Anda di halaman 1dari 21

STATUS PASIEN

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Nomor CM
Tanggal pemeriksaan

: Tn. A
: 42 tahun
: Laki-laki
: Islam
: SMP
: Petani
: Wegil Pati, Kudus
: 730208
: Selasa, 29 Maret 2016

ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 29 Maret 2016, pukul 10.40 WIB di Poli Mata,
RSUD KUDUS
A. Keluhan Utama
Mata kanan nyeri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan utama mata kanan nyeri. Nyeri yang
bersifat hilang timbul ini dirasakan sejak 2 minggu lalu saat matanya terkena
dami ketika sedang memanen padi, dan bertambah nyeri hingga sekarang.
Nyeri diperberat ketika mata tersentuh.
Pasien mengaku adanya mata merah setelah matanya terkena dami. Lalu
penglihatannya mulai menurun sejak 5 hari terakhir dan sekarang hanya
dapat melihat cahaya. Pasien mengatakan bahwa matanya seperti ada yang
mengganjal, banyak mengeluarkan air mata, lengket, dan banyak kotoran
yang berwarna kuning-kehijauan. Pasien juga mengatakan bahwa adanya
nyeri saat melihat cahaya beberapa hari lalu, namun keluhan tersebut tidak
dirasakan lagi sekarang.

Pasien sudah berobat ke rumah sakit di Demak lalu diberikan obat tetes
dan antibiotik namun tidak ada perubahan. Pasien menyangkal adanya
riwayat pemakaian lensa kontak.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM (-)
Riwayat trauma pada mata (+) terkena dami
Riwayat pemakaian obat seperti kortikosteroid (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga (-)
Riwayat DM (-)
E. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan petani
III.

PEMERIKSAAN
A. Status Generalis
Keadaan Umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Vital sign
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
B. Status Ophtalmologi

: 140/90 mmHg
: 72x/menit
: 36.7OC
: 18x/menit

OCULI DEXTRA (OD)


1/~
Gerak bola mata normal,

PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi

OCULI SINISTRA (OS)


6/6
Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus

Bulbus okuli

enoftalmus (-), eksoftalmus

(-), strabismus (-)

(-), strabismus (-)


2

Edema (-), hiperemis(-),

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

Palpebra

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

ektropion (-),

entropion (-)
Edema (-),

entropion (-)
Edema (-),

injeksi silier (+),

injeksi silier (-),

injeksi konjungtiva (+),

Konjungtiva

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (+),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

hiperemis (-)

Merah
Bergaung, keruh, edema

Sklera

(-), keratik presipitat (-),


infiltrat (+), sikatriks (-)

Putih
Bulat, jernih
edema (-),

Kornea

keratik presipitat (-),

Keruh, dangkal, hipopion

Camera Oculi

infiltrat (-), sikatriks (-)


Jernih, kedalaman cukup,

(+), hifema (-)

Anterior

hipopion (-), hifema (-),

atrofi (-) coklat, edema(-),

(COA)
Iris

synekia (-)
Bulat,
Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: -/Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai

atrofi (-) coklat, edema(-),


synekia (-)
Bulat,

Pupil

Diameter 3mm

Lensa
Vitreus
Retina

refleks pupil L/TL: +/+


Jernih
Jernih
Papil N.II bulat, batas tegas,
CDR 0,3 ; ablatio (-),
eksudat (-), excavation
3

glaumatosa (-)

IV.

RESUME
A. Subyektif

Mata kanan nyeri, seperti ada yang mengganjal, berair, lengket,


banyak kotoran kuning-kehijauan

Penglihatan pasien berkurang hanya dapat melihat cahaya

Riwayat penggunaan kontak lensa (-)

Riwayat trauma (+) terkena dami saat memanen

B. Objektif
OCULI DEXTRA (OD)
1/~
Edema (-),

PEMERIKSAAN
Visus

injeksi silier (+),


injeksi konjungtiva (+),

OCULI SINISTRA (OS)


6/6
Edema (-),
injeksi silier (-),

Konjungtiva

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (+),

infiltrat (-),

hiperemis (+)
Merah
Bergaung, keruh, edema

hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih

Sklera

(-), keratik presipitat (-),


infiltrat (+), sikatriks (-)

edema (-),
Kornea

keratik presipitat (-),

Keruh, dangkal, hipopion

Camera Oculi

infiltrat (-), sikatriks (-)


Jernih, kedalaman cukup,

(+), hifema (-)

Anterior

hipopion (-), hifema (-),

(COA)
Bulat,

Bulat,
4

Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: -/Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai

Pupil

Diameter 3mm

Lensa
Vitreus
Retina

refleks pupil L/TL: +/+


Jernih
Jernih
Papil N.II bulat, batas
tegas, CDR 0,3 ; ablatio (-),
eksudat (-), excavation
glaumatosa (-)

V.

DIAGNOSA KERJA
OD ulkus kornea ec bakterial

DIAGNOSA DIFFERENSIAL
OD

OS

Ulkus kornea ec jamur


Ulkus kornea ec virus
Keratomalasia
VI.

DASAR DIAGNOSA
1. OS ulkus Bakterial
a. Subjektif
i. Mata kanan nyeri, penglihatan berkurang, lengket, kotoran kuningkehijauan
b. Objektif
OCULI DEXTRA (OD)
1/~
Edema (-),

PEMERIKSAAN
Visus

injeksi silier (+),


injeksi konjungtiva (+),

OCULI SINISTRA (OS)


6/6
Edema (-),
injeksi silier (-),

Konjungtiva

injeksi konjungtiva (-),


5

infiltrat (+),

infiltrat (-),

hiperemis (+)
Merah
Bergaung, keruh, edema

hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih

Sklera

(-), keratik presipitat (-),


infiltrat (+), sikatriks (-)

edema (-),
Kornea

keratik presipitat (-),

Keruh, dangkal, hipopion

Camera Oculi

infiltrat (-), sikatriks (-)


Jernih, kedalaman cukup,

(+), hifema (-)

Anterior

hipopion (-), hifema (-),

(COA)
Bulat,

Bulat,

Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: -/Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai

Pupil

Diameter 3mm

Lensa
Vitreus
Retina

refleks pupil L/TL: +/+


Jernih
Jernih
Papil N.II bulat, batas
tegas, CDR 0,3 ; ablatio
(-), eksudat (-), excavation
glaumatosa (-)

VII.

TERAPI
Ulkus Kornea OS
Promotive
Preventive
Gunakan kaca pada helm saat mengendarai kendaraan
Gunakan kaca mata pelindung saat bekerja

Kurative
Vigamox 5 x 2 OD tiap jam
C lyters 4 x 2 OD
Glukon 250 mg 3 x
Metil cobalamin 1 x 1
Rehabilitasi
Debridement
VIII.

PROGNOSIS

Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad kosmetikam
Quo ad functionam
IX.

OCULI DEXTRA

OCULI SINISTRA

(OD)
Ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad malam
Dubia ad malam

(OS)
Ad bonam
Ad bonam
Ad bonam
Ad bonam

USUL DAN SARAN


USUL
Pengerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan gram, KOH
Kultur bakteri
SARAN
Menggunakan obat tetes mata dengan teratur
Mengunakan pelindung/memakai kaca mata
Tidak menggosok mata jika kelilipan atau gatal
Batasi penyebaran infeksi dengan sering mencuci tangan dan
keringkan tangan dengan handuk yang bersih

Tinjauan pustaka
ANATOMI KORNEA

Kornea (Latin Comum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata
yang tembus cahaya, Komea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata - rata
mempunyai tebal 550 m dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter
horizontalnya sekitar 11.75mm dan vetikalnya 10.6 mm
Merupakan lanjutan dari sklera, ikut membentuk bola mata, bagian dari media
refrakta (diperiksa dengan fundus reflek). Bersifat transparan dan avaskuler.
Diinervasi oleh N V ( trigeminus ), merupakan organ yang paling banyak
mempunyai serabut saraf sensibel terutama bagian sentralnya sehingga sentuhan
sedikit pada kornea akan dirasakan sangat sakit.

Kornea memiliki 5 lapisan yaitu :

Epitel
Membran bowman
Stroma
Membran descement
8

Endotel

Permukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah


mengalami trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar
penyakit pada jaringan ini. Kelainan kornea sering menjadi penyebab timbulnya
gejala pada mata
III. DEFINISI
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek
kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel
sampai stroma.
IV. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi
ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan
predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian
lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi
jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode
9

1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka


kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal,
penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama
2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau
morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea,
kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di
USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu
juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal
ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari
sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.3

V. PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan
sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
10

sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.
Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif,
regresi iris yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang
terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan
dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik.5

VI. ETIOLOGI
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang

11

keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P.


aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan

oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.


Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan
epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga
terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian
sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal
pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan
garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan
pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka
akan

terjadi

pengendapan

protein

permukaan

sehingga

bila

konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya


kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain
amonia,

cairan

pembersih

yang

mengandung

kalium/natrium
12

hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen


kornea.
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang
akan merusak epitel kornea.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan

yang

menurunkan

mekanisme

imun,

misalnya;

kortikosteroid dan golongan imunosupresif.


Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Rheumathoid arthritis

VII. KLASIFIKASI 1,6


Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
13

b. Ulkus kornea fungi


c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Kokus gram +

Pseudomonas

Jamur

Tukak yang

Tukak

berbatas tegas

melebar

berbentuk bulat

cepat,

atau lonjong,

kuning kehijauan disekitarnya

Virus

akan Infiltrat berwarna abu- Terdapat


dengan abu
berwarna infiltrate

berwarna
putih/abu-abu

suatu

dikelilingi dataran

sel

halus permukaan epitel

(fenomena satelit)

kornea

yang

disusul

dengan

bentuk

dendrite

atau bintang

Ulkus Kornea Sentral


a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh
streptokokus pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila
14

tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma
dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen
yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas

: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral

kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik
mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

Gambar Ulkus Kornea Bakterialis

Gambar Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang


dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat
dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran
ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini
terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu ditemukan hipopion yang tidak selamanya
sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat. Diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
b.. Ulkus Kornea Fungi

15

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu
pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di
bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang
dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak
lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan
radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Gambar Ulkus Kornea Fungi


c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala
kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva
hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat
dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex.
Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah.
Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya
disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai
16

dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,
jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya

Gambar Ulkus Kornea Dendritik

Gambar Ulkus Kornea Herpetik

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba


Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Kornea Perifer


a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,
toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
17

arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.

Gambar Ulkus Marginal


b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.
ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang
belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori
hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu
mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan
kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

Gambar Mooren's Ulcer


c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat
menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada
hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.
18

VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat
dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Pemeriksaan seidel (untuk melihat adanya perforasi kornea)
Komplikasi uikus kornea ini dapat terjadi sikatriks kornea, perforasi kornea dan
endoftalmitis

19

IX. PENGOBATAN
Pengobatan umumnya untuk ulkus adalah dengan, antibiotik lokal yang
sesuai dengan penyebabnya (Virus, bakteri dan jamur),
pasien dirawat bila mengancam (perforasi).
untuk mengurangi peradangan dapat diberikan kortikosteroid.
Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.
2. Vaughan, D.G., 2007, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
3.

Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007

4. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989


20

5. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

21

Anda mungkin juga menyukai