Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Nomor CM
Tanggal pemeriksaan
: Ny. C
: 67 tahun
: Perempuan
: Islam
: SMA
: Ibu Rumah Tangga
: Rendeng 02/05, Kudus
: 719707
: Selasa, 29 Maret 2016
ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 29 Maret 2016, pukul 11.10 WIB di Poli Mata,
RSUD KUDUS
A. Keluhan Utama
Mata kanan dan kiri buram
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan utama mata kanan dan kiri buram. Buram
seperti berkabut dirasakan sejak 5 bulan yang lalu, dan perlahan penglihatan
semakin tidak jelas sampai sekarang. Penglihatan yang buram ini dirasakan
semakin berat ketika malam hari.
Pasien mengeluhkan seperti ada yang mengganjal di kedua matanya,
cekot-cekot, dan merasa kemeng saat tidur. Ketika melihat cahaya pasien
merasa silau dan seperti melihat ada cincin di sekitarnya. Pasien menyangkal
adanya mata merah dan berair.
Pasien sudah berobat ke Rumah Sakit di Bengkulu, namun saat itu
dikatakan bahwa kataraknya masih tipis, dan hanya diberikan obat tetes dan
pil.
PEMERIKSAAN
A. Status Generalisata
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
B. Status Ophtalmologi
: 150/90 mmHg
: 84x/menit
: 36.4OC
: 16x/menit
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Persepsi Warna
Bulbus okuli
blefarospasme (-),
Palpebra
blefarospasme (-),
2
lagoftalmus (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
entropion (-)
Edema (-),
Edema (-),
Konjungtiva
infiltrat (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
hiperemis (-)
Putih
Bulat, keruh,
Sklera
edema (-),
keratik presipitat (-),
Putih
Bulat, keruh,
edema (-),
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Iris
synekia (-)
Bulat,
Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: +/+
Keruh sebagian, shadow
test (+)
Jernih
Papil N.II bulat, batas tegas,
Pupil
Diameter 3mm
Lensa
Vitreus
Retina
test (+)
Jernih
Papil N.II bulat, batas tegas,
glaumatosa (-)
22 mmHg
glaumatosa (-)
24 mmHg
TIO
IV.
RESUME
A. Subyektif
B. Objektif
OCULI DEXTRA (OD)
6/120
Bulat, keruh,
PEMERIKSAAN
Visus
edema (-),
keratik presipitat (-),
edema (-),
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Lensa
TIO
test (+)
24 mmHg
test (+)
22 mmHg
V.
DIAGNOSA KERJA
ODS katarak senilis imatur dengan glaukoma
DIAGNOSA DIFFERENSIAL
4
OD
Katarak insipien
Katarak matur
Glaukoma
sekunder
OS
sudut
Katarak insipien
Katarak matur
Glaukoma
sekunder
terbuka
VI.
sudut
terbuka
DASAR DIAGNOSA
1. ODS katarak senilis imatur dengan glaukoma
a. Subjektif
i. Mata kanan dan kiri buram berkabut, penglihatan menurun, silau
dan ada halo saat melihat cahaya
ii. Perasaan mengganjal di kedua mata, cekot-cekot, kemeng saat tidur
b. Objektif
OCULI DEXTRA (OD)
6/120
Bulat, keruh,
PEMERIKSAAN
Visus
edema (-),
keratik presipitat (-),
edema (-),
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Lensa
TIO
test (+)
24 mmHg
test (+)
22 mmHg
VII.
TERAPI
ODS katarak senilis imatur dengan glaukoma
Promotive
5
Preventive
Gunakan kaca mata hitam agar terlindung dari sinar
matahari
Kurative
C lyters 4 x 2 ODS
Timolol 0,5% 2 gtt II ODS
VIII.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad kosmetikam
Quo ad functionam
IX.
OCULI DEXTRA
OCULI SINISTRA
(OD)
Ad bonam
Dubia ad bonam
Ad bonam
Dubia ad bonam
(OS)
Ad bonam
Dubia ad bonam
Ad bonam
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
A. DEFINISI
6
Kelainan kongenital/herediter
2.
3.
radiasi sinar X
4.
5.
6.
C. KLASIFIKASI KATARAK
a. Developmental:
o Congenital terlihat pd usia < 1 thn
Untuk
mengetahui
penyebab
katarak
kongenital
diperelukan:
Konsep penuaan :
teori putaran biologik jaringan embrio manusia membelah 50
kali mati
imunologis ; dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat
imunologik yang menakibatkan kerusakan sel
teori mutasi mutan
teori A free radical
dengan
molekul
normal
mengakibatkan
degenerasi
o free radical bebas dapat dinetralkan oleh antioksidan dan
vit.E
teori Across-link Ahli biokimia mengatakan peningkatan
terjadi bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga
mengganggu fungsi .
Perubahan lensa pada usia lanjut:
A.kapsul
Menebal dan kurang elastis
Mulai presbiopi
Bentuk lamel kapsul berkurang
Terlihat bahan granular
B. epitel-makin tipis
Sel epitel pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
C. serat lensa
Lebih iregular
Pada korteks jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan
merubah protein nukleus
Korteks tidak berwarna karena:
9
10
Kekeruhan
Cairan lensa
Insipien
Ringan
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
Matur
Seluruh
(air Normal
Hiperatur
Masif
Berkurang
masuk)
(air+masa
Iris
Bilik
Normal
mata Normal
Terdorong
Dangkal
Normal
Normal
keluar)
Tremulans
Dalam
depan
Sudut
bilik Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Positif
Glaukoma
Negatif
-
Pseudopos
Uveitis
mata
Shadow test
Penyulit
Negatif
-
lensa
glaukoma
D.PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :
Nukleus zone sentral
Korteks perifer
Kapsul anterior dan posterior
Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan
perubahan kimia pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata
menjadi keruh. Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus multiple
(zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar lensa) menyebabkan
hilangnya transparansi lensa.
Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi
progresif sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium
dan kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi
karena meningkatnya usia sehingga terjadi penurunan enzim yang
menyebabkan proses degenerasi pada lensa.
11
Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi
karena:
a. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu
terdorong ke arah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah
menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion
kalsium dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan
pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lama
kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih menjadi
kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi
kehitam-hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau
katarak nigra.
b. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air
dan penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih
cembung dan membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya
perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak kortikal, penderita
seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia
yang bertambah (Wijana, 1983).
E. GEJALA DAN TANDA
PEMERIKSAAN
Tonometer
Gejala Subyektif:
Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun
secara progresif.
Visus mudur yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya
12
apa.
silau (glare) terutama saat melihat cahaya
Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.
Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang
disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda
dimuka retina.
Gejala Obyektif:
Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.
Pada oblique illumination(mata disinar dari samping): *Lensa tampak
keruh seluruhnya.
Camera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut
camera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat,
akibatnya terjadi glaukoma.
F. DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
13
Leukokoria
Oklusi pupil
Ablasi retina
Retinoblastoma
G.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
untuk
katarak
adalah
pembedahan
(operasi).
14
15
H.
KOMPLIKASI
Katarak dapat menyebabkan uveitis dan glaukoma sekunder. Uveitis
dapat terjadi pada katarak stadium hipermatur akibat pencairan dan
pengeluaran masa lensa ke bilik mata depan (COA). Protein lensa
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh sehingga timbul reaksi
inflamasi di uvea (uveitis). Akibat lanjut dari uveitis ini dapat terjadi
trabekulitis, sinekia (anterior/posterior) dan glaukoma sekunder.
Glaukoma sekunder dapat terjadi pada katarak stadium immatur dan
hipermatur. Pada stadium immatur, hidrasi lensa menyebabkan lensa
lebih mencembung dan akan mendorong iris ke depan sehingga akan
mempersempit sudut iridokorneal, selanjutnya dapat menghambat
outflow humor akuos. Pada stadium hipermatur, masa lensa yang keluar
dapat menyumbat jaringan trabekulum sehingga outflow humor akuos
juga terganggu.
I. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena
adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau
retina.Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi
paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak
kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.Prognosis penglihatan
pasien dikatakan baik apabila:
Fungsi media refrakta baik
17
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi:
a. Glaukoma primer
i. Glaukoma sudut terbuka
1. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka
kronik, glaukoma simpleks kronik)
2. Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)
ii. Glaukoma sudut tertutup
1. Akut
2. Subakut
3. Kronik
4. Iris plateau
b. Glaukoma kongenital
i. Glaukoma kongenital primer
ii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata
lain
1. Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan
2. Aniridia
iii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan
ekstraokular
c. Glaukoma sekunder
i. Glaukoma pigmentasi
ii. Sindrom eksfoliasi
iii. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
iv. Akibat kelainan traktus uvea
v. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
vi. Trauma
vii. Pascaoperasi
viii. Glaukoma neovaskular
ix. Peningkatan tekanan vena episklera
x. Akibat steroid
d. Glaukoma absolut
Hasil akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah mata
yang keras, tidak dapat melihat, dan sering nyeri.
19
Klasifikasi
glaukoma
berdasarkan
mekanisme
peningkatan
tekanan
intraokular
a. Glaukoma sudut terbuka
Membran pratrabekular
Kelainan trabekular
Kelainan pascatrabekular
b. Glaukoma sudut tertutup
Sumbatan pupil (iris bombe)
Pergeseran lensa ke anterior
Pendesakan sudut
Sinekia anterior perifer
D. PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal
iris. Pada keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan
bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum,
kanal Schlemm, sclera spur, garis Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan
normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior oleh badan siliar, lalu
melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata
melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah
gangguan aliran keluar humor aqueus akibat kelainan sistem drainase sudut
kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor
aqueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).
Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan
trabekular, sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra
okuler meningkat karena adanya hambatan outflow humor aqueus akibat
kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan
tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan
sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau
20
jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata
yang sempit (tertutup).
E. GEJALA DAN TANDA
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang
tanpa ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari
penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit
tersebut. Biasanya diketahui di saat penyakitnya sudah lanjut dan telah
kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
- Hilangnya lapang pandang perifer
- Sakit kepala
- Penglihatan kabur
- Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.
Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan
penurunan persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang
pandang yang progresif. Yang pertama hilang adalah lapang pandang perifer
yang pada akhirnya hanya akan menyisakan penglihatan yang seperti
terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya tidak memperhatikan
kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang sentralnya
masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala,
nausea, mata merah,
penglihatan
kabur
kehilangan
dan
penglihatan.
21
F. DIAGNOSIS
1. Funduskopi.
Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata
terutama saraf optik.
2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak
(menyentuh bola mata) maupun non kontak.
3. Gonioskopi.
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah
hambatan pengaliran humor aquous.
4. Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau
menilai hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan.
Pemeriksaan lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai
menderita glaukoma saja.
5.Tes provokasi
a. Untuk glaukoma sudut terbuka
i. Tes minum air
22
23
G. DIAGNOSA BANDING
Glaukoma primer sudut terbuka:
Glaukoma bertekanan rendah
Glaukoma sudut tertutup kronik
Glaukoma sekunder dengan sudut terbuka
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Supresi pembentukan humor aqueous
1) Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas
digunakan untuk terapi glaukoma. Obat ini dapat digunakan
tersendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Preparat yang
tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol
0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol
0,3%.
2) Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik 2 baru yang
menurunkan pembentukan humor akuos tanpa efek pada aliran
keluar.
25
pupil
sangat
penting
dalam
penatalaksanaan
glaukoma sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris
plateau.Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut
akibat iris bombe karena sinemia posterior. Apabila penutupan sudut
disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, sikloplegik (siklopentolat
dan atropin) dapat digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga
mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa ke
belakang.
2. Operasi
a. Iridektomi dan iridotomi perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk
komunikasi langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga
beda tekanan di antara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai
dengan laser neonidium: YAG atau aragon (iridotomi perifer) atau
dengan tindakan bedah iridektomi perifer. Iridotomi laser YAG adalah
terapi pencegahan yang digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi
serangan penutupan sudut.
b. Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu
goniolensa kejalinan trabekular dapat mempermudah aliran keluar HA
27
karena efek luka bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis
Schlemm serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan
fungsi jalinan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan untuk bermacammacam bentuk glaukoma sudut terbuka, dan hasilnya bervariasi
bergantung pada penyebab yang mendasari. Penurunan tekanan
biasanya memungkinkan pengurangan terapi medis dan penundaan
tindakan bedah glaukoma.
c. Bedah drainase glaukoma
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme
drainase normal, sehingga terbentuk akses langsung HA dari kamera
anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita, dapat dibuat dengan
trabekulotomi
atau
insersi
selang
drainase.Penyulit
utama
PROGNOSIS
28
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, H.S., 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.
29
30