Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Defenisi Post Partum
Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.
Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus
mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1. Immediately Post Partum : 4 jam pertama
2. Early Post Partum
: minggu pertama
3. Late Post Partum
: minggu kedua sampai dengan minggu keenam
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerpurium dini
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6 8 minggu
3. Remote Puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna
bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
B. Tujuan
1. Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
3. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5. Meningkatkan peluang merawat bayi
6. Teaching self care dan bayi.
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupum eksterna akan berangsur
-angsur pulih kembali. Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam keseluruhannya
disebut Involusi. Disamping involusi ini juga terjadi perubahan-perubahan lainnya yakni
hemokonsentrasi dan proses laktasi.
C. Perubahan Fisiologi Pada Post Partum
1. Involusio

Setelah bayi dihirkan kemudian placenta uterus menjadi keras karena


kontraksi dan relaksasi otot-ototnya.
a. Tinggi fundus uteri
Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang
lebih kurang 15 cm, lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal lebih kurang 10 cm,
dinding uterus lebih kurang 5 cm. Bekas inplantasi placenta merupakan
suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam cavum uteri segera setelah
pesalinan, penonjolan tersebut diameternya 7,5 cm setelah 2 minggu
diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram,
perubahan ini berhubungan erat dengan keadaan momentum yang
mengalami perubahan yang bersifat proteolisis. Otot-otot jelas berkontraksi
segera pada post partum, pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta lahir.
b. Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera
postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah dan pada


perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah, konsistensinya lunak.
1) Setelah janin lahir : dapat dimasukkan tangan pemeriksa
2) Setelah 2 jam postpartum
: 2 3 jari pemeriksa
3) Setelah 1 minggu
: 1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi
retak-retak karena robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu
pertama lingkaran retraksi berhubungan bagian atas dari canalis servikalis,
oleh karena hyperplasia dan retraksi serviks, robekan serviks menjadi
sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir ostium eksternum. Vagina
pada minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.
c. Endometrium

Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah


timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi
placenta.
1) Pada hari I tebalnya 2 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin.
2) Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan
bagian yang mengalami degenerasi sebagian besar endometrium
terlepas.
3) Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakan waktu 2 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi
placenta mengalami proses yang sama ialah degenerasi dan kemudian
terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung lengkap.
Dengan demikian tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas
impalntasi placenta.
d. Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat
kembali seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh
kandungannya turun, setelah melahirkan oleh karena ligamentum fascia
jaringan penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut dengan
dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada
hari ke-2 post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
e. Luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka pada
vagina dan serviks umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh
permanent, kecuali bila terdapat infeksi, infeksi mungkin mengakibatkan
salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi keadaan sepsis.
2. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan
tiba-tiba. Volume darah pada ibu relative akan bertambah, keadaan ini
menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi
kordis pada penderita vitium kordis, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali


seperti sedia kala. Hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari post partum
3. Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat
pada kedua mammae antara lain sebagai berikut.
a. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae dan
lemak.
b. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat
dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
c. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
d. Setelah partus, permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap
hipofisis hilang, timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis kembali, antara
lain laktogenik hormone (prolaktin) yang akan mengakibatkan kelenjarkelenjar terisi air susu pengaruh hormone oksitosin mengakibatkan
miophthelium

kelenjar-kelenjar

susu

berkontraksi

sehingga

terjadi

pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2
sampai ke-3 post partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada air susu,
mengandung banyak protein, albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum
dengan diameter 0,001 0,025 mm. Karena mengandung banyak protein dan
mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh
hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu
adalah dengan menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting
mammae sendiri dan gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat lagi
pada waktu frekuensi menetekkan.
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas,
mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan
pula, sebagai efek sampingan.

Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah


akan menjelmanya rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang
intim antara ibu dan anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi
terhadap infeksi seperti gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-paru,
ototos media. Sambungan air susu ibu mengandung lactoferin, lysozyme, dan
immuno globulin A.
D. Perubahan lain Saat Nifas
1. After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadangkadang sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum, perasaan mules ini
lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit ibu pun timbul
bila masih terdapat sisa-sisa dan selaput ketuban, sisa placenta atau gumpalan
darah di dalam kavum uteri.
2. Vital Sign
a.

Suhu
1) Saat partus lebih 37,2 C
2) Sesudah partus naik 0,5 C
3) 12 jari pertama suhu kembali normal
4) suhu lebih 38 C mungkin ada infeksi.

b. Nadi
1) 60 80 kali/menit
2) segera setelah partus bradikardi.
c. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
3. Pengeluaran per vaginam
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
a. Hari 1 3 : lokhea rubra
b. Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam keadaan
abnormal ; bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti pembalut terus
menerus.
c. Hari 3 7 : lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender.
5

d. Hari 7 14 : lokhea serosa


Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
e. Setelah 2 minggu : lokhea alba
Cairan putih, bau agak sedikit amis.
Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu :
a. Perdarahan berkepanjangan
b. Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
c. Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk
d. Rasa nyeri yang berlebihan
e. Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
f. Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
g. Terjadi infeksi intrauteri.
4. Vital sign setelah kelahiran anak
a. Temperature
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 C (100,4F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan, kerja otot yang berlebihan
selama kala II dan fluktuasi hormone. Setelah 24 jam wanita keluara dari
febris.
b. Nadi
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa kenaikan pada
jam pertama atau demikian setelah melahirkan anak. Kemudian mulai
berkurang rata-rata yang tidak diketahui. Dalam 8 sampai 10 minggu setelah
kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
c. Pernapasan
Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
d. Tekanan darah
Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat terjadi 48 jam
pertama dihasilkan oleh spraichnic engorgement yang mungkin terjadi
setelah persalinan.
E. Penyimpangan dan Kondisi Normal dan Penyebab Masalah :
1. Diagnosis sepsis puepuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu mancepai
38C (100,4F) catatan setelah 24 jam pertama setelah kelahiran anak dan

berulang-ulang atau berlangsung dalam 2 hari. Kemungkinan lain adalah mastitis


endometritis, infeksi traktus urinarius dan infeksi sitemik lainnya, milk fever.
2. Kecepatan rata-rata nadi atau satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik
akibat perdarahan.
3. Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasa tingginya sub arakhnoid
(spiral) block.
4. Tekanan darah rendah mungkin refleks dan hipovolemik sekunder dan
perdarahan kenaikan menunjukkan bahwa kemungkinannya disebabkan terlalu
banyak menggunakan vasopressor atau medikasi oksitosin.
System Kardiovaskular
1. Volume darah
After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadangkadang sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum, perasaan mules ini
lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit ibu pun timbul
bila masih terdapat sisa-sisa dan selaput ketuban, sisa placenta atau gumpalan
darah di dalam kavum uteri.
2. Vital Sign
a. Suhu
1) Saat partus lebih 37,2 C
2) Sesudah partus naik 0,5 C
3) 12 jari pertama suhu kembali normal
4) suhu lebih 38 C mungkin ada infeksi.
b. Nadi
1) 60 80 kali/menit
2) segera setelah partus bradikardi.
c. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
3. Pengeluaran per vaginam
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
a. Hari 1 3 : lokhea rubra
Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam keadaan
7

abnormal ; bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti pembalut terus


menerus.
b. Hari 3 7 : lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender.
c. Hari 7 14 : lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
d. Setelah 2 minggu : lokhea alba
Cairan putih, bau agak sedikit amis.
Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu :
a. Perdarahan berkepanjangan
b. Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
c. Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk
d. Rasa nyeri yang berlebihan
e. Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
f. Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
g. Terjadi infeksi intrauteri.
4. Vital sign setelah kelahiran anak
a. Temperature
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 C (100,4F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan, kerja otot yang berlebihan
selama kala II dan fluktuasi hormone. Setelah 24 jam wanita keluara dari
febris.
b. Nadi
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa kenaikan pada
jam pertama atau demikian setelah melahirkan anak. Kemudian mulai
berkurang rata-rata yang tidak diketahui. Dalam 8 sampai 10 minggu setelah
kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
c. Pernapasan
Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
d. Tekanan darah
Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat terjadi 48 jam
pertama dihasilkan oleh spraichnic engorgement yang mungkin terjadi
setelah persalinan.
5. Cardiac output

Rata-rata nadi, stroke volumedan cardiac output meningkat seluruhnya


pada kehamilan secara tiba-tiba setelah persalinantetap meningkat mengalir
terus ke utero placenta dan berkencing kemudian kembali kesirkulasi umum.
Nilai kenaikan tanpa memperhatikan tipe persalinan atau menggunakan
konduksi anastesi.
6. Neurologi
Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi
maternal ke kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan melahirkan. Sakit
kepala saat postpartum mungkin disebabkan kondisi yang bermacam-macam
termasuk kehamilan dengan Hipertensi (PIH), stress dan keluarnya cairan
cerebrospinal kedalam ekstra dural selamam penempatan jarum dari epidural
atau anestesi spiral.
Sistem Muskuloskeletal
Adaptaasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan
merupakan kebalikan pada puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan
hipermobilisasi dan tulang-tulang dan perubahan pusat gravitasi pada ibu disebabkan
membesarnya uterus, stabilisasi tulang-tulang komplet 6-8 minggu setelah kelahiran.
Sistem Integument
Cloasma pada kehamilan kadang-kadang menghilang pada akhir kehamilan.
Hiperpigmentasi pada aerola dan linea nigra mungkin tidak susut hilang secara
sempurna setelah kelahiran bagian daripada dada, abdomen, pinggul dan paha
mungkin menghilang tetapi kadang-kadang tidak hilang. Tidak normalnya vascular
seperti spider angiomas (revi), palmar interna dan regresi epulis umum dalam respon
terhadap aliran yang deras menurun.
After Pains
After pains adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen
bagian bawah, yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10 post natal. Gejala ini
paling sering ditemukan pada multipara karena uterus yang teregang, penuh dua kali
lipat cenderung lebih kendor daripada uterus primipara dan demikian harus
berkontraksi lebih kuat untuk menghasilak involusi.
Gejala ini biasa terjadi ketika ibu sedang menyusui bayinya. Karena
pengisapan putting menimbulkan pelepasan oksitosin yang membuat uterus kontraksi.
Kontraksi postnatal yang terjadi ketika menyusui adalah cara alami untuk mencegah

pendarahan post natal. Pemberian obat-obatan analgesic seperti kodein atau


parasetamol sekitar 1 jam sebelum jam menyusui tiba akan mengurangi rasa sakit
pada serangan afterpains tersebut.
F. Perawatan Post Partum
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri
dan kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari
ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari
ke-4 atau 5 boleh dipulangkan. Mobolisasi diatas mempunyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makanmakanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buahbuahan.
3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae dan
putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar
tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui
mamae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.
Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi dususui, bila
bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
a. Pembalutan mammae sampai tertekan
b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan
periodel, etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan

10

G. Pemeriksaan Post Natal


Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar
rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal ini baik
dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan normal bagi wanita
dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain meliputi :
1.Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
2.Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
3.Payudara : ASI dan putting susu.
4.Dinding perut apakah ada hernia
5.Keadaan perineum
6.Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.
7.Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter ani
8.Adanya flour albus
9.Keadaan serviks, uterus dan adneksa.
Nasehat untuk ibu post natal :
1.
2.
3.
4.

Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan


Sebaiknya bayi disusui
Kerjakan gymnastic (senam nifas)
Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk

menjarangkan anak
5. Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.
H. Adaptasi Psikososial Pada Postpartum
Fase-fase transisi :
1. Fase antisipasi kehamilan
Fase antisipasi menjadi orang tua, membuat keputusan dan harapan membagi
pekerjaaan dalam keluarga.
2. Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan rutin, menggali keadaan anggota keluarga yang baru
Menurut Rubin, fase adaptasi ibu

1.Taking In
a.

Dependent, kelelahan

b.

Pasif

11

c.

Focus pada diri sendiri

d.

Perlu tidur dan makan

Taking in ini timbul pada jam pertama kelahiran sampai 1-2 hari
2.Taking Hold
a.

Dependent

b.

Independence

c.

Focus melibatkan bayi

d.

Melakukan perawatan diri sendiri

e.

Waktu yang baik untuk penyuluhan

f.

Dapat menerima tanggung jawab

3.Letting Go

I.

a.

Independent pada pecan yang baru

b.

Letting go terganti pada hari-hari terakhir pada minggu pertama persalinan

Komplikasi Post partum


1. Perdarahan
a. Peradarahan dini < 24 jam otonia uteri,trauma,laserasi,hematoma.
b. Perdarahan lambat > 24 jam:Sisa placenta,infeksi subinvolusion
2. Infeksi
Merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian

ibu,

bagian yang terinfeksi:rongga panggul, perineum, mammae, saluran kemih,


system vena, dimanasuhu tubuh diatas >38 derajat celcius selama 2-3 hari
berturut-turut pada 10 hari post partum.
Faktor Resiko:
a. Antenatal:Nutrisi

yang

kurang,status

social

ekonomi

rendah:ANC

,infeksi/penyakit,obesitas,anemia.
b. Intrapartum:Partus lama dan KPD,Tekhnik aseptif, Trauma jalan
lahir,kateterisasi urine,secsio caesura
c. Post Partum:Plasenta manual perdarahan
Tanda-tand infeksi:
a. Suhu meningkat
b. Nyeri
c. Lemah
d. Lokhea berbau busuk

12

3. Tromboplebitis Dan Trombosis


Tanda dan Gejala:
a. Nyeri pada gastroknemius
b. Tegang
c. Vena mengeras
d. Mudah Diraba
Faktor Predisposisi
a. Riwayat Tromboplebitis obesitas
b. Secsio caeseria,lahir dengan tindakan
c. Usia tua Paritas sering,infeksi
d. Supresi laktasi dengan estrogen

13

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
1.

Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
b. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (Postpartum bluessering terlihat kira
kira 3 hari setelah melahirkan).
d. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
e. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga

14

f.

Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke5 pascapartum.

g. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kirakira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 3 ,
berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis,
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis, menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur,
biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan menyusui
dimulai.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,
ketidanyamanan payudara.
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat
pengetahuan pengalaman.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakaan kulit,
penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan lingkungan .
4. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan

efek-efek hormonal

(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema


jaringan, efek-efek anastesia.
5. Resiko

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

penurunan

masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesia,


hemoragi, peningkatan haluaran urin, muntah.)
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesterone,
dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare prapersalinan, kurang
masukan, nyeri perineal.
7. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang
dukungan dari 1 orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.

15

8. Resiko terhadap koping individual tak efektif berhubungan dengan krisis


maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan
menjadi orang tua, kecemasan personal, ketidakadekuatan system pendukung,
persepsi tidak realistis.
9. Insomnia

berhubungan

dengan

repsons

hormonal

dan

psikologis,

nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.


10. Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang mengingat,

kesalahan interpretasi, tidak

mengenal sumber-sumber (informasi).


C. Intervensi Keperawatan dan Rasional
1.Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,
ketidanyamanan payudara.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis,
nyeri tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau
terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan
tekanan langsung pada perineum.
d. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan regular,
dan ini berlanjut selama 2 3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan
intensitasnya berkurang.
e. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen dan
melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali
memfokuskan perhatian.
16

f.

Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan atau
putting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan
puting harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran
payudara, nyeri tekan putting atau adanya pecah-pecah pada putting dapat
terjadi hari ke-2 sampai ke-3 postpartum.

g. Anjurkan menggunakan penyokong


R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi
lebih nyaman.
h. Berikan analgetik 30 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint
paling hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari
ketidaknyamanan ia dapat memfokuskan pada perawatannya sendiri dan
bayinya dan pada pelaksanaan tugas tugas mengenai ibu.
2.Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan isapan bayi kurang,
tingkat pengetahuan pengalaman.
Tujuan : Menyusui menjadi efektif
a. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya
R/

membantu

dalam

mengidentifikasi

kebutuhan

saat

ini

dan

mengembangkan rencana perawatan.


b. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan keuntungan
menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan
factor-faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting
pecah dan luka, memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu
menyusui.
c. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan
lamanya menyusui.
d. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi terjadinya
luka atau pecah putting, yang dapat merusak proses menyusui

17

e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 30


menit, instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan
bantalan bra berlapis elastic dan mengganti pembalut bila bosan atau
lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting,
sedangkan sabun dapat menyebabkan kering.
f. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan putting
dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik
hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik
hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.
3.Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakaan
kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan
lingkungan .
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3C dalam 24 jam pertama menandakan
infeksi.
b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusional
atau adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1 -2
cm/hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau
terjadinya nyeri tekan eksterm, menandakan kemungkinan tertahannya
jaringan plasenta atau imflamasi.
c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan
normal dan rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada
endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk
menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba.
d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut
perineal sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.

18

R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah anal)


membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
e. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan
pembalut yang kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
4.Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan

efek-efek hormonal

(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis,


edema jaringan, efek-efek anastesia.
Tujuan : Eliminasi urin menjadi normal
Intervensi :
a.

Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir


R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui
haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.

b.

Anjurkan berkemih dalam 5 8 jam post partum, alirkan air hangat diatas
perineum.
R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus dan
meningkatkan lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu
lama dapat merusak dinding kandung kemih.

c.

Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari


R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan yang
hilang waktu melahirkan.

d.

Pasang kateer urin sesuai indikasi


R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan
involusi uterus dan mencegah atoni kandung kemih karena distensi
belebihan.

5.Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan


masukan/pergantian

tidak

adekuat,

kehilangan

cairan

berlebihan

(diaforesia, hemoragi, peningkatan haluaran urin, muntah.)


Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi :
a.

Kaji tanda-tanda vital


R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada
kejadiandehidrasi atau hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat

19

vasopressor oksitosin, penurunan TD merupakan tanda lanjut dan


kehilangan cairan berlebihan.
b.

Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai toleransi


R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian cairan
melalui peningkatan rasa haus.

c.

Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse i.v
atau sampai pola berkemih menjadi normal.
R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan.

d.

Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui


R/ klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat

e.

Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit


R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan
kehilangan korona dan kelahiran dan diaforesis

6.Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek


progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal.
Tujuan : Proses defekasi menjadi normal
Intervensi :
a. Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal
atau diastosis rekti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat menurunkan
tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama
pengosongan.
b. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,
peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.
R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan biji
dan kulit dan peningkatan cairan menghasilkan builk dan merangsang
eliminasi.
c. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi,sesuai toleransi.
R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal
d. Kaji episiotomi ; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga
dan keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien
dan merelaksasi perineum selama pengosongan karena takut untuk terjadi
oedema selanjutnya.

20

e. Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.


R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan mencegah
mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
7.Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan dari 1 orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.
Intervensi :
a.

Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber


pendukung dan latar belakang budaya.
R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan sumber-sumber
pendukung yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk
menerima tantangan peran menjadi orang tua.

b.

Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran menjadi


orang tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang
tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah yang kuat.

c.

Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan


mereka satu sama lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur dan
ketrampilan mendengan dan interpersonal yang baik membantu
mengembangkan pertumbuhan.

d.

Berikan rawat bersama/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu,
ayah dan bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses
pengenalan.

e.

Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong bayi


dan konstipasi pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
Menentukan realitas keadaan bayi

8.Resiko tinggi terhadap koping individual tak efektif berhubungan dengan


krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran
ibu dan menjadi orang tua, kecemasan personal, ketidakadekuatan system
pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan :Koping individual tak efekti ftak terjadi
21

Intervensi :
a. Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post partum) pada
hari ke-2 sampai ke-3 mis; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi
yang buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa
serelah melahirkan mungkin berhubungan dengan factor-faktor genetic,
sosial atau lingkungan atau respons endokrin fisiologis
b. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu
klien mempelajari peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi
baru lahir.
R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus
dipelajari. Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi
selama 24 jam mungkin sulit dan strategi koping harus dikembangkan
c. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keraguraguan tentang kemampuan menjadi orang tua, khususnya bila keluarga
beresiko tinggi terhadap masalah-masalah menjadi orang tua
R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis dan
mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
9.Insomnia berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis,
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama persalinan
dan jenis kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini terjadi
malam meningkatkan tingkat kelelahan
b. Kaji factor-faktor,bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan
gangguan dan beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan
lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang
c. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai
ASI..

22

R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan


penurunan refleks secara psikologis
d. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali
ke rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih
awal serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta
mengatasi kelelahan yang berlebihan
e. Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai
kebutuhan
10. Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber-sumber (informasi).
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a. Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan
tingkat kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang kinerja
persalinan dan semakin lama hal tersebut membuat lien memikul tanggung
jawab terhadap perawatan dan mensintesa informasi baru serta peranperan baru.
b. Berikan informasi tentang peran program latihan post partum progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi, menghasilkan
tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
c. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan
hygiene.
R/

membantu

mencegah

infeksi,

mempercepat

pemulihan

dan

penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan


fisik dan emosional
d. Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan
kerugian

23

R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan


metoda kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e. Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan kebutuhankebutuhan yang berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini dan
sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan ini dapat
menurunkan stress.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/04/Fisiologi_Proses
PersalinanNormal.Html.Diakses tanggal 21 Juni 2015
2. http://www.meres.com/2009/05/13/
askep-persalinannormal.html. Diakses tanggal 21 Juni 2015
3. Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed.3.
Jakarta: Media Aesculapius FK UI
4. Nurarif, Huda dkk. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan
berdasarkan diagnose medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction
5. Wilkinson, Judith. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan edisi
9. Jakarta: EGC

24

25

Anda mungkin juga menyukai