Anda di halaman 1dari 16

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Umur
: 31 tahun
Alamat
: JL. Rekreasi Kel.Cilincing
Agama
: Islam
Suku bangsa : Betawi
Nama suami : Tn. S
Pekerjaan
: Karyawan
Tgl MRS
: 10 Agustus 2015
No. RM
: 20.60.96
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Pasien G2P1A0 mengatakan mules-mules sejak pukul 06.00 Wib
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien G2P1A0 hamil 38 - 39 minggu datang ke poliklinik dengan keluhan mules-mules
sejak pukul 6 pagi, belum keluar darah, lendir dan air-air.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Ibu menyangkal penyakit asma, diabetes mellitus dan hipertensi dalam keluarga.
Riwayat Alergi:
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan dan debu.
Riwayat Pengobatan:
Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Riwayat Psikososial:
Kebiasaan merokok (-), minum alcohol (-)
Riwayat Perkawinan:
Pernikahan pertama, masih menikah, lama kawin 17 tahun
Riwayat Haid:

Haid pertama pada usia 12 tahun, haid teratur, tidak sakit saat haid, lama haid 3-5 hari,
siklus 28 hari, hari pertama haid terakhir 17 November 2014, taksiran persalinan 24
Agustus 2015.
Riwayat Operasi:
Sectio Sesarea (1x)
Riwayat Persalinan:
Gravida (2) , Partus (1), Abortus (0)
No

Tempat

Penolon

bersalin

1.

RS

Dokter

Thn

2009

Aterm

Aterm

Jenis

Penyuli

persalina

n
SC

CPD

JK

Anak
BB

Ket

Perempuan , 3500gr
SEHAT

2.

HAMIL INI

III. STATUS PASIEN


Status generalis
Keadaan Umum: Baik
Tanda Vital :
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 20 x/menit

Antropometri

BB

Suhu : 36,6 C
Nadi : 80 x/menit

: 63 kg

TB

: 155 cm

Rambut

: Bersih

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Mulut

: Mukosa bibir lembab

Gigi

: Caries (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Dada

: Pergerakan dinding dada simetris

Paru-paru
Jantung
Payudara

: Bunyi vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)


: Bunyi jantung I & II regular murni, murmur (-), gallop (-)
: Simetris, puting susu menonjol

Abdomen : membesar sesuai kehamilan, TFU 33 cm


2

Genitalia

: Tidak ada pengeluaran pervaginam, darah (-), lendir (-), flour albus (-)

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT 2 detik


Inspekulo : Tidak dilakukan
Hasil pemeriksaan USG: Gravid 38 - 39 minggu, janin belum masuk PAP, taksiran berat
janin 3100 gram.

Status Obstetrikus
Pemeriksaan Abdomen
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi : Perut tampak cembung, linea nigra (+), striae (-)
Palpasi
Leopold I
: Teraba bagian bokong
Leopold II : Teraba punggung disebelah kiri
Leopold III : Teraba bagian kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP
Tinggi fundus uteri 33 cm, letak anak memanjang, persentase kepala
Denyut Jantung Janin 130 x/menit, teratur
His : 2 x 10 menit, lamanya 25 detik, kualitas sedang.
Taksiran Berat Janin: (33-12)x155 = 3255 gram
b. Pemeriksaan dalam:
v/v t.a.k , Portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, ketuban belum pecah, penurunan
bagian terendah H1, blood slim ada.
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN
PEMBEKUAN

HASIL

SATUAN

NILAI NORMAL

Masa perdarahan

230

Menit

1-3

Masa pembekuan

330

Menit

2-6

Hemoglobin

13,7

g/dl

11,4 - 15,5

Leukosit

9,200

sel/mm3

4,3 - 10,4

Hematokrit

38,7

36,0 - 46,0

Trombosit

282,000

ribu/mm3

132 - 440.000

HEMATOLOGI

V. DIAGNOSA
Ibu
: G2P1A0 Hamil 38-39 minggu Aterm Inpartu Fase Laten dengan Disproporsi
Anak

Sefalopelvik + Riw. SC 1x
: Tunggal, hidup, intrauterine

VI. RENCANA TINDAKAN


- Sectio Cesarea
VII. Uraian Pembedahan
1. Pasein posisi terlentang
2. Disinfeksi lapang operasi dengan povidone iodine
3. Lapang operasi ditutup dengan duk steril
4. Lakukan insisi pfannesteil (transversal) 1 cm diatas simfisis pubis
5. Insisi diperdalam sampai fascia
6. Fascia dibuka secara transversal
7. Dilakukan retraksi fascia kebawah dan keatas
8. Identifikasi peritoneum parietal
9. Peritoneum dibuka
10. Dibuat bladder flap pada plica vesica uterine
11. Dipaparkan segmen bawah Rahim
12. Dilakukan insisi semilunar pada segmen bawah Rahim sepanjang 2 cm
13. Insisi diperluas secara tumpul kearah dua sisi
14. Kemudian kepala anak dikeluarkan terlebih dahulu, badan, bokong, kaki hingga lahir
pukul 16.00 WIB seorang bayi dengan jenis kelamin perempuan berat badan 3100
gram panjang badan 49 cm, apgar score 9/10 resusitasi neonatus (+)
15. Lahirkan plasenta secara manual kesan lengkap, lalu lakukan observasi dinding
Rahim
16. Dilakukan jahit pada uterus, kemudian control perdarahan. Perdarahan (-)
17. Dilakukan bilas pada cavum abdomen dengan NaCl 0,9%
18. Dilakukan jahit dinding abdomen lapis demi lapis hingga tertutup
19. OP selesai
Keadaan ibu postpartum
KU baik, Tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 88 x/menit, Pernapasan 20 x/menit,
Suhu 36 C, TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi baik, Perdarahan normal.
VIII.

CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL
11 Agustus 2015

CATATAN
S= Nyeri dibekas sayatan post op
O= Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
4

TTV: TD: 90/60 mmHg


N : 80 x/menit
S : 36,5C
P : 18 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada : Pulmo : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronhki (-/-)
Cor : BJ I dan II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Mammae : Simetris (+), ASI (+)
Abdomen: BU(+), NTE (-)
Genitalia : Darah (+), lendir (-), flour albus (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT 2 detik
Otonom : BAB (-), BAK (+), flatus (-)
A= P1A0 post sc a/i CPD hari 1
P= Terapi oral
- Cefixime 100 mg 2 x 1
- Metronidazol 500 mg 3 x 1
- As.Mefenamat 500 mg 3 x 1
12 Agustus 2015

S= Nyeri dibekas sayatan post op


O= Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV: TD: 90/60 mmHg
N : 74 x/menit
S : 36,5C
P : 20 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada : Pulmo : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronhki (-/-)
Cor : BJ I dan II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Mammae : Simetris (+), ASI (+)
Abdomen: BU(+), NTE (-)
Genitalia : Darah (+), lendir (-), flour albus (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT 2 detik
Otonom : BAB (-), BAK (+), flatus (+)

A= P1A0 post sc a/i CPD hari 2


P= Terapi oral Lanjut

13 Agustus 2015

S= Nyeri perut
O= Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV: TD: 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5C
P : 20 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada : Pulmo : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronhki (-/-)
Cor : BJ I dan II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Mammae : Simetris (+), ASI (+)
Abdomen: BU(+), NTE (-)
Genitalia : Darah (-), lendir (-), flour albus (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT 2 detik
Otonom : BAB (-), BAK (+), flatus (+)
A= P1A0 post sc a/i CPD hari 3
P= Terapi oral dilanjutkan
Pasien boleh pulang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)


1. Definisi
Disproporsi sefalopelvik/Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah keadaan yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
2. Ukuran panggul
Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari
pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat
diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur
naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai
penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di
vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk
tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai
oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang
11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata
vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul

Panggul Tengah (Pelvic Cavity)


Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan
setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala
engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum
merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior
setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara

sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.


Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum
kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran
klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm),
jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis
posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5
cm).

3. Panggul Sempit
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang
panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga
yaitu:
a) Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.
Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
Kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
b) Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.

c) Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang


mempersempit jalan lahir.
Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode Penanganannya

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus


Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam
pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil
karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada
persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara
anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala
dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga
terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:

Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul

Robert, split pelvis, panggul asimilasi.


Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma,

fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,

spondilolistesis.
Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,
pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
a. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior
terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter
transversal terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas
panggul sering diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara manual
yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas
panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5
cm.3 Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan
persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau
diameter transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan
kedua diameter dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter. Diameter
biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila
melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm.
Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil,
namun juga memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362
nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita
dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat
pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah
selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen
bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat
atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi
prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas
panggul menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul
sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan
panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan

10

prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas.
b. Penyempitan panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak
berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak
menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah
panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan
terhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps
tengah atau seksio sesarea.
Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti
seperti penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu
tengah panggul apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis
posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau kurang. (3) Ukuran terpenting yang
hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri roentgenologik ialah
distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai
kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter
sagitalis posterior pendek.
c. Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah
panggul terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang.
Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu
tengah panggul.
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar
dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan
robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan
menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.
4. Perkiraan kapasitas panggul sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi
badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit,
namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat

11

memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan
kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat
badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu
bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina
iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin
sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi,
tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya
mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan
antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap.
Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.3 Dari pelvimetri dengan
pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang
panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar
yang masih dapat dilahirkan spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan
menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan
pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan
menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke
vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari
yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
5. Janin yang besar
Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi
5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi
berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi
4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal
tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan. Factor keturunan memegang peranan
penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada
12

ibu yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain
itu, yang dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal
tersebut masih diragukan.
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal yang
mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses
melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan
biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat
dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik
disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti
apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses
melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan
biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada
postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit
melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang
memiliki berat badan lebih juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal
selama proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama
proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu
mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang lain. Sedangkan
penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera
pada nervus brakhialis dan muskulus sternokleidomastoideus.
6. Penanganan
a. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes
terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin
bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi
plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar

13

sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral


yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam
kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut
tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul,
sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir
dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan
menggerakkan

dimuka

dadanya.

Untuk

melahirkan

lengan

kiri,

penolong

menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke


diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour.
Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena
biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu
atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
b. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam
belum dipenuhi.
c. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

14

d. Kraniotomi dan Kleidotomi


Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.


Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005.
Inkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007..
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP,
2008.

15

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisa Putusan
    Analisa Putusan
    Dokumen36 halaman
    Analisa Putusan
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Analisa Putusan
    Analisa Putusan
    Dokumen120 halaman
    Analisa Putusan
    oktaglory
    Belum ada peringkat
  • Agra Ria
    Agra Ria
    Dokumen6 halaman
    Agra Ria
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen3 halaman
    1
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Hukum Perkawinan
    Hukum Perkawinan
    Dokumen3 halaman
    Hukum Perkawinan
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Aging Process
    Aging Process
    Dokumen1 halaman
    Aging Process
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Agra Ria
    Agra Ria
    Dokumen6 halaman
    Agra Ria
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Luka Episiotomi
    Perawatan Luka Episiotomi
    Dokumen16 halaman
    Perawatan Luka Episiotomi
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Hukum Perkawinan
    Hukum Perkawinan
    Dokumen3 halaman
    Hukum Perkawinan
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • DERMATOFITOSIS
    DERMATOFITOSIS
    Dokumen17 halaman
    DERMATOFITOSIS
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Case Psikiatri
    Case Psikiatri
    Dokumen24 halaman
    Case Psikiatri
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Refreshing Cairan & Elektrolit
    Refreshing Cairan & Elektrolit
    Dokumen23 halaman
    Refreshing Cairan & Elektrolit
    marianymelati
    Belum ada peringkat
  • Wawancara Psikiatri
    Wawancara Psikiatri
    Dokumen16 halaman
    Wawancara Psikiatri
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Tika Hars
    Tika Hars
    Dokumen11 halaman
    Tika Hars
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Referat Kulit
    Referat Kulit
    Dokumen29 halaman
    Referat Kulit
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Ca Colon
    Ca Colon
    Dokumen2 halaman
    Ca Colon
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Fix
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Gastropati
    Gastropati
    Dokumen2 halaman
    Gastropati
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Fix
    Kata Pengantar Fix
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar Fix
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Isk
    Isk
    Dokumen3 halaman
    Isk
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASUS - Identitas
    LAPORAN KASUS - Identitas
    Dokumen20 halaman
    LAPORAN KASUS - Identitas
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Demam Derdarah Dengue: Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman ..... /....
    Penatalaksanaan Demam Derdarah Dengue: Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman ..... /....
    Dokumen3 halaman
    Penatalaksanaan Demam Derdarah Dengue: Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman ..... /....
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • 11.DEMAM TIFOID, Tetanus, DBD
    11.DEMAM TIFOID, Tetanus, DBD
    Dokumen125 halaman
    11.DEMAM TIFOID, Tetanus, DBD
    Kharisma Akhmad
    Belum ada peringkat
  • Tipoid
    Tipoid
    Dokumen3 halaman
    Tipoid
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Decom
    Decom
    Dokumen3 halaman
    Decom
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Hipertensi JNC 8
    Klasifikasi Hipertensi JNC 8
    Dokumen4 halaman
    Klasifikasi Hipertensi JNC 8
    Hidayad
    100% (1)
  • SOP Hipertensi
    SOP Hipertensi
    Dokumen9 halaman
    SOP Hipertensi
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat