M
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
DI BANGSAL EDELWEIS RSUD WATES
(Minggu ke-II KDM )
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Keperawatan KDM
Di susun oleh :
EKO MARGONO WIDODO
2520142488
2B
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan pada klien Ny. M dengan gangguan kebutuhan aktivitas di Bangsal
Edelweis RSUD Wates disusun untuk memenuhi Tugas Mandiri PKK KDM Semester III
,pada :
Hari
Tanggal :
Tempat
Praktikan,
()
Mengetahui,
CI Lahan,
CI Akademik,
()
()
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien yang mengalami perawatan tirah baring dengan waktu yang lama tanpa
melakukan aktivitas apapun sangat mudah mengalami kontraktur pada otot-otot
persendian. Gangguan pemenuhan aktivitas yang dialami oleh pasien akan
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pasien yang lain di mana
semua itu akan menghambat proses penyembuhan. Mobilisasi mengacu pada
kemampuan seseorang untuk bergerak bebas dan imobilisasi mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro
Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara
cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalahkebutuhan dasar
manusia khususnya masalah gangguan mobilitas fisik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan mobilitas fisik
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
c.
mobilitas fisik
Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
mobilitas fisik
d. Mampu melakukan implementasi pada klien dengan gangguan mobilitas fisik
e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan mobilitas fisik
BAB II
KONSEP DASAR
1. Definisi
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas sedangkan Imobilisasi adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif
akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang
bersifat fisik atau mental. Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk menggerakkan tubuhnya sendiri
Mobilisasi tubuh merupakan aktivitas yang memegang peranan penting
dalam kesehatan tubuh. Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti
mengekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan
kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi.
2. Etiologi
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, sebagai
contoh:
a. Gangguan sendi dan tulang, penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau
patah tulang tentu akan menghambat pergerakan (mobilisasi)
b. Penyakit saraf. Adanya strok, penyakit Parkinson, dan gangguan saraf tepi
juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.
c. Penyakit jantung atau pernapasan. Penyakit jantung dan/atau pernapasan akan
menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya, pasien
dengan gangguan pada organ-organ tersebut akan mengurangi mobilitasnya. Ia
cenderung lebih banyak duduk atau berbaring.
d. Gangguan penglihatan. Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila
ada gangguan penglihatan karena ada kekhawatiran terpeleset, terbentur, atau
tersandung.
e. Pasien yang masih lemah setelah menjalani operasi atau penyakit berat seperti
ulkus DM pada kaki tentu memerlukan bantuan untuk berjalan.
3. Manifestasi Klinik
bermacam-
NO
EFEK
1. Penurunan konsumsi oksigen
HASIL
Intoleransi ortostatik
maksimum
2.
Sinkop
3.
4.
5.
Atrofi muskular
6.
Osteoporosis
7.
Konstipasi
8.
Pengurangan miksi
9.
Intoleransi glukosa
10.
11.
12.
Atelektasis
Penurunan PO2
Peningkatan pH
Penurunan keseimbangan
natrium
13.
14.
Gangguan sensori
Gangguan tidur
Perubahan kognisi
Perubahan persepsi
Halusinasi
4. Patofisiologi
Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang
terjadi. Ada tiga hal yang yang dapat menyebabkan gangguan tersebut.
Diantaranya adalah:
a. Kerusakan otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis
otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses
pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi
pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas
otot. Kerusakan tendon atau ligaman, radang dan lainnya.
b. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat
terganggu pada kondisi tertentu hingga menggangu pergerakan atau
mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran
maupun fungsi dari sistem rangka. Diantaranya adalah, farktur, radang
sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
c. Gangguan pada sistem persyarafan.
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke
otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak
dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf tergganggu maka akan terjadi
gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak
sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
Kerusakan dapat terjadi pada susunan syaraf pusat (upper motor
neuron/UMN) atau
pada susunan
Syaraf
tepi
(lower
motor
5. Pathway
Gangguan skelet
Gangguan otot
Gangguan syaraf
Gangguan
Mobilitas
Kerusakan
mobilitas
fisik
Intoleransi
Resiko
aktifitas
jatuh
Nyeri
6.
Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan
lunak
atau
cidera
ligament
atau
tendon.
Digunakan
untuk
Komplikasi
Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme
dalam tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi metabolic normal antara lain
laju metabolic: metabolisme karbohidarat, lemak, dan protein, keseimbangan
cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan.
Keberdaaan infeksius padaklien immobilisasi meningkatkan BMR karena
adanya demam dan penyembuhanluka yang membutuhkan peningkatan
kebutuhan oksgen selular.
Gangguan metabolic yang mungkin terjadi :
a. Defisensi kalori dan proterin merupakan karakteristik klien
yangmengalamianoreksia sekunder akibat mobilisasi. Immobilisasi
menyebabkan asam aminotidak digunakan dan akan diekskresikan.
Pemcahan asasm amino akan terusterjadi dan menghasilkan nitrogen
zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan
aktivitas metabolisme,
gastrointestinal,
Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
j.
Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
m. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya
rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
8. Penatalaksanaan
a. Terapi
1) Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi
pasien, keluarga, dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya
tirah baring lama, pentingnya latihan bertahap dan
ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan pasien
dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan
target fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang
mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan untuk
mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi,
anemia, gangguan cairan dan elektrolit yang mungkin
terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obatobatan yang dapat menyebabkan kelemahan atau
kelelahan harus diturunkan dosisnya atau dihentkan
bila memungkinkan.
f)
otot
(isotonik,
isometrik,
isokinetik),
latihan
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular..
Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di
tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lainlain.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak,
serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan
otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat.
Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang
gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise)
b)
c)
d)
e)
f)
Rotasi bahu
g)
9. Pengkajian fokus
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh
yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
a. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
b. Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
c. Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji sistem otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
2.
SKOR
KETERANGAN
0
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
rangsang pembuangan
tinja
Mengendalikan
2
0
Terkendali teratur
Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang berkemih
Terkendali teratur
3.
Membersihkan diri
4.
Penggunaan jamban,
1
0
Mandiri
Tergantung pertolongan orang lain
5.
6.
(melepaskan celana,
membersihkan,
menyiram)
Makan
2
0
Mandiri
Tidak mampu
2
0
Mandiri
Tidak mampu\perlu banyak bantuan untuk
berbaring ke duduk
7.
8.
Berpindah/berjalan
Memakai baju
bisa duduk
1
Mandiri
Tidak mampu
3
0
Mandiri
Tergantung orag lain
Sebagian dibantu
Mandiri
9.
10
Mandi
Tidak mampu
Butuh pertolongan
2
0
Mandiri
Tergantung otrang lain
Mandiri
TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
10. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Intoleransi aktifitas
b. Nyeri Akut
c. Nyeri Kronik
d. Resiko jatuh
e. Kerusakan mobilitas fisik
f. Resiko intoleransi aktifitas
g. Kelelahan
h. Kerusakan mobilitas di tempat tidur
i. Kerusakan mobilitas kursi roda
j. Kerusakan kemampuan perpindahan
k. Kerusakan berjalan
11. INTERVENSI
No
Tujuan (NOC)
Dx
1.
Pasien
dapat
Intervensi (NIC)
Rasional
miring
kanan
dan
miring kiri
miring kiri
2. Ajarkan pasien
untuk duduk
perlahan
1.
2.
tidak
ada
luka
dekubitus
pada
punggung
pasien
Agar pasien
dapat
melakukan
aktivitas
ringan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.