[Agadi Samridho][13115004]
Asisten: [Theocrysto Manullang][13112004]
Tanggal Percobaan: 25/04/2018
EL-3216R-Praktikum Sistem Komunikasi
Laboratorium Teknik Elektro - Institut Teknologi Sumatera
1. DASAR TEORI
Gambar 1.2 (a) DSBAM dalam domain waktu, (b) Spektrum DSBAM dalam domain Frekuensi
Besar perubahan frekuensi (deviasi), δ atau fd, dari sinyal pembawa sebanding
dengan amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan laju perubahan frekuensinya
sama dengan frekuensi sinyal pemodulasi. Persamaan sinyal FM dapat dituliskan
sebagai berikut:
dimana,
Lebar bandwidth sinyal FM adalah tak berhingga. Namun pada praktek biasanya
hanya diambil bandwith dari jumlah sideband yang signifikan. Jumlah sideband
signifikan ditentukan oleh besar indeks modulasinya seperti dalam fungsi tabel besel
berikut.
Setelah Rangkaian NI ELVIS sesuai dengan rangkaian yang diminta oleh modul,
maka set up DMM untuk mengukur tegangan. Setelah itu, aktif kan Soft front Panel
(SFP). Untuk memastikan SFP berjalan dengan baik maka dilakukan aktivasi PCM
Encoder module’s soft PDM/TDM pada DATEx SFP. Putar G control pada NI ELVIS
fully anti-clockwise. Lalu atur module soft g control untuk mendapatkan tegangan 1 V
DC (sebagai nilai yang terukur oleh DMM). Jikalau DMM menunjukkan angka 1 atau
mendekati 1, maka rangkaian dan SFP berjalan dengan baik.
Gambar 2.1 Aktivasi PCM Encoder dengan Mengatur g Control Sebesar 1 V
Setelah itu, ubah rangkaian sesuai dengan yang tertera pada modul. Setting scope
sesuai dengan yang diperintahkan. Ketika mengamati adder’s module output pada
scope, putar G control searah jarum jam untuk mendapatkan nilai 1 Vpp.
Gambar 2.2 Adder Module’s Output
Output adder module akan berbeda dengan master sinyal modul 2 kHz SINE output,
yaitu pada saat output adder modul memiliki 1 V DC offset.
Setelah itu, ubah rangkaian sesuai dengan yang terdapat pada modul. Lakukan
pengaturan scope’s Timebase control untuk melihat 2 atau 3 sinyal saja. Lalu
aktifkan scope’s channel 1 input. Gambarkan sinyal informasi pada kondisi upper
graph dan lower graph.
Gambar 2.3 Sinyal Informasi
Gunakan scope’s channel 0 position control untuk menutupi sinyal informasi dengan
AM signal’s upper kemudian lower untuk selanjutnya dibandingkan. Feature dari
multiplier module’s ooutput mengatakan bahwa sinyal tersebut merupakan sinyal
AM, karena sinyal upper memiliki bentuk yang sama dengan sinyal master dan sinyal
lower juga memiliki bentuk yang sama terhadap sinyal informasi, namun terbalik.
Sinyal AM memiliki bentuk gelombang yang kompleks yang terdiri dari lebih 1 sinyal,
dan semua sinyal tidak ada yang merupakan bagian dari sinyal 2 kHz sine. Hal ini
dikarenakan proses multiplikasi hanya menghasilkan sebuah sinyal carrier dan
penjumlahan sinyal (asumsikan multiplier modul ideal).
Ubah rangkaian sesuai dengan yang ditentukan pada modul. Atur scope’s Timebase
control menjadi 1 ms/div position. Berikan dengungan dan suara terhadap
microphone sekaligus mengamati tampilan scope tersebut.
Sebelum diberikan suatu dengungan atau suara, sinyal dari multiplier module tetap
muncul. Hal ini disebabkan salah satu komponen dari sinyal AC adalah sinyal carrier
dan sinyal carrier tersebut selalu ada meskipun tidak ada dengungan atau suara yang
diberikan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.
Pada percobaan ini menggunakan rangkaian yang sama dengan rangkaian pada
percobaan sebelumnya. Namun, nilai Timebase control dibuat menjadi 100us/div
position. Lalu cabut kabel pada speech module’s output dan sambungkan dengan
master signal module’s 2 kHz SINE output. Lakukan perubahan amplitudo sinyal
informasi sedikit demi sedikit dengan memutar Adder module’s soft G ke kiri dan
kanan.
Gambar 2.8 Amplitudo Sinyal Informasi ketika G control diputar ke kiri
Setelah itu, atur adder module’s soft G control ke amplitudo sinyal informasi 1 Vpp.
Ukur dan catat dimensi sinyal AM : P, Q. Lalu hitung dan catat kedalaman modulasi
sinyal menggunakan persamaan sebagai berikut :
Setelah itu, atur scope’s channel 0 scale control menjadi 1 V/div dan channel 1 scale
control menjadi 500 Mv/div. Gunakan scope’s channel 0 position control untuk
menutupi sinyal informasi dengan sinyal AM.
Gambar 2.12 Sinyal Informasi yang Ditutupi Sinyal AM
Permasalahan sinyal AM ketika terjadi over-modulated yaitu bagian yang menutupi
(envelope) tidak lagi memiliki bentuk yang sama dengan sinyal informasi seperti yang
terlihat pada Gambar 2.12
2.2 AM DEMODULATION
Buat rangkaian NI ELVIS yang sesuai dengan yang terdapat pada modul praktikum.
Hubungkan adder module’s output ke DMM dan atur g control untuk mendapatkan
nilai 1 V DC. Setelah Vpp bernilai 1, close DMM dan VI. Tampilkan Oscilloscope VI
dan setting parameter sesuai dengan yang terdapat pada modul. Atur scope’s
Timebase control hanya untuk melihat 2 atau 3 sinyal dan atur G control untuk
mendapatkan 1 Vpp sinewave.
Ubah rangkaian seperti yang terdapat pada modul. Gambarkan demodulated sinyal
AM untuk menimbang ruang yang digunakan pada graph paper.
2.14 Demodulated AM Signal
Hubungan antara sinyal informasi original dengan sinyal informasi yang ter-cover
yaitu kedua sinyal tersebut sama. Namun pada Gambar 2.14 hal tersebut tidak
terlihat sama. Oleh karena itu, terjadi error/kesalahan pada percobaan ini. Hal ini
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalaha rangkaian atau pengisian
parameter.
Lakukan perubahan amplitudo sinyal informasi naik dan turun secara perlahan
dengan memutar G control ke kiri dan ke kanan).
Gambar 2.15 Sinyal Informasi Ketika G control Diputar ke Kiri
Over modulation dapat menyebabkan distorsi yang besar pada demodulated signal.
Karena over modulation mendistorsi sinyal AM penutup yang mengganggu operasi
dari deketor sinyal penutup (envelope).
Ubah rangkaian dan atur parameter-parameter sedemikian rupa sesuai dengan yang
terdapat pada modul. Berikan dengungan atau suara ke microphone sekaligus
mengamati scope’s display dan mendengarkan dengan headphone.
Ubah rangkaian dan atur parameter-parameter sedemikian rupa sesuai dengan yang
terdapat pada modul. Cabut scope’s channel 1 input dari multiplier module’s output
dan hubungkan ke RC LPF’s output.
Gambar 2.18 Sinyal Informasi ketika Scope’s Tmebase 200us/div
Ubah rangkaian dan atur parameter-parameter sedemikian rupa sesuai dengan yang
terdapat pada modul. Aktivasi scope’s Channel 1 input untuk melihat sinyal FM pada
VCO’s Output sebaik sinyal DC. Atur scope’s Timebase control untuk melihat 2 atau 3
sinyal VCO output.
Lakukan perubahan variabel power supply negatif dan periksa bahwa Output frekuensi VCO
berubah mengikutinya.
Gambar 2.21 VCO Output negatif (-2,5)
Ubah rangkaian dan atur parameter-parameter sedemikian rupa sesuai dengan yang
terdapat pada modul. Atur variabel power supply negative output menjadi 2 V dan
scope’s channel 1 scale control menjadi 100 Mv/div position. Putar tuneable low pass
filter secara perlahan ke kiri sampai sinewave menjadi tegangan DC. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 2.22.
Gambar 2.22 DC Voltage of sinewaves
Selanjutnya lakukan perubahan power supply negative output antara 0 dan maximum
-2 V.
Ubah rangkaian dan atur parameter-parameter sedemikian rupa sesuai dengan yang
terdapat pada modul. Lakukan perubaha VPS negative output secara perlahan ke
atas dan ke bawah tombol VI.
Ketika siklus kerja ZCD’s output berubah, maka komponen DC juga akan berubah.
Nilai tuneable low pass filter modul DC output akan naik ketika mark-space ratio dari
output ZCD naik. Hal ini dikarenakan semakin besar mark-space ratio, semakin besar
juga ukurang komponen DC yang membuat naik pulse train. Jika sinyal informasi
sebagai sinyal pengganti variabel tegangan DC, maka sinyal informasi dan sinyal
pengganti variabel tegangan DC akan memiliki frekuensi yang sama.
3. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan beberapa hal yakni :
Amplitude modulation berarti modulasi dimana amplitude dari signal
pembawa (carrier) berubah karakteristiknya sesuai dengan amplitude
signal informasi. Atau bisa juga disebut linear modulation, artimya bahwa
pergeseran frekwensinya bersifat linier mengikuti signal informasi yang
akan ditransmisikan.
AM Demodulation berarti modulasi sinyal carrier mempunyai bentuk, tetapi
apabila gelombang tersebut diterima setelah melewati jaringan kirim dan
jaringan terima, maka gelombang tersebut akan mempunyai gelombang
yang disebabkan oleh arus elektris yang biasanya lemah, maka harus
diperkuat oleh amplifier.
FM Demodulation berarti memecah sinyal kedua buah kanal. Menggeser
fasa sinyal salah satu kanal sebesar 90°. Dikurangi dengan perkalian antara
sebuah konstanta dengan selisih frekuensi tengah (IF) dengan frekuensi
masukan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] [1] Anonim, Buku Petunjuk Praktikum Sistem Komunikasi, Laboratorium Sistem
Kendali dan Komputer, Bandung, 2017.
[2] [2] Ziemer, R., Principle of Communication 5th ed, Wiley, Inc, United State of
America, 2002.