Modulasi Amplitudo
Modulasi Amplitudo
Modul 03
1 dari 13
2 Modulasi Amplitudo
Tujuan pengajaran:
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan bisa memahami
1. tujuan dari proses modulasi dan manfaatnya
2. karakteristik dari modulasi amplitudo dan jenisnya
3. kelemahan dari jenis modulasi amplitudo
Isi modul:
2.1 Pendahuluan dan motivasi
2.2 Modulasi amplitudo jalur ganda tanpa sinyal pembawa (DSB-SC)
2.3 Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa (DSB with carrier)
2.4 Frequency-Division Multiplexing (FDM)
2.5 Latihan
Tujuan dari modulasi adalah untuk memindahkan posisi spektrum dari sinyal data, dari
pita spektrum yang rendah (base band) ke pita spektrum yang jauh lebih tinggi (band
pass). Hal ini dilakukan pada transmisi data tanpa kabel (dengan antena), yang mana
dengan membesarnya frekuensi data yang dikirim, maka dimensi antenna yang
digunakan akan mengecil.
Contoh:
1 =
3 10 8 m/s
= 100 km
3 10 3 1/s
2 =
Sistim Komunikasi
3 10 8 m/s
= 1m
3 10 8 1/s
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
2 dari 13
Sinyal pembawa
berfrekuensi tinggi
Modulator
Sinyal termodulasi
berfrekuensi tinggi
(2.1)
= 2 f c ,
A(t ) m(t )
modulasi amplitudo
(t ) m(t )
modulasi phasa
d (t )
m(t )
dt
modulasi frekuensi
Sistim Komunikasi
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
3 dari 13
2.2 Modulasi amplitudo jalur ganda (double side band amplitude modulation DSBSC)
Bentuk dari sinyal yang termodulasi amplitudo dengan jalur ganda memiliki bentuk
sinyal
x DSB (t ) = a o m(t ) cos( c t )
(2.2)
Jadi modulator DSB-AM berfungsi sebagai pengali sinyal pembawa dengan sinyal data.
a o merupakan konstanta yang muncul dalam proses perkalian.
Persamaan x DSB (t ) di atas dituliskan dalam bentuk fungsi waktu. Dalam bentuk
spektrumnya kita bisa hitung dengan mencari transformasi Fourier dari x DSB (t )
X DSB ( ) =
(2.3)
x DSB (t )
Dengan
cos( c t ) =
X DSB ( ) =
1
e
2
j c t
(2.4)
1
e
2
j c t
1
j t
a o m(t ) e c +
2
, maka
1
j t
a o m(t ) e c
2
(2.5)
M ( )
m(t )
(2.6)
ao
a
M ( c ) + o M ( + c )
2
2
(2.7)
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
4 dari 13
Berikut ini akan digambarkan bentuk-bentuk sinyal dalam proses modulasi, baik sebagai
fungsi waktu ataupun dalam bentuk spektralnya (gambar 2.2-2.4).
Fungsi waktu
bentuk spektral
Sinyal pembawa
10
-2
-4
-6
-8
-10
Gambar 2.2a
Gambar 2.2b
-2
max
-4
max
-6
-8
-10
Gambar 2.3a
Sistim Komunikasi
Gambar 2.3b
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
5 dari 13
Sinyal termodulasi
10
c max
c + max
-2
c max
c
c + max
-4
-6
-8
-10
Gambar 2.4a
Gambar 2.4b
Sinyal DSB-AM x DSB (t ) dikalikan dengan sinyal pembawanya secara koheren cos( c t ) ,
berarti, sinyal pengalih di demodulator ini tak mempunyai beda phasa dengan sinyal
pembawa yang kita gunakan di modulator. Kemudian disaring spektrum yang rendahnya
dengan filter lolos bawah (low-pass filter).
d (t )
xDSB (t )
y (t )
cos( ct )
Gambar 2.5
d (t ) = x DSB (t ) cos( c t )
Sistim Komunikasi
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
6 dari 13
d (t ) =
1
1
cos 2 x +
2
2
1
a o m(t )(1 + cos(2 c t ))
2
(2.8)
ao
m(t ) merupakan sinyal yang dicari, yang
2
ao
m(t ) cos(2 c t ) sinyal yang berfrekuensi tinggi. Jadi
2
untuk mendapatkan sinyal yang pertama di atas, sinyal d (t ) dikirimkan ke sebuah filter
lolos bawah, untuk mendapatkan y (t )
y (t ) =
1
a o m(t )
2
(2.9)
D( ) = F
{d (t )} =
1
F
2
{a
D( ) =
1 1
1
ao M ( ) + { F
2 2
2
D( ) =
1
1
ao M ( ) +
ao M ( 2 c ) +
2
4
Y ( ) =
F {y (t )}=
m(t ) e j 2 ct +
1
a o M ( )
2
1
F
2
{a
m(t ) e j 2 ct }
1
ao M ( + 2 c )
4
(2.9)
(2.10)
Gambar 2.6-2.8 menunjukkan proses demodulasi ini secara grafis. Gambar 2.7
menunjukkan proses penyaringan sinyal d (t ) dengan filter lolos bawah. Proses
penyaringan bisa digambarkan dalam bentuk spektralnya sebagai perkalian dari fungsi
yang akan disaring d (t ) dengan fungsi penyaringnya, dalam hal ini filter lolos bawah,
yang bentuk idealnya adalah sebuah fungsi segiempat yang terkonsentrasi di frekuensi 0,
dan mempunyai frekuensi batas LP .
Sistim Komunikasi
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
7 dari 13
Fungsi waktu
bentuk spectral
d (t )
10
d (t)
-2
2 c
-4
2 c
-6
-8
-10
Gambar 2.6a
Gambar 2.6b
LP << 2 c
LP
LP
2 c
2 c
Gambar 2.7a
2 c
Gambar 2.7b
10
y (t)
4
-2
2 c
-4
2 c
-6
-8
-10
Gambar 2.8a
Sistim Komunikasi
Gambar 2.8b
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
8 dari 13
Proses demodulasi sinyal DSB-AM ini, sinyal pembawa harus diregenerasikan oleh
pesawat penerima untuk bisa kemudian digunakan sebagai fungsi pengali (gambar 2.5).
Proses ini biasanya dilakukan oleh suatu rangkaian yang dinamkan phase-locked loop.
Dalam proses modulasi ini, sinyal pembawa tak secara eksplisit diketahui, modulasi
amplitudo ini dinamakan juga DSB-SC (double side band supressed carrier).
Dalam proses demodulasinya kita dihadapi oleh suatu hal yang sensitif, karena sinyal
pembawa yang harus diregenerasikan haruslah koheren dengan sinyal pembawa yang ada
di pesawat pemancar (dalam proses modulasi).
Berikut ini kita akan melihat pengaruh dari sinyal pembawa terregenerasi yang tidak
koheren, yang disebabkan oleh kesalahan pada phasa dan kesalahan pada frekuensi
pada sinyal tersebut.
Kesalahan phasa:
ao
a
m(t ) cos( ) + o m(t ) cos(2 c t + )
2
2
ao
m(t ) cos( )
2
(2.11)
Sistim Komunikasi
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
9 dari 13
Kesalahan frekuensi:
ao
a
m(t ) cos( t ) + o m(t ) cos(2 c t + t )
2
2
ao
m(t ) cos( t )
2
(2.12)
Keluaran yang semestinya sinyal infomasi yang murni ini, ternyata dikalikan dengan
sinyal harmonis, dengan frekuensi yang tak diketahui. Perkalian ini menyebabkan apa
yang dinamakan proses beating, yang merupakan distorsi pada sinyal yang kita miliki.
Kesimpulan:
Modulasi amplitudo jalur ganda paling tidak mempunyai dua kekurangan, yang pertama
membutuhkan demodulasi yang koheren, yang kedua, informasi yang hanya
membutuhkan spektrum
max
2.3 Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa (DSB with Carrier)
Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa, atau yang lebih dikenal dengan
nama modulasi amplitudo biasa (AM), diperkenalkan untuk menghindari problem
pertama yang dihadapi oleh DSB-SC. Yaitu dengan cara menambahkan suatu konstanta
ke sinyal informasi, sebelum dikirimkan ke modulator
x AM (t ) = a o (1 + m(t ) ) cos( c t )
(2.13)
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
10 dari 13
{ }
ao
a
a
a
F e j t + o F e j t + o M ( c ) + o M ( + c )
2
2
2
2
dengan
{ }
F e j t = 2 ( c ) dan F e j t = 2 ( + c )
X AM ( ) = a o ( c ) + a o ( + c ) +
c max
ao
a
M ( c ) + o M ( + c ) (2.14)
2
2
c +max
c max
c + max
Gambar 2.9
Proses demodulasi sinyal AM dilakukan dengan cara yang berbeda dari demodulasi
terhadap DSB-SC. Yaitu dengan menggunakan detektor amplop (envelope detector),
tetapi rangkaian ini hanya akan bekerja dengan benar, yaitu menghasilkan sinyal
informasi yang diinginkan, jika
1 + m(t ) 0
(2.15)
Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 2.10a dan 2.10b. Jika syarat di persamaan (2.15)
terpenuhi, maka amplop (pembungkus) dari sinyal termodulasi sama dengan sinyal
informasi yang ingin kita dapatkan.
1.5
1.5
amplop sinyal AM
1
0.5
0.5
amplop sinyal AM
sinyal informasi
-0.5
-0.5
-1
-1
-1.5
sinyal informasi
-1.5
0
Gambar 2.10a
Sistim Komunikasi
10
Gambar 2.10b
10
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
11 dari 13
Jadi kasus pada gambar 2.10b tak memenuhi syarat pada persamaan (2.15). Dalam proses
demodulasi dengan menggunakan detector amplop, maka sinyal yang dihasilkan adalah
kurva yang digambar dengan garis terpotong-potong di atas.
Pada kasus di gambar 2.10a kita dapati sinyal informasi, sedang pada kasus di gambar
2.10b tidak.
Untuk keperluan di atas didefinisikan besaran indeks modulasi , yang mana
= m(t ) min
(2.16)
Jika sinyal informasi berupa sinyal sinus, maka indeks modulasi sama dengan amplitudo
dari sinyal itu. Untuk gambar 2.10a = 0,4 dan gambar 2.10b = 0,8 /0,6 = 1,33.
Sekarang kita akan menghitung daya dari sinyal termodulasi AM, dengan menggunakan
sinyal informasi berupa fungsi sinus (modulasi single-tone)
x AM (t ) = a o (1 + m(t ) ) cos( c t )
= a o cos( c t ) + a o cos( m t ) cos( c t )
= a o cos( c t ) +
ao
[cos( c t + m t ) + cos( c t m t )]
2
Pc =
1 2
ao
2
(2.17)
(2.18)
Ps
100%
Pt
Sistim Komunikasi
(2.19)
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
12 dari 13
2
+
ao + ao
2
4
2.4 Frequency-Division Multiplexing (FDM)
M1() m1(t)
BPF
LPF
c,1
c,1
m2(t)
M2() m2(t)
BPF
saluran
m2(t)
LPF
c,2
c,2
M3()
m1(t)
m3(t)
BPF
m3(t)
m3(t)
LPF
c,3
c,3
c,1 c,2
c,3
Gambar 2.11
Sistim Komunikasi
2 Modulasi Amplitudo
Modul 03
13 dari 13
Sinyal yang diterima akan disaring dengan filter lolos tengah sesuai dengan posisi
spektralnya masing-masing, dan setelah didemodulasikan, maka disaring lagi dengan
filter lolos bawah untuk menghilangkan sinyal-sinyal berfrekuensi tinggi.
2.5 Latihan
-2
-4
-6
-8
10
12
14
16
Hitunglah:
a. Indeks modulasi
b. Efisiensi dari modulasi amplitudo
c. Berapa amplitudo sinyal pembawa, sehingga indeks modulasinya menjadi 0,1.
Sistim Komunikasi