Anda di halaman 1dari 29

Ulkusadalahdefeklocal,atauekskavasipermukaansuatuorganataujaringan,akibat

pengelupasanjaringanradangyangnekrotik.
Bedaulkusganasdanjinak?
Ulkus ganas

Ulkus jinak

ulkusdengantepitidakrata,warna
kehitamandenganperifertampak
hyperplasiadandisentralulkus

Ulkus jinak tepi rata

ulkusganasbiasanyaditutupiolehdarah

Ulkus jinak biasanya di tutupi oleh


pus karena ulkus jinak biasanya
disebabkan oleh infeksi

komplikasioperasithyroidectomy?
komplikasi operasi thyroidectomy adalah kerusakan kelenjar parathyroid yang
dapatmenyebabkankadarkalsiumdarahturundankerusakansarafpitasuarayangdapat
menyebabkankelumpuhanpitasuara,suaraserakataukesulitanbernapas.
Komplikasipascaoperasiutamayangberhubungandengancederaberulangpada
saraflaringsuperiordankelenjarparatiroid.Devaskularisasi,trauma,daneksisisengaja
dari satu atau lebih kelenjar paratiroid dapat menyebabkan hipoparatiroidisme dan
hipokalsemia, yang dapat bersifat sementara atau permanen. Pemeriksaan yang teliti
tentang anatomi dan suplai darah ke kelenjar paratiroid yang adekuat sangat penting
untuk menghindari komplikasi ini. Namun, prosedur ini umumnya dapat ditoleransi
denganbaikdandapatdilakukandengancacatminimal(Blissetal,2000).Komplikasi
lainyangdapattimbulpascatiroidektomiadalahperdarahan, thyrotoxicstrom,edema
pada laring, pneumothoraks, hipokalsemia, hematoma, kelumpuhan syaraf laringeus
reccurens,danhipotiroidisme(Grace&Borley,2007).
Tindakan tiroidektomi dapatmenyebabkankeadaanhipotiroidisme, yaitusuatu
keadaanterjadinyakegagalankelenjartiroiduntukmenghasilkanhormondalamjumlah
adekuat,keadaaniniditandaidenganadanyalesu,cepatlelah,kulitkeringdankasar,

produksi keringat berkurang, serta kulit terlihat pucat. Tandatanda yang harus
diobservasipascatiroidektomiadalahhipokalsemiayangditandaidenganadanyarasa
kebas,kesemutanpadabibir,jarijaritangandankaki,dankedutanototpadaareawajah
(Urbano, FL, 2000). Keadaan hipolakalsemia menunjukkan perlunya penggantian
kalsiumdalamtubuh.Komplikasilainyangmungkinterjadiadalahkelumpuhannervus
laringeus reccurens yangmenyebabkansuaraserak.Jikadilakukan tiroidektomi total,
pasienperludiberikaninformasimengenaiobatpenggantihormontiroid,sepertinatrium
levotiroksin(Synthroid),natriumliotironin(Cytomel)danobatobataniniharusdiminum
selamanya.
HormonendokrindanKeganasanpadakelenjarendokrin?

Hormon berasal dari bahasa homaein yang berarti memacu. Hormon dihasilkan
oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu dan berfungsi untuk mengatur metabolism,
pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan tingkah laku. Hormone dibutuhkan pleh
tubuh dalam jumlah sedikit tetapi mempunyai pengaruh besar.
Pada hakekatnya hormone dan saraf memiliki persamaan tugas dalam pengaturan
kegiatan kegiatan tubuh. Perbedaannya meliputi kecepatan kerjanya, banyaknya organ
tubuh yang dipengaruhi, kecepatan reaksi, dan sistem peredarannya. Perhatikan tabel
berikut ini
Tabel perbedaan antara sistem saraf dengan hormon

Sistem Saraf
Mengantarkan

Sistem Hormon
rangsangan

Mengantarkan

dengan cepat

dengan lembut

Mengantarkan rangsangan secara

Mengantarkan

kurang teratur

secara teratur

rangsangan

rangsangan

Rangsangan melalui serabut saraf

Rangsangan melalui darah

Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai


saluran khusus sehingga juga disebut kelenjar buntu. Hormon dihasilkan oleh sel-sel
kelenjar endokrin bila ada rangsangan saraf yang sesuai. Hormon diproduksi dalam
jumlah yang sangat sedikit. Kemudian hormon diangkut oleh darah menuju ke sel,
jaringan, atau organ target. Pada organ target, hormon mempengaruhi aktivitas enzim
khusus, sehingga dapat mengatur berbagai aktivitas tubuh seperti metabolisme,
reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan. Kelenjar endokrin pada manusia meliputi
kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar kelamin, dan pankreas
(kelenjar pulau-pulau langerhans).
A. Kelenjar Hipofisis
Hipotalamus memainkan peranan penting dalam koordinasi sistem saraf dan
hormone. Misalnya, otak mengirimkan informasi sensoris mengenai perubahan musim
dan ketersediaan pasangan kawin ke hipotalamus melalui sinyal saraf. Kemudian,
hipotalamus akan memicu pembebasan hormone reproduksi.
Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak, ukurannya sebesar biji ercis. Meskipun
ukurannya kecil, kelenjar hipofisis berperan penting dalam sistem koordinasi tubuh.
Kelenjar hipofisis mensekresikan berbagai macam hormon yang mengatur berbagai
kegiatan dalam tubuh (mastergland).
Hipotalamus menyekresikan dua buah hormone, yaitu hormon pembebas (releasing
hormone) yang memacu kelenjar hipofisis untuk menyekresikan hormon-hormonnya dan
hormon penghambat (inhibiting hormone) yang membuat kelenjar hipofisis berhenti
menyekresikan hormon. Setiap hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dikontrol
oleh paling tidak satu hormone pembebas dan penghambat yang dihasilkan oleh
hipotalamus.

Kelenjar hipofisis terdiri atas tiga lobus, yaitu lobus anterior, intermediate, dan
posterior. Ketiga lobus ini menghasilkan banyak hormon yang sangat penting bagi tubuh
kita. Karena itu, kelenjar hipofisis disebut juga master of gland. Hormon-hormon yang
disekresikan oleh hipofisis dan fungsinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis

Hormon

Fungsi

Lobus anterior
Hormone pertumbuhan
Laktotropik

hormone

(LTH)
Thyroid

stimulating

Memicu pertumbuhan dengan meningkatkan laju


pembentukan protein di dalam sel.
Merangsang produksi air susu
Mengontrol sekresi hormone oleh kelenjar tiroid

hormone (TSH)
Adrenocorticotropic

Mengontrol

hormone (ACTH)

adrenal
1. Pada

Follicle

stimulating

hormone (FSH)

sekresi

wanita,

hormone

merangsang

oleh

korteks

perkembangan

folikel pada ovarium dan sekresi estrogen


2. Pada pria, memicu testis untuk menghasilkan
sperma
1. Pada wanita, menstimulasi ovulasi dan sekresi

Luiteinizing

hormone

(LH)

progesterone
2. Pada pria, menstimulasi sel interstisial untuk
menghasilkan testosteron

Lobus Intermediat
Melanosit

stimulating

hormone (MSH)
Lobus posterior

Mempengaruhi pigmentasi kulit

Hormon

antidiuretik

(ADH) atau vasopresin

Menurunkan volume urin dengan cara menyerap


air dari ginjal dan meningkatkan tekanan darah
Memacu

Oksitosin

kontraksi

uterus

selama

proses

melahirkan dan kelenjar susu agar mengeluarkan


air susu.

Hormone diperlukan dalam jumlah tertentu. Jika suatu hormon yang dihasilkan
berkurang atau berlebih akan membawa dampak-dampak yang tidak diinginkan. Jika
pada masa anak-anak, sekresi hormon pertumbuhan berlebih (hipersekresi) akan
menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Bila hipersekresi hormon pertumbuhan
terjadi pada di usia dewasa, dapat menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal di lengan,
kaki, dan kepala. Kondisi ini dikenal sebagai akromegali. Sebaliknya, bila kekurangan
hormon pertumbuhan pada masa kanak-kanak menyebabkan kekerdilan
B. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid di leher bagian depan dan terdiri atas dua lobus. Kelenjar tiroid
menyekresikan hormon tiroksin dan kalsitonin. Fungsi dari kedua hormon ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelanjar tiroid

Hormon
Tiroksin

Fungsi
Mengatur metabolisme tubuh (memacu kecepatan reaksi kimia dalam sel
tubuh, sehingga meningkatkan metabolisme tubuh)
Menurunkan kadar kalsium darah dengan cara meningkatkan penimbunan

Kalsitonin

kalsium pada tulang keras, mengurangi pengambilan kalsium dalam usus,


atau mengurangi pengambilan kalsium dalam ginjal.

Dalam memproduksi tiroksin, kelenjar tiroid memerlukan iodium. Kekurangan


iodium dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar.
Hipotirioditisme (Kekurangan produksi hormon tiroksin menyebabkan penyakit
kretinisme (kerdil pada anak-anak) dan miksedema (pada orang dewasa). Miksedema
ditandai dengan laju metabolisme rendah, berat badan berlebihan, rambut rontok, dan
bentuk tubuh menjadi kasar. Kelebihan hormon tiroksin menyebabkan penyakit basedow,
yang ditandai mudah gugup, nadi dan napas cepat dengan tidak teratur, mulut menganga,
dan mata lebar.
C. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid terletak di dekat kelenjar tiroid dan menghasilkan hormon paratiroid
(parathormon). Parathormon berperan untuk meningkatkan pengeluaran fosfor oleh
ginjal dan meningkatkan penyerapan kalsium dari tulang.
D. Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal berupa struktur kecil yang terletak di atas ginjal, sehingga disebut juga
kelenjar anak ginjal (suprarenalis). Kelenjar adrenal terdiri dari bagian luar dan bagian
dalam. Bagian luar (korteks) menghasilkan hormon kortison yang terdiri dari
mineralokortikoid dan glukokortikoid. Mineralokortikoid berfungsi untuk membantu
metabolisme garam natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon kelamin.
Glukokortikoid berfungsi membantu metabolism karbohidrat. Kekurangan hormon
kortison menyebabkan penyakit adison yang ditandai dengan kelelahan, nafsu makan
berkurang, mual, dan muntah-muntah.
Bagian dalam (medula) menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin). Hormon adrenalin
memengaruhi peningkatan denyut jantung, kecepatan pernapasan, dan meningkatkan
tekanan darah (menyempitkan pembuluh darah). Adrenalin bersama insulin berpengaruh
terhadap perubahan glikogen (gula dalam otot) menjadi glukosa (gula dalam darah).

E. Kelenjar Pulau-Pulau Langerhans


Kelenjar pulau-pulau langerhans merupakan sekelompok sel yang terletak di dalam
kelenjar pankreas. Hormon yang dihasilkan adalah insulin dan glukagon. Hormon insulin
dan glukagon bekerja sama untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar
glukosa dalam darah tinggi, insulin disekresikan sehingga glukosa diubah menjadi
glikogen. Sebaliknya, jika kadar glukosa dalam darah menurun, glukagon disekresikan
yang akan mengubah glikogen menjadi glukosa. Kekurangan hormon insulin akan
menyebabkan penyakit diabetes melitus (kencing manis) yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dikeluarkan bersama
urin. Tanda-tanda diabetes melitus yaitu sering mengeluarkan urin dalam jumlah banyak,
sering merasa haus dan lapar, serta badan terasa lemas.
F. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin terdiri atas testis sebagai kelenjar kelamin jantan (pria) dan ovarium
sebagai kelenjar kelamin betina (wanita). Jadi testis dan ovarium mempunyai kegiatan
endokrin selain fungsi utamanya untuk memproduksi selsel kelamin.1) Ovarium,
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sekresinya diatur oleh hormon yang
dihasilkan

kelenjar

hipofisis.

Estrogen

berfungsi

untuk

menimbulkan

dan

mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan


pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus. Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan
dinding uterus agar dapat menerima ovum yang sudah dibuahi.2) Testis, menghasilkan
hormon testosteron yang berfungsi merangsang pematangan sperma (spermatogenesis)
dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, misalnya pertumbuhan kumis,
janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi hormon tersebut juga
dirangsang oleh hormon yang dihasilkan oleh hipofisis.

KEGANASANPADASISTEMENDOKRIN

KARSINOMA PANKREAS
Karsinoma pankreas merupakan salah satu tumor saluran cerna yang sering
ditemukan. Belakangan ini insidennya cenderung meningkat. Gejala klinis karsinoma
pankreas tidak spesifik, sehingga sulit menegakkan diagnosis dini dan pada waktu
diagnosis umumnya sudah stadium lanjut sehingga dewasa ini termasuk salah satu kanker
yang prognosisnya paling buruk.
Sekitar 95% tumor yang bersifat kanker (malignant) pada
pankreas adalah adenocarcinoma. Adenocarcinoma biasanya berasal
dari

sel

kelenjar

yang

melapisi

saluran

pankreas.

Kebanyakan

adenocarcinoma terjadi di dalam kepala pankreas, bagian yang paling


dekat dengan bagian pertama usus kecil (duodenum). Kanker pankreas
tetap merupakan sumber utama mortalitas di negara maju. Insidennya
meningkat, dan kini sebesar 9/100.000. Penyakit ini lebih sering
ditemukan pada pria dibanding wanita (1,3:1) dan Afrika-Karibia (50%
lebih tinggi).
Di Indonesia, karsinoma pankreas tidak jarang ditemukan dan
merupakan tumor ganas ketiga terbanyak pada pria setelah tumor
paru dan tumor kolon. Insiden tertinggi pada usia 50-60 tahun. Faktor
yang telah terbukti meningkatkan risiko, yaitu merokok berat, diet
daging terutama daging goreng yang tebal dan banyak kalori, diabetes

melitus, dan pernah gastrektomi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir,


sedangkan faktor minum teh, kopi, dan alkohol, tidak konsisten
terbukti meningkatkan risiko.

1.

Definisi
Kankeradalahsuatukelompokpenyakit.Lebihdari100tipeyangberbedadari

kankerdiketahui,danbeberapatipekankerdapatberkembangdalampankreas.Mereka
semuamempunyaisatuhalumumyangsama,yaitupertumbuhanselselyangabnormal
danmerusakjaringantubuh.
Selsel sehat yang membentuk jaringan tubuh tumbuh, membelah, dan
menggantikan diri mereka sendiri dalam suatu cara yang teratur. Proses ini
mempertahankantubuhdalamsuatuperbaikanyangbaik.Adakalanya,bagaimanapun,
beberapa sel kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhan mereka. Mereka
tumbuhterlalucepatdantanpasegalaaturan.Terlalubanyakjaringanyangdibuat,dan
tumortumorterbentuk.Tumortumordapatmenjadijinakatauganas.
Tumortumorjinakbukantermasukkanker.Merekatidakmenyebarkebagian
bagianlaintubuhdanjarangmerupakansuatuancamanpadanyawa.Seringkali,tumor
tumorjinakdapatdiangkatdenganoperasi,danmerekatidakmungkinkembali.
Tumortumorganasadalahkanker.Merekadapatmenyerangdanmenghancurkan
jaringanjaringansehatdanorganorgansehatyangberdekatan.Selselkankerdapatjuga
pecahkeluardaritumordanmenyebarkebagianbagianlaintubuh.Penyebarankanker
disebutmetastasis.

Kanker yang mulai pada pankreas disebut kanker pankreas. Ketika kanker
pankreas menyebar, ia biasanya berjalan melalui sistim limpatik. Sistim limpatik
mencakupsuatujaringandarisaluransaluranhalusyangbercabang,sepertipembuluh
pembuluh darah, ke dalam jaringanjaringan di seluruh tubuh. Selsel kanker dibawa
melalui pembuluhpembuluh oleh getah bening, suatu cairan air yang tidak berwarna
yangmembawaselselyangmelawaninfeksi.Sepanjangjaringanpembuluhpembuluh
limpatikadakelompokkelompokdariorganorgankecilyangberbentuksepertikacang
yangdisebutsimpulsimpul(nodul)getahbening.Paraahlibedahseringkalimengangkat
nodulnodulgetahbeningdekatpankreasuntukmempelajariapakahmerekamengandung
selselkanker.
Selselkankerdapatjugadibawamelaluialirandarahkehati,paruparu,tulang,
atau organorgan lain. Kanker pankreas yang menyebar ke organorgan lain disebut
kankerpankreasmetastatik.
2.

EPIDEMIOLOGI
Insiden kanker pankreas di dunia cenderung meningkat, dewasa ini telah menjadi

salah satu tumor ganas sistem pencernaan yang sering ditemukan. Tapi berbeda dari
kanker lain, di dunia belum ditemukan adanya area insiden tinggi kanker pankreas,
insiden di berbagai area sekitar 12,8/100.000 hingga 3/100.000. Walaupun kanker
pankreas tidak termasuk kanker sistem pencernaan berinsiden tinggi, tapi peningkatan
insidennya belakangan ini cepat sekali, sehingga perlu menjadi perhatian kita.
Pada usia 30-40 tahun, insiden kanker pankreas relatif rendah, setelah 50 tahun
meningkat pesat, dan terutama pada 65-80 tahun sering ditemukan. Ratio pria dan wanita
dalam laporan literatur sebelumnya adalah 1,7:1, sedangkan dalam literatur belakangan
adalah 1,3:1. Ratio insiden pria dan wanita menurun sejalan dengan pertambahan usia.

Mortalitas kanker pankreas memiliki variasi etnis yang menonjol. Mortalitas di


kalangan kulit hitam Amerika Serikat lebih tinggi dari etnis lainnya, juga lebih tinggi dari
orang kulit hitam di Afrika, yang berarti faktor lingkungan tertentu berperanan dalam
variasi etnis tersebut. Walaupun terdapat banyak faktor epidemiologis, tapi tidak banyak
membantu dalam menentukan kelompok risiko tinggi.
3.
ETIOLOGI
Etiologi kanker pankreas hingga kini belum sepenuhnya jelas. Data survei
epidemiologi menunjukkan insiden meningkat berhubungan dengan merokok, lemak dan
protein berlebih dalam diet, dan kekacauan hormonal metabolisme, serta faktor genetik,
dll.
4.

PATOLOGI
Lokasi timbulnya kanker pankreas tersering adalah di daerah kaput pankreas,

yaitu 60%, kemudian disusul kanker kauda sebanyak 30%, dan kanker seluruh pankreas
yang jarang terjadi, yaitu sekitar 10%.
1.
Makroskopik
Secara visual ukuran kanker barvariasi, bentuk tak beraturan, batas tidak jelas dengan
jaringan sekitarnya, dan konsistensi agak keras; tapi kanker asinar lebih lembut, potongan
penampang berwarna putih kelabu atau kuning kelabu, menyerupai jaringan penunjang.
2.
Klasifikasi Histologis
Klasifikasi histologis kanker pankreas belum ada kesepakatan baku. Tapi klasifikasi
histologis berikut ini dapat menjadi rujukan. Karsinoma sel duktus berasal dari epitel
duktus

pankreatik,

meliputi

adenokarsinomapapilar,

adenokarsinomatubular.

Kistadenokarsinoma, karsinoma epitel skuamosa, adenokarsinoma skuamosa, karsinoma


musinosa. Karsinoma asinar dari asinus glandula. Karsinoma sel pulau Langerhans dari
sel pulau Langerhans. Diantaranya yang berasal dari sel epitel duktus pankreatik
menempati 90% lebih angka kejadian kanker pankreas.
3.
Jalur Metastasis dan Perluasan

Pankreas terletak retroperitoneal, sekitarnya terdapat organ vital, terdapat banyak kelenjar
limfe regional dan jaringan saluran limfatik, pembuluh darah, dan saraf, sehingga mudah
bermetastasis. Secara klinis sering ditemukan lesi kecil pada pankreas sudah memiliki
metastasis limfogen dan hematogen, bahkan implantasi intraperitoneal. Selain itu,
perluasan menelusuri jaras saraf merupakan pola penyebaran relatif khas dari karsinoma
pankreas.
4.
Onkogen
Penelitian mutakhir menemukan sekitar 75-90% spesimen karsinoma pankreas memiliki
mutasi gen K-ras, dan sekitar 70% karsinoma pankreas memiliki mutasi gen p53.
Walaupun peranan mereka dalam insiden dan propagasi karsinoma pankreas belum jelas,
tapi penelitian terhadap mereka dapat memberikan modalitas terapi baru secara klinis,
juga memperdalam pemahaman kita tentang peranan berbagai faktor terkait dalam proses
timbulnya karsinoma pankreas.
5.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis kanker pankreas terutama ditentukan lokasi tumbuhnya kanker,

apakah organ sekitar terkena, dan apakah terdapat komplikasi. Secara umum, karsinoma
kaput pankreas relatif sering menimbulkan gejala lebih awal, sedangkan karsinoma
korpus kauda sangat jarang menimbulkan gejala pada stadium awal.
Nyeri abdomen, merupakan keluhan tersering kanker pankreas. Sekitar 60% lebih pasien
datang dengan keluhan pertama sakit perut. Kekhasan dari nyeri perut kanker pankreas
adalah lokasinya lebih dalam, areanya tidak begitu tegas, dan tersering di abdomen atas.
Menurut lokasi tumor, sakit perut kanker kaput pankreas umumnya condong ke abdomen
kanan atas, sementara kanker kauda pankreas condong ke abdomen kiri atas. Pada
stadium awal, karena obstruksi tidak total dari duktus koledokus atau duktus
pankreatikus, sehabis makan aliran empedu tidak lancar, sehingga pasien sering merasa

tidak enak atau nyeri samar di abdomen atas. Ketika obstruksi total, nyeri tumpul
abdomen atas menjadi jelas, lebih hebat sehabis makan. Pada pasien stadium sedang dan
lanjut, sering terdapat nyeri punggung dan pinggang, dan berkaitan dengan postur tubuh,
bertambah hebat bila berbaring terlentang. Bila tubuh membungkuk atau miring ke
depan, atau tidur miring, nyeri berkurang. Pada malam hari pasien sering tidak berani
tidur terlentang sehingga tidur telungkup atau dalam posisi duduk miring ke depan.
Ikterus, terutama ditemukan pada kanker kaput pankreas. Walaupun ikterus dapat
menjadi gejala pertama kanker pankreas tapi bukanlah manifestasi stadium dini. Dahulu
banyak ditekankan kekhasan ikterus kanker pankreas berupa ikterus progresif bertahap
memberat, tapi belakangan observasi menemukan sebagian pasien mengalami ikterus
yang fluktuatif, ketika tumor dengan peradangan diberikan terapi obat anti radang atau
terapi hormonal dapat mengalami pengurangan sementara. Selain itu kebanyakan pasien
disertai nyeri abdomen dengan intensitas bervariasi, dan hanya sekitar 25% pasien
dengan ikterus tanpa nyeri.
Hepatomegali. Sekitar 50% pasien dapat mengalami hepatomegali, sebabnya terutama
karena kolestasis, dan kadang kala karena hipertensi portal atau metastasis kanker.
Pembesaran Kandung Empedu. Ketika kanker pankreas menimbulkan ikterus obstruktif
ekstrahepatik, kadang kala dapat diraba pembesaran kandung empedu. Berdasarkan
hukum Courvoisier (ikterus tanpa nyeri pembesaran kandung empedu), diagnosis
banding dari kolelitiasis memiliki makna penting. Tapi pada kenyataannya, pasien kanker
pankreas dengan ikterus yang teraba pembesaran kandung empedunya tidak sampai
setengah. Mungkin ini berkaitan dengan tertutup pembesaran hati dan tidak membesarnya
kandung empedu dengan kolesistitis kronis.

Pengurusan. Penurunan berat badan merupakan gejala yang sering ditemukan pada
kanker pankreas (65-90%). Kekhasan pengurusan pada pasien kanker pankreas adalah
progresinya cepat.
Massa Abdominal. Lokasi pankreas dalam, pada pasien kanker pankreas umumnya tidak
mudah teraba massa abdominal. Begitu teraba massa abdominal, terlepas dari lesi primer
atau metastasisnya, umumnya menunjukkan penyakitnya sudah lanjut.
6.
DIAGNOSIS
Karsinoma pankreas merupakan tumor ganas sistem pencernaan yang sering
ditemukan. Namun dibandingkan tumor ganas sistem pencernaan lain, efek terapi dan
prognosisnya belum memuaskan, terutama karena lokasi pankreas yang dalam di
retroperitoneal tidak mudah dideteksi dini. Selain itu, karsinoma pankreas sangat ganas
dan progresinya cepat. Maka banyak ahli tengah berupaya menemukan teknologi
diagnosis karsinoma pankreas yang lebih peka dan spesifik, agar karsinoma pankreas
dapat dideteksi dini, didiagnosis dini, sehingga dapat ditentukan metode terapi yang lebih
baik untuk meningkatkan survival pasien. Dewasa ini kebanyakan diagnosis kanker
pankreas adalah berdasarkan gejala klinisnya, yaitu nyeri abdomen, ikterus, penurunan
berat badan, massa abdominal, dll; pemeriksaan laboratorium; pengukuran CA 19-9
serum; USG; CT; dll.
Pada pemeriksaan laboratorium, ketika kanker kaput pankreas menimbulkan
ikterus obstruktif, dapat ditemukan kadar bilirubin serum meninggi. Pasien juga dapat
mengalami hiperglikemia puasa, dan uji toleransi glukosa positif. Pemeriksaan CEA pada
stadium awal angka positif rendah (sekitar 30%), dan tidak spesifik, secara klinis
umumnya digunakan untuk menilai hasil operasi dan memonitor tindak lanjut. Antigen
terkait saluran cerna (CA 19-9) dianggap sebagai parameter diagnostik kanker pankreas,
angka positif pada serum kanker pankreas mendekati 85%, spesifisitas sekitar 70%.
7.
DIAGNOSIS BANDING

1.
2.
3.

Kolelitiasis
Pankreatitis kronis
Hepatitis
Keluhan utama berupa rasa tak enak abdomen atas ataupun nyeri abdomen dari

kanker pankreas perlu dibedakan dari kelainan kronis lambung, kolelitiasis, pancreatitis
kronis, dan hepatitis. Kanker pankreas berprogresi cepat, efek sistemik relatif besar, dan
dalam jangka pendek pasien jelas mengurus. Dengan pemeriksaan laboratorium
penunjang dan pencitraan, sebagian besar dapat dibedakan. Tapi dengan penkreatitis
kronis pembedaan sulit, bahkan bila perlu harus dilakukan biopsi jarum halus perkutan
atau biopsi jarum halus intraoperatif untuk memastikannya.
8.
TERAPI
Seperti tumor sistem pencernaan lainnya, terapi kombinasi berbasis operasi
merupakan prinsip terapi karsinoma pankreas. Deteksi dini dan operasi radikal dini
terhadap karsinoma pankreas diharapkan dapat menurunkan mortalitas. Tapi pada
kenyataannya pasien yang ditemukan umumnya termasuk stadium lanjut, dengan
keberhasilan reseksi rendah dan masa survival paska operasi singkat, sehingga survival 5
tahun tidak sampai 10%. Pada lesi yang tidak dapat direseksi, masa survival adalah 3-6
bulan, maka sangat diperlukan terapi kombinasi, diantaranya kemoterapi yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari terapi kombinasi.
a.
Reseksi Bedah
Walaupun cara terapi kanker pankreas terutama adalah operasi, tetapi banyak
pasien ketika datang sudah stadium lanjut dan tidak dapat dioperasi radikal. Keberhasilan
reseksi bedah kanker kaput pankreas sekitar 15%, sementara kanker korpus dan kauda
pankreas lebih rendah, yaitu sekitar 5%.
a.
Reseksi Radikal
Pada kanker kaput pankreas, eksisi pankreatikoduodenal merupakan teknik operasi
radikal pilihan pertama untuk kanker kaput pankreas, ditemukan oleh Whipple dkk pada
tahun 1935. Cara rekonstruksi empedu, pankreas, dan gastrointestinal pasca eksisi

bervariasi, dimana dewasa ini terdapat cara Whipple dan Child. Belakangan ini, terhadap
tumor yang menginvasi langsung vena portal dan vena mesenterika superior, untuk
meningkatkan keberhasilan reseksi, sebagian pakar menganjurkan memperluas operasi
eksisi. Perihal pasca reseksi karsinoma kapur pankreas masih mungkin terdapat lesi
residif dan mungkin timbul fistulasi pankreas, ada pakar menganjurkan total
pankreatikektomi untuk terapi karsinoma kaput pankreas.
Pada karsinoma korpus dan kauda pankreas, dilakukan tindakan eksisi korpus dan
kauda pankreas, serta splenektomi. Pada karsinoma seluruh pankreas, diupayakan
dilakukan pankreatikektomi total.
b.
Operasi Paliatif
Operasi paliatif kanker pankreas stadium lanjut terdapat dekompresi drainase
duktus koledokus dan anastomosis gastrojejunal. Operasi drainase duktus koledokus
dibagi menjadi drainase eksternal (drainase tube T duktus koledokus, fistulasi kandung
empedu, dll), dan drainase internal (anastomosis kandung empedu atau duktus koledokus
ke jejunum).
Endoprostesis biliaris metal ekspandibel (EMBE) adalah terapi intervensi
nonvaskular yang dikembangkan dari basis teknik drainase internal saluran empedu dan
teknik dilatasi saluran empedu serta teknik pemasangan sten logam internal ekspandibel.
Teknik ini efektif untuk ikterus obstruktif yang tak lagi dapat dioperasi, tetapi dapat
meredakan ikterus obstruktif, sebagai bagian dari terapi kombinasi yang dapat
meningkatkan kualitas hidup, dan memperpanjang survival sebagian pasien. Pada
obstruksi duodenum dapat dilakukan anastomosis gastrojejunal. Operasi debulking dalam
eksisi paliatif membantu memperbaiki kondisi bagi kemoterapi, radioterapi, ataupun
imunoterapi pasca operasi. Tetapi dewasa ini hal tersebut masih kontroversial.
b.
Kemoterapi

Karsinoma pankreas adalah tumor yang kurang peka terhadap obat kemoterapi.
Selama ini operasi menjadi metode terapi tunggal, tetapi angka kesembuhan pasca
operasi kurang memuaskan. Untuk meningkatkan kesembuhan pasca operasi dan
meningkatkan kualitas hidup serta masa survival pasien karsinoma pankreas stadium
lanjut, para ahli aktif mencari obat yang efektif. Dahulu sering memakai 5-FU atau
dikombinasi dengan DDP, tapi efektivitasnya sedang. Sejak tahun 1990-an gemsitabin
digunakan di klinis, dengan efektivitas, masa survival median, dan angka survival 1 tahun
yang lebih tinggi, maka dijadikan obat lini pertama untuk karsinoma pankreas stadium
lanjut. Kemoterapi kombinasi gemsitabin dengan taksotere, irinotekan, dan oksaliplatin
juga meraih efektivitas tertentu. Kemoterapi kombinasi dapat meningkatkan dengan jelas
ratio respon karsinoma pankreas dibandingkan obat tunggal, namun saat ini belum
terdapat formula baku kemoterapi.
c.
Radioterapi
Karsinoma pankreas adalah tumor yang kurang peka terhadap radioterapi, juga
karena pembatasan oleh lokasi anatomisnya maka selama ini radioterapi sangat jarang
digunakan dalam terapi karsinoma pankreas. Dengan semakin majunya teknik
radioterapi, peranannya dalam terapi kombinasi terhadap karsinoma pankreas semakin
mendapat perhatian, bahkan secara bertahap telah menjadi bagian penting integral dari
terapi kombinasi karsinoma pankreas. Khususnya radioterapi konformal 3 dimensi dan
radioterapi modulasi intensitas terencana retrograd memiliki keunggulan, sepeti cepat
meredakan gejala, ratio survival jangka pendek tinggi, dan efek samping ringan, sehingga
menjadi metode pilihan pertama dalam radioterapi karsinoma pankreas.
d.
Terapi Simptomatik
Pasien karsinoma pankreas stadium lanjut umumnya menderita nyeri yang hebat
dan sering disertai gizi buruk berat, kekacauan metabolik, dan komplikasi gangguan

fungsi system organ lainnya. Maka terapi tertuju pada keluhan (terapi simptomatik) dan
suportif dalam terapi karsinoma pankreas khususnya stadium lanjut sangatlah penting.
Obat analgesik dan teknik anti nyeri dewasa ini (mencakup teknik injeksi alkohol absolut
ke saraf secara intraperitoneal perkutan) dapat secara efektif mengatasi nyeri pasien
karsinoma pankreas. Dengan mengendalikan nyeri dapat memperbaiki kondisi umum dan
kualitas hidup, sehingga memperpanjang masa survival. Selain itu, dukungan gizi yang
tepat, mengoreksi kekacauan metabolik, dan menjaga fungsi faal organ vital memiliki
efek terapetik tertentu. Sejalan perkembangan ilmu terapi tumor, semakin banyak metode
terapi dihasilkan, seperti terapi biologis dan terapi hormonal dimanfaatkan dalam terapi
karsinoma pankreas. Walaupun berbagai metode terapi itu masih dalam taraf penelitian
dan eksperimen, tapi dapat diestimasikan bahwa strategi terapi kombinasi multidisipliner
akan menjadi arah utama perkembangan terapi terhadap karsinoma pankreas ke depan.
9.
PROGNOSIS
Prognosis karsinoma pankreas buruk, dan survival 5 tahun keseluruhan tak
sampai 10%. Karsinoma terlokalisasi kaput pankreas tanpa metastasis pasca reseksi
memiliki angka survival jangka panjang hanya 20%, dengan masa survival median
berkisar 13-20 bulan. Walaupun dilakukan operasi radikal pankreatikoduodenektomi,
rekurensi tetap tinggi. Pasien yang hanya dioperasi memiliki rekurensi lokal mencapai
85%, sedangkan dari yang mendapatkan radioterapi dan kemoterapi selain operasi,
terdapat 50-70% menderita rekurensi lokal serta metastasis terutama ke hati. Karsinoma
invasif lokal tapi tanpa metastasis paska operasi memiliki masa survival median 6-10
bulan, tetapi bila dengan metastasis masa survival lebih pendek, hanya 3-6 bulan,
ditentukan dari kondisi umum dan keparahan penyakitnya.

CA TIROID
A. DEFINISI
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang timbul dari sel folikel.
Kebanyakan keganasan dikelompokkan sebagai jenis karsinoma tiroid terdifferensiasi,
yang manifest sebagai bentuk papiler, follikuler, atau campuran.
Kanker jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak
dan biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
B. ANATOMI
Kelenjar thyroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulkus pharyngeus
pertama dan kedua pada garis tengah. Tempat pembentukan kelenjar thyroid menjadi
foramen sekum di pangkal lidah. Jaringan endodermal ini turun ke leher sampai setinggi
cincin trakea kedua dan ketiga yang kemudian membentuk kedua lobi. Kelenjar thyroid
janin secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke 12 masa kehidupan intrauterine.
Permukaan medial tiap lobus dibentuk di atas larynx dan trakea. Secara superficial,
kelenjar ini ditutupi oleh muskulus sternokleidomastoideus, muskulus sternohyoideus,
dan di bawah oleh batas anterior muskulus sternokleidomastoideus. Di superior kelenjar
ini dalam hubungan dengan muskulus cricothyroideus.
Thyroidea (dari Yunani thyreos, pelindung) merupakan suatu kelanjar endokrin
sangat vascular, merah kecoklatan yang terdiri dari lobus dexter dan sinister yang
berhubungan melintasi garis tengah oleh istmus. Tiap lobus mencapai superior sejauh
linea oblique sejauh cartilago thyroidea; istmus terletak di atas cincin iga kedua dan
ketiga. Ujung terbawah lobus biasanya di atas cincin trakea keempat atau kelima.
Kelenjar ini tertanam dalam lapisan pretrachealis fascia cervicalis profunda. Biasanya
beratnya sekitar 25 gram pada dewasa, sedikit lebih berat pada wanita dan membesar
secara fisiologis pada pubertas serta selama menstruasi dan kehamilan.
Kelenjar thyroid terletak di leher, antara fascia koli media dan fasia prevertebralis.
Di dalam ruang yang sama antara trakhea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf.

Kelenjar thyroid melekat pada trakea dan fascia pretrakhealis, dan melingkari trakea dua
pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran.
Kelenjar thyroid kaya vaskularisasi, yaitu yang berasal dari empat sumber, yaitu
a. karotis superior kanan dan kiri, cabang a. karotis eksterna kanan dan kiri, dan kedua a.
thyroidea inferior kanan dan kiri, cabang a. brakhialis. Sistem venanya terdiri atas v.
Thyroidea superior berjalan bersama arterinya; v. Thyroidea media berada di lateral,
berdekatan dengan a. thyroidea inferior, dan v. thyroidea inferior.
Vena thyroidea mulai dibentuk pada permukaan kelenjar dan dapat mudah dirusak pada
eksplorasi. Vena thyroidea superior berjalan bersama arteria thyroidea superior dan
berdrainase langsung ke dalam vena jugularis interna. Vena thyroidea media terpisah dan
berdrainase langsung ke dalam vena jugularis interna. Vena thyroidea inferior
mendrainase darah dari kutub bawah tiap lobus dan berjalan ke vena brachicephalica
dextra.
Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium dan
membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid; tetapi kadang kanker menghasilkan
cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
B. FISIOLOGI THIROID
Sintesis Hormon tiroid :
Disintesis dari iodine dan asam amino tirosin. Sebagian besar iodine masuk melalui
traktus digestivus sebagai iodid, tapi juga melalui paru dan kulit. Iodine yg masuk tubuh
1/3 bagian masuk tiroid dan 2/3 bagian sisa-nya meninggalkan tubuh melalui urine.
Metabolisme hormon tiroid :
Ensim mengoksidase iodid iodine orga-nik, diikat ke dalam monoiodotirosin dan diiodotirosin. Senyawa ini mengandung hormon tiroid aktive tiroksin (T4) yang mempunyai
4 molekul iodine, dan triiodotironin (T3) yang punya 3 molekul iodine. Dlm serum
T4>T3, tapi T3 fisiologik lebih bermakna.
C. ETIOLOGI
Penyebab kanker tiroid sampai saat ini masih belum jelas. Beberapa faktor resiko yang

telah diidentifikasi meliputi :


Radiasi eksternal pada leher atau kepala khususnya selama masa kanak- kanak.
Predisposisi genetik (melibatkan faktor herediter), khususnya pada kanker tiroid type
medullar.
Jenis kelamin (laki-laki lebih sering terkena kanker tiroid dibandingkan wanita).

D. KLASIFIKASI
Pada dasarnya neoplasma thyroid dapat bersifat benigna maupun maligna.
Benigna
Penampilan sebagai nodule soliter dari thyroid dengan sisa jaringan palpabel. Secara
Teoritis ada adenoma papiller tetapi kebanyakan adenoma follikuler. Sangat sukar
dibedakan dengan karsinoma. Oleh karena itu tindakan selalu pembedahan karena
berdasar morphologi sendiri.
Adenoma

selalu

tidak

dapat

dibedakan

dengan

karsinoma,

diagnosis

hanya

dikonformasikan histologi yang dapat menunjukkan invasi ke kapsula atau ke pembuluh


darah.
Karsinoma Thyroidea :
Karsinoma Thyroid sering hormone dependent misalnya pada TSH dimana mengatur
sekresi normal dari thyroid. Hormone dependens maximal pada Ca Papiller dan praktis
nol pada type anaplastik dan Follikuler bervariasi responsinya.
Terdapat 5 jenis type karsinoma thyroid yang diketahui, yaitu :
1. Carcinoma Papiller.
Biasanya penderita terbanyak umur muda
Kira kira 1/3 penderita menunjukkan metastase intraglandule lymphatik (yang
sebelumnya dikira multicentrik).
Terutama metastasis ke lnn. Cervical dan relative kurang ganas
Cel cel lapisan banyak dan irregular, type collumner atau cuboid
Sering menonjol ke dalam permukaan.
Histologi - pertumbuhan hanya papiller sedikit dan kebanyakan gambaran bercampur

elemen papiller dan follikuler (type mixed). Secara histologis harus dilaporkan adanya
elemen follikuler dalam type mixed karena ini penting / relevant lebih jauh iodine up take
menunjukkan tiap I 123 up take, sedang type mixed take up.Dengan semua tujuan type
mixed lain dari pertumbuhan papiller.
2. Carcinoma Folliculer.
Biasa penderita lebih tua dan tumor lebih ganas dari pada type
papiller sering komplikasi dari adenoma benigna soliter atau
struma multinoduler.
Metastasis terutama dengan hematogen melalui venulae setelah
cel tumor melalui capsule.
Histologi - Cel ukuran medium teratur dalam berkas atau
trabeculae dengan daerah daerah folliculer teratur.
Karena mikroskopik cel teratur dalam bentuk aciner (cel columner
rendah atau cuboid) sewaktu waktu digambarkan sebagai juga
Carcinoma alveolar.
- Biasa komplikasi dari struma multinoduler.
3. Carcinoma Anaplastik.
- Biasanya penderita sudah tua
- Timbul dari kelenjar normal
- Penyebaran baik daengan lymphgen ataupun hematogen relative
pada stad. awa.
- Histologi - ada 2 type - type small cell dan giant cell. Kedua type
menunjukkan gambaran pleomorphi tetapi type giant cell lebih
ganas.
4. Carcinoma Meduller.
Ini berasal dari cel parafolliculer C (derivat dari corpus ultim
obranchial). dan beberapa ragu ragu bahwa ini berasal dari jar. thyroid.
Ada 2 type - familial dan sporadis.
Type familial sering melibatkan dua lobs dan dapat berasal
multifocal sebagai cel parafoliculer pada jar interstitiale dari kelenjar

thyroid.
Metastasis dengan lymphonodi dalam %-tage tinggi penderita dan
prognosis jelek. Type Sporadis biasanya unilobar dan kurang
malignant.
Histologi - menunjukkan karakter undiferentiated terdiri berkas berkas
cel bulat dan dapat menyerupai tumor carcinoid (dalam tract.
digestivus).
Karakteristik adanya amyloid baik makro dan mikroskopik.
Tumor juga menyebabkan kelainan biokhemis karena kenaikan
sekresi dari :
- Calcitonine (hypocalcaemia, osteoporosis , pembesaran
parathyroid, dan sakit tulang).
- 5-hydroxytryptamine seperti pada carcinoid (dengan
manifestasi diarrhoea).
- ACTH (nampak Cushingoid).
Tindakan :
Type sporadis - total lobectomi ipsilateral lobus dan subtotal lobectomy dari kontralteral lobus.
Type familial - Total thyroidectomy dan ipsilateral radical neck
dissection dari lymphonodi.
Prognosis terletak antara carcinoma folliculer dan anaplastik.

5. Carcinoma Epidermoid
Ini adalah : - Cancer sekunder berasal dari luar
- Biasanya dari perluasan sekunder dari cancer oesophagus
atau pharynx.
Dalam Klinik ada diketemukan kadang :
- Adenoma maligna - perubahan menjadi ganas dalam adenoma

- Carcinoma yang terjadi tadinya struma noduler soliter.


- Carcinoma timbul de novo dalam kelenjar yang tadinya sehat :
- dapat terjadi diffuse
- dapat penampilannya sebagai nodule soliter.
- Macam occult (tersembunyi) bila yang primer tidak palpabel tetapi
pasien menampilkan metastasis terbiasa dalam lymphonodi dekatnya
(Thyroid aberrant lateral).
E.DIAGNOSIS
A. Anamnesis.
Anamnesis (keterangan riwayat penyakit) merupakan bagian penting dalam menegakkan
diagnosis. Pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik jinak maupun ganas, biasanya
datang dengan keluhan kosmetik atau takut timbulnya keganasan. Sebagian besar
keganasan tiroid tidak menimbulkan keluhan, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat
membesar dalam beberapa minggu saja. Pasien biasanya mengeluh adanya gejala
penekanan pada jalan napas (sesak) atau pada jalan makanan (sulit menelan). Pada nodul
dengan adanya perdarahan atau disertai infeksi, bisa menimbul keluhan nyeri. Keluhan
lain pada keganasan tiroid yang mungkin timbul adalah suara serak.
B. Pemeriksaan fisik.
Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas. Yang jinak, dari riwayat keluarga:
nodul jinak, strumadifus, multinoduler. Pertumbuhannya relatif besarnya tetap.
Konsistensinya lunak, rata dan tidak terfiksir. Gejala penekanan dan penyebarannya tidak
ada.
Sedangkan yang ganas, dari riwayat keluarga: karsinoma medulare, nodul soliter, Usia
kurang dari 20 tahun atau di atas 60 tahun. Pria berisiko dua kali daripada wanita dan
riwayat terekspos radiasi leher. Pertumbuhannya cepat membesar. Konsistensi, padat,
keras, tidak rata dan terfiksir. Gejala penekanan, ada gangguan menelan dan suara serak.
Penyebarannya terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.

C. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang diagnostik untuk mengevaluasi nodul tiroid dapat berupa


pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status fungsi dengan memeriksa kadar TSHs
dan hormon tiroid, pemeriksaan Ultrasonografi, sidik tiroid, CT scan atau MRI, serta
biopsi aspirasi jarum halus dan terapi supresi Tiroksin untuk diagnostik.
Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh hasil pemeriksaan fungsi
tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid tidak menyingkirkan kemungkinan keganasan.
Pemeriksaan TSH yang meningkat berguna untuk tiroiditis. Pemeriksaan kadar antibodi
antitiroid peroksidase dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis
kronik Hashimoto yang sering timbul nodul uni/bilateral. Sehingga masih mungkin
terdapat keganasan.
Pemeriksaan calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid jenis medulare,
sedangkan pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup sensitif untuk keganasan tiroid tetapi
tidak spesifik. Karena bisa ditemukan pada keadaan lain seperti tiroiditis dan adenoma
tiroid.
1.Pemeriksaan Ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan menggunakan USG merupakan pemeriksaan noninvasif dan ideal.
Khususnya dengan menggunakan ''high frequency real-time'' (generasi baru USG).
Dengan alat ini akan diperoleh gambaran anatomik secara detail dari nodul tiroid, baik
volume (isi), perdarahan intra-noduler, serta membedakan nodul solid/kistik/campuran
solid-kistik. Gambaran yang mengarah keganasan seperti massa solid yang hiperkoik,
irregularitas, sementara gambaran neovaskularisasi dapat dijumpai pada pemeriksaan
dengan USG.
Dari satu penelitian USG nodul tiroid didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19%
kista. Dari kista tersebut hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid atau
campuran berkisar 20%.
2.Pemeriksaan dengan foto Rontgen
Pemeriksaan dengan foto rontgen berguna untuk melihat dorongan dan tekanan pada
trakhea serta klasifikasi didalam jaringan thiroid dan foto thorax dibuat untuk melihat
kemungkinan penyebaran ke mediastinum bagian atas atau paru

3.Pemeriksaan sidik tiroid.


Pemeriksaan tersebut dapat memberikan gambaran morfologi fugsional, berarti hasil
pencitraan merupakan refleksi dari fungsi jaringan tiroid. Bahan radioaktif yang
digunakan I-131 dan Tc-99m.
Pada sidik tiroid 80-85% nodul tiroid memberikan hasil dingin (cold), sedangkan 10-15%
mempunyai risiko ganas. Nodul panas (hot) dijumpai sekitar 5% dengan risiko ganas
paling rendah, sedang nodul hangat (warm) 10-15% dari seluruh nodul dengan risiko
ganas kurang dari 10%.
4.Pemeriksaan CT scan dan MRI.
Pemeriksaan CT scan (Computed Tomographic scanning) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) tidak direkomendasikan untuk evaluasi keganasan tiroid. Karena disamping
tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, juga sangat mahal. CT scan atau
MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui adanya perluasan struma substernal atau
terdapat kompresi/penekanan pada jalan nafas.
5. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus.
Pemeriksaan ini dianggap sebagai metode yang efektif untuk membedakan nodul jinak
atau ganas pada nodul tiroid yang soliter maupun pada yang multinoduler. Dilaporkan
pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus ini mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan
spesifisitas 92%. Angka negatif palsu sekitar 1-6% dan positif palsu sekitar 1%. Ini bisa
karena kesalahan pengambilan sampel (nodul kurang 1 cm atau lebih 4 cm). Hasil biopsi
aspirasi jarum halus dapat digolongkan dalam 4 kategori, yakni jinak, mencurigakan,
ganas dan tidak adekuat.
6.Terapi supresi Tiroksin (untuk diagnostik).
Rasionalisasi dari tindakan ini adalah bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk
fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Tes ini akan meminimalisasi hasil negatif
palsu pada biopsi aspirasi jarum halus. Dengan cara ini diharapkan dapat memilah nodul
yang memberi respon dan tidak. Kelompok terakhir ini lebih besar kemungkinan
ganasnya. Tetapi dengan adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid, terapi tersebut akan
memberikan pengecilan nodul pada 13-15% kasus.

F.PENANGANAN KANKER THIROID.


Operasi.
Pada Kanker Tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi (operasi
pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat sebanyak mungkin
jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain 60-85% pasien dengan kanker
jenis papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10% kekambuhan terjadi pada lobus
kontralateral, sesudah operasi unilateral. Terapi ablasi iodium radioaktif menjadi lebih
efektif.
Terapi Ablasi Iodium Radioaktif.
Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total dengan maksud
mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan spesifisitas sidik tiroid untuk
deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker. Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien
dengan tumor soliter berdiameter kurang 1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.
Terapi Supresi L-Tiroksin.
Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan. Karena adanya
reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan merangsang pertumbuhan sel-sel
ganas yang tertinggal. Harus juga dipertimbangkan segi untung ruginya dengan terapi ini.
Karena pada jangka panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan gangguan metabolisme
tulang dan bisa meningkatkan risiko patah tulang.
Evaluasi.
Keberhasilan terapi yang dilakukan memerlukan evaluasi secara berkala, agar dapat
segera diketahui adanya kekambuhan atau penyebaran. Monitor standar untuk hal ini
adalah sintigrafi seluruh tubuh dan pemeriksaan tiroglobulin serum. Pemeriksaan USG
dan pencitraan lain seperti CT scan, rontgen dada dan MRI tidak secara rutin
diindikasikan.
Sintigrafi seluruh tubuh dilakukan 6-12 bulan setelah terapi ablasi pertama. Bila tidak
ditemukan abnormalitas, angka bebas kekambuhan dalam 10 tahun sebesar 90%.
Sensitifitas pemeriksaan tiroglobulin untuk mendeteksi kekambuhan atau penyebaran
sebesar 85-95%

Anda mungkin juga menyukai