Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

KELOMPOK 3

Dosen Pembimbing
Ketua
Scrable 1
Scrable 2

:
:
:
:

Drg. Dwi Windu Kinanti Arti, MMR


Muhammad Iqbal Maal Abror
Nisa Sofiyani
Syabilla Audina

(J2A013032)
(J2A013030)
(J2A013027)

Anggota

Khaleda Shafiratunnisa
Ishana Raisa Hafid
Sekar Lintang Hapsari
Kurnia Adhi Wikanto
Maulida Dara Harjanti
Gita Jazaul Aufa
Hesti Widyawati
Mutia Ulfa
Nahdlia Adibah H

(J2A013003)
(J2A013004)
(J2A013006)
(J2A013010)
(J2A013011)
(J2A013026)
(J2A013037)
(J2A013034)
(J2A013033)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016/2017

BAB I
A. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, baik sehat
secara jasmani dan rohani. Salah satunya kesehatan gigi, Kesehatan gigi dan mulut adalah
suatu keadaan dimana gigi dan mulut berada dalam kondisi bebas dari adanya bau mulut,
kekuatan gusi dan gigi yang baik, tidak adanya plak dan karang gigi, gigi dalam keadaan
putih dan bersih, serta memiliki kekuatan yang baik.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan
perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet makan,
jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula dan makanan yang
lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik
dan caranya jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan
penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan pada gigi yang sudah
tidak bisa dipertahankan lagi.
Pencabutan gigi dalam kedokteran gigi merupakan suatu proses pencabutan gigi
dari dalam soket dari tulang alveolar. Dalam melakukan ekstraks (pencabutan gigi),
dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana yaitu teknik pencabutan gigi
tanpa pembedahan, hanya menggunakan prosedur pencabutan dengan menggunakan tang,
elevator mapun kombinasi keduanya dan teknik pembedahan yaitu teknik pencabutan
gigi dengan menggunakan prosedur bedah (surgical extraction) yang biasa disebut
dengan istilah pencabutan trans-alveolar yang bisanya didahului dengan pembuatan flap
maupun alveolectomi.
Anastesi diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri pada saat pencabutan.
Anastesi yang dikenal di dalam kedokteran ada 2, yaitu anastesi local dan anastesi umum.
Anastesi local hanya meredakan rasa nyeri pada bagian-bagian yang akan di operasi,
sedangkan anastesi umum, untuk meredakan rasa nyeri pada seluruh tubuh atau pasien
dalam keadaan tidak sadar. Dalam kedokteran gigi biasanya menggunakan anastesi local
untuk tindakan ekstraksi gigi

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam anastesi lokal yang digunakan di
dalam kedokteran gigi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik dan cara anastesi local yang digunakan di
3.
4.
5.
6.

Kedokteran Gigi
Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi saat tindakan anastesi
Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur yang dilakuan saat ekstrasi gigi
Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi
Mahasiswa mampu menerapkan sesuai dengan agama dalam kehidupan sehari-hari

C. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan macam-macam anastesi local yang ada di dalam Kedokteran Gigi!
2. Jelaskan teknik dan cara anastesi local!
3. Sebutkan dan jelaskan komplikasi yang dapat terjadi saat tindakan anastesi!

4. Jelaskan prosedur atau tahapan ekstraksi gigi!


5. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi pada saat tindakan ekstraksi gigi
6. Sebutkan hadist yang sesuai dengan scenario ini?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Anestesi lokal merupakan suatu kondisi hilangnya berbagai sensasi seperti rasa sakit
yang terjadi di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal bekerja dengan menghambat
pengiriman impuls ke ujung syaraf bebas dengan menghasilkan blokade gerbang
sodium sehingga terjadi penurunan sensasi, terutama rasa sakit yang bersifat
sementara di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal mengubah proses
pembentukan dan pengiriman impuls dengan beberapa cara, yaitu dengan mengubah
potensial istirahat dasar dari membran sel syaraf, mengubah potensial ambang batas
(threshold), mengurangi rasio depolarisasi, atau dengan menambah rasio repolarisasi.
Perubahan yang terjadi dapat diakibatkan oleh salah satu atau lebih dari satu cara
tersebut. Macam-macam anastesi local:
a. Anastesi topical anestesi topikal diperoleh melalui aplikasi agen anestesi
tertentu pada daerah kulitmaupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk
memblok ujung-ujung saraf superficial. Semua agen anestesi topical sama
efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa danmenganestesi dengan kedalaman
2-3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat, misal: benzokain
dan tetrakain
b. Anastesi infiltrasi Anestesi ini sering digunakan pada anak-anak untuk rahang
atas ataupun rahang bawah, teknik ini mudah dikerjakan dan efektif. Daya
penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum
begitu kompak., yang mana menganastesi pada akhiran saraf.
Macam-macam teknik anastesi:
I.
Anastesi submukosa: anestesi ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat
dibalik membran mukosa
II.
Anastesi supraperiosteal: anestesi ini digunakann pada beberapa daerah
seperti maksila, bidang kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya
tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vaskular yang kecil.
III.
Anastesi subperiosteal: pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara
periosteum dibidang kortikal. Karena struktur ini terikat dan terasa sangat
sakit, karena itu teknik ini hanya digunakan bila tidak ada alternative lain
atau bila anestesi superficial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal
IV. Anastesi intraosseus: seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan
didepositkan pada tulang medularis
V. Anastesi intraseptal: larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan
melalui tulang medularis serta jaringan periodontal untuk memberi efek
anestesi. Teknik ini hanya dapat digunakan setelah diperoleh anestesi
superfisial
c. Anastesi blok pada bagian proximal cabang syaraf utama
2. Teknik teknik pada anastesi local:
a. Teknik anastesi topical:
Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.
Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik 15 detik
(tergantungpetunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.

Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit,


agar obatbekerja efektif.
Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah
kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi
topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum
b. Teknik anastesi infiltrasi:
Anastesi submukosa: Anestesi ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat
dibalik membran mukosa, walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada
pulpa gigi, teknik ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal yang
panjang sebelum pencabutan molar bawah.
Anastesi supraperiosteal: Anestesi ini digunakann pada beberapa daerah seperti
maksila, bidang kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat
terperforasi oleh saluran vaskular yang kecil. Pada daerah-daerah ini bila larutan
anestesi didepositkan di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui
periosteum,bidang kortikal,tulang dan medularis keserabut saraf. Dengan cara ini,
anestesi pulpa gigi dapat diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi
Anastesi subperiosteal: Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara
periosteum dibidang kortikal. Karena struktur ini terikat dan terasa sangat sakit,
karena itu teknik ini hanya digunakan bila tidak ada alternative lain atau bila
anestesi superficial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa
digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan subperosteal gagal untuk
memberikan efek anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering
digunakan anestesi intraligament.
Anestesi intraoseus: Seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan
didepositkan pada tulang medularis. Larutan anestesi 0,25 ml didepositkan
perlahan ke ruang medularis dari tulang. Jumlah larutan tersebut biasanya cukup
untuk sebagian besar prosedur perawatan gigi. Teknik ini akan memberikan efek
anestesi yang baik disertai dengan gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal
c. Teknik anastesi blok:
1.

Ada 2 teknik blok mandibularis:


Direct
Langsung menuju foramen mandibularis (perlu keahlian khusus dan pengalaman)
Posisi jarum di antara P1 dan P2 sejajar occlusal gigi
Aspirasi terlebih dahulu, jika tidak terdapat darah langsung suntikkan.

2. Indirect
Raba linea oblique externa dan interna pada gigi yang hendak dicabut
Jarum masuk dari gigi P1 dan P2 kontralateral (2-3 mm), diarahkan sejajar dataran
oklusal menuju linea oblique interna daerah yang akan dianestesi.
Jarum diputar kontralateral
Jarum diputar lagi ke arah ipsilateral
Aspirasi terlebih dahulu, jika tidak terdapat darah langsung suntikan

Ada 3 teknik yang ada pada anastesi blok mandibula:


Anestesi blok teknik Gow-Gates :
Prosedur :
1. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3. Posisi operator :

a. Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap pasien.
b. Untuk mandibula sebelah kiri , operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap dalam arah
yang sama dengan pasien.
4. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut Daerah sasaran: daerah
medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.
5. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke Sudut
mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara
ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.
6. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jari ngan
7. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan
sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.
8. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.
9. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah
tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah
distal M2 maksila .
10. Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic notch
pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah sehingga arah
spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M
sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah
11. Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus, sampai
kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang, maka jarum
ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang.
Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.
12. Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak
1,8 2 ml perlahan-lahan.
13. Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 2 menit .
14. Setelah 3 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan dapat dilakukan
Anastesi blok teknik akinosi:
Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik digunakan pada pasen yang
sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.
Prosedur :
1. Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang
2. Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan
dengan pasien.
3. Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada
bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan
mengurangi trauma selama injeksi jarum.
4. Gambaran anatomi : -Mucogingival junctionari molar kedua dan molar ketiga maksila
dan Tuberositas maksila
5. Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.
6. Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.
7. Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan
posterior dan sedikit lateral dari mucogingiva junction molar kedua dan ketiga maksila
8. Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus
dan jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.
9. Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.
10. Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 1,8 ml secara perlahanlahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali. Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih
cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkat kemampuannya
untuk membuka mulut.
Teknik Fisher :
Prosedur :
1. Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang.
2. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar.

3. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba
linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique
interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari
berada dibidang oklusal gigi rahang bawah.
4. Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak
dianestesi yaitu regio premolar.
5. Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan
jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum
sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis.
6. Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil
menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm.
7. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N.
Alveolaris inferior.
8. Setelah selesai spuit ditarik kembali.
Teknik modifikasi Fisher :
Setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas
dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral ( kedaerah
trigonum retromolar ), aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk
menganastesi N.Bukalis kemudian spuit ditarik keluar.
3. Komplikasi yang dapat terjadi setelah anastesi
Pertimbangan anestesi umum:

Riwayat kesehatan, termasuk kondisi kesehatan Anda saat ini, seperti diabetes atau
masalah jantung.
Riwayat pembedahan (operasi) sebelumnya.
Alergi, misalnya apakah Anda alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu
Obat yang Anda konsumsi saat ini, termasuk rokok dan alkohol.

Komplikasi pasca anastesi:


1. Patah jarum
Penyebab: Gerakan tiba-tiba jarum gauge (ukuran) kecil, jarum yang dibengkokkan .
Pencegahan: Kenalilah anatomi daerah yang akan dianestesi, gunakan jarum gauge besar,
jangan gunakan jarum sampai porosnya, pake jarum sekali saja, jangan mengubah arah
jarum,beritahu pasien sebelum penyuntikan.
Penanganan: Tenang, jangan panic, pasien jangan bergerak, mulut harus tetap terbuka jika
pragmennya kelihatan, angkat dengan hemostat keal, jika tidak terlihat diinsisi,
beritahupasien, kirim ke ahli bedah mulut.
2. Rasa terbakar pada injeksi
Penyebab: pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan catridge
dengan larutan sterilisasi, larutan anestesi yang hangat
Masalah: bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak.
Pencegahan:Gunakan anestetik lokal yang pH kira-kira 5, injeksi larutan perlahan-lahan
(1ml/menit), cartridge disimpan pada suhu kamar, lokal anestetik tetap steril
3. Rasa Sakit pada Injeksi
Sebab: Teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai
periosteum.
Pencegahan: Penyuntikan yang benar, pakai jarum yang tajam, pakai larutan anestesi yang
steril,injeksikan jarum perlahan-lahan, hindari penyuntikan yang berulang-ulang.
Penanganan: tidak perlu penanganan khusus

4. Parastesi (kelainan saraf akibat anastesi)


Sebab: trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat injeksi jarum/ larutan anastetik sendiri)
Masalah: dapat terjadi selamanya, luka jaringan
Pencegahan: injeksi yang tepat, penggunaan cartridge yang baik
Penanganan: tenangkan pasien, pemeriksaan pasien (lamanya parastesia), pemeriksaan ulang
sampai gejala hilang, konsul ke ahli bedah, mulut atau neurologi
5. trismus (gangguan membuka mulut)
Sebab: trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi, larutan, pendarahan, infeksi rendah
pada otot.
Masalah: rasa sakit, hemobility (kemampuan mandibula untuk bergerak menurun)
Pencegahan: pakai jarum suntik tajam, asepsis saat melakukan suntikan, hindari injeksi
berulang-ulang, volume anastesi minimal
Penanganan: terapi panas (kompres daerah trismus 15-20 menit) setiap jam. Analgetik obat
relaksasi otot, fisioterapi (buka mulut 5-10 menit tiap 3 jam), mengunyaj permen karet, bila
ada infeksi beri antibiotic
6. hematoma (efusi darah ke dalam ruang vaskuler)
sebab: robeknya pembuluh darah vena/arteri akibat penyuntikan, tertusuknya arteri/vena dan
efusi darah
pencegahan: anatomi dan cara injeksi harus diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah
penetrasi jarum seminimal mungkin
penanganan: penekanan pembuluh darah yang terkena, analgetik bila nyeri, aplikasi pada
hari berikutnya
7. infeksi
sebab: jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi mukosa masuk ke dalam jaringan,
teknik pemakaian alat yang salah
pencegahan: jarum steril, aseptic, hindari indikasi berulang-ulang
penanganan: terapi panas, analgesic, antibiotic
8. Udema (Pembengkakan Jaringan)
Sebab: trauma selama injekasi, infeksi, alergi, pendarahan, irirtasi larutan analgesic.
Pencegahan: pemakaian alat anestesi lokal yang betul, injeksi atraumatik, teliti pasien
sebelumpemberian larutan analgesic.
Penanganan: mengurangi pembengkakan secepat mungkin, bila udema berhubungan
denganpernafasan maka dirawat dengan epinefrin 8,3 mg IV/Im, antihistramin
IV/im.Kortikosteroid IV/ IM, supinasi, berikan basic life support, tracheastomi, bila
sumbatnafas, evaluasi pasien.
9. Bibir Tergigit.
Sebab: Pemakaian long acting anestesi lokal.
Masalah: Bengkak dan sakit.
Pencegahan: Pilih anastetik durasi pendek, jangan makan/minum yang panas, jangan
mengigit bibir.
Penanganan: Analgesi, antibiotic, kumur air hangat beri vaselinlipstik.
10. Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)
Sebab: masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/ substransi grandula parotid.
Masalah: kehilangan fungsi motoris otot ekspersi wajah. Mata tidak bisa mengedip.
Pencegahan: blok yang benar untuk n. Alveaolaris inferior, jarum jangan menyimpang lebih
kepost waktu blok n. alveolaris inferior.
Penanganan: beritahu pasien, bahan ini bersifat sementara, anjurkan secara periodic
membuka dan menutup mata.
11. Lesi Intra Oral Pasca Anestesi.
Penyebab: stomatitis apthosa rekuren, herpes simpleks.

Masalah: pasien mengeluh sensitivitas akut pada daerah uslerasi.


Penanganan: simptomatik, kumur-kumur dengan larutan dipenhidramin dan susu
magnesium.
12. Sloughing pada Jaringan
Penyebab: epitel desquamasi, abses steril.
Masalah: sakit hebat.
Pencegahan: pakai topical anestesi, bila memakai vasokonstriktor jangan berlebihan.
Penanganan: secara simptomatik, rasa sakit diobati dengan analgesic (aspirin/ kodein secara
topical)
13.Syncope (fainting).
merupakan bentuk shock neurogenik.
Penyebab: isohemia cereoral sekunder, penurunan volume darah ke otak, trauma psikologi.
Masalah: kehilangan kesadaran.
Pencegahan: fentilasi yang cukup, posisi kepala lebih rendah dari tubuh, hentikan bila
terjadiperubahan wajah pasien.
Penanganan: posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kaki sedikit diangkat, bila sadar
anjurkan tarik
4. Prosedur atau tahapan ekstraksi:
Tahap pelaksaan ekstraksi:
a. Preoperative radiografi
b. Sterilkan area insersi anastesi dengan mengaplikasikan iod gliserin
c. Anastesi local
d. Separasi jaringan lunak (gingival) menggunakan eksavator/sonde
e. Luksasi gigi menggunakan bein /elevator/ luksator
f. Apabila sudah luksasi, dilanjutkan menggunakan tang. Rotasi pada gigi dengan akar
tungal, dan gerakan bukal lingual/ palatal pada akar jamak
g. Setelah gigi keluar dari soket, maka diperiksa masih adakah akar sisa tulang yang tajam
untuk memnimalisir terjadinya komplikasi pasca ekstraksi
h. Setelah itu dilakukan penekanan soket bekas pencabutan dan letakkan kain kassa
diatasnya serta passion diminta untuk menggigit dengan gigi atau jaringan antagonis
Posisi operator dan kursi gigi pasien saat pencabutan gigi:
Untuk semua gigi, kecuali molar kanan bawah, premolar, dan kaninus, operator berdiri pada
samping tangan kanan pasien. Untuk pencabutan gigi kanan bawah dengan metode
intraalveolar, operator bekerja dibelakang pasien.
Tinggi kursi pasien pencabutan gigi atas, kursi pasien harus disesuaikan sehingga daerah
kerja + 8cm dibawah bahu operator untuk gigi bawah tinggi kursi pasien harus diatur
sehinnga gigi yang akan dicabut + 16 cm dibawah siku operator. Bila operator berdiri
dibelakang pasien, kursi pasien, kursi pasien harus direndahkan secukupnya.
Tahapan pasca ekstraksi:
1. Kontrol perdarahan
2. Intruksi pasca ekstraksi
3. Resepkan obat antibiotic (bila perlu) dan analgetik
4. Kontrol dan evaluasi

Intrksi pasca ekstraksi:


1. Gigitlah kapas selama kurang lebih 30 menit
2. Jangan isap-isap
3. Jangan minum atau makan yang panas
4. Jangan gigit-gigit bibir atau lidah yang terasa tebal atau keanehan yang terjadi didalam
rongga mulut

5. Jangan merokok, berkumur dengan obat kumur, dan minum alcohol


6. Jangan masukan es ke dalam mulut
7. Minumlah obat sesuai aturan
5. Indikasi dan Kontraindikasi ekstraksi:
Indikasi:
a. Karies Besar: Gigi yang mahkotanya sudah sangat rusak dan tidak dapat direstorasi lagi.
b. Nekrosis Pulpa: Gigi dengan pulpitis irreversible yang perawatan endodonti tidak dapat
dilakukan lagi atau merupakan kegagalan setelah dilakukan perawatan endodonti.
c. Penyakit Periodontal: Periodontitis dewasa yang berat dan luas akan menyebabkan
kehilangan tulang berlebihan dan mobiliti gigi yang menetap.
d. Gigi Retak: Gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang biasanya menyebabkan
nyeri hebat dan tidak dapat dikendalikan dengan perawatan endodonti.
e. Gigi Malposisi: Gigi yang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak dan posisinya tidak
dapat diperbaiki dengan perawatan orthodonti.
f. Gigi Terpendam: Apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan menyebabkan
gangguan fungsi normal dari pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini diekstraksi.
g. Gigi Berlebih: Dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau menyebabkan
gigi berjejal berat dan estetis yang kurang pada gigi anterior.
h. Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis: Ekstraksi gigi dengan lesi patologis harus
dilakukan bersamaan dengan pembuangan lesinya.
i. Gigi persistensi: gigi desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat dan gigi
penggantinya sudah erupsi. Biasanya gigi desidui mengalami resorbsi sehingga akan
goyah, tetapi pada gigi desidui yang gangren tidak mungkin terjadi resorbsi atau karena
kondisi kesehatan dari pasien maka gigi desidui itu masih tetap tertanam dalam tulang
alveolar.
j. Keperluan Orthodonti: ekstraksi gigi premolar dilakukan untuk perawatan orthodonti
dengan pertumbuhan gigi yang berjejal.
k. Ekstraksi Preprostetis: untuk keperluan pembuatan protesa dilakukan ekstraksi gigi.
l. Preradioterapi: pasien yang akan mendapatkan perawatan radioterapi pada rongga
mulutnya harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi yang merupakan
indikasi pada daerah yang akan diradioterapi.
Kontraindikasi
Walaupun gigi memenuhi persyaratan untuk dilakukan ekstraksi, pada beberapa keadaan
tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi karena beberapa faktor atau merupakan
kontraindikasi ekstraksi gigi. Pada keadaan lain, kontraindikasi ekstraksi gigi sangat
berperan penting untuk tidak dilakukan ekstraksi gigi sampai masalahnya dapat diatasi.
a. Penderita jantung, hipertensi, arteriosklerosis, dan diabetes mellitus kontraindikasi pada
pemberian adrenalin. Adrenalin pada ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada
penderita penyakit jantung, hipertensi, arteriosklerosis dan diabetes melitus.
b. Penderita Trombositopenia
Penderita trombositopenia memiliki jumlah trombosit lebih sedikit dari normal sehingga
darah sukar membeku. Seperti yang telah diketahui bahwa trombosit penting artinya
dalam pembekuan darah.
c. Penderita Leukemia
Penderita leukemia memiliki jumlah leukosit yang lebih banyak dari normal dalam darah
sehingga mudah mengalami perdarahan.
d. Kaheksi
Penderita memiliki keadan umum yang sangat buruk karena malnutrisi atau sesudah
menderita penyakit yang lama dan berat. Akibatnya semua keadaan menjadi jelek,
perdarahan banyak, penyembuhan luka lambat dan dengan suntikan atau sedikit trauma ia
dapat kolaps. Ekstraksi gigi ditunda sampai keadaan umum penderita lebih baik.
e. Penderita Hemofilia

Merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang bersifat herediter dan hanya
terdapat pada laki-laki. Apabila penderita mendapatkan luka, maka darahnya tidak dapat
membeku. Hal ini disebabkan oleh trombosit tidak dapat pecah kalau berhubungan
dengan udara karena kekurangan zat antihemofilia dalam serum, sehingga darah akan
terus mengalir.
6. Hadist sesuai dengan scenario dan penerapannya:
doa setalah operasi
allahumma ighfir lanaa warhamnaa wardha annaa wataqabbal minnaa wa adkhilnaal
jannata wa najjinaa minan naar wa ashlih lanaa syananaa kullahu
artinya:
ya Allah ampunilah kami, sayangilah kami dan masukkanlah kami ke dalam surgaMu.
Selamatkanlah kami dari api neraka dan perbaikilah kondisi tubuh kami (H. R Abu Daud
dan Ibnu Majah)
BAB III
PENUTUPAN

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

A. KESIMPULAN:
Anestesi lokal merupakan suatu kondisi hilangnya berbagai sensasi seperti rasa sakit
yang terjadi di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal bekerja dengan menghambat
pengiriman impuls ke ujung syaraf bebas dengan menghasilkan blokade gerbang sodium
sehingga terjadi penurunan sensasi, terutama rasa sakit yang bersifat sementara di
sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal mengubah proses pembentukan dan pengiriman
impuls dengan beberapa cara, yaitu dengan mengubah potensial istirahat dasar dari
membran sel syaraf, mengubah potensial ambang batas (threshold), mengurangi rasio
depolarisasi, atau dengan menambah rasio repolarisasi. Perubahan yang terjadi dapat
diakibatkan oleh salah satu atau lebih dari satu cara tersebut. Macam-macam anastesi
local yakni terdiri dari anastesi topical, anastesi infiltrasi, dan anastesi blok.
Penggunaan anastesi digunakan sebelum tindakan pencabutan gigi, yang mana prosedur
dari ekstraksi gigi yakni:
Tahap pelaksaan ekstraksi:
Preoperative radiografi
Sterilkan area insersi anastesi dengan mengaplikasikan iod gliserin
Anastesi local
Separasi jaringan lunak (gingival) menggunakan eksavator/sonde
Luksasi gigi menggunakan bein /elevator/ luksator
Apabila sudah luksasi, dilanjutkan menggunakan tang. Rotasi pada gigi dengan akar
tungal, dan gerakan bukal lingual/ palatal pada akar jamak
Setelah gigi keluar dari soket, maka diperiksa masih adakah akar sisa tulang yang tajam
untuk memnimalisir terjadinya komplikasi pasca ekstraksi
Setelah itu dilakukan penekanan soket bekas pencabutan dan letakkan kain kassa
diatasnya serta passion diminta untuk menggigit dengan gigi atau jaringan antagonis

B. SARAN
Semoga dapat lebih ditingkatkan lagi dalam pembelajaran dan informasi yang
diberikan dapat bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, C. R: 1974, Monheims Lokal Anasthesi and Pain Control in Dental Practice,
5th ed; The C.V. Mosby CO
Latief Asaid,dkk. 2007. Anestesi Lokal. Petunjuk Praktis anestesiologi. Edisi 2.
Jakarta :Penerbit bagian anestesiolgi dan Terapi Intensif Fakultas kedokteran
UniversitasIndonesia
Archer, W.H: 1961, Oral Surgery 3rd ed, W.B. Saunders Co
Karl R koerner, 1994m Color Atlas of Minor ORQL Surgery, Mosby Co
Bakar Abu: 2015. Kedokteran Gigi Klinis. cetakan VI. Yogyakarta: Penerbit CV.
Quantum Sinergis Media

Anda mungkin juga menyukai