Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 52 TAHUN


DENGAN ODS KATARAK SENILIS IMATUR
LAPORAN KASUS
Penguji kasus

: dr. Dina Novita Sp.M

Pembimbing

: dr. Intan Oktaviana Adiyanto

Dibacakan oleh

: Elsa Alamanda

Dibacakan tanggal

: 16 September 2014

I. PENDAHULUAN
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa atau kapsula lensa. Lensa berfungsi untuk
memfokuskan cahaya pada retina. Lensa merupakan salah satu media refrakta yang mempunyai
peranan penting dalam proses pengelihatan dan refraksi mata. Lensa mata berasal dari ektoderm,
berbentuk bikonveks dan transparan. Pada katarak terjadi kekeruhan lensa yang menyebabkan
terganggunya proses pengeihatan sehingga pada pasien katarak akan mengalami gejala utama
penurunan tajam penglihatan.1
Pada tahun 2002, WHO memperkirakan katarak menjadi penyebab 17 juta (47,8%)
kebutaan dari 37 juta kebutaan di seluruh dunia, dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 40
juta pada 2020. Di Indonesia sendiri prevalensi kebutaan berkisar 1.2% dari jumlah penduduk di
Indonesia. Dari angka tersebut, persentase kebutaan utama ialah katarak yaitu sebesar 0.7 %.
Katarak senilis atau katarak terkait usia merupakan jenis katarak yang paling sering terjadi.1
II. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Agama
Alamat
Pekerjaan
No. CM
Tanggal datang ke RS

: Tn. S
: 52 tahun
: Islam
: Jl. Tegalrejo RT/RW 002/002 Grobogan, Semarang
: Petani
: C496024
: 10 September 2014

III.ANAMNESIS

Autoanamnesis pada 10 September 2014 di poliklinik rawat jalan mata RSDK pada pukul 12.00
dan dilengkapi dengan catatan medik nomor C496024.
Keluhan Utama

: Penglihatan mata kanan dan kiri kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 4 bulan sebelum datang ke Rumah Sakit, pasien mengeluh penglihatan mata kanan
kabur perlahan-lahan, seperti terhalang kabut. Penglihatan kabur seperti berkabut dirasakan saat
melihat dalam jarak dekat maupun jauh. Keluhan berlangsung terus-menerus sepanjang hari
hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Semakin lama, penglihatan dirasakan semakin kabur.
Mata kanan belum ada keluhan. Mata merah (-), keluar kotoran mata (-), nyeri/cekot-cekot (-),
nrocos (-), gatal (-), melihat pelangi di sekitar cahaya lampu (+), melihat bayangan hitam
melayang-layang (-), melihat kilatan cahaya (-), terasa mengganjal (-).
3 bulan yang lalu muncul keluhan yang sama pada mata kiri. Penglihatan kedua mata kabur
seperti melihat kabut, pelan-pelan, keluhan semakin memberat, menganggu aktivitas sehari-hari
yakni pasien menjadi tidak dapat membaca dan kesulitan dalam bekerja. Mata merah (-), cekotcekot (-), nerocos (-), nyeri (-), keluar kotoran mata (-), silau (-), gatal (-), melihat pelangi di
sekitar cahaya lampu (+), melihat bayangan hitam melayang-layang (-), melihat kilatan cahaya
(-), terasa mengganjal (-). Pasien berobat ke RSUD Salatiga dan dikatakan menderita katarak
kemudian dirujuk ke RSDK.
Riwayat Penyakit dahulu
-

Riwayat sakit tekanan darah tinggi (-)

Riwayat sakit kencing manis (-)

Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya (-)


Riwayat minum jamu dan pemakaian obat tetes mata (-)
Riwayat trauma pada daerah mata (-)
Riwayat asma dan alergi obat (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat hipertensi di keluarga disangkal


Riwayat DM di keluarga disangkal
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi


2

Pasien seorang petani


Biaya pengobatan ditanggung JKN non PBI
Kesan : sosial ekonomi kurang

IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen (Tanggal 10 September 2014)
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: komposmentis GCS=15

Tanda vital

: TD

: 120/80 mmHg

suhu : 36,50 C

nadi : 82x/menit
Pemeriksaan fisik

RR

: 22 x/menit

: kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen
: tidak ada kelainan
ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 10 September 2014)


Nuklea
r

KI

SKP 2

Kortika
l

Nuklea
r

Lensa keruh
tidak merata

Lensa keruh
tidak merata

kortikal

SKP
3

3
KI

Oculus Dexter
4/60
S-3,00 6/12 NBC
Tidak dilakukan

Tidak ada kelainan


Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret(-), edema
(-)
Hiperemis

(-),

sekret

(-),

edema (-)
Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan
Jernih
Kedalaman cukup,

VISUS
KOREKSI
SENSUS COLORIS
PARASE/PARALYSE

Oculus Sinister
3/60
NC
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke

SUPERCILIA
PALPEBRA SUPERIOR
PALPEBRA INFERIOR
CONJUNGTIVA

segala arah
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-)
Hiperemis(-), sekret (-), edema

PALPEBRALIS
CONJUNGTIVA FORNICES
CONJUNGTIVA BULBI
SCLERA
CORNEA
CAMERA OCULI

Tyndall effect (-)


Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, central, regular,

ANTERIOR
IRIS
PUPIL

d : 3 mm, RP (+) N
Keruh tidak merata K1 N1
SKP2, iris shadow (+)
(+) kurang cemerlang
Tschiotz= 15,6 mmHg
Tidak dilakukan

LENSA
FUNDUS REFLEKS
TENSIO OCULI
SISTEM CANALIS

Tidak dilakukan
Papil N.II: bulat, batas tegas,

LACRIMALIS
TEST FLUORESCEIN
FUNDUSKOPI

(-)
Hiperemis

(-),

sekret

(-),

edema(-)
Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan
Jernih
Kedalaman cukup,
Tyndall effect (-)
Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, central, regular,
d : 3mm, RP (+) N
Keruh tidak merata K1 N1
SKP3, iris shadow (+)
(+) kurang cemerlang
Tschiotz= 18,5 mmHg
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Papil N.II: bulat, batas tegas,

CDR 0,3, kuning kemerahan

CDR 0,3, kuning kemerahan

Vasa: AVR 2/3, spasme arteri

Vasa: AVR 2/3, spasme arteri

(-), perjalanan normal.

(-), perjalanan normal.

Retina:

exudate

(-),

hard

Retina:

exudate

(-),

hard

exudate (-)

exudate (-)

Makula: RF (+) cemerlang,

Makula: RF (+) cemerlang,

edema (-)

edema (-)
4

V. RESUME
Seorang laki-laki berusia 52 tahun, datang dengan keluhan utama penurunan visus kronik,
progresif, hiperemis (-), sekret mata (-), lakrimasi (-), nyeri (-).
Pemeriksaan fisik
Status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal
Status oftalmologi
Oculus Dexter
4/60

VISUS

Oculus Sinister
3/60

S-3,00 6/12 NBC

KOREKSI

NC

Keruh tidak merata K1 N1 LENSA

Keruh tidak merata K1 N1

SKP2
(+) kurang cemerlang

SKP3
(+) kurang cemerlang

FUNDUS REFLEKS

VI. DIAGNOSIS BANDING


ODS: Katarak Senilis Matur
Katarak Senilis Immatur
VII. DIAGNOSIS KERJA
ODS : Katarak senilis immatur
OD Myopia ringan
VIII. TERAPI
OS ekstraksi katarak dengan phakoemulsifikasi dan penanaman IOL

IX.

PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam

OD
OS
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Du bia ad bonam
Dubia ad bonam
ad bonam
ad bonam
5

X.

Saran
- Lakukan pemeriksaan pre-operasi, yaitu:
Pemeriksaan mata: Retinometri, Keratometri, Biometri.
Pemeriksaan tanda vital, EKG, cek laboratorium meliputi darah rutin, PTT/PTTK,
gula darah sewaktu, elektrolit, ureum-creatinin.

XI. EDUKASI
- Menjelaskan pada pasien bahwa penglihatan mata kanan dan kiri menjadi semakin kabur
disebabkan oleh karena adanya kekeruhan pada lensa mata atau katarak
- Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat, tetapi dengan
operasi dan pemberian lensa tanam pada mata.
- Menjelaskan pada penderita bahwa katarak lama kelamaan akan menebal dan akhirnya
mengganggu penglihatan serta aktivitas. Bila terjadi kondisi demikian, katarak dapat
ditangani dengan operasi ekstraksi katarak dan pemberian lensa tanam pada mata.
- Menjelaskan tentang rencana operasi katarak dan pemasangan lensa tanam yang akan
dilaksanakan pada mata kanan dan kiri, serta menjelaskan kemungkinan komplikasi yang
dapat terjadi seperti pendarahan, robekan lapisan retina, infeksi, serta peradangan mata.
- Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi saraf
mata, keadaan bagian dalam mata dan menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam..
- Setelah operasi pasien perlu kontrol secara teratur hari pertama setelah operasi, hari ketujuh
dan satu bulan setelah operasi untuk memantau bila terjadi komplikasi dan untuk melihat
kemajuan pasca operasi.
XII. DISKUSI
KATARAK
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya. 2
Katarak biasanya mengenai kedua mata (bilateral), walaupun kecepatan perkembangannya
pada masing-masing mata mata jarang sama, katarak dapat berjalan progresif ataupun dapat
tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Penuaan adalah sebab paling umum dari
katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik
(diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. 2,3

Secara kimiawi pembentukan katarak ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan
mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan
kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang, hal ini
mengakibatkan lensa menjadi keruh. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak
transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu dan pasien akan mengeluh pada
penglihatannya seperti berkabut dan tajam pengliahtan yang menurun progresif.2,3
Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat.
Kekeruhan ini dapat juga ditemukan pada berbagai lokasi di lensa seperti kortek dan nukleus. 3
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit lamp, funduskopi
pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain dari pada pemeriksaan prabedah yang
diperlukan seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yng
berat berupa panoftalmitis pascabedah dan fisik umum.2,3
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1.
Katarak kongenital
: katarak yang sudah terlihat pada usia < 1 tahun
2.
Katarak juvenile
: katarak yang terjadi pada usia 1-20 tahun
3.
Katarak presenile
: katarak yang terjadi pada usia 20-50 thaun
4.
Katarak senile
: katarak yang terjadi pada usia >50 tahun

Penyebab katarak:
1. Proses penuaan
2. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, histoplasmosis, inklusi sitomegalik)
7

3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, myopia maligna,


ablasio retina, tumor intraocular, retinitis pigmentosa.
4. Penyakit sistemik seperti galaktosemia, diabetes

mellitus,

hipoparatiroid,

hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik, aminoasiduria, homosisteinuri,


5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma tembus atau tak tembus),
radiasi sinar UV, sinar rontgen, sinar neutron, elektrik shock, dan termal shock
6. Obat-obatan (naftalin, dinitrofenol, kortikosteroid, fenotiazin, echothiopate,
pilocarpine, phospoline iodine, amiodaron, klorpromazin, busulfan, ergot, triparanol
MER-29), metal (Cu dan Fe), dan defisiensi vitamin A,B,C dan E.
7. Pasca EKEK (Katarak sekunder)

KATARAK SENILIS
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50
tahun. Penyebab katarak senilis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Diduga terjadi
karena :
1. proses pada nucleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong kearah tengah, maka
serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nucleus) mengalami dehidrasi,
penimbunan ion calcium dan sklerosis. Pada nucleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen.
Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lama kelamaan nucleus lensa yang pada
mulanya berwarna putih, menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi cokelat dan kemudian
menjadi kehitam-hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.6
2. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah diantara serabut lensa, yang berisi air dan penimbunan calcium. Sehingga
lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak, menjadi lebih miop.6
Pada usia lanjut terjadi perubahan lensa :
1. Kapsul lensa
Menebal dan mengalami sklerosis kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
8

2. Epitel lensa
Makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
Lebih ireguler
Pada kortek jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotic nucleus, sinar UV semakin lama merubah protein nukleus
(histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklat
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal
Kortek tidak berwarna karena :
1. Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
2. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda6
Katarak Senil dibagi menjadi empat stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur
(katarak morgagni).
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile
Gejala
Kekeruhan lensa
Cairan lensa
Iris
Iris shadow
Penyulit

Insipien
Ringan
Normal

Imatur
Sebagian
Bertambah

Normal
Negative

(air masuk)
Terdorong
Positif
Glaucoma

Matur
Seluruh
Normal
Normal
Negatif

Hipermatur
Massif
Berkurang
(air+masa lensa keluar)
Tremulans
Pseudopositif
Glaucoma, uveitis

Katarak Immatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan tersebut terutama terdapat
dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan dilensa, maka
sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan diposterior
lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga
pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflex pemantulan cahaya
pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang
keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+). 6
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
9

myopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong
kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat
menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.6

Tatalaksana katarak
Terapi utama katarak adalah pembedahan yakni dengan EKIK, fakoemulsifikasi ataupun
EKEK dengan pemasangan IOL. Untuk katarak stadium insipien ataupun imatur dapat diberikan
medikamentosa yang diharapkan dapat mencegah atau menghambat progresifitas kekeruhan
lensa. Misalnya obat yang mengandung pirenoxine, suatu antioksidan yang berfungsi untuk
menghambat oksidasi lipid pada lensa mata. Seperti telah diketahui, salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya pengeruhan lensa pada katarak senilis adalah oksidasi lensa mata oleh
senyawa oksidan seperti oxidized glutathione.5
Indikasi pembedahan pada katarak senilis :
1. Indikasi klinis :Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun
visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.
2. Indikasi visual : Tergantung dari katarak monokuler atau binokuler.6

Terapi pembedahan :
1. EKEK
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks. Sebagian
kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak
dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi.
Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia.
Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh.
Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di
posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita
dengan zonulla zinii yang rapuh.3,7
10

a. Keuntungan :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus
dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara
aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan
endofthalmitis.

b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
2. EKIK
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK dilakukan
pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14mm,
lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinii yang telah
rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.3
a. Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe,
forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan pembedahan yang paling mutakhir, yang dilakukan dibawah
mikroskop , dengan menggunakan getaran suara ultrasonik. Secara garis besar dilakukan sebagai
berikut :
Mula-mula dibuat irisan sepanjang 3 mm dipinggir kornea bagian atas dengan keratom

11

Melalui irisan ini dimasukkan pipa halus kedalam camera occuli anterior. Melalui pupil
yang lebar, pipa menerobos kapsul lensa
Dengan memencet tombol, pipa dapat bergetar dan vibrasi suara ultra ini dapat
menghancurkan lensa. Pada saat yang sama, melalui pipa ini juga dilakukan cairan garam
fisiologis atau cairan lain sebagai larutan irigasi, untuk membersihkan kepingan lensa.
Melalui pipa yang sama, cairan ini disedot bersama sisa-sisa lensa sampai bersih.6

Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses penyembuhan
dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang
fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga
meminimalkan risiko prolaps vitreus. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik
dan kebanyakan katarak senilis.7
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan, kadar
gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif

12

Perawatan pasca operasi :


1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat 6 bulan
Pasien ini didiagnosis sebagai katarak senilis immatur dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Anamnesis:
- Penderita berusia 52 tahun
- Pandangan kabur
- Penurunan visus bersifat kronik progresif
2. Pemeriksaan oftalmologis:
Oculus Dexter
4/60

VISUS

Oculus Sinister
3/60

S-3,00 6/12 NBC

KOREKSI

NC

Keruh tidak merata K1 N1 LENSA

Keruh tidak merata K1 N1

SKP2
(+) kurang cemerlang

SKP3
(+) kurang cemerlang

FUNDUS REFLEKS

Dalam kasus ini telah dijelaskan pengobatan terbaik untuk mata kiri dan kanan yaitu dengan
operasi ekstaksi katarak dengan tehnik fakoemulsifikasi dan penanaman IOL, karena jenis
katarak pada pasien ini adalah imatur. Meskipun teknik operasi ini menghasilkan insidensi
komplikasi luka yang lebih rendah, harus tetap diwaspadai adanya kemungkinan-kemungkinan
komplikasi saat maupun setelah operasi seperti perdarahan, robekan lapisan lensa bagian
belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan retina, dan peradangan pada mata. Oleh
karena itu sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi
mata, keadaan bagian dalam mata, dan menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam. Setelah
menjalani operasi, pasien juga dianjurkan untuk berhati-hati dalam bergerak, menghindari
aktivitas berat selama kurang lebih 1 bulan lamanya serta menjalani kontrol secara teratur untuk
memantau kemajuan pasca operasi.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Katarak. Jakarta: Balai penerbit FK UI, 1997
2. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya
Medika,2000
3. Ilyas S. Trauma mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK UI,1998
4. Cahyani E, Suhardjo, Ghozi M, Gunawan W. Kadar asam urat serum pada
penderita katarak. Cermin Dunia Kedokteran 2001; 132: 32-6
5. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI, 2006.
6. Nana Wijana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal, 1993

14

7. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract. Singapore :
American Academy of Ophthalmology,2008.

15

Anda mungkin juga menyukai