Anda di halaman 1dari 3

Tuesday, October 06, 2015

Komunisme dan Ulang Tahun TNI


Setelah segelintir orang dan berberapa kelompok komunis baru berhasil menyusup ke
dalam pemerintahan Jokowi-JK dan melakukan "tekanan politik" agar Pemerintah RI
menyampaikan permohonan maaf terhadap para korban dalam peristiwa sejarah 1965
yang diklaim terbanyak dari kalangan komunis, maka sekarang tiba-tiba ada desakan agar
Pemerintah RI menyampaikan maaf kepada Soekarno, Presiden RI pertama. Siapapun
mereka yang berteriak-teriak tentang permohonan maaf tersebut jelas memiliki agenda
memperkuat pondasi politik sektoral yang mengabaikan kekinian dan masa depan bangsa
Indonesia yang seyogyanya mengenang sejarah apa adanya, bukan dalam kerangka
permainan politik golongan.
Anehnya Blog I-I kali ini mengangkat judul yang tampaknya tidak berkaitan yakni
komunisme dan ulang tahun TNI yang tahun ini memasuki usia ke -70 tahun. Apa
kaitannya?
Tidak lain tidak bukan, artikel ini merupakan peringatan serius kepada TNI agar
menghayati usianya yang semakin matang agar profesionalisme TNI semakin diperkuat
dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap kebangkitan komunis di tanah air tercinta.
Apabila di negara-negara Barat Nazisme menjadi momok yang tidak dapat ditolerir,
maka di Indonesia komunisme adalah tetap bahaya laten yang berpotensi merobek-robek
persatuan nasional Indonesia. Mengapa demikian? betapapun banyak argumentasi tentang
rekayasa penulisan sejarah selama pemerintahan Orde Baru, faktanya ideologi-ideologi
impor baik komunisme maupun liberalisme telah memecah-belah persatuan bangsa
Indonesia. Hal semakin jelas manakala Indonesia mempraktekan demokrasi untuk
pertama kalinya pada era Orde Lama, seperti tampak pada pemilu 1955. Apakah pemilu
1955 lebih baik dari pada pemilu Indonesia paska reformasi, tentu saja tidak karena
pemilu paska reformasi jelas lebih baik dan berkualitas.
Betapapun suksesnya pemilu 1955, hal itu justru membawa Partai Komunis Indonesia
(PKI) menjadi semakin kuat dan lupa diri. Dengan modal 16% dari keseluruhan suara dan
posisi nomor 4, tentunya PKI termasuk partai politik yang besar di masa itu. Sementara
pada sisi yang berlawanan muncul gerakan-gerakan anti komunis yang menuntut
pelarangan PKI. Perbedaan ideologi yang tajam pada masyarakat yang belum matang
berdemokrasi hanya akan melahirkan konflik berdarah, dan hal itu terbukti dalam hampir
seluruh sejarah perpolitikan dunia, termasuk di Indonesia. Emosi individu, emosi
kelompok, persaingan politik, dan kekotoran permainan dalm mencapai kekuasaan yang
diwarnai kekerasan, mau tidak mau akan melahirkan suatu ketegangan yang berpuncak
pada konflik berdarah. Siapa yang salah, siapa yang benar? sulit untuk direkonsiliasi
karena hal itu bukan soal benar salah, melainkan lebih kepada proses aksi reaksi
sebagaimana sebuah gunung yang akan meletus, sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
Kepada para korban sejarah baik dari kalangan masyarakat non-komunis maupun kaum
komunis, mereka adalah pembentuk sejarah modern Indonesia yang anti-komunis,

dimana harmoni masyarakat yang agamis, santun, dan demokratis kemudian dapat lahir
dalam proses panjang puluhan tahun dengan melalui masa-masa otoritarianisme Orde
Baru. Kemudian apakah sekarang masyarakat Indonesia mau untuk dipaksa melihat
kembali ke belakang membuka luka lama dan saling menikam menumpahkan darah segar
di era reformasi, tentu jawabnya TIDAK. Siapa yang berkepentingan untuk mengadudomba kembali sesama anak bangsa Indonesia dengan membuka wacana permohonan
maaf terkait peristiwa 1965 perlu diteliti secara mendalam. Blog I-I telah menemukan
bahwa ternyata inisiatif awal bersumber dari asing, ya dari asing yang kemudian
bersinergi dengan mereka yang menyimpan dendam kesumat kepada sesama anak bangsa
Indonesia. Sungguh sangat mengerikan apabila Pemerintah RI berhasil terkecoh oleh
permainan ini.
TNI adalah kutub perlawanan utama terhadap komunisme di tanah air. Baik pada masa
lalu ketika masih erat dalam dunia politik maupun saat ini yang sedikit lebih profesional.
Tanggung jawab TNI dalam berbagai insiden konflik di dalam negeri merupakan bagian
dari tugas yang diamanatkan oleh rakyat Indonesia, sehingga TNI tidak dapat disalahkan.
Bahwa terjadi korban diluar yang semestinya, hal itu harus dilihat dalam konteks sejarah
dan latar belakangnya. Selain itu, juga harus diteliti satu per satu dan bukan digeneralisir
sebagai sesuatu yang sistematis seolah seperti kejahatan terorganisir oleh negara.
Pelintiran oleh kalangan yang mengaku pembela HAM sesungguhnya permainan retorika
yang tidak ada artinya sama sekali, karena moral, politik dan hukum pada akhirnya
sangat bergantung kepada kekuatan dan itikad baik dari para pengemban kekuasaan.
Artinya desakan-desakan atau tekanan-tekanan yang tidak perlu tersebut dapat diabaikan
atau bahkan harus diabaikan. Mengapa demikian? karena jutaan persoalan lain yang lebih
penting memerlukan atensi pemerintah.
Pemerintah perlu mendengarkan berbagai masukan, namun juga harus memiliki prioritas
dan tidak dapat melaksanakan segala hal dalam satu waktu bersamaan karena adanya
keterbatasan sumber daya. Prioritas-prioritas inilah yang seharusnya menjadi perhatian
utama Pemerintahan Jokowi-JK dan bukan berantem sendiri atau mengambil kebijakan
yang sembarangan. Meskipun Pemerintah RI telah menegaskan tidak akan
menyampaikan permintaan maaf dalam kasus 1965, namun hal ini tidak berarti kalangan
pendukung komunisme bersama asing akan tinggal diam menerima begitu saja. Upayaupaya menghidupkan komunisme di Indonesia adalah sama dengan upaya membesarkan
kelompok Syiah di Indonesia, dimana pada ujungnya adalah konflik berdarah sesama
anak bangsa Indonesia. Siapa yang dirugikan? Bangsa Indonesia, Rakyat Indonesia, dan
masa depan Indonesia akan hancur apabila strategi adu domba asing tersebut didiamkan.
Anda mungkin akan bertanya asing yang mana? jawabnya bacalah dengan teliti dan
telusuri siapa-siapa saja yang mengadvokasi atau menyampaikan usulan tentang isu-isu
terkait komunisme, baik di dalam negeri Indonesia maupun dari luar negeri. Intelijen
memiliki catatan lengkap dan pastinya sudah tahu siapa yang saya maksud. Bila anda
belum tahu, kerjakanlah PR anda dan waspadalah selalu dalam rangka memelihara
persatuan nasional dan menjaga cita-cita bersama Indonesia Raya.
Salam Intelijen

SW

Labels: komunisme, TNI


# posted by senopati wirang : 4:46 AM
Comments:
Kalau komentar saya salah tampilkan, kalau komentar saya benar sembunyikan
Asing = Beijing?
Bunglon Hitam
# posted by

Anonymous : 4:15 PM

nice post
# posted by

Obat Herbal Mata Minus Dan Silinder : 9:24 AM

duh sayang sekali tuh org2 asing sudah terlalu dalam menggerogoti bangsa kita...
# posted by
Anonymous : 12:58 AM

selamat ulang tahun. semoga semakin berjaya


# posted by
momogrosir : 12:09 AM

wah, hari peringatan ini malah sempat jadi perdebatan juga di media massa..
# posted by
Erress : 11:54 AM

Anda mungkin juga menyukai