Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan pengumpulan data
penelitian yang berjudul Hubungan tingkat keteraturan ANC ibu hamil dengan
kelancaran proses persalinan di BPS Susilowati Desa Sidobandung tahun 2011
sebanyak 30 responden. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram dan
tabel serta keterangan singkat. Penyajian data tersebut meliputi gambaran lokasi
penelitian, data umum dan data khusus.
Ruang Periksa
Ruang Konseling
Ruang Persalinan
Ruang Nifas
Ruang Tunggu
Ruang Kamar Mandi Pasien
: 1 ruang
: 1 ruang
: 1 ruang
: 1 ruang
: 1 ruang
: 1 ruang
33
34
Pemeriksaan Kehamilan
Pertolongan Persalinan
Perawatan Nifas
Imunisasi
Pelayanan KB (pil, suntik, implant, IUD)
4.1.2
Data Umum
Gambar 4.1
di
BPS
Susilowati
Desa
35
2.
Karakteri
stik pendidikan responden
3.
Karakte
ristik penghasilan responden
36
37
4.
Karakteris
tik pekerjaan responden
Data Khusus
Frekuensi
13
17
30
Prosentase (%)
43,3%
56,7%
100%
38
39
Kelancaran proses
persalinan
Lancar
Tidak lancar
Jumlah
Frekuensi
Prosentase (%)
22
8
30
73,3%
26,7%
100%
Tingkat keteraturan
ANC
Baik
Tidak baik
Jumlah
f
13
17
22
30
73,3
26,7
Total
%
43,
3
56,
7
100
40
Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Approx. Sig.
.351
.040
30
4.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan data penelitian mengenai hubungan
tingkat keteraturan ANC ibu hamil dengan kelancaran proses persalinan di BPS
Susilowati Desa Sidobandung tahun 2011. Data tersebut akan diuraikan sebagai
berikut :
1. Tingkat keteraturan ANC ibu hamil
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden lebih
dari sebagian dengan tingkat keteraturan ANC tidak baik yaitu 17 responden
(56,7%).
Pelayanan antenatal merupakan asuhan yang ditujukan kepada ibu hamil,
yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan asuhan, tetapi juga
41
pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga
mendapatkan ibu dan anak yang sehat (Mufdlilah, 2009 : 23). WHO (World
Health Organization) menganjurkan batasan minimal kunjungan pemeriksaan
kehamilan adalah sebanyak 4 kali selama masa kehamilan, yakni : minimal 1
kali pada Triwulan I, minimal 1 kali pada Triwulan II dan minimal 2 kali pada
Triwulan III (Saifuddin AB, 2006 : 90).
Berdasarkan hasil penelitian di BPS Susilowati Desa Sidobandung tahun
2011 yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil, memiliki tingkat
pendidikan dasar (SD). Ibu hamil dengan pendidikan dasar akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru diperkenalkan
sehingga tidak mengenal dampak atau bahaya yang mungkin dapat terjadi bila
tidak melakukan kunjungan antenatal care. Hal ini sesuai dengan teori
Nursalam & Pariani (2001 : 133) yang menyatakan bahwa makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan.
Sedangkan jika dilihat dari pekerjaan responden yang sebagian besar ibu
hamil bekerja tani menjadikan ibu tidak memiliki waktu yang lebih untuk
melakukan kunjungan antenatal care. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo
Soekidjo (2003 : 7) yang menyatakan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang
dikeluarkan untuk mencari nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk
dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih
42
sedikit untuk memperoleh informasi. Ibu yang bekerja mencari nafkah akan
kekurangan waktu dan kurang perhatian terhadap pemeriksaan kehamilan.
Kemudian berdasarkan penghasilan responden menunjukkan bahwa
banyak ibu hamil yang mempunyai penghasilan rendah. Dengan penghasilan
yang rendah ibu cenderung akan memenuhi kebutuhan dasar saja dan
melakukan penundaan dalam melakukan kunjungan antenatal care. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada umumnya seseorang yang
berpendapatan tinggi dapat memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) seharihari seperti sandang, pangan dan papan sehingga tercapai keluarga yang
sejahtera. Sebaliknya suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok karena kurangnya pendapatan disebut
kemiskinan. Kemiskinan, salah satu determinan sosial merupakan akar dari
ketidakmampuan dalam pengadaan pangan, pemukiman kumuh dan
tidak
sehat
serta
ketidakmampuan
mengakses
fasilitas
kesehatan.
(http://www.setneg.go.id).
2. Kelancaran proses persalinan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebagian
besar dengan proses persalinan lancar yaitu 22 responden (73,3%).
Menurut Saifudin Abdul Bari (2002 : 183), proses persalinan dikatakan
normal bila pada primigravida kala I 13 jam atau tidak melewati garis
waspada pada partograf dan kala II 2 jam sedangkan pada multigravida kala
I 7 jam atau tidak melewati garis waspada pada partograf dan kala II 1
jam. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan antara
lain power His (kontraksi otot rahim), kontraksi otot dinding perut dan
43
kekuatan mengejan), pasanger (Janin dan plasenta) dan passage (Jalan lahir
lunak dan jalan lahir tulang) (Manuaba, 1998 : 160).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses persalinan pada responden
sebagian besar lancar. Hal ini dikarenakan ibu saat bersalin dalam kondisi
yang baik. Keadaan ini dikarenakan selama hamil ibu melaksanakan
kunjungan kehamilan secara teratur sehingga dalam kunjungan tersebut ibu
banyak memperoleh informasi tentang kehamilannya. Dengan pengetahuan
tersebut ibu dapat menjaga kesehatan diri dan janinnya sehingga dalam
menghadapi proses persalinan dapat berlangsung dengan lancar.
3. Hubungan tingkat keteraturan ANC ibu hamil dengan kelancaran proses
persalinan
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 30 responden terdapat
kurang dari sebagian responden dengan tingkat keteraturan ANC baik dan
proses persalinannya lancar sebanyak 12 responden (40%), sedangkan
responden yang tingkat keteraturan ANC tidak baik dan proses persalinannya
tidak lancar sebanyak 7 responden (23,3%) .
Kemudian dibuktikan dengan hasil uji statistik koefisien kontingensi
dengan program SPSS 16.0 diperoleh hasil uji korelasi antara tingkat
keteraturan ANC ibu hamil dengan kelancaran proses persalinan dengan nilai
signifikan P (0,040) < (0,05) maka H1 diterima, yang berarti ada hubungan
antara tingkat keteraturan ANC ibu hamil dengan kelancaran proses
persalinan. Dan diperoleh nilai r sebesar 0,351 yang berarti keeratan hubungan
antar variabelnya rendah.
44
berlangsung
dengan
sendirinya.
Dengan
senam
hamil,
akan
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran penelitian Hubungan
tingkat keteraturan ANC ibu hamil dengan kelancaran proses persalinan di BPS
Susilowati Desa Sidobandung tahun 2011.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang didapatkan, maka dapat diambil kesimpulan
penelitian yaitu :
1. Kurang dari sebagian responden di BPS Susilowati Desa Sidobandung tahun
2011 dengan tingkat keteraturan ANC baik.
2. Sebagian besar responden di BPS Susilowati Desa Sidobandung tahun 2011
dengan proses persalinan lancar.
3. Ada hubungan antara tingkat keteraturan ANC ibu hamil dengan kelancaran
proses persalinan di BPS Susilowati Desa Sidobandung tahun 2011. Dan
diperoleh nilai r sebesar 0,351 yang berarti keeratan hubungan antar
variabelnya rendah.
5.2 Saran
5.2.1
Bagi peneliti
Untuk mengembangkan penelitian yang akan datang sebaiknya peneliti
menggunakan responden yang lebih banyak guna mengetahui hasil yang lebih
maksimal dan representatif.
5.2.2
Bagi responden
43
46
dalam berkomunikasi dengan ibu hamil lewat penyuluhan sehingga ibu hamil
akan menjadi lebih mengerti tentang pentingnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan guna membantu kelancaran proses persalinan.