dimana harmoni masyarakat yang agamis, santun, dan demokratis kemudian dapat lahir
dalam proses panjang puluhan tahun dengan melalui masa-masa otoritarianisme Orde
Baru. Kemudian apakah sekarang masyarakat Indonesia mau untuk dipaksa melihat
kembali ke belakang membuka luka lama dan saling menikam menumpahkan darah segar
di era reformasi, tentu jawabnya TIDAK. Siapa yang berkepentingan untuk mengadudomba kembali sesama anak bangsa Indonesia dengan membuka wacana permohonan
maaf terkait peristiwa 1965 perlu diteliti secara mendalam. Blog I-I telah menemukan
bahwa ternyata inisiatif awal bersumber dari asing, ya dari asing yang kemudian
bersinergi dengan mereka yang menyimpan dendam kesumat kepada sesama anak bangsa
Indonesia. Sungguh sangat mengerikan apabila Pemerintah RI berhasil terkecoh oleh
permainan ini.
TNI adalah kutub perlawanan utama terhadap komunisme di tanah air. Baik pada masa
lalu ketika masih erat dalam dunia politik maupun saat ini yang sedikit lebih profesional.
Tanggung jawab TNI dalam berbagai insiden konflik di dalam negeri merupakan bagian
dari tugas yang diamanatkan oleh rakyat Indonesia, sehingga TNI tidak dapat disalahkan.
Bahwa terjadi korban diluar yang semestinya, hal itu harus dilihat dalam konteks sejarah
dan latar belakangnya. Selain itu, juga harus diteliti satu per satu dan bukan digeneralisir
sebagai sesuatu yang sistematis seolah seperti kejahatan terorganisir oleh negara.
Pelintiran oleh kalangan yang mengaku pembela HAM sesungguhnya permainan retorika
yang tidak ada artinya sama sekali, karena moral, politik dan hukum pada akhirnya
sangat bergantung kepada kekuatan dan itikad baik dari para pengemban kekuasaan.
Artinya desakan-desakan atau tekanan-tekanan yang tidak perlu tersebut dapat diabaikan
atau bahkan harus diabaikan. Mengapa demikian? karena jutaan persoalan lain yang lebih
penting memerlukan atensi pemerintah.
Pemerintah perlu mendengarkan berbagai masukan, namun juga harus memiliki prioritas
dan tidak dapat melaksanakan segala hal dalam satu waktu bersamaan karena adanya
keterbatasan sumber daya. Prioritas-prioritas inilah yang seharusnya menjadi perhatian
utama Pemerintahan Jokowi-JK dan bukan berantem sendiri atau mengambil kebijakan
yang sembarangan. Meskipun Pemerintah RI telah menegaskan tidak akan
menyampaikan permintaan maaf dalam kasus 1965, namun hal ini tidak berarti kalangan
pendukung komunisme bersama asing akan tinggal diam menerima begitu saja. Upayaupaya menghidupkan komunisme di Indonesia adalah sama dengan upaya membesarkan
kelompok Syiah di Indonesia, dimana pada ujungnya adalah konflik berdarah sesama
anak bangsa Indonesia. Siapa yang dirugikan? Bangsa Indonesia, Rakyat Indonesia, dan
masa depan Indonesia akan hancur apabila strategi adu domba asing tersebut didiamkan.
Anda mungkin akan bertanya asing yang mana? jawabnya bacalah dengan teliti dan
telusuri siapa-siapa saja yang mengadvokasi atau menyampaikan usulan tentang isu-isu
terkait komunisme, baik di dalam negeri Indonesia maupun dari luar negeri. Intelijen
memiliki catatan lengkap dan pastinya sudah tahu siapa yang saya maksud. Bila anda
belum tahu, kerjakanlah PR anda dan waspadalah selalu dalam rangka memelihara
persatuan nasional dan menjaga cita-cita bersama Indonesia Raya.
Salam Intelijen
SW
Anonymous : 4:15 PM
nice post
# posted by
duh sayang sekali tuh org2 asing sudah terlalu dalam menggerogoti bangsa kita...
# posted by
Anonymous : 12:58 AM
wah, hari peringatan ini malah sempat jadi perdebatan juga di media massa..
# posted by
Erress : 11:54 AM