PENDAHULUAN
Ranula merupakan benjolan berisi tumpukan cairan musin yang berasal
dari saluran kelenjar liur sublingual atau submandibula. Gambaran klinisnya
berupa benjolan di dasar mulut, berbatas jelas, bersifat kistik, tidak nyeri dan
dapat membesar. Bila terletak superficial, ranula dapat berwarna kebiruan dan
bentuknya seperti perut katak (Rana=katak), biasanya terletak superior dari m.
Milohioid. Bila letaknya infeerior m. Milohioid, menjolan tampak di daerah
submandibula dan disebut plunging ranula3.
Ranula berasal dari ekstravasasi dari kelenjar sublingual akibat trauma
atau obstruksi. Ekstravasasi mukus dapat meluas memalui otot milohyoid,
membentuk plgging ranula. Prevalensi ranula adalah 0,2 per 1000 kasus di
Amerika Serikat. Angka kejadian ranula memilikki kecenderungan terjadi pada
perempuan dengan rasio 1 : 1,4, dibanding dengan pugging ranula yang lebih
sering terjadi pada laki laki. Ranula lebih umum terjadi pada anak anak dan
remaja awal1.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1 Anatomi Leher
Leher adalah daerah tubuh yang terletak diantara pinggir bawah mandibula
di sebelah atas dan incisura suprasternalis serta pinggir atas clavicula di
sebelah bawah. Garis garis lipatan kulit alami tetap dan berjalan hampir
horizontal di sekeliling leher. Hal ini penting secara klinis, karana insisi
sepanjang garis ini akan menimbulkan sedikit jaringan parut, sedangkan insisi
yang memotong garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang lebar6.
Fascia superficialis
Fascia superficialis leher membentuk lapisan tipis yang membungkus
m.platysma. didalamnya terdapt pula saraf kulit, vene superficial, dan nodi
lymphoidei superficialis6.
M. Platysma
M. Platysma merupakan selapis otot tipis yang terdapat didalam fascia
superficialis.
Origo
Insersio
M. Mylohyoideus
Origo
Insersio
Vena Superficial
V. Jugularis Externa mulai tepat dibelakang angulus mandibulae dari
penggabungan
v. Auricularis
posterior
dengan
divisi
posterior
v.
parotideus dan mempersarafi m. Bucinator dan otot otot bibir atas serta
nares
4. Ramus Mandibularis muncul dari pinggir anterior glandula dan
mempersarafi bibir bawah.
5. Ramus Cervicalis muncul dari pinggir bawah glandula dan berjalan
kedepan di leher bawah mandibula untuk mempersarafi m. Platysma. Saraf
ini dapat menyilang pinggir bawah mandibula untuk mempersarafi m.
Depresor anguli oris6.
1. Glandula Parotis
Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter
yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga.
Glandula parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang
sebagian besar merupakan cairan serus.
2. Glandula Submandibula
Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di
bagian
medial
sudut
bawah
mandibula.
Glandula
submandibula
menghasilkan 60- 65% dari volume total saliva di rongga mulut, yang
merupakan campuran cairan serus dan mukus.
3. Glandula sublingual
Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian
anterior. Merupakan glandula saliva mayor
yang terkecil
yang
2.3 Ranula
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk mucocele yang terjadi pada
dasar mulut. Nama ini berasal dari bahasa latin rana yang berarti katak,
karena penampilan lesi ini seperti katak. Meski sumber mucin yang tercurah
biasanya dari gld. sublingualis, ranula juga bisa berasal dari duktus gld.
Submandibularis dan juga bisa terjadi dari glandula salivarius minor pada
dasar mulut7.
Ranula merupaka pembesaran berbentuk kubah berwarna kebiruan dengan
fluktuasi pada dasar mulut. Lesi yang lebih dalam penampakan warnanya
normal3.
Ranula berlokasi pada lateral dari median line, ini membedakannya dari
kista dermoid yang terletak pada median line. Plunging ranula atau cervical
ranula terjadi jika mucin yang tercurah mengalir sepanjang m. mylohyoideus
dan mengakibatkan pembesaran pada leher7.
Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan
memberikan
dampak
yang
buruk,
karena
pembengkakannya
dapat
Etiologi
Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma,
obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post
traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau
submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk
pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva
dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka3.
Patofisiologi
Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan
kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan pseudokista yang
diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus. Obstruksi duktus
saliva dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital, stenosis,
pembentukan parut pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau
tumor.
Ekstravasasi mukus pada glandula submandibula menjadi penyebab ranula
servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mukus mengalir
ke arah leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial
sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau
submandibula. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula
submandibula akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi
pembesaran massa servikal secara konstan3.
Klasifikasi
Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel
dan ranula plunging. Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula
merupakan ranula yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva
tanpa diikuti dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya tidak melewati
ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus.
Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving merupakan
massa yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya
Gambaran Klinis
Gambaran klinis ranula merupakan massa lunak yang berfluktuasi dan
berwarna translusen kebiruan, yang membedakannya dengan mukokel adalah
letaknya di dasar mulut atau bagian bawah lidah. Apabila dipalpasi, massa ini
tidak akan berubah warna menjadi pucat. Jika massa ini terletak agak jauh ke
dasar mulut, maka massa ini tidak lagi berwarna kebiruan melainkan
berwarna normal seperti mukosa mulut yang sehat. Diameternya mulai dari 1
sampai dengan beberapa sentimeter.
Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan
pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas. Apabila
tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah,
menelan, dan bernafas. Ranula yang berukuran besar akan menekan duktus
glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu. Akibatnya
muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti sakit saat makan atau sakit
pada saat glandula saliva terangsang untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya
kelenjar saliva membengkak.
Ranula plunging akan menimbulkan pembengkakan pada leher. Dan
biasanya berdiameter 4-10 cm dan melibatkan ruang submandibula. Terdapat
juga laporan yang menunjukkan ruang submental, daerah kontralateral leher,
nasofaring, retrofaring, dan juga mediastinum.
Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan epitel
dan dinding dari ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai
jaringan granulasi. Penemuan histopatologi menunjukkan ruang dalam kista
dan dindingnya didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin7.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
pendukung
meliputi
pemeriksaan
laboratorium
dan
10
Gambar 2.6 Gambaran histopatologi ranula simpel yang menunjukkan histiosit yang mendominasi
pada ruang kista dan pada serabut penghubung pseudokista
Gambar 2.7 Gambaran radiografi ranula (CT Scan), ditunjukkan oleh tanda panah
11
Gambar 2.8 Gambaran radiografi ranula plunging (MRI), dapat dilihat bahwa massa menyebabkan
terjadinya pembengkakan hingga ke leher pasien
Diagnosis Danding
Sialothiasis
Thyroglossal duct cyst
Terapi
Dilakukan tindakan pembedahan dengan insisi horisontal, dilakukan pada
lipatan kulit dan setidaknya 3 cm di bawah mandibula atau sejajar tulang
hyoid, dan sepanjang perbatasan anterior otot sternokleidomastoid, insisi dari
kulit, jaringan subkutan dan platysma. Pembuluh darah wajah dibagi dan
diikat jika diperlukan untuk akses kedalam. Ranula yang akan di ambil
terdapat di bagian anterior dari segitiga submandibular
Dokter bedah mungkin harus memobilisasi dan direseksi kelenjar
submandibula untuk akses yang lebih baik. hal ini ditelusuri ke mana letak
ranula dan umumnya di belakang otot milohioid, ke dasar mulut. dokter
bedah kemudian melakukan transoral reseksi, termasuk reseksi kelenjar ludah
submandibula. Kemudian melihat saluran submandibular untuk menentukan
apakah perlu translokasi. luka mukosa di dasar mulut kemudian ditutup
dengan jahitan, dan leher tertutup dengan drain2.
12
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Tanggal Masuk : 25 Juli 2015
Nama Pasien : Awaludin
Jenis kelamin : Laki-laki
3.2
Umur
: 19 tahun
Agama
: Islam
Alamat
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri.
Riwayat Perjalanan Penyakit
OS mulai merasakan ada bejolan di leher sebelah kiri sejak 3 tahun yang
lalu, namun benjolan tersebut berukuran masih kecil dan tidak begitu
mengganggu bagi OS. 3 bulan sebelum masuk rumah sakit OS mengaku
benjolan tersebut semakin membesar sehingga membuat OS merasa malu
akibat adanya benjolan di leher tersebut.
OS mengaku jika tidak ada gangguan saat menelan dan mengunyah
makanan dan minuman, di dalam mulut juga tidak merasa ada benjolan,
tidak mengganggu jalan nafas serta berbicara.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
3.3
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
14
Kesadaran
Pernafasan
Nadi
Tekanan Darah
Suhu
: Compos mentis
: 22 x/menit
: 80 x/menit
: 120/90 mmHg
: 36,3 C
Status Generalis
Kepala
Pupil
Leher
Kelenjar-kelenjar
Thorax
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Status Lokalis
Lokasi
Inspeksi
Palpasi
Hasil
Nilai normal
Hemoglobin
16,1 g/dl
14 16 g/dl
Leukosit
6.300 /L
5000 10000 /L
Trombosit
219.000/L
150.000 400.000 /L
15
Hematokrit
47%
40-48%
Basofil
0%
0-1%
Eosinofil
0%
1-3%
Batang
2%
2-6%
Segmen
56%
50-70%
Limfosit
34%
20-40%
Monosit
8%
2-8%
Bleeding time
2 menit
1 6 menit
Clotting time
8 menit
10 15 menit
Hitung jenis
: Dubia ad Bonam
16
Quo ad functionam
: Dubia ad Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Awaludin , usia 19 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan di leher
kiri atas sejak 3 tahun yang lalu, namun benjolan tersebut berukuran masih kecil
dan tidak begitu mengganggu bagi OS. 3 bulan sebelum masuk rumah sakit OS
mengaku benjolan tersebut semakin membesar sehingga membuat OS merasa
malu akibat adanya benjolan di leher tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
4. Putz, R., R. Pabst (ed.); Suyono, Y. Joko (terj.). 2007. Sobotta : Atlas Anatomi
Manusia, Ed. 22, Jilid 2, Jakarta: EGC
5. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
19