Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

MINGGU KE I
LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM PERNAPASAN
TUBERKULOSIS PARU

CI
LAHAN
INSTITUSI

(
M.kes)

CI

(Iwan said S.Kep, Ns.

OLEH
HARNI
4114011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

1. Pendahuluan
Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah dikenal hampir di
seluruh dunia, sebagai penyakit kronis yang dapat
menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius.

Hal ini disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru


yang bersifat permanen. Penyakit Tuberkulosis paru (TB
paru) sudah lebih dari 100 tahun yang lalu ada dipermukaan
bumi kita ini. Abad ke-19 merupakan abad ketika banyak
terdapat penemuan ilmiah termasuk konsep penyakit
tuberkulosis. Penyakit mematikan ini tidak mengenal usia
dan dapat menginfeksi mereka yang muda maupun yang
tua. Indonesia berada pada tingkat ke-3 terbesar didunia
dalam jumlah penderita Tuberkulosis(TB), setelah India dan
Cina.
Di dunia diperkirakan penyakit ini dapat menyebabkan
kematian kurang lebih 8.000 orang per hari terdaftar hampir
2400 kematian yang berhubungan dengan TB setiap
harinya, atau 140.000 per tahun, dan kurang lebih juta
penduduk diduga terinfeksi TB setiap tahun. Daya penularan
dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya
kuman yang terdapat dalam paru penderita. Untuk
membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah
mengupayakan strategi untuk menanggulanginya seperti
dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari
program ini adalah penemuan dan penyembuhan pasien,
dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular.
Berdasarkan uraian tersebut dan penentuan kasus ini
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M dengan
gangguan sistem pernapasan TUBERKULOSIS PARU di
Ruang Perawatan I
VIP rumah sakit ISLAM FAISAL
MAKASSAR.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Sistem pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring


,trakea , bronkus , sampai dengan alveoli dan paru-paru.
Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama, yang
juga merupakan sebagai alat pernapasan dan indra
penciuman. Dalam keadaan normal udara yang masuk
dalam sistem pernapasan berhubungan dengan rongga
hidung. Vestibulum rongga hidung yang berisi serabutserabut halus epitel berfungsi untuk mencegah masuknya
benda-benda asing yang mengganggu proses pernapasan.
(Syaifuddin, 2009)
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makanan , faring terdapat dibawah
dasar tengkorak , dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher . Faring terdiri atas
nasofaring, orofaring, dan laringo faring. Sedangkan laring
atau pangkal tenggorok merupakan ligamentum. Lipatan
dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid dari sebelah
tepi kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan
kanan membatasi daerah epiglotis disebut supraglotis dan
bagian bawah disebut subglotis. (Syaifuddin, 2009).
Trakea atau batang tenggorok adalah tabung berbentuk
pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang rawan
disempurnakan oleh selaput. Panjang trakea sekitar 13 cm
dan diameternya 2,5 cm selain itu juga dilapisi oleh otot

polos. Pada bagian bawah trakea torakalis ke IV, trakea


bercabang dua menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan.
Dimana bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan
dari trakea dan terletak mengarah ke paru-paru.
Paru-paru adalah salah satu sistem organ sistem
pernapasan yang berada didalam kantong yang dibentuk
oleh pleura parietalis viseralis. Kedua paru-paru sangat
lunak, elastis, sifatnya ringan terapung di dalam air, dan
berada dalam rongga torak. Paru-paru mendapatkan darah
dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan
dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium
kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml
sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kirakira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut.
Sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang
dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam
keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung
sebanyak kurang lebih 5 liter.
3. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis yang
merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian
bawah yang sebagian besar basil tuberculosis masuk ke
dalam jaringan
paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon. (Andra dan Yessie, 2013)
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi granulamatosa kronik
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (tipe
manusia), suatu basil tahan asam (BTA). Jenis lainnya
meliputi M. Bovis (sapi) dan mikrobakterium atipis (misalnya
M avium intra cellular (MAI) dan M. Kansasii). (Chris brooker,
2005)
4. Klasifikasi
Klasifikasi Tuberkulosis menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2002 adalah:
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, dibagi dalam:
1) Tuberkulosis Paru BTA positif

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS


hasilnya positif dan 1 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif dan foto rontgen dada positif.
2)
Tuberkulosis Paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberkulosis aktif.
b
Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ lain. Dibagi
berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:
1)
Tuberkulosis ekstra paru ringan
Misalnya: TBC kelenjar limfe, pleuritis, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar
adrenal.
2)
Tuberkulosis Paru berat
Misalnya:
meningitis,
millier,
perikarditis,
peritonitis, pleuritis duplek, TBC tulang belakang,
TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
5. Etiologi
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh hasilMikrobakterium Tuberkulosis tipe
humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Sifat kuman ini
dormant, dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali
dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman
adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi penting
saluran pernapasan. BasilMikrobakterium tersebut masuk ke
dalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening
setempat dan terbentuklah primer komlpeks. Keduanya
dinamakan Tuberkulosis primer yang dalam perjalanannya
sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis
yang kebanyakan didapat pada usia 1-3 tahun. Sedangkan
yang disebut Tuberkulosis post primer (reinfection) adalah
peradangan jaringan paru oleh karena terjadinya penularan
5

ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan


spesifik terhadap basil tersebut.
6. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mendukung
kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk
utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu
yang
terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag,
sedangkan limfosit (biasanya limfosit T) adalah sel
imunosupresifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya local,
melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh
limfosit dan limfokinnya . Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas. Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium
tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2
jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke
dalam
saluran
pernapasan.
Setelah
Mycobacterium
tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke
alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai
memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui
sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
(ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya
(lobus atas) (Sylvia A. Price & Wilson, 2003).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi
inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak
bakteri; limfosit melisis (menghancurkan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan
eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia.
lnfeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah
pemajanan. Massa jaringan baru, yang disebut granulomas,
yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang
sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk
dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa

jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini


disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag)
menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini
dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa.
Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit
aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons
yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri
dorman.
Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan
bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian
menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi
lebih
membengkak,
mengakibatkan
terjadinya
bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan
selanjutnya.
7. Tanda dan Gejala
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu
suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan
penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti
lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidaj jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang
asimtomatik.
Gambaran klinik Tb paru dapat dibagi menjadi dua
golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik :
a. Gejala respiratorik, meliputi :
- Batuk
Gejala batuk dapat timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula
bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
- Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak
darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk

tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang


pecah.
- Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dan
lain-lain.
- Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru terasuk nyeri pleuritik yang
ringan, Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di
pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi :
- Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore hari dan malam hari mirip dengan
demam influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
- Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
- Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan akan tetapi penampilan akut denagn
batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar
pasien menunjukan demam tingkat rendah, keletihan,
anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, nyeri
dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya non
produktif,
tetapi
dapat
berkembang
ke
arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal
pada lansia, seperti perilaku tiada biasa dan perubahan
status mental, demam, anoreksia, dan penurunan BB.
Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam
keadaan dorman.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan Rontgen thoraks ,sering
didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan
adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan
8

b)

c)

d)

fisik
menemukan
suatu
kelainan
pada
paru.
Pemeriksaan Rontgen thoraks sangat berguna untuk
mengevaluasi hasil pengobatan dan ini bergantung
pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel
terhadap OAI,apakah sama baiknya dengan respon
klien. Penyembuhan yang lengkap seringkali terjadi di
beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat
terjadi pada penyembuhan yang lengkap.
Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan
hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukan
dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler,
pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan adenopati,
perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskular,
bronkhiektasis,
dan
emfisema
perisikatrisial.
Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk
mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan lebih
dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen
Thoraks biasa.
Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara
masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut
yang berat dan sering disertai akibat yang fatal
sebelum
penggunaan
OAT.
Hasil pemeriksaan Rontgen thoraks bergantung pada
ukuran dan jumlah tuberkel milier. Pada beberapa klien
TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil
Rontgen thoraks, tetapi ada beberapa kasus, bentuk
milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan
penyakitnya.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan
pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri.Untuk
membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu
dengan yang lainya harus dilihat sifat koloni,waktu
pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan,dan
perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen
Mycobacterium.

Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium TB


adalah
:
Sptum klien , Urine, Cairan kumbah lambung. Bahanbahan lin seperti,pus,cairan serebrospinal(sumsum
tulang belakang),cairan pleura,jaringan tubuh,feses,dan
swab tenggorok. Pemeriksaan darah yang dapat
menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif
adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya
peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan
imunoglobulin terutama IgG dan IgA.
9. Penatalaksanaan
penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian:
a) Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan
kontak,yaitu
pemeriksaan
terhadap
individu yang bergaul erat dengan penderita TB paru
BTA positif. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal
terhadap
kelompok-kelompok
populasi
tertentu
misalnya: Karyawan rumah sakit /Puskesmas/ balai
pengobatan
Penghuni
rumah
tahanan
Siswa - siswi pesantren, Vaksinasi BCG, yaitu reaksi
positif jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung
terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang
dari 7hr setelah penyuntikan. Kemoprokfilaksis, yaitu
dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi
populasi bakteri yang masih sedikit. Komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis ke pada masyarakat di tingkat puskesmas
maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau
petugas LSM.
b) Pengobatan Tuberkolosis Paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain
mengobati,
juga
untuk
mencegah
kematian,
kekambuhan,
resistensi
terhadap
OAT,
serta
memutuskan mata rantai penularan.
c) Penatalaksanaan Terapeutik
Nutrisi adekuat Kemoterapi :
Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil
yang tumbuh aktif diberikan selama 18-24bln,dosis
10-20 mg/kg BB /hr melalui oral. Kombinasi

10

(NH,rifampicin,dan pyrazinamid) diberikan selama


6 bulan. Obat tambahan antara lain streptomycin
(diberikan intramuskuler) dan ethambutol. Terapi
kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat
anti
TB,untuk
mengurangi
respon
peradangan,misalnya
pada
meningitis.
Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak
berhasil.Dilakukan dengan mengangkat jaringan
paru yang rusak.
Pencegahan
:
Menghindari kontak dengan orang yang terifeksi
basil TB, pertahanan intake nutrisi yang yang
adekuat.
Pemberian
imunisasi
BCG
untuk
menigkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
basil TB virulen.

10. ASUHAN KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah sebuah proses yang terdiri
dari lima tahap yaitu ; pengkajian, analisa data atau
perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Merupakan kegiatan pemeriksaan dan penijauan
terhadap situasi dan kondisi klien untuk tujuan dan
perumusan masalah.
a. Pengumpulan data
1)
Identitas
Meliputi identitas dan penanggung jawab.
Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, agama, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, dokter yang merawat, nomor
medis, dan diagnosa medis. Sedangkan
identitas penanggung jawab meliputi: nama,
umur, pekerjaan, alamat, pendidikan, dan
hubungan klien.
2)
Riwayat penyakit
a) Alasan masuk rumah sakit
Berisi tentang keluhan sewaktu berada di
rumah
sakit.
11

b)

c)

d)

Keluhan utama
Keluhan utama akan membantu dalam
mengkaji pengetahuan klien tentang kondisi
saat ini dan menentukan prioritas intervensi.
Keluhan utama yang biasa muncul antara lain:
batuk, peningkatan produksi sputum, dispnea,
hemoptisis, whezing, stridor, dan chest pain
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada
saat pengkajian, yang dijabarkan dengan
teknik: palliative, quality, region, severty,
timing (PQRST)
(1) Provocatif/Paliatif: apa penyebab penyakit
Tuberkulosis Paru, apa yang meringankan
atau apa yang memperburuk keadaan
penyakit Tuberkulosis Paru. Seperti:
batuk,
demam,
aktifitas
ditempat
berdebu, dll.
(2) Qualitas/Quantitas:
Seberapa
berat
keluhan
terasa
pada
penyakit
Tuberkulosis Paru, bagaimana rasanya,
seringkah
terjadi
pada
penyakit
Tuberkulosis Paru. Seperti: sesak, adanya
nyeri dada tetapi jarang ditemukan, turun
berat badan, sampai ke sianosis
(3) Region/radiasi: Di daerah mana keluhan
dirasakan, menyebar atau tidak pada
penyakit paru. Diantaranya adalah nyeri
di daerah dada.
(4) Skala : Apakah mengganggu aktivitas
pada penyakit paru. Seperti adanya nyeri
otot, sakit kepala.
(5) Timing: Kapan keluhan mulai dirasakan,
apakah munculnya secara tiba-tiba atau
bertahap dan pada waktu berapa menit
pada penyakit Tuberkulosis Paru. Seperti:
adanya batuk kering sampai purulen
timbul >3 minggu dan keringat pada
malam hari tanpa sebab.
Riwayat penyakit dahulu
12

3)

Riwayat kontak dengan penderita TB, riwayat


menderita penyakit TB atau pasien DO dalam
pengobatan, dalam keluarga ada yang
menderita penyakit TB terutama anggota
yang tinggal dalam satu rumah, riwayat
gangguan imunitas, riwayat penggunaan obatobatan terlarang, pecandu alkohol, perokok
berat, kaji tentang keadaan rumah, individu
dengan keadaan medical yang sudah ada.
e)
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit bawaan, atau kelainan
genetik.
Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum klien, tinggi badan, berat
badan, tanda-tanda vital, keadaan fisik secara
keseluruhan dari ujung rambut sampai ujung kaki yang
dijabarkan secara persistem.
a)
Keadaan umum
(1) Keadaan composmentis sampai koma.
(2) Berat badan mengalami penurunan akibat
tidak nafsu makan dan efek pengobatan.
(3) Tanda-tanda vital: biasanya nadi cepat,
pernafasan
cepat,
suhu
badan
akan
meningkat.
b)
Sistem cardiovaskuler
Pada Tuberkulosis Paru lanjut dengan fibrosis yang
luas sering ditemukan pengecilan aliran darah paru
dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis diikuti dengan corpulmonal: takikardi,
sianosis,
gallop,
mur-mur,
vena
jugularis
meningkat.
c)
Sistem respiratory
Batuk produktif /bercampur darah frekuensi napas
cepat dan pendek, vocal premitus menurun, suara
nafas bronchial, terdapat bunyi napas tambahan.
d)
Sistem neurosensory : Sering ditemukan sakit
kepala berat.
e)
Sistem gastrointestinal

13

4)

5)

6)

7)

Hilangnya nafsu makan, mual, muntah, turgor kulit


jelek, penurunan berat badan, pasien kurus.
f)
Sistem genitourinaria : Biasanya tidak ada
keluhan.
g)
Sistem integumen
Turgor kulit jelek, kulit kering dan bersisik, ruam
pada kulit.
h)
Sistem muskuloskeletal
Kehilangan masa otot, dan subkutan, kelemahan
otot.
i)
Sistem endokrin : Pembesaran kelenjar getah
bening.
Aspek psikososial
Biasanya timbul kecemasan, ketergantungan pada
orang lain, peka terhadap rangsang.
Aspek sosial
Ada perubahan fungsi dan peran dalam keluarga dan
masyarakat.
Aspek spiritual
Perlu dikaji adanya harapan, keyakinan, dan dorongan
dalam diri klien mengenai penyakit dan harapan
sembuh.
Hasil pemeriksaan diagnostik
a)
Pemeriksaan sputum: hasil positif (+) terdapat
virus tuberkulosis/ditemukan kuman BTA (Bakteri
Tahan Asam).
b)
Pemeriksaan darah: LED sering meningkat
pada proses aktif.
c)
Leukosit: jumlah leukosit dapat normal atau
sedikit meningkat pada proses yang aktif.
d) HB: sering disertai dengan anemia derajat sedang
dan sering disebabkan defisiensi besi.
e)
Uji TuberkulinUji Tuberkulin : merupakan
pemeriksaan guna menunjukkan reaksi imunitas
seluler yang timbul setelah 4-6 minggu penderita
mengalami
infeksi
pertama
dengan
basil
tuberkulosis. Uji tuberkulin didapatkan hasil positip.
f)
Pemeriksaan Radiologi

14

Pada awal penyakit tampak gambaran bercak


bercak, seperti awan dengan batas yang tidak
tegas, bila keadaan berlanjut bercak awan lebih
padat dan batasnya jelas. Bila lesi putih jaringan
ikat terlihat bayangan bulat dengan batas tegas
yang di kenal sebagai tuberkuloma. Pada kavitas
terlihat bayangan berupa cincin berdinding tipis,
makin lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat
menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan
yang bergaris garis sedangkan pada klarifikasi
tampak bercak padat dengan desitas tinggi.
2.
Analisa data
Adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif
yang dimiliki sehingga dapat diketahui kesenjangan
masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan.
3. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa yang biasa muncul yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi sekret yang kental atau sekret
darah
2. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi
spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4. Intervensi
Diagnosa 1
: Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan
dengan akumulasi sekret yang kental
atau sekret darah
Tujuan
: Kebersihan jalan napas efektif.
Intervensi
: - Kaji fungsi pernafasan
Rasional :
Penurunan bunyi
nafas
dapat
menunjukan atelektasis,
ronchi
dapat
menunjukan akumulasi
sekret.
- Ajarkan klien tentang metode yang
tepat pengontrolan batuk.

15

Rasional

Diagnosa 2
proses

Tujuan

Intervensi
kompres

:
Batuk yang tidak
terkontrol
adalah
melelahkan dan tidak
efektif,
menyebabkan frustasi.
- Pertahankan
masukan
volume
cairan sedikitnya 2500ml/hari
Rasional :
Membantu
mengencerkan
secret.
Hipertemia
berhubungan
dengan
inflamasi
Setelah
diberikan
tindakan
keperawataN diharapkan suhu tubuh
kembali normal dengan KH Suhu
tubuh 36C-37C
- Kaji suhu tubuh pasien dan Beri
air hangat
Rasional :

peningkatan
memudahkan

Mengetahui
suhu tubuh,

intervensi

juga

mengurangi
panas

dengan

pemindahan
panas secara konduksi.
Air
hangat mengontrol
pemindahan
panas
secara
perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi
atau
-

menggigil.
Observasi intake dan output, tanda
vital (suhu, nadi, tekanan darah)
tiap 3 jam sekali atau sesuai
indikasi

16

Rasional

Diagnosa 3

Tujuan

:
Mendeteksi dini
kekurangan cairan serta
mengetahui
keseimbangan
cairan
dan elektrolit dalam
tubuh.
Tanda
vital
merupakan acuan untuk
mengetahui
keadaan
umum
Suhu tubuh
36C-37C
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi
spuntum/batuk,
dyspnea
atau
anoreksia.
Kebutuhan nutrisi adekuat

Intervensi

Diskusikan penyebab
dispnea dan mual.
Rasional

anoreksia,

:
Dengan
membantu
klien
memahami
kondisi
dapat
menurunkan
ansietas
dan
dapat
membantu
memperbaiki kepatuhan
teraupetik

Pembatasan cairan pada makanan


dan menghindari cairan 1 jam
sebelum dan sesudah makan.
Rasional :
cairan dapat lebih
pada lambung, menurunkan napsu
makan dan masukan

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Andra dan Yessie. (2013). Keperawatan Medikal Bedah
keperawatan dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta :
Nuha Medika.
2. Chris brooker/ alih bahasa andry hartono dkk. (2005).
Ensiklopedia keperawatan. Jakarta : EGC
3. Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
4. Price, S., & Wilson. (2003). Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit, Edisi.2. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
5. https://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/10/09/asuha
n-keperawatan-tb-paru/

18

Anda mungkin juga menyukai