MODUL 2
Modulasi Analog AM
II.1. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja modulasi analog, yaitu modulasi amplitudo
(AM), modulasi Frekuensi (FM) dan modulasi Phase (PM). Dengan melalukan percobaan pada
modul ini, diharapkan mahasiswa mengetahui implementasi modulasi AM yang digunakan
pada sistem broadcast analog pada siaran radio AM dan sinyal gambar dari siaran televisi (TV).
II.2.1. Pendahuluan
Umumnya sumber informasi berbentuk analog, seperti suara, gambar/citra dan video.
Sinyal dari sumber analog dapat langsung dimodulasi dan dipancarkan secara langsung
menggunakan modulasi pembawa (carrier). Sinyal ini juga dapat dikonversi ke bentuk digital
lalu ditransmisikan secara digital. Meskipun modulasi analog (modulasi AM dan FM) akan
ditinggalkan pada masa depan dan transmisi sistem digital akan mendominasi, namun saat ini
masih banyak sistem pemancar yang masih menggunakan sistem modulasi analog tersebut.
Untuk itu kita akan membahas secara singkat tentang modulasi AM dan FM.
Sinyal analog yang akan ditransmisikan adalah sinyal m(t) dengan bandwidth W,
dimana M(f) = 0 saat |f| > W. Pada modulasi carrier, sinyal input analog tersebut dikenal
sebagai sinyal pemodulasi. Sinyal pemodulasi tersebut dikenakan kepada sinyal
pembawa/carrier c(t), dimana sinyal carrier dinyatakan dengan persamaan matematis c(t) =
Ac cos(2πfct). Pada sinyal pembawa terdapat tiga komponen yang dapat digunakan untuk
proses modulasi, yaitu amplitudo, frekuensi dan fasa. Pada modulasi amplitudo (AM),
amplitudo sinyal pembawa diubah-ubah sesuai dengan amplitudo sinyal masukan (input)
sedangkan frekuensi sinyal termodulasi (sinyal yang dipancarkan) adalah frekuensi sinyal
pembawa. Pada modulasi Frekuensi (FM) dan modulasi Phase (PM), frekuensi dan fasa sinyal
termodulasi berubah-ubah sesuai sinyal input, sedangkan amplitudonya tetap.
Sinyal pembawa memiliki frekuensi kerja yang jauh lebih tinggi dari sinyal input analog.
Hal ini memiliki beberapa keuntungan antara lain: frekuensi yang lebih tinggi memiliki noise
yang lebih sedikit, dapat menggunakan teknik frekuensi division multiplexing (FDM) dan
penggunaan antena yang lebih kecil ukurannya.
Pada modulasi amplitudo, sinyal pesan m(t) disebut juga dengan sinyal pemodulasi
dikenakan pada sinyal pembawa c(t) menjadi sinyal termodulasi u(t) yaitu sinyal yang
dipancarkan. Terdapat beberapa cara sinyal pemodulasi amplitudo dikenakan pada sinyal
pembawa, dimana masing-masing memiliki karakteristik spektral tersendiri, antara lain:
double sideband suppresessed carrier (DSB-SC), conventional DSB, single sideband (SSB) dan
vestigial sideband. Pada praktikum kali ini hanya membahas DSB-SC, conventional DSB dan
SSB.
(2.1)
(2.2)
Gambar 2.1. (a) Spektrum sinyal pemodulasi M(f), (b) Spektrum sinyal termodulasi U(f).
Gambar dari Spektrum tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2. Daya dari sistem
pemancar DSB-SC AM dapat dihitung dari daya sinyal input m(t) dan daya sinyal pembawa c(t)
menggunakan persamaan berikut:
𝐴2𝑚 𝐴2𝑐 𝐴𝑚 × 𝐴𝑐 2 (2.4)
𝑃𝐷𝑆𝐵−𝑆𝐶 = 𝑃𝑚 × 𝑃𝑐 = × =( )
2 2 2
(2.5)
Gambar 2.2. (a) Spektrum DSB-SC sinyal sinusoida, (b) komponen LSB dan
(c) komponen USB.
(2.6)
Dimana mn(t) dinormalisasi sehingga nilai minimum sinyal menjadi -1 V. Hal ini dapat
dilakukan dengan mendifinisikan:
(2.7)
Faktor skala a dikenal sebagai indeks modulasi. Maka sinyal termodulasi u(t) menjadi:
(2.8)
(2.9)
(2.10)
Spektrum sinyal yang dipancarkan sistem DSB AM untuk sinyal input sinusoida
ditunjukkan pada Gambar 2.3.
(2.11)
Bila sistem pemancar menggunakan upper band digunakan tanda (-), sehingga sinyal
yang dipancarkan adalah:
(2.12)
Dan jika hanya menggunakan lower sidband digunakan tanda (+) sehingga dihasilkan:
(2.13)
Grafik sinyal pesan, sinyal pembawa dan sinyal termodulasi dapat ditampilkan
seperti Gambar 2.5.
Grafik hasil sinyal DSB-SC domain frekuensi ditunjukkan seperti pada Gambar 2.6 berikut:
Tugas 2.1
Gambarkan sinyal dan spektrum dari sinyal DSB-SC AM untuk sinyal input kotak
berikut:
Grafik keluaran conventional DSB AM pada domain waktu ditunjukkan pada Gambar
2.7. Tampak bahwa sinyal yang dihasilkan conventional DSB AM berbeda dengan hasil sinyal
keluaran pada DSB-SC pada Gambar 2.5. Spektrum sinyal DSB AM untuk sinyal sinusoida
ditunjukkan pada Gambar 2.8. Tampak bahwa pada frekuensi carrier fc terdapat komponen
sinyalnya.
Gambar 2.7. Sinyal keluaran modulasi DSB AM untuk sinyal input sinusoida.
Gambar 2.8. Koeffisien deret Fourier untuk sinyal DSB AM untuk sinyal input sinusoida.
Tugas 2.2
(2.14)
Untuk mensimulasikan cara kerja modulasi SSB AM menggunakan filter Hilbert transform
lakukan langkah-langkah berikut:
4. Lakukan inverse deret Fourier untuk mendapat sinyal domain waktu m_est(t):
5. Sinyal termodulasi (sinyal yang dikirim) u(t) dapat dipilih untuk frekuensi upper SSB
ataupun lower SSB dengan mengganti tanda operator penjumlahannya.
Cobalah untuk mengganti nilai fm menjadi 5 Hz. Grafik sinyal domain waktu yang
dihasilkan untuk lower SSB ditunjukkan pada Gambar 2.9 dan spektrum sinyalnya ditunjukkan
pada Gambar 2.10.
Tugas 2.3.
Gambarlah spektrum sinyal yang dihasilkan dari program SSB diatas.