I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Nomor CM
Tanggal pemeriksaan
: Tn. A
: 42 tahun
: Laki-laki
: Islam
: SMP
: Petani
: Wegil Pati, Kudus
: 730208
: Selasa, 29 Maret 2016
ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 29 Maret 2016, pukul 10.40 WIB di Poli Mata,
RSUD KUDUS
A. Keluhan Utama
Mata kanan nyeri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan utama mata kanan nyeri. Nyeri yang
bersifat hilang timbul ini dirasakan sejak 2 minggu lalu saat matanya terkena
dami ketika sedang memanen padi, dan bertambah nyeri hingga sekarang.
Nyeri diperberat ketika mata tersentuh.
Pasien mengaku adanya mata merah setelah matanya terkena dami. Lalu
penglihatannya mulai menurun sejak 5 hari terakhir dan sekarang hanya
dapat melihat cahaya. Pasien mengatakan bahwa matanya seperti ada yang
mengganjal, banyak mengeluarkan air mata, lengket, dan banyak kotoran
yang berwarna kuning-kehijauan. Pasien juga mengatakan bahwa adanya
nyeri saat melihat cahaya beberapa hari lalu, namun keluhan tersebut tidak
dirasakan lagi sekarang.
Pasien sudah berobat ke rumah sakit di Demak lalu diberikan obat tetes
dan antibiotik namun tidak ada perubahan. Pasien menyangkal adanya
riwayat pemakaian lensa kontak.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM (-)
Riwayat trauma pada mata (+) terkena dami
Riwayat pemakaian obat seperti kortikosteroid (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga (-)
Riwayat DM (-)
E. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan petani
III.
PEMERIKSAAN
A. Status Generalis
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
B. Status Ophtalmologi
: 140/90 mmHg
: 72x/menit
: 36.7OC
: 18x/menit
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Bulbus okuli
blefarospasme (-),
Palpebra
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
entropion (-)
Edema (-),
Konjungtiva
infiltrat (+),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
hiperemis (-)
Merah
Bergaung, keruh, edema
Sklera
Putih
Bulat, jernih
edema (-),
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Iris
synekia (-)
Bulat,
Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: -/Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Pupil
Diameter 3mm
Lensa
Vitreus
Retina
glaumatosa (-)
IV.
RESUME
A. Subyektif
B. Objektif
OCULI DEXTRA (OD)
1/~
Edema (-),
PEMERIKSAAN
Visus
Konjungtiva
infiltrat (+),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
Merah
Bergaung, keruh, edema
hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih
Sklera
edema (-),
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Bulat,
Bulat,
4
Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: -/Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Pupil
Diameter 3mm
Lensa
Vitreus
Retina
V.
DIAGNOSA KERJA
OD ulkus kornea ec bakterial
DIAGNOSA DIFFERENSIAL
OD
OS
DASAR DIAGNOSA
1. OS ulkus Bakterial
a. Subjektif
i. Mata kanan nyeri, penglihatan berkurang, lengket, kotoran kuningkehijauan
b. Objektif
OCULI DEXTRA (OD)
1/~
Edema (-),
PEMERIKSAAN
Visus
Konjungtiva
infiltrat (+),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
Merah
Bergaung, keruh, edema
hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih
Sklera
edema (-),
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Bulat,
Bulat,
Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: -/Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Pupil
Diameter 3mm
Lensa
Vitreus
Retina
VII.
TERAPI
Ulkus Kornea OS
Promotive
Preventive
Gunakan kaca pada helm saat mengendarai kendaraan
Gunakan kaca mata pelindung saat bekerja
Kurative
Vigamox 5 x 2 OD tiap jam
C lyters 4 x 2 OD
Glukon 250 mg 3 x
Metil cobalamin 1 x 1
Rehabilitasi
Debridement
VIII.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad kosmetikam
Quo ad functionam
IX.
OCULI DEXTRA
OCULI SINISTRA
(OD)
Ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad malam
Dubia ad malam
(OS)
Ad bonam
Ad bonam
Ad bonam
Ad bonam
Tinjauan pustaka
ANATOMI KORNEA
Kornea (Latin Comum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata
yang tembus cahaya, Komea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata - rata
mempunyai tebal 550 m dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter
horizontalnya sekitar 11.75mm dan vetikalnya 10.6 mm
Merupakan lanjutan dari sklera, ikut membentuk bola mata, bagian dari media
refrakta (diperiksa dengan fundus reflek). Bersifat transparan dan avaskuler.
Diinervasi oleh N V ( trigeminus ), merupakan organ yang paling banyak
mempunyai serabut saraf sensibel terutama bagian sentralnya sehingga sentuhan
sedikit pada kornea akan dirasakan sangat sakit.
Epitel
Membran bowman
Stroma
Membran descement
8
Endotel
V. PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan
sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
10
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.
Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif,
regresi iris yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang
terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan
dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik.5
VI. ETIOLOGI
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang
11
terjadi
pengendapan
protein
permukaan
sehingga
bila
cairan
pembersih
yang
mengandung
kalium/natrium
12
yang
menurunkan
mekanisme
imun,
misalnya;
Pseudomonas
Jamur
Tukak yang
Tukak
berbatas tegas
melebar
berbentuk bulat
cepat,
atau lonjong,
Virus
berwarna
putih/abu-abu
suatu
dikelilingi dataran
sel
(fenomena satelit)
kornea
yang
disusul
dengan
bentuk
dendrite
atau bintang
tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma
dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen
yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas
kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik
mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
15
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu
pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di
bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang
dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak
lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan
radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,
jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat
dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Pemeriksaan seidel (untuk melihat adanya perforasi kornea)
Komplikasi uikus kornea ini dapat terjadi sikatriks kornea, perforasi kornea dan
endoftalmitis
19
IX. PENGOBATAN
Pengobatan umumnya untuk ulkus adalah dengan, antibiotik lokal yang
sesuai dengan penyebabnya (Virus, bakteri dan jamur),
pasien dirawat bila mengancam (perforasi).
untuk mengurangi peradangan dapat diberikan kortikosteroid.
Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.
2. Vaughan, D.G., 2007, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
3.
21