PENDAHULUAN
Modul ini merupakan modul kedua dari tiga modul yang disusun untuk
mempelajari Sisiologi/Antropologi Kesehatan. Untuk memahami isi modul kedua ini, anda
harus membaca modul pertama dahulu, karena modul pertama merupakan dasar
pengertian, definisi dari teori-teori SosiologiAntropologi. Sehingga ketika membaca
Modul Kedua ini, anda sudah dapat memahaminya dengan mudah. Seperti pada modul
pertama, untuk memahami modul kedua ini, anda harus memahaminya melalui setiap
kegiatan belajar, kemudian membahasnya dengan teman/kelompok, dan menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan pada setiap kegiatan belajar, baru melanjutkan ke kegiatan
belajar berikutnya.
Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan mampu memahami konsep nilai-nilai
budaya, norma budaya, stigma sosial dan kesehatan, pengaruh lingkungan sosial, masalahmasalah sosial di masyarakat, kaitannya dengan satus kesehatan masyarakat. Modul dua ini
dibagai atas 3 kegiatan belajar yaitu: pada Kegiatan Belajar 1 berisi tentang: Nilai-nilai
Sosial, Norma-Norma Budaya, serta Nilai-Nilai Budaya. Pada Kegiatan Belajar 2 berisi
tentang: Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya terhadap Perilaku individu/masyarakat, dan
Faktor-faktor Sosial-Budaya yang mempengaruhi Status Kesehatan Individu/Masyarakat.
Pada Kegiatan Belajar 3 membahas tentang: Masalah Sosial dan Kesehatan Wanita, Gender
dan Kesehatan Reproduksi.
Anda pasti dapat menyelesaikannya dengan baik bila anda membacanya dan
mendiskusikannya dengan teman/kelompok, kemudian mengerjakan tugas-tugas, dan
menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
Selamat belajar, semoga sukses.
KEGIATAN BELAJAR I
NORMA-NORMA DAN NILAI BUDAYA
A.
B.
Pokok-Pokok Materi:
1. Nilai-nilai sosial
2. Norma-norma sosial.
3. Nilai-nilai budaya
C.
1.
Uraian Materi:
Nilai-Nilai Sosial.
Menurut Munandar Soelaeman, nilai adalah sesuatu yang dipentingkan
manusia sebagai subyek, menyangkut sebagai sesuatu yang baik, atau
yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai
pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. Atau menurut Alo Liliweri,
nilai adalah sebuah kepercayaan yang didasarkan pada sebuah kode etik di
dalam masyarakat. Nilai menunjukkan kepada kita tentang apa yang benar dan
salah, baik dan buruk, ia juga menunjukkan tentang bagaimana pengalaman
hidup dimasa lalu.
Nilai merupakan unsur penting dalam budaya, karena ia dapat menentukan
seseorang boleh atau tidak boleh melakukan sesuatu.
Dengan kata lain nilai merupakan patokan/standart perilaku sosial yang
melambangkan baik-buruk, benar salahnya suatu obyek dalam hidup
bermasyarakat, sehingga nilai dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Menurut Abdulsani, nilai dapat dikatakan sebagai kumpulan perasaan
mengenai apa yang diinginkan atau yang tidak diharapkan; mengenai apa
yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan.
Contohnya:
Seorang ibu memutuskan untuk tidak bekerja (di luar rumah) selama anakanaknya berumur balita, dia ingin mengasuh anaknya sendiri tanpa pengasuh,
karena dia menilai pendidikan anak balitanya adalah segala-galanya.
Atau seorang ibu akan menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun, karena dia
menilai ASI nya sangat berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayinya.
Dalam kedua kasus diatas, nampak bahwa pendidikan anak balita dan
pemberian ASI bagi kedua ibu tadi merupakan nilai-nilai yang dipegang teguh
bagi ibu-ibu yang mengetahui arti pendidikan balita dan arti asi bagi bayinya.
Kedua ibu tadi bila tidak melakukan hal tersebut akan merasa bersalah,
terutama bila dikemudian hari terjadi sesuatu yang merugikan kedua anaknya.
Dan nilai ini bagi orang lain dapat berbeda karena nilai bisa berlaku bagi
individu juga berlaku untuk sekelompok orang, atau satu suku bangsa. Nilai
yang berlaku untuk satu suku atau ras misalnya pada daerah tertentu, bahwa
anak lelaki lebih tinggi dari nilai anak perempuan, karena laki-laki dapat
sebagai penerus keturunan, sedangkan perempuan tidak.
Tidak semua ras/daerah mempunyai pandangan lebih terhadap anak lelaki,
dibanding anak perempuan. Pada daerah lain justru sebaliknya, karena anak
perempuan dapat dijadikan invest bila dapat dikawinkan dengan lelaki kaya
atau berpangkat, atau dipekerjakan sehingga cepat mendatangkan uang.
Atau contoh yang lain misalnya, pada era sebelum tahun enampuluhan wanita
yang baik adalah yang pandai masak, menjahit, menyulam, mengurus rumah
tangga, sedangkan pada zaman sekarang nilai seorang wanita tidak lagi diukur
dari kepandaiannya dalam mengurus rumah tangga, tetapi lebih utama
terpelajar, atau berpengetahuan luas.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang nilai, dapat dilihat
pendapat D.A.Wila Huky dalam Abdulsani, bahwa nilai-nilai mempunyai ciri-ciri
yaitu:
a. Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir,
artinya nilai tercipta melalui interaksi dari para anggota masyarakat. Karena
nilai merupakan hasil interaksi yang dipelajari berdasarkan pengalaman,
maka nilai merupakan sesuatu yang timbul setelah ada proses sosial
diantara anggotanya.
b. Nilai-nilai ditularkan dari individu ke individu lain atau dari sekelompok
masyarakat kepada sekelompok masyarakat lain. Hal ini memungkinkan
bagi setiap individu/kelompok mempelajari dan menyetujuinya untuk di
gunakan secara bersama, atau individu.
c. Nilai dipelajari dan dicapai, bukan bawaan sejak lahir. Proses belajar dan
pencapaian nilai-nilai dimulai sejak kanak-kanak dalam keluarga melalui
sosialisasi.
d. Nilai
memuaskan
manusia
dan
mengambil
bagian
dalam
usaha
baik secara pribadi atau grup dan masyarakat secara keseluruhan. Nilai
juga dapat membantu masyarakat agar dapat berfungsi dengan baik.
e. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak dimana terdapat konsensus sosial
tentang harga relatif dari obyek dalam masyarakat. Seperti dalam contohcontoh di atas, nilai merupakan konsensus yang abstrak dan sangat
tergantung dari setiap individu/kelompok.
f. Nilai cenderung berkaitan satu dengan yang lain secara komunal untuk
membentuk pola-pola dan sistem nilai dalam masyarakat, sehingga tidak
menimbulkan problem sosial. Nilai memang di buat untuk mencegah
timbulnya masalah sosial dikemudian hari. Sehingga individu/masyarakat
cenderung mengikutinya menjadi pola dan sistem.
g. Sistem nilai bervariasi antara kebudayaan satu dengan yang lain, sesuai
dengan harga relatif yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan terhadap
pola-pola aktivitas dan tujuan serta sasarannya.
h. Nilai selalu menggambarkan alternatif dan sistem-sistem nilai yang terdiri
dari struktur rangking alternatif-alternatif itu sendiri, sehingga saling
menyempurnakan dan mengisi.
i. Masing-masing nilai dapat mempunyai efek yang berbeda terhadap orangperorangan dan masyarakat sebagai keseluruhan.
j. Nilai juga melibatkan emosi, karena biasanya diciptakan berdasarkan
kebutuhan rasa aman, sehingga bila tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
diyakininya akan mengakibatkan rasa bersalah. Sehingga nilai-nilai sering
bersumber juga dari keyakinan beragama individu/ masyarakat yang
bersangkutan.
k.
2.
Norma-norma Sosial.
Apa yang membedakan nilai dan norma sosial?
Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena keduanya
saling berkaitan. Secara umum norma merupakan nilai yang mengandung
sanksi yang relatif tegas terhadap pelanggarnya. Sehingga norma
merupakan foktor pendorong bagi individu/masyarakat untuk mematuhinya.
Menurut pandangan sosiologis, norma merupakan kekuatan dari serangkaian
peraturan umum, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengenai tingkah laku
manusia yang menurut kelompoknya baik atau buruk, pantas atau tidak
pantas.
Sehingga norma dapat mengendalikan anggota kelompok untuk berbuat baik
atau tidak baik menurut kelompok itu, membuat perasaan bersalah atau tidak
bagi anggotanya. Norma dapat berbentuk perintah maupun larangan, bagi
anggota
masyarakat
tersebut.
Norma
dapat
bersumber
dari
3.
Nilai-Nilai Budaya.
Rangkuman.
memberikan
arah
demi
tercapainya
tujuan
sosial
yag
dimilikinya,
bila
nilai
itu
baik,
maka
masyarakat/individu
akan
E. Tugas 1.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dan cobalah untuk tidak melihat
buku dahulu, bila belum dapat lebih baik diskusikan dahulu dengan teman
atau kelompok, barulah anda melihar jawabannya di dalam buku.
1. Jelaskan apa yang disebut dengan nilai-nilai sosial?
2. Apa bedanya dengan norma-norma sosial?
3. Berilah contoh lain nilai-nilai sosial yang ada di dalam
masyarakat
di
sekitarmu
yang
terkait
dengan
masalah
KEGIATAN BELAJAR 2
lingkungan
sosial
budaya
terhadap
perilaku
individu/masyarakat.
2. Faktor-faktor sosial-budaya yang mempengaruhi Status Kesehatan
individu/masyarakat.
B.
Pokok-pokok Materi:
1.
Pengaruh
lingkungan
sosial
budaya
terhadap
perilaku
individu/masyarakat.
2.
b.
c.
d.
10
e.
f.
g.
h.
Profesi
Tenaga
Kesehatan
dan
status
kesehatan
masyarakat.
C.
Uraian Materi:
1.
-pengalaman
-persepsi
-pemahaman
-penafsiran
Stimulus internal
Persepsi
Motivas
i
Emosi
Perilak
u
11
Perilaku
Status
Kesehatan
yan.kes.
Lingkungan
Dalam teori Blum ini pengaruh perilaku merupakan pengaruh terbesar kedua
setelah lingkungan dalam status kesehatan individu maupun masyarakat.
Untuk memudahkan dalam mempelajari perilaku terhadap sakit dan penyakit,
menurut Soekidjo Notoatmodjo,1993 dikelompokkan menjadi beberapa unsur
pokok yaitu:
a.
12
menjaga
kebersihan
lingkungan,
tidur
dengan
kelambu,
13
2. Faktor
Sosial
Budaya
yang
Mempengaruhi
Status
Kesehatan
Individu/Masyarakat.
Berdasarkan
teori-teori
tersebut
diatas,
lingkungan
sosial
budaya
seseorang
karena
pengaruh
lingkungannya,
dan
akan
positif.
Dengan
terapi
membuat
mereka
dicintai,
dihargai,
14
dukungan sosial, serta di ejek. Hal inilah yang membuat mereka kambuh
kembali.
b.
Pandangan
kultur
tertentu
terhadap
konsep
sehat,sakit.
Dalam menentukan sehat atau sakit, individu satu dengan yang lain sering
tidak sama, artinya sangat subyektif. Misalnya ketika seseorang sedang
mengalami diare, dia tetap pergi kekantor/bekerja, karena merasa tidak
mengganggu, meskipun berkali-kali harus pergi kebelakang, dan tidak merasa
perlu pergi berobat. Apalagi bila diare itu menimpa balitanya, sering dikatakan
tidak apa-apa, karena diare berarti ngenteng-ngentengi badan dan dengan
demikian balita akan bertambah pintar.
Sementara seorang yang lain akan mempunyai reaksi yang lain, mungkin
langsung minum jamu/obat tradisional, atau bahkan langsung minum oralit,
dan istirahat.
Demikian pula bila sakit yang menimpanya diyakini karena adanya mahluk
halus yang merasuk ke tubuhnya, sehingga dia akan mencari pengobat
alternatif yang diyakininya dapat menyembuhkan sakitnya.
Secara ilmiah penyakit (disease), adalah merupakan gangguan fisiologis
sebagai akibat dari adanya infeksi atau gangguan fungsi tubuh, yaitu ilmu
kedokteran.
Sedangkan (illnes), adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita
suatu penyakit, dengan ditandai rasa tidak enak, dan dalam pemeriksaan
medis biasanya dinyatakan sehat.
Untuk individu yang mengalami gangguan sakit dalam katagori illnes, sering
mendapat kesembuhan dengan menggunakan jasa pengobat alternatif.
Menurut Kusumanto, illness dapat meliputi gangguan atau masalah yang
walaupun ada sangkut pautnya dengan penyakit, menjangkau di luar penyakit.
Pengaruh lingkungan maupun peranan masyarakat ikut diperhitungkan apabila
ada suatu pembahasan tentang illness. Illness tidak selalu bersifat disease,
tetapi selalu mempunyai hubungan dengan sosial dan budaya. Sosial budaya
di sini termasuk sistem ekonomi dan pendidikan.
15
2.
16
sementara mutu
makanan yang dimakan ibu tadi sangat terbatas, atau kurang asupan
nutrisinya?
Contoh yang lain adalah mencuci tangan sebelum makan, adalah hal yang
belum membudaya, karena belum tentu setiap tidak cuci tangan akan
mengakibatkan diare, sementara diare sendiri masih dianggap bukan penyakit.
Bahkan dipercaya dengan diare anak akan lebih ringan dan dapat
meningkatkan ketrampilan-ketrampilan yang lain. Sehingga ketika mereka
sadar diarenya tidak sembuh-sembuh, bahkan cenderung kondisi anak sangat
lemah, sudah dehidrasi, dan mungkin terlambat.
17
sulit
mengadakan
pendidikan
kesehatan
bagi
warga
yang
pendidikannya rendah.
Masih banyak yang dapat dijadikan contoh, cobalah anda lihat kemungkinan
contoh-contoh yang lain!
d.
18
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi status gizi buruk selain sosial
ekonomi/ ketidak mampuan secara ekonomi, pada daerah tertentu banyak
dipengaruhi oleh ketidak mauan dan ketidak tahuan.
Kebiasaan tidak mau makan ikan pada daerah tertentu di sebabkan karena
selain mahal harganya juga karena rasa amis yang dirasa mengganggu
nafsu makan, bahkan mereka percaya bila balita makan daging atau ikan
akan menyebabkan cacingan.
Pada daerah lain sayuran segar juga menjadi kendala karena selain sulit
didapat, juga mempunyai kesenangan /lebih menyukai sayuran yang
dimasak sampai matang sekali, sehingga bila sayuran yang dimasak belum
empuk, mereka mengatakan belum matang, dan tidak mau makan.
Pada ibu-ibu di pedesaan yang tidak bekerja, kebiasaan lebih mendahulukan
suaminya makan dengan lauk pauk yang lengkap merupakan salah satu cara
kaum wanita menghormati suaminya. Mereka beranggapan bahwa karena
suami mencari nafkah maka dibutuhkan gizi yang baik, supaya kuat dan tidak
sakit.
Masalah gizi buruk juga disebabkan karena: kepercayaan, pantangan dan
upacara-upacara tertentu yang menyebabkan orang tidak makan makanan
yang tersedia, kebiasaan makan makanan yang disuka saja karena sulit
beradaptasi dengan ketersediaan makanan di lingkungan seseorang berada,
(karena kurangnya sosialisasi orang tua terhadap makanan tersebut); adanya
peran gender, dimana lelaki adalah pencari nafkah harus mendapatkan
makanan yang lebih baik dari anggota keluarga yang lain; ketidak mampuan
pemerintah untuk menyediakan pangan yang cukup bagi rakyatnya, karena
kurang berhasilnya pertanian; serta pemahaman yang keliru terhadap
makanan yang berasal dari negara-negara modern, (trend) seperti makanan
cepat saji/ fast food.
Pada kasus-kasus penyakit gondok, dijumpai sebagian besar pada wanita
dan berada di daerah pegunungan, karena kurang mengkonsumsi garam
beryodium dan ikan. Laki-laki lebih sedikit ditemukan karena mereka lebih
19
banyak bepergian dan makan makanan yang lebih bervariasi dari perempuan
yang hanya tinggal di rumah, dengan pola makan seadanya.
Di Indonesia pada
20
beberapa lapisan masyarakat tertentu. Hal ini antara lain dikarenakan adanya
nilai dan norma di masyarakat yang belum dapat menerima program
pengaturan kelahiran, yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
diyakini oleh lapisan masyarakat tersebut.
Hal lain adalah nilai-nilai yang diyakini masyarakat tentang Alat Kontrasepsi
nya sendiri belum menjadi hal yang biasa baik berupa AKDR (Alat Kontrasepsi
dalam Rahim) atau lainnya, seperti alat kontrasepsi untuk pria.
Tindakan-tidakan medis di rumah sakit masih merupakan hal (pengalaman)
yang menakutkan bagi sebagian masyarakat pedesaan. Kemudian perilaku
petugas KB/Kesehatan yang kurang informatif tentang prosedur, jenis alat-alat
KB, serta efek sampingnya menjadikan program tersebut belum dapat diterima
secara baik di masyarakat.
Dilain pihak banyak para perempuan yang mengikuti program KB karena
adanya paksaan dari aparat terutama untuk alat kontrasepsi tertentu, dan
pelaksanaannya
pun
dilaksanakan
secara
massal,
sehingga
kurang
21
suami, sang istri tidak akan melakukannya. Jadi meskipun istri merasa sudah
tidak sanggup hamil dan melahirkan lagi, tetapi bila suami tidak mengijinkan
ber KB, maka istri tidak dapat menentukan pilihan apapun.
f. Macam-macam masalah sosial dan penyakit.
Masalah sosial atau suatu kondisi ketidak seimbangan perilaku, moral, dan
nilai-nilai sosial. Artinya suatu kondisi/kehidupan masyarakat yang
sebelumnya normal menjadi terganggu, sebagai akibat dari perubahan
pada
unsur-unsur
dan
kepentingan
manusia
dalam
masyarakat
(Abdulsani,1994)
Masalah sosial dapat disebabkan oleh ketidak seimbangan pergaulan dalam
masyarakat, ataupun tidak terpenuhinya kebutuhan biologis.
Masalah
sosial
dapat
pula
identik
dengan
masalah
kemiskinan,
Yang
berasal
dari
faktor-faktor
ekonomis,
antara
lain
22
d. Yang berasal dari faktor-faktor kebudayaan, seperti masalah umur tua, tidak
punya tempat kediaman, janda, perceraian, kejahatan, kenakalan, perselisihan
agama, suku, dan ras.
Bagaimana ciri-ciri/ gejala sosial yang dapat menjadi masalah sosial ?
A. Terjadinya dis-organisasi dalam masyarakat, misalnya keresahan sosial
atau pertentangan antar kelompok dalam masyarakat, diawali pertengkaran
kecil, atau sekelompok kecil dari anggota masyarakat.
B. Ketidak mampuan dalam berhadapan dengan inovasi atau ketidak
mampuan dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dapat menyebabkan kecemburuan sosial dan frustrasi diantara
lapisan masyarakat.
Masalah sosial biasanya menjadi meluas, karena menyangkut masalah
ekonomi, interaksi sosial, kesehatan, dan lainnya.
Menurut Daldjuni, dalam tulisan Abdulsyani (1994), sumber penyebab
masalah sosial antara lain:
a. Faktor alam (ekologis-geografis) yaitu gejala menipisnya sumber daya
alam, yang disebabkan over-eksploitasi oleh manusia dengan teknologi
tinggi, karena kurang memperhatikan kelestarian lingkungan, atau
semakin banyaknya jumlah penduduk.
b. Faktor biologis/kependudukan, yaitu semakin bertambah pesatnya
pertumbuhan penduduk.
Secara umum, masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat
tentu berdampak kepada status kesehatan, terutama di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, karena belum adanya jaminan
kesehatan bagi penduduknya yang miskin dan mempunyai masalah
sosial.
Baik di kota maupun di desa terdapat individu/kelompok yang
mempunyai masalah sosial, maka dapat dipastikan individu/kelompok
tersebut juga mempunyai masalah dalam kesehatannya, misalnya gizi
buruk, higiene sanitasi yang buruk, tinggal di lingkungan yang kumuh,
23
Modernisasi
menganggap
bahwa
negara-negara
terbelakang
akan
menempuh jalan sama dengan negara industri maju di Barat. Sehingga kemudian
akan menjadi negara berkembang pula melalui proses modernisasi (Kamanto
Sunarto,2000).
Teori
ini
berpandangan
bahwa
masyarakat
yang
belum
24
25
mereka
berharap
pengobat
tradisional
dilarang,
karena
sering
26
D. Rangkuman.
1. Perilaku individu/masyarakat terhadap kesehatan sangat dipengaruhi
oleh lingkungan (sosial/budaya) dari mana individu tersebut berada.
Sementara perilaku itu sendiri sangat mempengaruhi status kesehatan
individu/ masyarakat, dengan demikian, sesungguhnya status derajat
kesehatan individu/masyarakat dapat dilihat dari bagaimana sosial budaya
masyarakat setempat, termasuk adalah bagaimana tingkat pendidikannya.
2. Bahwa pada penderita penyakit tertentu sering dipengaruhi stigma
masyarakat
tentang
penyakit
tersebut,
yang
dapat
mempengaruhi
itu
sendiri,
selain
faktor
budaya
patriarkhal.
Adanya
27
dalam
program
keluarga
berencana,
terutama
yang
lebih
sementara penyakit
28
melitus,
Stress,
obesitas,
HIV-AIDS)
mulai
menunjukkan
peningkatan.
Dengan bertambah baiknya sistem transportasi, mobilitas penduduk
meningkat, akibatnya beberapa penyakit menular dapat menyebar dengan
cepat dan meluas ke daerah lain (endemi, dan pandemi), serta cidera
akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan kerja para pekerja non
formal/buruh semakin meningkat, karena kurang siapnya peraturan tentang
perlindungan perburuhan, adanya keinginan mendapatkan buruh dengan
upah relatif murah, serta meningkatnya angka pengangguran. Penyakit
akibat polusi pabrik yang tidak di Amdal, dan polusi kendaraan di jalan raya.
Keracunan akibat penggunaan pestisida yang tidak terkendali (akibat
promosi yang berlebihan dan tidak diimbangi pendidikan tentang dampak
negatifnya, termasuk terhadap kesehatan petani dan pengkonsumsi hasil
pertanian) juga menunjukkan peningkatan.
8. Berdasarkan penelitian Rosalia, perawat lebih diterima di pedesaan karena
lebih mudah untuk dihubungi, biaya lebih murah, serta sistem pelayanan di
puskesmas lebih memungkinkan perawat lebih sering berkomunikasi
dengan masyarakat. Sehingga peran medis digantikan oleh peran perawat,
di wilayah tersebut.
Penelitiannya yang lain mengatakan; petugas kesehatan sebenarnya sering
kurang konsisten dengan profesinya, dan berada dalam sikap dualisme
terhadap pengobatan tradisional.
E. Tugas 2:
Petunjuk:
Apabila anda dapat mengerjakan tugas no 1 dengan lengkap sesuai instruksi,
maka anda dapat meneruskan ke pertanyaan berikutnya.
Dari pertanyaan no2 sampai dengan no8, minimal 6 jawaban adalah benar,
setelah itu barulah mengikuti kegiatan belajar tiga.
1. Coba saudara wawancarai 5 kk (kepala keluarga) di sekitar anda tinggal,
berapa kali keluarga tersebut sakit dalam 6 bulan terakhir, kemudian
kemana sajakah mereka mencari pengobatan? Buat catatan kecil
29
tentang ini, misalnya berapa kali ke dokter, atau ke dukun, atau lainnya!
Buatlah prosentase dari frekuensi sakit dengan mencari pengobatan
ke pengobat alternatif, sehingga diketahui berapa prosen pencarian
pengobatan
ke
alternatif,
bagaimana
sikap
dan
mereka
pelayanan
terhadap
kesehatan
pengobat
medik.!
Dan
tradisional
dan
30
KEGIATAN BELAJAR 3.
MASALAH SOSIAL DAN KESEHATAN WANITA.
A.
B.
1.
2.
Pokok-Pokok Materi:
1. Masalah Sosial dan Kesehatan Wanita:
a.
Kemiskinan,
Pengangguran,
dan
kesehatan wanita.
b.
Napza,
kekerasan,
dan
Kesehatan
Wanita.
c.
31
C.
Uraian Materi:
1.
perbaikan
Kemiskinan,
Pengangguan,
dan
Kesehatan Wanita.
Anak-anak perempuan yang dilahirkan dari keluarga miskin, dan
mengalami kekurangan gizi di keluarganya, akan mengalami kekurangan
gizi pula hingga dia menjadi ibu hamil, dan kemudian akan melahirkan
bayi (perempuan) yang kekurangan gizi pula, demikian seterusnya.
Banyak wanita yang dilahirkan dari keluarga miskin, lebih memilih untuk
mencari kerja pada usia remaja dini yaitu sekitar 14-15 tahun, baik
sebagai pembantu rumah tangga maupun sebagai buruh di pasar, dan
pabrik, untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Di daerah pabrik rokok,
Kudus misalnya buruh mereka terbanyak adalah perempuan berusia
sekitar 13-15 tahun.
Dan pada tingkat usia tersebut, atau diatasnya sedikit, mereka telah
melakukan perkawinan, karena telah mempunyai penghasilan sendiri, dan
32
mencari nafkah
33
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya atau yang disebut juga Narkoba. NAPZA
34
35
pernah
mengalami
tindak
kekerasan.
Sebagian
besar
36
menyebabkan wanita mempunyai emosi yang tidak stabil, serta tidak tersalurkan.
Ia tidak dapat mengemukakan perasaannya, dia tidak dapat melakukan hal-hal
yang mereka inginkan, karena secara kodrati (menurut peran mereka dalam sosial
budayanya), adalah mengharuskan mereka selalu memberikan pelayanan bagi
semua
anggota
keluarganya,
mereka
harus
dapat
menyimpan
rahasia
keluarganya.
Hal-hal yang sering tidak bisa mereka lakukan misalnya sesekali menghabiskan
waktu sendiri melakukan hobinya seperti berkebun, memasak makanan yang dia
sukai, berbelanja, membuat puisi, lagu-lagu, atau bercerita kepada orang
lain/teman, latihan olah raga, relaks, dan memanjakan diri sendiri/istirahat ketika
dia membutuhkan.
Bagi wanita yang bekerja di rumah saja mengasuh anak, dan melayani
keluarganya, kurang dapat menyalurkan waktu dan emosinya kepada orang lain,
daripada para wanita yang bekerja di luar rumah karena dia berkesempatan untuk
saling bertukar fikiran dengan temannya.
37
sehat,
di
saat
anaknya
atau
suaminya
menghendaki
perhatiannya.
Dampak dari ketimpangan peran yang ditanamkan sejak kecil ini, perempuan
lebih mudah di intervensi baik yang berdampak negatif maupun yang
berdampak positif bagi kesehatan kaum perempuan.
Yang berdampak positif misalnya program-program kesehatan lebih tepat
diberikan
kepada
wanita,
karena
wanita
lebih
memikirkan
keadaan
38
secara
sederhana,
serta
masalah
reproduksi
remaja.
Permasalahan sosial yang sering terjadi pada masa ini adalah masuknya
informasi tentang alat reproduksi dari sumber yang kurang tepat, misalnya
teman sebaya, media elektronik illegal, sampai kepada percobaan-percobaan
yang keliru tentang pengetahuan yang dimilikinya. Keadaan yang lebih parah
adalah adanya tindakan pemerkosaan, seks bebas, kehamilan dan aborsi
illegal, yang dapat mengancam jiwa dan menambah permasalahan sosial bagi
wanita dan keluarganya.
Pada perempuan yang berada di lingkungan sosial ekonomi rendah, anak
perempuan (dapat) dijadikan komoditi untuk mencari nafkah, misalnya
dikawinkan lebih awal kepada orang dewasa, atau menjadi pekerja seks
komersial. Sehingga kemungkinan tertularnya penyakit kelamin merupakan
ancaman yang tidak bisa dihindari.
Selama ini perempuan diarahkan untuk melahirkan anak yang sehat, ketika dia
sudah mulai kawin dan hamil saja, kemudian bagaimana merawat bayi dan
anak agar sehat. Bahkan ketika suaminya menginginkan dia hamilpun tidak
ada pertanyaan apakah istrinya sudah siap untuk hamil dan melahirkan?
39
kesehatan
reproduksi
dimaksudkan
agar
wanita
mampu
40
D.
Rangkuman:
1. Wanita dituntut untuk melaksanakan kegiatan domestik, meskipun akibat
dari kemiskinan keluarganya dia telah bekerja untuk membantu ekonomi
keluarga. Sehingga wanita sejak dari kecil di takdirkan mempunyai tugas
untuk melayani keluarga dan suami, meskipun dia telah melakukan
pekerjaan yang berat dan berhasil dengan baik, namun tetap harus
melaksanakan tugas pelayanan tadi, dan tidak ada kesempatan baginya
untuk dilayani, meskipun dirinya sedang sakit.
Wanita-wanita yang mendapatkan pendidikan lebih baik sesungguhnya dia
dapat mendidik keluarganya dengan baik pula dan dapat membantu
ekonomi keluarga dengan penghasilan yang lebih baik dari apabila
tenaganya dimanfaatkan dengan bekal pendidikan lebih rendah.
2. Para pengguna napza pada tingkat adiktif/kecanduan, akan sangat
membahayakan wanita dan anak-anak yang berada disekitarnya, karena
dapat menyebabkan kekerasan fisik maupun psikologis bagi orang-orang
yang berada di sekitarnya guna mendapatkan napza.
Tidak hanya pengguna napza tetapi kekerasan dalam rumah tangga juga
terjadi pada keluarga dengan suami yang sangat dominan, serta tidak
seimbangnya peran suami istri dalam rumah tangga, menjadi bertambah
jumlah terganggunya kesehatan wanita baik secara fisik maupun psikisnya.
3. Kesehatan Reproduksi wanita adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsifungsi serta prosesnya.
41
42
KATA-KATA SULIT
43
Rujukan:
Abdulsyani, 1994, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Bumi Aksara, Jakarta.
A.August Burns., dan kawan-kawan, 2000, Pemberdayaan Wanita dalam Bidang
Kesehatan,Yayasan Essentia Medica, Andi,Yogyakarta.
Agus Dwiyanto, Muhajir Darwin, 1996.,Seksualitas, Kesehatan Reproduksi, dan
Ketimpangan Jender., Seri Kesehatan Reproduksi, Kebudayaan, dan
Masyarakat, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta.
Alo Liliweri, 2002, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, LkiS,
Yogyakarta.
Azwar Agoes; T.Jacob,1996., Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid 1, Kesehatan
Tradional., EGC, Jakarta.
Fadmi Sustiwi,2005.,Sensitivitas Perempuan dalam Keseharian, Kedaulatan
Rakyat, Minggu Pahing,19 Juni 2005, hal.8.
Dadang Juliantoro,2000.,30 Tahun Cukup, Keluarga Berencana Dan Hak
Konsumen, Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan PKBI
Yogyakarta dan Ford Foundation, Jakarta.
Darsono Wisadirana, 2005, Sosiologi Pedesaan, UMM Press, Malang.
Departemen Kesehatan RI, 2004, Pedoman Surveilans Sentinal HIV.,Jakarta.
Kamanto Sunarto, 1993, Pengantar Sosiologi, LPFEUI, Jakarta.
Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Meiwita Budiharsana., Herna Lestari.,2002, Kesehatan Reproduksi Remaja, The
Ford Foundation, Jakarta.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2001,Sambutan pada Seminar
Nasional Meningkatkan Potensi Bangsa Melalui Pemberdayaan
Perempuan,UGM Yogyakarta, 23 Maret 2001.
Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar,Suatu Pengantar. PT.Eresco, Bandung.
44
Beserta
45