Anda di halaman 1dari 18

GELOMBANG OPTIK

“MODULASI FREKUENSI”

OLEH:
NUR HOLIFAH 1513021031/VIB
PUTU RIKA CRISNA DEWI 1513021033/VIB
NI KADEK RAHAYU 1513021038/VIB
NI MADE SUMARNI ASIH 1513021055/VIB

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018

1
A. MODULASI GELOMBANG
Modulasi merupakan proses mengubah-ubah parameter suatu sinyal (sinyal
pembawa atau carrier) dengan menggunakan sinyal yang lain (yaitu sinyal
pemodulasi yang berupa sinyal informasi (Susilawati, 2009). Sinyal informasi dapat
berbentuk sinyal audio, sinyal video, atau sinyal yang lain. Melalui modulasi,
karakteristik gelombang kedua dapat ditimpangkan pada gelombang pertama, dan
kemudian dipisahkan kembali bila diperlukan. Dalam teknik komunikasi, gelombang
atau sinyal pita dasar, baseband pada umumnya dikirimkan kepada sasaran yang
berjarak jauh dengan memodulasi suatu gelombang pembawa, carrier wave,
berfrekuensi dan berdaya relatif tinggi.
Dalam komunikasi, teknik modulasi memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut
lain (Suardana, 2002).
1) Memungkinkan pengiriman sinyal lemah dengan membonceng gelombang
pembawa yang berdaya tinggi
2) Reduksi ukuran antena karena pengiriman sinyal dilaksanakan melalui
gelombang pembawa yang memiliki frekuensi tinggi (panjang gelombang
pendek)
3) Memungkinkan pengaturan dan alokasi daerah pada frekuensi terpisah bagi
penyaluran sejumlah sinyal secara serempak melalui medium sama
4) Memungkinkan pergeseran frekuensi sinyal kepada daerah yang frekuensi
yang lebih mudah diolah oleh peralatan tersedia.

B. Modulasi Double Side Band (DSB)


Pada modulasi DSB, gelombang pembawa pada umumnya berbentuk
gelombang sinusoidal yaitu:
 c (t ) =  c cos(c t ) ........................................................................... …….(1)
Andaikan gelombang modulasi (gelombang signal) juga berbentuk
sinusoidal yang dinyatakan dengan persamaan:
 m (t ) =  m cos( m t ) .................................................................................. (2)

2
Maka hasil modulasi dapat diperoleh dari operasi perkalian (mixing) dari
persamaan (1) dan (2).
 DSB (t ) =  c (t ) m (t )
=  c cos(c t ) m cos( m t )

=  c m cos( c −  m )t + cos( c +  m )t  ..................................... (3)


1
2
yang menghasilkan perluasan frekuensi sebesar ( c   m ) pada dua sisi samping

(side band). Representasi kawasan frekuensi untuk masing-masing gelombang pada


persamaan (1), (2), (3) dapat diperoleh dengan Transformasi Fourier, yaitu:
g c ( ) =  c  ( −  c ) +  ( +  c )
g m ( ) =  m  ( −  m ) +  ( +  m )

 ( −  c −  m ) +  ( −  c +  m ) + 
g DSB ( ) =  c m   ........................... (4)
 ( +  c −  m ) +  ( +  c +  m ) 
Dari gambaran spektrum di atas terlihat bahwa akibat modulasi sebagai
translasi frekuensi gelombang modulasi sejauh  c dari  m menjadi c   m .

Efek modulasi DSB dalam kawasan frekuensi sebagaimana diuraikan di atas


diperjelas dalam gambar 2.

(a)

3
(b)

(c)
Gambar 1. Ilustrasi hasil modulasi DSB dalam kawasan t dan ω. (a) Gelombang
modulasi; (b) Gelombang Pembawa; (c) Gelombang DSB
Di samping itu, akibat modulasi lebar pita gelombang DSB menjadi 2 kali
gelombang signal, namun amplitudonya menjadi ½ kalinya, seperti ditunjukan
gambar 3. Pelebaran pita tersebut berhubungan dengan munculnya komponen pada
kedua sisi  c yang disebut pita sisi atas (USB) dan pita sisi bawah (LSB). Terlihat

pada gambar 3, lebar pita transisi B untuk gelombang DSB sama dengan 2 kali lebar
pita gelombang signal.
B = 2 m ..................................................................................................... (5)

4
(a)

(b) LSB USB

Gambar 2. Ilustrasi akibat modulasi DSB dalam kawasan frekuensi, (a) Spektrum
signal; (b) Spektrum gelombang DSB
Daya rata-rata P yang diteruskan yaitu:
1 𝑛
𝑃 = lim (1 + 𝑛) ..................................................................................................... (6)
𝑛→∞

Dengan mensubsitusikan persamaan (3) ke dalam persamaan (6) diperoleh daya


rata-rata signal DSB,
𝑃𝐷𝑆𝐵 = 𝑃𝑒 𝑃𝑚 ............................................................................................... (7.a)
dengan
1 𝑇⁄ 1
𝑃𝑒 = lim ∫−𝑇⁄2 [Ψe (t)]2 𝑑𝑡 = Ψ2𝑒 ................................................ (7.b)
𝑇
𝑇→∞ 2 2

1 𝑇⁄ 1
𝑃𝑚 = lim 𝑇 ∫−𝑇⁄2 [Ψm (t)]2 𝑑𝑡 = 2 Ψ2𝑚 ............................................. (7.c)
𝑇→∞ 2

C. Modulasi Amplitudo
Pada modulasi amplitudo besarnya amplitudo sinyal pembawa akan diubah-
ubah oleh sinyal pemodulasi sehingga besarnya sebanding dengan amplitudo sinyal
pemodulasi tersebut. Frekuensi sinyal pembawa biasanya jauh lebih tinggi daripada
frekuensi sinyal pemodulasi. Frekuensi sinyal pemodulasi biasanya merupakan sinyal

5
pada rentang frekuensi audio (AF, Audio Frequency) yaitu antara 20 Hz sampai
dengan 20 kHz. Sedangkan frekuensi sinyal pembawa biasanya berupa sinyal radio
(RF, Radio Frequency) pada rentang frekuensi tengah (MF, Mid-Frequency) yaitu
antara 300 kHz sampai dengan 3 Mhz.
Pada hakikatnya, signal AM adalah signal DSB ditambah dengan
komponen pembawanya. Dalam kawasan t, ungkapan signal AM berbentuk:
Ψ𝐴𝑀 (𝑡) = Ψ𝑐 [1 + Ψ𝑚 (𝑡)] cos(𝜔𝑐 𝑡) ...... ………………...……………(8)
Atau,
AM (t ) = A (t ) cos ( c t ) .................. …………………………………(9)

dengan,
A(t ) = c 1 + m (t ) ……………………………………………(10)

Yang merupakan faktor modulasi yang mengungkapkan perubahan selubung


amplitudo gelombang AM yang terjadi.
Dalam kawasan  , persamaan (11) memiliki transformasi Fourier sebagai berikut,
1
𝑔𝐴𝑀 (𝜔) = 2 Ψ𝑐 {[2𝜋𝛿 (𝜔 − 𝜔𝑐 ) + 2𝜋𝛿(𝜔 + 𝜔𝑐 )] + [𝑔𝑚 (𝜔 − 𝜔𝑐 ) + (𝜔 + 𝜔𝑐 )]}

................................................................................................................... ……….(11)

t t

(a)
(b

Gambar 4. (a) Signal sinusoidal  m (t ) ; (b) Hasil modulasi AM dalam kawasan t


)

Hasil modulasi amplitudo untuk kasus signal sinusoidal dan kasus lebih
umum dapat diperjelas lebih lanjut dalam gambar (4) dan (5). Dari gambar 4.b
terlihat bahwa fungsi amplitudo A(t) untuk gelombang AM tidak pernah memotong

6
sumbu t. Ini terjadi karena pada umumnya gelombang signal dibuat memenuhi
ketentuan m (t ) 1 (agar proses demodulasi lebih mudah dilakukan).

gm(ω)

-ωm 0 ωm ω

(a)

pembawa

LSB USB

-ωc 0 ωc
ωc -ωm ωc +ωm

2ωm 2ωm
(b)

Gambar 5. (a) Spektrum signal  m (t ) ; (b) Spektrum gelombang AM

D. Indeks Modulasi AM
Derajat modulasi merupakan parameter penting dan juga sering disebut indeks
modulasi AM, dinotasikan dengan m. Indeks modulasi merupakan ukuran dari
kecenderungan perubahan amplitude terhadap sinyal pembawa tanpa modulasi.
Indeks modulasi juga diketahui sebagai kedalaman modulasi atau derajat modulasi.
Besarnya indeks modulasi mempunyai rentang antara 0 dan 1. Indeks modulasi

7
sebesar nol, berarti tidak ada pemodulasian, sedangkan indeks modulasi sebesar satu
merupakan pemodulasian maksimal yang dimungkinkan.
Untuk signal berbentuk sinusoidal yang memenuhi
m (t ) = m cos ( m t ) ............................................................................ (12)

Pada persamaan tersebut maka indeks modulasinya m memenuhi persamaan:


A(t )max − A(t )min
m=  1 .................................................................... (13)
A(t )max + A(t )min
Beberapa nilai m dalam bentuk sinyal AM dapat digambarkan sebagai
berikut.

(a) (b)

Gambar 5. (a)Sinyal AM untuk m<1 ; (b) Sinyal AM untuk m=1


Jika m>1, maka fungsi selubung A(t) akan mengalami distorsi dan menyimpang
dari bentuk m (t ) , seperti ditunjukkan dalam gambar 6.

Distorsi
selubung
t

t
(c) (d)

Gambar 6. Distorsi bentuk  (t ) dalam kasus m>1 akibat pembalikan fase (tanda)

A (t ) ; (c) Bentuk fungsi  (t ) ; (d) bentuk selubung A (t )

8
E. Daya rata-rata signal AM
Daya rata-rata signal AM, diperoleh dengan cara berikut. Kita sudah
mengetahui bahwa signal AM dalam kawasan t memiliki bentuk :
Ψ𝐴𝑀 (𝑡) = Ψ𝑐 [1 + Ψ𝑚 (𝑡)] cos(𝜔𝑐 𝑡)
Kemudian untuk mencari daya rata kita dapat menggunakan persamaan :
𝑇
1
𝑃̅ = lim 𝑇 ∫−2𝑇[Ψ𝐴𝑀 (𝑡)]2 𝑑𝑡…………………………………………………….(14)
𝑇→∞ 2

Masukkan persamaan (8) ke persamaan (14) diperoleh


𝑇
2
1
𝑃̅ = lim ∫ Ψ𝑐 2 [Ψ𝑚 (𝑡) + 1]2 𝑐𝑜𝑠 2 (𝜔𝑐 𝑡)𝑑𝑡
𝑇→∞ 𝑇
𝑇

2
𝑇
2
1 1 + cos(2𝜔𝑝 𝑡)
𝑃̅ = lim ∫ Ψ𝑐 2 [Ψ𝑚 (𝑡) + 1]2 [ ] 𝑑𝑡
𝑇→∞ 𝑇 2
𝑇

2
𝑇 𝑇
2 2
2
1 Ψ𝑐 2 2
𝑃̅ = lim [ ∫ [(Ψ𝑚 (𝑡)) + 2Ψ𝑚 (𝑡) + 1] 𝑑𝑡 + ∫[Ψ𝑚 (𝑡) + 1]2 cos 2𝜔𝑝 𝑡 𝑑𝑡]
𝑇→∞ 𝑇 2
−𝑇
2
−𝑇
2

……………………………………………………………………………………(15)
Untuk 𝜔𝑝 ≫ 𝜔𝑚 suku kedua pada ruas kanan persamaan tersebut sama
dengan nol dan
𝑇
2
1
lim ∫ Ψ𝑚 (𝑡)𝑑𝑡 = 0
𝑇→∞ 𝑇
−𝑇
2

Hal tersebut menyebabkan daya rata-rata dapat ditulis menjadi


𝑃̅ = 𝑃̅𝑐 ̅̅̅̅
𝑃𝑚 + 𝑃̅𝑐 …………………………………………………………………(16)
Karena dalam signal AM, komponen pembawa tidak mengandung informasi
dan oleh karena merupakan bagian yang “tidak berguna”, maka dapat didefinisikan
efisiensi daya transmisi.

9
𝑃𝑐 𝑃𝑀 𝑃𝑀
𝜀=𝑃 = ...................................................................... ..(17)
𝐶 +𝑃𝐶 𝑃𝑀 1+𝑃𝑀

Mengingat bahwa |Ψ𝑚 (𝑡)| ≤ 1, jelas 𝑃𝑀 ≤ 1 dan 𝜀 ≤ 50% untuk gelombang AM


secara umum, khusus untuk gelombang AM jika memenuhi persamaan
Ψ𝑚 (𝑡) = 𝑚 cos(𝜔𝑚 𝑡)
maka efisiensi daya transmisi adalah 𝜀 ≤ 33,33%

F. Modulasi Frekuensi
Modulasi frekuensi (FM) adalah modulasi sudut yang merupakan proses
pengubahan sudut fase dari gelombang pembwa menurut pola perubahan gelombang
signal (modulasi) yang bersifat non linear (tidak dapat diuraikan dengan prinsip
superposisi). Ditinjau dari segi teknis, modulasi sudut lebih sulit daripada modulasi
linear dan memerlukan lebar pita transmisi yang lebar pula. Keuntungannya terutama
terletak pada peningkatan mutu signal dengan memperbesar perbandingan S/N.
Sinyal pembawa dapat berupa gelombang sinus, sedangkan sinyal
pemodulasi (informasi) dapat berupa gelombang apa saja (sinusoidal, kotak, segitiga,
atau sinyal lain misalnya sinyal audio). Gambar 1 mengilustrasikan modulasi
frekuensi sinyal pembawa sinusoidal dengan menggunakan sinyal pemodulasi yang
juga berbentuk sinyal sinusoidal.

10
Gambar 3 (a) Sinyal pembawa; (b) Sinyal pemodulasi; (c) Sinyal termodulasi FM
Tinjaulah gelombang pembawa dinyatakan oleh fungsi:
 c (t ) =  c cos(c t +  ) ......................................................................... (18)
Maka modulasi sudut berarti mengubah karakteristik konstanta  menjadi fungsi
 (t ) sesuai dengan karakteristik gelombang modulasi yang bersangkutan. Untuk
merumuskan hubungan antara  (t ) dan signal modulasi kita tuliskan hasil modulasi
dalam bentuk:
 FM (t ) =  c cos( c t +  (t ))
.................................................................. (19)
=  c cos( (t ))

d (t )
Maka,  (t ) = =  c +  ' (t ) ......................................................................... (20)
dt
Jika gelombang signal yang ditinjau adalah  m (t ) , maka deviasi frekuensi sudut

 ' (t ) dan deviasi fase  (t ) jelas memenuhi hubungan:


d (t )
 ' (t ) = = k F m (t ) ....................................................................... (21)
dt
n
Atau,  (t ) = k F  m (t )dt ............................................................................... (22)
0

Dimana kF adalah konstanta deviasi frekuensi. Sehingga hasil modulasi FM


selengkapnya dapat dituliskan sebagai berikut.
 n

 FM (t ) =  c cos  c t + k F  m (t )dt  .................................................... (23)

 0 
Jika gelombang signal merupapkan suatu fungsi sinusoidal yaitu:  m (t ) =  m cos m t

, maka persamaan (22) akan menjadi:


n
k F m
 (t ) = k F  m cos( m t )dt = sin ( m t ) .......................................... (24)
0
m
Menurut persamaan (21), maka diperoleh:
d (t )
 ' (t ) = =  ' cos( m t ) ................................................................... (25)
dt

11
Dengan,  ' = k F m ............................................................................................. (26)

Berdasarkan hal tersebut didefinisikan suatu parameter yang disebut dengan indeks
modulasi FM yaitu:
k F m '
= = ................................................................................................. (27)
m m
Jadi ungkapan hasil modulasi FM untuk signal tunggal dalam indeks modulasi FM
yaitu:
 FM (t ) =  c cos(c t +  sin ( m t )) ........................................................ (28)
Karakteristik spectral fungsi pada persamaan (28) dapat dipelajari dengan uraian
deret fourier. Sehingga persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk.
ψ FM (t ) = ψ c Reexp i ω c t + β sin (ω m t) ..................................................... (29)

Mengingat fungsi eksponensial kompleks bersifat periodic


  2π 
exp i β sin(ω m  t + 
ωm ................................................................................... (30)
  
Dengan periode Tm = 2π/ωm, maka fungsi tersebut dapat diuraikan dalam deret
fourier sebagai berikut:

exp i [β sin(ωm t)] = ∑𝑛=−∞ Cn einωm t .............................................................. (31)
Dengan
1 𝜋
𝐶𝑛 = ∫ 𝑒 𝑖𝛽(sin 𝜃+𝑛𝜃) 𝑑𝜃 ............................................................................... (32)
2𝜋 −𝜋

Dengan
2𝜋
𝜃 = 𝜔𝑚𝑡 = (𝑇 ) 𝑡 ............................................................................................. (33)
𝑚

Bentuk integral persamaan (32) merupakan fungsi Bessel jenis pertama orde ke-n,
yang bersifat real, sehingga
1 𝜋 𝑖𝛽(sin 𝜃+𝑛𝜃)
𝐶𝑛 = ∫ 𝑒 𝑑𝜃 = 𝐽𝑛 (𝛽)
2𝜋 −𝜋
Dalam fungsi Bessel, persamaan (31) menjadi:

exp 𝑖 [𝛽 sin(𝜔𝑚𝑡)] = ∑ 𝐽𝑛 (𝛽)𝑒 𝑖𝑛𝜔𝑚𝑡


𝑛=−∞

12
Dalam bentuk deret, Jn(β) dinyatakan sebagai

(−1)𝑚 (𝛽/2)𝑛+2𝑚
𝐽𝑛 (𝛽) = ∑
𝑚! (𝑛 + 𝑚)!
𝑚=−∞

Yang memenuhi hubungan (untuk n bulat)


J-n(β) = (-1)n Jn (β) ............................................................................................... (33)
Jn(β) = (-1)n Jn (-β)............................................................................................... (34)

J (  ) = 1 ..................................................................................................... (35)
2
n
n = −

Secara keseluruhan ungkapan persamaan (29) menjadi



 FM (t ) =  c J n (  )(ω c + nω m )t  .................................................................. (36)
n = −

Sedangkan spectral kawasan frekuensi gelombang FM dengan TF menghasilkan



g (ω) = π (ψc) 
n = −
Jn (β) [δ(ω-ωc-nωm)+δ(ω+ωc+nωm)] ................................... (37)

Gambar 4. Ilustrasi pola pokok variasi (osilasi dengan amplitude mengecil)


beberapa fungsi Bessel jenis pertama

13
Berdasarkan ungkapan (37) dapat disimpulkan:
1. Signal FM dengan signal nada tunggal mengandung komponen pembawa dan
komponen frekuensi pita sisi yang tak berhingga jumlahnya:
ω = ωc ± n ωm , n = 1,2,3,…. .............................................................. (38)
2. Amplitude masing-masing komponen frekuensi bergantung pada β, yang
bergantung pula dengan karakeristik ψm.
3. Untuk kasus pita sempit
J0 (β) ≈ 1 .................................................................................................... (39a)
J1 (β) ≈ β/2 ................................................................................................. (39b)
J0 (β) ≈ 0 , n>1........................................................................................... (39c)
Jadi dalam kasus β<< 1 (narrow band), spectrum fekuensi hanya mengandung
komponen ωc dan ωc ± ωm seperti halnya gelombang AM. Sedangkan dalam kasus
pita lebar (wide band) β >> 1, gelombang FM jelas mengandung komponen side band
yang cukup besar, dan oleh karenanya memiliki lebar pita yang besar namun tetap
terbatas.
Berikut akan ditinjau daya dan lebar pita transisi, ratio S/N pada gelombang
FM. Seperti pada gelombang AM, untuk menentukan pita transmisi pada gelombang
FM akan ditinjau perbandingan harga rerata daya transmisi total NT dan daya Nn
untuk pita transmisi yang mengandung komponen frekuensi paling rendah.
An = Nn/NT .............................................................................................. (40)

dengan Nn memenuhi persamaan (7) dan  n (t ) =  c J n (  )(ω c + nω m )t 
n = −

atau
1 2  2
Nn =  c  J l (  ) ...................................................................................... (41)
2 l = −

Karena suku-suku silang dalam penjumlahan ψ n2 (t) menghasilkan harga rerata nol.
Dan sejalan dengan itu dapat pula dirumuskan untuk NT.
1 2  2 1 2
N T =  c  J l (  ) =  c ......................................................................... (42)
2 l = − 2

14
Setelah digunakan identitas (39b). Hasil ini menunjukkan bahwa amplitude signal
FM adalah konstan. Dengan hasil-hasil di atas, maka persamaan (40) menjadi

an = J (  ) ................................................................................................ (43)
2
l
l = −

Secara numeric dapat ditunjukkan bahwa signal FM dengan modulasi nada tunggal,
an ≥ 98%, untuk n ≥ β+1 .................................................................................. (44)
Jadi lebar pita transmisi yang bersangkutan dapat dinyatakan oleh.
B ≈ 2 (β+1) ωm = 2 (ω’+ ωm) ............................................................................ (45)
Jelas bahwa untuk pita sempit B ≈ 2 ωm. Untuk signal FM yang lebih umum
(nonsinusoidal), indeks modulasi β tidak dapat didefinisikan, dan untuk B berlaku
kaidah Carson :
B = 2 (D+1) ωm = 2 (ω’+ ωm) .......................................................................... (46)
Dengan D menyatakan perbandingan
D = ω’max / ωm .................................................................................................. (47)
Sebagai catatan kecil tentang keunggulan modulasi sudut dapat disebutkan bahwa
ratio S/N dari hasil modulasi ideal itu berbanding lurus dengan (kF)2 untuk signal FM.
Ini berarti peningkatan harga S/N dapat dicapai dengan memperbesar sensitivitas
modulator yang bersangkutan (kF). Namun akibat lain yang akan terjadi adalah
pelebaran B karena D berbanding lurus dengan kF tanpa memperbesar daya transmisi,
karena amplitude gelombang pembawa tetap sama.
Selanjutnya parameter-parameter ini, B, S/N akan menentukan kapasitas
saluran signal FM menurut rumus Shannon-Hartley untuk sistem ideal:
C = B log2 (1 + S/N) bits/s .................................................................... (48)

G. Penerapan Konsep Modulasi Pada Radio


Salah satu penerapan dari modulasi gelombang adalah pada siaran radio.
Siaran radio dalam pengoperasiannya menggunakan teknik modulasi, di mana sinyal
yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang ditumpangi adalah sinyal
radio yang disebut sinyal pembawa (carrier) (Nandi, 2007). Dari banyak teknik
modulasi, AM dan FM adalah modulasi yang banyak diterapkan pada siaran

15
radio. Kedua teknik tersebut dipakai karena relatif lebih mudah dibandingkan
dengan teknik-teknik lain. Dengan begitu, rangkaian pemancar dan penerima
radionya lebih sederhana dan mudah dibuat.
Modulasi frekuensi menghasilkan perubahan pada frekuensi gelombang
pembawa. Jadi sinyal informasi yang dimodulasikan (ditumpangkan) pada
gelombang pembawa menyebabkan perubahan frekuensi gelombang pembawa sesuai
dengan perubahan tegangan (simpangan) sinyal. Jadi jika gelombang pembawa itu
dimodulasi oleh gelombang sinyal sedemikian rupa sehingga frekuensi gelombang
pembawa berubah sesuai dengan perubahan simpangan (tegangan) gelombang sinyal,
maka modulasi ini disebut modulasi frekuensi (Frequency Modulation = FM ).
Istilah-istilah dan definisi yang biasa digunakan dalam modulasi frekuensi lebih baik
dijelaskan dengan contoh-contoh berikut. Misalkan: frekuensi pembawa = 1.000.000
Hz. (= 1000 kHz = 1 MHz). frekuensi sinyal = 1000 Hz. (= 1 kHz) ampltudo sinyal
(As) = 1 volt, dan kita misalkan pada saat simpangan sinyal bertambah dalam arah
positif, frekuensi tegangan keluaran bertambah, dan sebaliknya pada saat simpangan
sinyal bertambah ke arah negatif, frekuensi tegangan keluaran berkurang. Kemudian
kita misalkan pula bahwa pada saat simpangan (tegangan) sinyal = amplitudonya = 1
volt, frekuensi sesaat dari gelombang keluaran adalah 1010 kHz. Begitu juga pada
saat simpangan (tegangan) sinyal = amplitudonya = -1 volt kita misalkan frekuensi
keluarannya adalah 990 kHz. Disamping itu, kita misalkan pula bahwa perubahan
frekuensi adalah fungsi liner dari amplitudo sinyal.

Contoh Soal
1. Stasiun siaran FM mengijinkan sinyal audio pemodulasi hingga 15 kHz dengan
deviasi maksimum sebesar 75 kHz. Tentukan:
a. Indeks modulasi FM.
b. Lebar bidang yang dibutuhkan untuk transmisi sinyal FM
Penyelesaian:
a. Indeks modulasi FM.

16
𝛿
𝑚𝑓 =
𝑓𝑚
75𝑘𝐻𝑧
= =5
15𝑘𝐻𝑧
b. Lebar bidang untuk transmisi FM dapat ditentukan dengan:
𝐵𝑊 = 2(𝑛. 𝑓𝑚 )
= 2(8.15) = 240𝑘𝐻𝑧
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐶𝑎𝑟𝑠𝑜𝑛 :
𝐵𝑊 = 2(𝛿 + 𝑓𝑚 )
= 2(75 + 15) = 180𝑘𝐻𝑧

17
DAFTAR PUSTAKA

Nandi, 2007. Modulasi Siaran Radio Antara AM dan FM. Tersedia pada :
http://telekomui.org/?p=34. Diakses pada tanggal 6 Juni 2018.
Ramlan, Taufik R.2003.Gelombang dan Optik. Bandung : Penerbit JICA-Universitas
Pendidikan Indonesia.
Suardana, I Kade. 2002. Diktat Kuliah Gelombang Optik. Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas MIPA IKIP Negeri Singaraja.
Susilawati, Indah. 2009. Modulasi Amplitudo. Modul Kuliah. Program Studi Teknik
Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana
Yogyakarta. Tersedia pada http://www.google.co.id . Diakses pada tanggal
6 Juni 2018.
Wikipedia.2011.Modulasi. Tersedia pada http://wikipedia.org/modulasi .Diakses pada
tanggal 6 Juni 2018

18

Anda mungkin juga menyukai