenceran. injeksi diberikan
sebagai dosis tunggal 4 mg melalui injeksi intravena segera sebelum induksi
anastesi atau diberikan segera pasca-operasi.
Pemberian tramadol 100 mg sebagai analgetik pasca operasi yang dapat
menjadi alternative selain OAINS (obat anti inflamasi sistemik) yang menjadi
kontraindikasi pada pasien ini (perforasi gaster) Tramadol bekerja sebagai agonis
opioid lemah dan penghambat reuptake monoamine neurotransmitter. Di plasma
terdapat dalam waktu 15-45 menit dengan onset setelah 1 jam. Dosis 50-100 mg
yang dapat diulang setiap 4-6 jam maksimum sampai 400 mg per hari
Pemberian Cairan
16
17
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
Source region
Esophagus
Causes
-Boerhaavesyndrome
-Malignancy
-Trauma (mostly penetrating)
18
Stomach
Duodenum
Biliary tract
Pancreas
Small bowel
Large
bowel
and appendix
Uterus, salpinx,
and ovaries
-Iatrogenic*
-Peptic ulcer perforation
-Malignancy (eg, adenocarcinoma,
lymphoma, gastrointestinal stromal tumor)
-Trauma (mostly penetrating)
-Iatrogenic*
-Peptic ulcer perforation
-Trauma (blunt and penetrating)
-Iatrogenic*
-Cholecystitis
-Stone perforation from gallbladder (ie,
gallstone ileus) or common duct
-Malignancy
-Choledochal cyst (rare)
-Trauma (mostly penetrating)
-Iatrogenic*
-Pancreatitis (eg, alcohol, drugs, gallstones)
-Trauma (blunt and penetrating)
-Iatrogenic*
-Ischemic bowel
-Incarcerated hernia (internal and external)
-Closed loop obstruction
-Crohn disease
-Malignancy (rare)
-Meckel diverticulum
-Trauma (mostly penetrating)
-Ischemic bowel
-Diverticulitis
-Malignancy
-Ulcerative colitis and Crohn disease
-Appendicitis
-Colonic volvulus
-Trauma (mostly penetrating)
-Iatrogenic
-Pelvic inflammatory disease (eg, salpingooophoritis, tubo-ovarian abscess, ovarian
cyst)
-Malignancy (rare)
-Trauma (uncommon)
19
20
5.1.3 Patofisiologi
Bila peritonitis disebabkan oleh bakteria, infeksinya di tentukan
oleh beberapa hal seperti virulensi bakteri, besarnya inokulasi, status
imunitas, lingkungan sekitar jaringan (jaringan nekrotik, kontaminan darah
maupun cairan empedu). Sepsis intra abdominal akibat perforasi organ
viscus berasal dari tumpahan langsung dari isi organ yang perforasi,
biasanya mengandung bakteri gram negative dan bakteri anaerob serta flora
usus normal yang masuk ke rongga peritoneal. Selanjutnya endotoksin yang
di produksi bakteri gram negative akan menstimulasi pelepasan sitokin dan
menginduksi respon imun humoral. Menyebabkan kerusakan sel, syok
septik dan MODS (Multiple Organ dysfunction Syndrome)
5.1.4 Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Nyeri menyebar dan terasa sangat sakit, cenderung konstan,
terlokalisasi dan lebih terasa di sekitar tempat inflamasi serta diperberat oleh
gerakan. Terdapat nyeri dan kaku di tempat inflamasi. Ileus paralitik dapat
terjadi dapat berupa konstipasi.
b. Mual dan muntah
c. Penurunan peristaltik
d. Suhu dan frekuensi nadi meningkat
e. Peningkatan jumlah leukosit
5.1.5 Komplikasi
a. Sepsis
Menurun American College of Chest Physician (ACCP) and The
Society of Critical Care Medicine sepsis adalah gejala SIRS (Systemic
Inflammatory Response Syndrome) dua dari kriteria berikut ;
-
21
Kardiovaskula
r
Efek Sepsis
- Mengganggu kesadaran ( mild confusion to coma)
- Mengganggu fungsi termoregulasi, demam karena
meningkatnya mediator inflamasi
Hipotensi dengan takikardia sebagai kompensasi ;
-
Hipovolemia
akibat
(meningkatnya
kehilangan
permeabilitas
cairan
membrane,
demam)
Depresi miokard, penurunan resistensi vascular,
sepsis meninduksi penurunan elastisitas ventrikel
Respirasi
kiri
Acute Lung Injuri (ALI) / Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) ;
-
Produksi
mediator
destruksi
sel
kehilangan
-
inflamasi
alveolar
surfaktan
tipe
menyebabkan
I
menyebabkan
(atelectasis),
penurunan
22
Renal
Sistem digestif
Penurunan motilitas
Gangguan fungsi barrier mukosa
Peningkatan
permeabilitas
vascular
dapat
hemodinamik dan
Hemodynamic management
23
agar
metabolisme
sel
tetap
normal.
Kestabilan
Fungsi
Hydroxyethy
l starch
24
Gelatin
(Gelofusin
Dextran
10.
Cairan Koloid
Pada sepsis resusitasi cairan dengan volume sampai dengan 6 liter,
jika menggunakan kristaloid, pemberian volumenya dikalikan 2-4
kali koloid. Pemberhentian cairan atau end points jika terdapat
penurunan heart rate sampai normal, dan kenaikan urine output
serta CVP 10-12 cmH2O.
25
Fungsi
Efek dopaminergic
Reseptor dan
adrenergik, meningkatan
tekanan darah dengan
meningkatkan cardiac
output (peningkatan heart
rate dan stroke volume)
Reseptor 1, 2 adrenergik,
meningkatkan heart rate,
menurunkan resistensi
vaskular sistemik,
bronkodilatasi
Stimulator adrenergic
Vasokonstriktor
bronkodilator
2-5 g/kgbb/menit
(vasodilatasi)
5-20 g/kgbb/menit (stimulasi
, inotropic , kronotropik +)
>20 g/kgbb/menit
(vasokonstriksi, takikardia)
Dobutamine (2-20
g/kgbb/menit)
Ephedrine
2,5-10 mg i.v
Terapi oksigen
27
utamanya
adalah
mendahulukan
pasien
yang
punya
1. Kriteria Masuk
a. Pasien Prioritas 1 (Satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif seperti dukungan/bantuan
ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obatobat vasoaktif kontinyu, obat aritmia kontinyu dan lain-lainnya.
Contoh
pasien
kelompok
ini
antara
lain
pasca
bedah
pasien
dipindahkan
dari
ICU
berdasarkan
pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang merawat pasien.
a. Pasien Prioritas 1 (Satu)
Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari Intensive Care
Unit (ICU) bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,
atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek
dengan kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif
kontinu kecil. Contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau
lebih gagal sistem organ yang tidak berespons terhadap
pengelolaan agresif dan meninggal dunia.
b. Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan
untuk memerlukan terapi intensif secara mendadak
telah
berkurang.
c. Pasien Prioritas 3 (Tiga)
29
DAFTAR PUSTAKA
30
6. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi
Kedua. 2009. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI
7. Radford HM. Sepsis, severe sepsis and septic shock in adults and anaesthesia.
Southern African Journal of Anesthesia & Analgesia [Internet]. 2002 May [cited
2015 Oct 2].
8. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1778/MENKES/SK/XII/2010.
Pedoman Penyelenggaraan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta:
Kemenkes RI; 2010.
31