Elektronika
Telekomunikasi
Modulator
11
Abstract Kompetensi
Memberikan gambaran khusus Mahasiswa dapat menjelaskan dan
mengenai Modulator AM seperti merangkum Modulator AM seperti
rangkaiannya dan Modulator FM rangkaiannya dan Modulator FM
Modulator
Proses modulasi adalah proses menumpangkan sinyal informasi ke gelombang pembawa
(carrier wave) yang umumnya RF (radio frequency) dan sinusoidal. Menumpangkan berarti
mempengaruhi parameter yang ada pada sinyal RF, sehingga berubah-ubah sesuai dengan
sinyal informasi tersebut. Prosesnya sendiri terjadi pada modulator.
Sesuai dengan jenis parameter gelombang pembawa yang dipengaruhi, maka jenis
modulasinya sesuai dengan parameter tersebut. Bila amplitudonya yang dipengaruhi, maka
jenis modulasinya adalah AM (amplitude modulation). Apabila sekarang yang dipengaruhi
adalah frekuensi gelombang pembawa, maka jenis modulasinya adalah FM (frequency
modulation). Dan bila itu terjadi pada fasa gelombang pembawa, maka modulasinya adalah
PM (phase modulation). Ketiga parameter tersebut dalam persamaan gelombang ditunjukkan
pada persamaan berikut,
ec = Ec cos ( ωt + θ )
amplitudo
frekuensi fasa
Dalam penerapan pada sistem telekomunikasi, jenis modulasi tersebut di atas dikembangkan
dari bentuk dasarnya, misalnya, SSB (single side band), VSB (vestigial side band), ISB
(independent side band) yang diturunkan dari sistem AM standard.
Terdapat dua cara modulasi yang dilakukan, yaitu, modulasi daya rendah (low level
modulation) dan modulasi daya tinggi (high level modulation). Modulasi daya rendah
diterapkan bila proses modulasi dilakukan pada gelombang pembawa yang masih rendah
level dayanya, misalnya pada level sekitar beberapa miliwatt. Sementara modulasi daya
tinggi dilakukan pada tahapan dimana level daya carrier sudah mencapai beberapa puluh
watt. Kedua jenis cara modulasi tersebut ditunjukkan diagram bloknya pada Gambar-1.
Penggunaan penguat kelas-C pada modulasi daya tinggi dimaksudkan, untuk mendapat-kan
efisiensi daya yang besar pada sistem tersebut. Sementara level daya sinyal pemo-dulasi juga
pada tahap level yang cukup setara dengan daya sinyal carrier, sehingga mempunyai ratio
yang sesuai dengan derajat modulasi yang dikehendaki. Modulasi jenis ini banyak diterapkan
pada sistem broadcasting seperti sistem pemancar radio AM-SW (short wave) yang saat ini
mulai mengalami penggantian di banyak negara.
Sementara pada sistem modulasi daya rendah, biasanya titik modulasi diberikan pada tahap
frekuensi IF seperti pada sistem pemancar televisi, yang dalam hal ini sebesar 33,4 MHz
untuk sound, dan 38,5 MHz untuk vision. Selanjutnya, untuk penguatan sinyal sampai ke
level pemancaran digunakan penguat kelas-A. Tahap-tahap penguatan dilakukan setelah
dilakukan proses translasi ke frekuensi kanal. Penggunaan penguat kelas-A disini
dimaksudkan, untuk mendapatkan linieritas penguat walaupun akhirnya efisiensinya
11.1. Modulator AM
Terdapat dua cara untuk melakukan modulasi AM, yaitu, amplifier modulation dan oscillator
modulation, yang masing-masing mempunyai diagram blok seperti ditunjukkan pada
Gambar-2. Sesuai dengan definisi modulator di atas, maka yang disebut sebagai modulator,
pada cara yang pertama adalah, amplifiernya. Sementara modulator pada metoda yang kedua
adalah, osilatornya sendiri.
(a) (b)
Seperti disebutkan di atas, bahwa proses modulasi amplitudo terjadi bila parameter
gelombang pembawa, yaitu amplitudonya dipengaruhi nilainya oleh sinyal pemodulasi.
Untuk penyederhanaan, sinyal pemodulasi (modulating signal) diambil berbentuk sinusoidal,
sehingga masing-masing dua sinyal yang tersebut mempunyai persamaan sebagai berikut,
serta θ diambil sama dengan nol sebagai syarat awal, karena tidak berpengaruh pada proses
modulasi AM. Selanjutnya, dengan rumus trigonometri untuk perkalian cosinus, maka
persamaan (11-1) dapat diselesaikan menjadi,
atau,
Terlihat pada persamaan (11-3) tersebut, bahwa setelah proses modulasi, dihasilkan dua
frekuensi baru (heterodyne action), yaitu, (ωc + ωm ) dan (ωc - ωm ). Masing-masing frekuensi
itu adalah upperside frequency dan lowerside frequency yang mengandung informasi, yaitu,
ωm. Kedua sinyal dengan frekuensi upper dan lower tersebut berada di kanan dan kiri sinyal
pembawa seperti ditunjukkan pada spektrum frekuensi Gambar-3, yang masing-masing
mempunyai amplitudo sebesar (m /2. Ec). Dengan adanya dua sinyal ini, maka daya sinyal
modulasi AM (AM modulated signal) akan bertambah besar sesuai dengan derajat modulasi,
m, yang diberikan.
Sesuai dengan diagram blok Gambar-2(a), amplifier yang dimaksudkan adalah sebuah
penguat transistor seperti ditunjukkan pada Gambar-4. Sinyal gelombang pembawa
dimasukkan melalui basis transistor, sementara sinyal pemodulasi dapat dimasukkan melalui
tiga kemungkinan, yaitu basis, emitter, maupun kolektor transistor penguat tersebut seperti
ditunjukkan pada Gambar-4. Jalur masuk sinyal pemodulasi tersebut dilakukan melalui
kopling induktif, yaitu melalui sebuah trafo yang disebut trafo modulasi. Pada dasarnya,
pemodulasian itu akan mempengaruhi tegangan catu daya dari batere VCC, baik di lingkar
basis maupun di lingkar kolektor, yang akan berfluktuasi sesuai dengan bentuk gelombang
sinyal pemodulasi itu.
Bentuk rangkaian praktis sebuah amplifier modulation ditunjukkan pada Gambar-5. Pada
Gambar-5 ditunjukkan bahwa, amplifier berbentuk satu penguat common-emitter yang
menguatkan sinyal pembawa. Sinyal pemodulasi diinjeksikan ke rangkaian basis melalui
sebuah trafo, T1.
Pada dasarnya, sinyal pemodulasi akan mempengaruhi catu tegangan dari batere VCC sehingga
akan dapat menggeser titik kerja penguat transistor relatif terhadap titik kerja aslinya yang di
‘set’ oleh resistor R1 dan R2. Fungsi kapasitor C2 dan C3 adalah untuk jalur bypass bagi sinyal
pembawa. Kumparan primer Trafo T2 bersa-ma kapasitor C4 ditala pada frekuensi pembawa,
sehingga sinyal keluarannya ada-lah sinyal dengan frekuensi pembawa yang telah
termodulasi AM.
Berikut ini diuraikan satu contoh soal rancangan satu modulator tipe oscillator-modulation.
Osilator dari jenis Colpitts yang menggunakan transistor dengan nilai β tertentu.
Penyelesaian :
Memilih jenis transistor yang sesuai, yaitu yang mempunyai nilai β = 80, dan
mempunyai nilai frekuensi cuttoff, fT , yang jauh lebih tinggi dari nilai 1 MHz.
Jenis osilatornya dipilih dari jenis Colpitts, sehingga rangkaiannya adalah sebagai
berikut,
VCQ
(= V CC −V CEsat
2
+V CEsat ) ...................................... (11-4)
dimana VCEsat adalah VCE saturation, yang dapat mempunyai nilai 0,2 volt atau 0,3 volt. Nilai
VCEsat untuk soal ini diambil sebesar 0,2 volt sesuai transistor yang digunakan.
Diambil ICQ = 3,45 mA, dari nilai daya yang diminta, yaitu 5 mW (= P ),
V m xI m
P = 2 .............................................................. (11-5)
Vm =
( V CC −V CEsat
2 ) ............................................... (11-6)
V m xI m
5 = 2 , → ICQ = Im = 3,45 mA
V CC −V CQ 6−3, 1
(RE + RC) = I CQ = 3, 45 = 0,84 kΩ, sehingga,
RE = 0,14 kΩ ≈ 150 Ω
RC = 0,7 kΩ ≈ 680 Ω
Selanjutnya, nilai resistansi rangkaian pengganti Thevenin rangkaian self-bias, Rb, adalah,
80 x5 x 0 ,14
−0 ,14
= 1+80−5 = 0,597 kΩ
Sedang sumber tegangan pengganti pada rangkaian pengganti Thevenin tersebut adalah,
= 1,215 volt
V CC
Rb x
R1 = Vb …………………………………… (11-10)
R1 . V b
R2 = V CC −V b …………………………………. (11-11)
Agar memberikan ‘setting’ titik kerja Q yang tepat, maka resistor R 2 diganti dengan sebuah
variable resistor (potensio) yang mempunyai nilai 1 kΩ.
C2 C2
|A Vo|≥
C1 2945,5 = C1
Bila dipilih,
C1 = 50 pF , maka
>> 15,9 nF ≈ 47 nF
106
6
XCE << RE → CE >> 2 πx 10 x 140 μF >> 1,137 nF
≈ 3,3 nF
11.2. Modulator FM
Pada modulator FM, terdapat juga dua cara untuk melakukan modulasi seperti pada
modulator AM, yaitu, yang langsung ke rangkaian osilatornya dan satu lagi dengan cara
melalui satu amplifier. Karena dalam hal ini frekuensinya yang dikendalikan oleh sinyal
pemodulasi, maka pengaruh sinyal pemodulasi tersebut tentu langsung ke bagian penentu
frekuensi, yaitu tank-circuit osilator gelombang pembawa.
Bila sinyal audio pemodulasi meningkat levelnya, maka varaktor makin dibawa kearah
reverse, sehingga kapasitansinya mengecil yang mengakibatkan frekuensi carrier meningkat
besarnya. Sebaliknya, bila level sinyal pemodulasi menurun levelnya (kearah polaritas
negatif), maka kondisi reverse yang dirasakan varaktor me-nurun, sehingga kapasitansi
varaktor meningkat yang mengakibatkan frekuensi carrier mengecil besarnya. Hubungan
antara frekuensi sinyal pemodulasi dan frekuensi carrier ditunjukkan pada Gambar-9.
Daftar Pustaka
4. Temes, Lloyd, PE. (1974). Communication Electronics for Technicians. New York.
McGraw-Hill Co.