Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Ranula merupakan benjolan berisi tumpukan cairan musin yang berasal
dari saluran kelenjar liur sublingual atau submandibula. Gambaran klinisnya
berupa benjolan di dasar mulut, berbatas jelas, bersifat kistik, tidak nyeri dan
dapat membesar. Bila terletak superficial, ranula dapat berwarna kebiruan dan
bentuknya seperti perut katak (Rana=katak), biasanya terletak superior dari m.
Milohioid. Bila letaknya infeerior m. Milohioid, menjolan tampak di daerah
submandibula dan disebut plunging ranula3.
Ranula berasal dari ekstravasasi dari kelenjar sublingual akibat trauma
atau obstruksi. Ekstravasasi mukus dapat meluas memalui otot milohyoid,
membentuk plgging ranula. Prevalensi ranula adalah 0,2 per 1000 kasus di
Amerika Serikat. Angka kejadian ranula memilikki kecenderungan terjadi pada
perempuan dengan rasio 1 : 1,4, dibanding dengan pugging ranula yang lebih
sering terjadi pada laki laki. Ranula lebih umum terjadi pada anak anak dan
remaja awal1.

BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1 Anatomi Leher
Leher adalah daerah tubuh yang terletak diantara pinggir bawah mandibula
di sebelah atas dan incisura suprasternalis serta pinggir atas clavicula di
sebelah bawah. Garis garis lipatan kulit alami tetap dan berjalan hampir
horizontal di sekeliling leher. Hal ini penting secara klinis, karana insisi
sepanjang garis ini akan menimbulkan sedikit jaringan parut, sedangkan insisi
yang memotong garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang lebar6.
Fascia superficialis
Fascia superficialis leher membentuk lapisan tipis yang membungkus
m.platysma. didalamnya terdapt pula saraf kulit, vene superficial, dan nodi
lymphoidei superficialis6.
M. Platysma
M. Platysma merupakan selapis otot tipis yang terdapat didalam fascia
superficialis.
Origo

: fascia profunda yang membungkus bagian atas m. Pectoralis


major dan deltoideus.

Insersio

: bejalan keatas menuju leher dan berinsersio pada margo inferior


corposis mandibulae, sebagian dari serabut serabut posterior
menuju wajah dan bercampur otot di sudut mulut. Dibawah dagu,
sebagian serabut anterior begabung dengan serabut di sisi lainnya.

Persarafan: Ramus cervicalis N. facialis


Fungsi

: menarik mandibula kebawah dan juga menarik bibir bawah serta


sudut mulut6.

M. Mylohyoideus
Origo

: merupakan otot emaran tipi berbentuk segitiga yang berasal dari


seluruh panjang linea mylohyoidea.

Insersio

: serabut-serabut berjalan ke bawah dan depan. Serabut posterior


berinsersio pada corpus ossis hyoidei, serabut anterior berinsersi
pada raphefibrosa yang terbentang dari symphisis mandibulae ke
korpus ossis hyoidei.

Persarafan: Ramus myohyoideus n. Alveolaris inferior.


Fungsi

: kedua otot ini membentuk lembaran otot yang menyokong lidah


dan dasar mulut. Bila mandibula di fiksasi otot ini akan
mengangkat dasar mulut dan os hyoideum selama fase pertama
proses menelan. Otot ini juga befungsi sebagai penarik mandubula
ke bawah dan membuka mulut6.

Vena Superficial
V. Jugularis Externa mulai tepat dibelakang angulus mandibulae dari
penggabungan

v. Auricularis

posterior

dengan

divisi

posterior

v.

Retromandibularis. Vena in berjalan miring ke bawah menyilang m.


Sternocleidomastoideus dan tepat diatas clavicula didalam trigonum posterior.
Ukurannya sangat bervariasi, dan berjalan dari angulus mandibulae sampai ke
pertengahan mandibula6.
Cabang cabang
v. jugularis eksterna memiliki cabag sebagai berikut :
1. v. Auricularis posterior
2. divisi posterior v. Retromandibularis
3. v. Jugularis externa posterior
4. v. Tranversa colli
5. v. Suprascapularis
6. v. Jugularis anterior6.

Nodi Lymphoidei Superficialis


Nodi Lymphoidei Cervical Superficialis terleta sepanjang vena jugulari s
sterna, superficial terhadap m. Sternocleudomastoideus. Kelenjar kelenjar ini
menerima pembuluh lemfe dari nodi lymphoideus ocipitalis dan bermuara ke
nodi lymphoidei cervicales profundi6.
Nervus Facialis
n. facialis berjalan ke depan di dalm substansi glandula parotidea. Nervus
facialis merupakan saraf untuk mempersarafi otot otot ekspresi wajah. Saraf
ini tidak mempersarafi kulit. Saraf ini terbagi atas lima cabang terminal6.
1. Ramus temporalis : muncul dari atas glandula dan mempersarafi m.
Auricularis anterior dan superior, venter frontalis occipitofrontalis, m.
Orbicularis oculi dan m, corrugator supercili
2. Ramus Zygomaticus muncul dari pinggir anterior glandula dan
mempersarafi m. Orbicularis oculi
3. Ramus bucallis mucul dari

pinggir anterior glandula dibawah ductus

parotideus dan mempersarafi m. Bucinator dan otot otot bibir atas serta
nares
4. Ramus Mandibularis muncul dari pinggir anterior glandula dan
mempersarafi bibir bawah.
5. Ramus Cervicalis muncul dari pinggir bawah glandula dan berjalan
kedepan di leher bawah mandibula untuk mempersarafi m. Platysma. Saraf
ini dapat menyilang pinggir bawah mandibula untuk mempersarafi m.
Depresor anguli oris6.

Gambar 2.1 Anatomi leher : arteri, nervus, kelenjar dan otot

Gambar 2.2 Anatomi leher : vena, nervus, kelenjar dan otot

2.2 Galandula Saliva


Glandula saliva terbagi dua, yaitu glandula saliva mayor dan glandula
saliva minor. Glandula saliva mayor terdiri dari5 :

1. Glandula Parotis
Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter
yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga.
Glandula parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang
sebagian besar merupakan cairan serus.
2. Glandula Submandibula
Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di
bagian

medial

sudut

bawah

mandibula.

Glandula

submandibula

menghasilkan 60- 65% dari volume total saliva di rongga mulut, yang
merupakan campuran cairan serus dan mukus.
3. Glandula sublingual
Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian
anterior. Merupakan glandula saliva mayor

yang terkecil

yang

menghasilkan 10% dari volume total saliva di rongga mulut dimana


sekresinya didominasi oleh cairan mukus5.
Sedangkan glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang tersebar
pada lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum, baik
palatum durum maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan
juga terdapat di uvula, dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral
lidah, daerah sekitar retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal.
Glandula saliva minor terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada
glandula Von Ebners (glandula yang berada pada papilla circumvalata lidah)
yang menghasilkan cairan serus5.

Gambar 2.3 Glandula saliva mayor

2.3 Ranula
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk mucocele yang terjadi pada
dasar mulut. Nama ini berasal dari bahasa latin rana yang berarti katak,
karena penampilan lesi ini seperti katak. Meski sumber mucin yang tercurah
biasanya dari gld. sublingualis, ranula juga bisa berasal dari duktus gld.
Submandibularis dan juga bisa terjadi dari glandula salivarius minor pada
dasar mulut7.
Ranula merupaka pembesaran berbentuk kubah berwarna kebiruan dengan
fluktuasi pada dasar mulut. Lesi yang lebih dalam penampakan warnanya
normal3.
Ranula berlokasi pada lateral dari median line, ini membedakannya dari
kista dermoid yang terletak pada median line. Plunging ranula atau cervical
ranula terjadi jika mucin yang tercurah mengalir sepanjang m. mylohyoideus
dan mengakibatkan pembesaran pada leher7.
Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan
memberikan

dampak

yang

buruk,

karena

pembengkakannya

dapat

mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas3.

Etiologi
Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma,
obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post
traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau
submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk
pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva
dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka3.
Patofisiologi
Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan
kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan pseudokista yang
diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus. Obstruksi duktus
saliva dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital, stenosis,
pembentukan parut pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau
tumor.
Ekstravasasi mukus pada glandula submandibula menjadi penyebab ranula
servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mukus mengalir
ke arah leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial
sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau
submandibula. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula
submandibula akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi
pembesaran massa servikal secara konstan3.
Klasifikasi
Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel
dan ranula plunging. Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula
merupakan ranula yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva
tanpa diikuti dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya tidak melewati
ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus.
Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving merupakan
massa yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya

ruang submandibula yang kemudian menimbulkan plug pseudokista yang


meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain berpenetrasi ke
otot milohioideus. Ranula juga dapat dibedakan atas fenomena ekstravasasi
mukus dan kista retensi mukus. Ekstravasasi mukus merupakan akibat dari
trauma, sedangkan kista retensi mukus terjadi akibat obstruksi duktus
glandula saliva. Selain tipe ranula di atas, dikenal pula ranula kongenital,
yaitu ranula yang diakibatkan anomali kongenital, misalnya atresia duktus
saliva atau kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi
kasus seperti ini sangat jarang ditemui2.

Gambar 2.4 Ranula Simpple

Gambar 2.5 Ranula Plunging

Gambaran Klinis
Gambaran klinis ranula merupakan massa lunak yang berfluktuasi dan
berwarna translusen kebiruan, yang membedakannya dengan mukokel adalah
letaknya di dasar mulut atau bagian bawah lidah. Apabila dipalpasi, massa ini
tidak akan berubah warna menjadi pucat. Jika massa ini terletak agak jauh ke
dasar mulut, maka massa ini tidak lagi berwarna kebiruan melainkan
berwarna normal seperti mukosa mulut yang sehat. Diameternya mulai dari 1
sampai dengan beberapa sentimeter.
Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan
pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas. Apabila
tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah,
menelan, dan bernafas. Ranula yang berukuran besar akan menekan duktus
glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu. Akibatnya
muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti sakit saat makan atau sakit
pada saat glandula saliva terangsang untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya
kelenjar saliva membengkak.
Ranula plunging akan menimbulkan pembengkakan pada leher. Dan
biasanya berdiameter 4-10 cm dan melibatkan ruang submandibula. Terdapat
juga laporan yang menunjukkan ruang submental, daerah kontralateral leher,
nasofaring, retrofaring, dan juga mediastinum.
Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan epitel
dan dinding dari ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai
jaringan granulasi. Penemuan histopatologi menunjukkan ruang dalam kista
dan dindingnya didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin7.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

pendukung

meliputi

pemeriksaan

laboratorium

dan

pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam


menegakkan diagnosa. Pada kasus ranula, cairan diambil secara aspirasi dan
jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk
mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat

10

dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI


(Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),
ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.

Gambar 2.6 Gambaran histopatologi ranula simpel yang menunjukkan histiosit yang mendominasi
pada ruang kista dan pada serabut penghubung pseudokista

Gambar 2.7 Gambaran radiografi ranula (CT Scan), ditunjukkan oleh tanda panah

11

Gambar 2.8 Gambaran radiografi ranula plunging (MRI), dapat dilihat bahwa massa menyebabkan
terjadinya pembengkakan hingga ke leher pasien

Diagnosis Danding
Sialothiasis
Thyroglossal duct cyst
Terapi
Dilakukan tindakan pembedahan dengan insisi horisontal, dilakukan pada
lipatan kulit dan setidaknya 3 cm di bawah mandibula atau sejajar tulang
hyoid, dan sepanjang perbatasan anterior otot sternokleidomastoid, insisi dari
kulit, jaringan subkutan dan platysma. Pembuluh darah wajah dibagi dan
diikat jika diperlukan untuk akses kedalam. Ranula yang akan di ambil
terdapat di bagian anterior dari segitiga submandibular
Dokter bedah mungkin harus memobilisasi dan direseksi kelenjar
submandibula untuk akses yang lebih baik. hal ini ditelusuri ke mana letak
ranula dan umumnya di belakang otot milohioid, ke dasar mulut. dokter
bedah kemudian melakukan transoral reseksi, termasuk reseksi kelenjar ludah
submandibula. Kemudian melihat saluran submandibular untuk menentukan
apakah perlu translokasi. luka mukosa di dasar mulut kemudian ditutup
dengan jahitan, dan leher tertutup dengan drain2.

12

Gambar 2.9 Plunging Ranula

13

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Tanggal Masuk : 25 Juli 2015
Nama Pasien : Awaludin
Jenis kelamin : Laki-laki

3.2

Umur

: 19 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Panca Usaha RT 65 RW 13 , Kota Palembang

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri.
Riwayat Perjalanan Penyakit
OS mulai merasakan ada bejolan di leher sebelah kiri sejak 3 tahun yang
lalu, namun benjolan tersebut berukuran masih kecil dan tidak begitu
mengganggu bagi OS. 3 bulan sebelum masuk rumah sakit OS mengaku
benjolan tersebut semakin membesar sehingga membuat OS merasa malu
akibat adanya benjolan di leher tersebut.
OS mengaku jika tidak ada gangguan saat menelan dan mengunyah
makanan dan minuman, di dalam mulut juga tidak merasa ada benjolan,
tidak mengganggu jalan nafas serta berbicara.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
3.3

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

14

Kesadaran
Pernafasan
Nadi
Tekanan Darah
Suhu

: Compos mentis
: 22 x/menit
: 80 x/menit
: 120/90 mmHg
: 36,3 C

Status Generalis
Kepala
Pupil
Leher
Kelenjar-kelenjar
Thorax
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior

: Konjungtiva palbebra pucat (-/-) Sklera ikterik (-/-)


: Isokor, refleks cahaya (+/+)
: dibahas lebih lanjut dalam status lokalis
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan

Status Lokalis
Lokasi

: regio cervicalis anterior

Inspeksi

: terdapat benjolan dengan bentuk agak lonjong di regio


cervicalis anterior sinistra, berwarna seperti warna kulit
sekitarnya dan tidak ada tanda-tanda radang.

Palpasi

: teraba masa dengan. Permukaan rata, nyeri tekan (-) masa


teraba lembut, fluktuasi (+), imobile.

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium pre-operasi
Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Hemoglobin

16,1 g/dl

14 16 g/dl

Leukosit

6.300 /L

5000 10000 /L

Trombosit

219.000/L

150.000 400.000 /L

15

Hematokrit

47%

40-48%

Basofil

0%

0-1%

Eosinofil

0%

1-3%

Batang

2%

2-6%

Segmen

56%

50-70%

Limfosit

34%

20-40%

Monosit

8%

2-8%

Bleeding time

2 menit

1 6 menit

Clotting time

8 menit

10 15 menit

Hitung jenis

3.5 Diagnosis Banding


Ranula
Sialothiasis
Kista dermoid
Thyroglossal duct cyst

3.6 Diagnosis Kerja


Ranula
3.7 Penatalaksanaan
Pembedahan
Cefotaxine
Keterolac
Asam Tranexamat
3.8 Prognosis
Quo ad vitam

: Dubia ad Bonam

16

Quo ad functionam

: Dubia ad Bonam

BAB IV
PEMBAHASAN
Awaludin , usia 19 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan di leher
kiri atas sejak 3 tahun yang lalu, namun benjolan tersebut berukuran masih kecil
dan tidak begitu mengganggu bagi OS. 3 bulan sebelum masuk rumah sakit OS
mengaku benjolan tersebut semakin membesar sehingga membuat OS merasa
malu akibat adanya benjolan di leher tersebut.

17

Pasien datang dengan benjolan di leher tersebut mengaku tidak merasakan


keluhan apaun seperti gangguan fungsi bicara, mengunyah, menelan dan bernafas.
Hal itu dikarenakan benjolan tersebut berada di ruang submandibula dan benjolan
belum begitu besar sehingga tidak mengganggu dari fungsi bicara, mengunyah,
menelan dan bernafas. Jika benjolan berada di intra oral maka keluhan tersebut
dapat diraskan oleh pasien.
Terbentuknya ranula pada pasien terjadi akibat obstruksi kelenjar saliva atau
akibat trauma duktus glandula saliva submandibula atau sublingual yang
menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista. Ekstravasasi
mukus tersebut mengalir ke otot milohioideus yang kemudian menimbulkan plug
pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan dengan konsitensi lembut,
berbatas tegas dan terdapat fluktuasi
Tindakan bedah dilakukan insis secara horizontal pada daerah benjolan,
insisi dari kulit, jaringan subkutan dan platysma. Pada saat insisi pada m.
Platysma kemungkinan terpotongnya nervus VII r. coli dapat terjadi. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan pada otot ekspresi wajah dan otot pada bibir.
Prognosis ad vitam dan functionam pada pasien ini adalah bonam karena
penyakit ini sudah didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa serta tingkat
kekambuhannya setelah pembedahan yang kecil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Effat, K. 2012. Acute Presentation Of Plugging Ranula Causing Respiratory


Disstres. New York.
2. Fagan, J. 2010. Open Access Atlas Of Otolaryngology, Head And Neck
Operative Sugery. Cape Town.
3. Gaurav, V. 2001. Ranula : A Review of Literature. Haryana. India

18

4. Putz, R., R. Pabst (ed.); Suyono, Y. Joko (terj.). 2007. Sobotta : Atlas Anatomi
Manusia, Ed. 22, Jilid 2, Jakarta: EGC
5. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:
EGC.

6. Snell, R.S. 2006. Neuro Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran/Richard S. Snell.


Terjemahan oleh: Sugiharto, L., & Alifa D. Edisi 5. Jakarta: EGC.
7. Syamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Syamsuhidajat-De Jong Edisi
3. Jakarta : EGC

19

Anda mungkin juga menyukai

  • Terapi Nutrisi Dan Pain (Ridwan)
    Terapi Nutrisi Dan Pain (Ridwan)
    Dokumen38 halaman
    Terapi Nutrisi Dan Pain (Ridwan)
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BST Corpal
    BST Corpal
    Dokumen26 halaman
    BST Corpal
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Status Mata
    Status Mata
    Dokumen9 halaman
    Status Mata
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BST RSMP Wika
    BST RSMP Wika
    Dokumen22 halaman
    BST RSMP Wika
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Persiapan Op Asma Kronik (Marmah)
    Persiapan Op Asma Kronik (Marmah)
    Dokumen14 halaman
    Persiapan Op Asma Kronik (Marmah)
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BST Anes
    BST Anes
    Dokumen19 halaman
    BST Anes
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Anes
    Cover Referat Anes
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat Anes
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Cardiac Arrest (Yolanda)
    Cardiac Arrest (Yolanda)
    Dokumen15 halaman
    Cardiac Arrest (Yolanda)
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BST RSMP
    BST RSMP
    Dokumen9 halaman
    BST RSMP
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Cedera Otak Berat (Poppy)
    Cedera Otak Berat (Poppy)
    Dokumen27 halaman
    Cedera Otak Berat (Poppy)
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BST Okky
    BST Okky
    Dokumen31 halaman
    BST Okky
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BAB IVhepatoma
    BAB IVhepatoma
    Dokumen3 halaman
    BAB IVhepatoma
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Referat General Anestesi II
    Referat General Anestesi II
    Dokumen14 halaman
    Referat General Anestesi II
    ReQa Rezha Rizqa
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Referat
    Kata Pengantar Referat
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar Referat
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BAB IIIhepatoma
    BAB IIIhepatoma
    Dokumen22 halaman
    BAB IIIhepatoma
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BAB I Case
    BAB I Case
    Dokumen51 halaman
    BAB I Case
    Ayu Ika Sh
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BAB IIms
    BAB IIms
    Dokumen7 halaman
    BAB IIms
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Daftar Gambar
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Cover Marmahpdl
    Cover Marmahpdl
    Dokumen5 halaman
    Cover Marmahpdl
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • BAB Ihepatoma
    BAB Ihepatoma
    Dokumen2 halaman
    BAB Ihepatoma
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen15 halaman
    Bab 3
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Cover PUA
    Cover PUA
    Dokumen4 halaman
    Cover PUA
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat
  • Identifikasi Tulang Belulang
    Identifikasi Tulang Belulang
    Dokumen40 halaman
    Identifikasi Tulang Belulang
    Ridwan Permana
    100% (2)
  • BAB I Dan II
    BAB I Dan II
    Dokumen37 halaman
    BAB I Dan II
    Ridwan Permana
    Belum ada peringkat