Anda di halaman 1dari 3

Hukum Mengqadha Shalat bagi Orang yang

Meninggalkannya dengan Sengaja

Pertanyaan:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Maaf, saya mau bertanya, Ustadz. Apakah
benar ada dalilnya tentang mengqadha shalat? Misalnya kita terlambat melaksanakan shalat
Subuh atau tidak rutin dalam melaksanakannya. Bagaimana cara mengqadhanya karena
saya belum pernah mendapatkan haditsnya. Wassalamualaikum.
Jawaban:
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu wamaghfiratuh.
Para ulama berselisih pendapat dalam masalah hukum mengqadha shalat bagi orang yang
meninggalkannya dengan sengaja. Mereka terbagi kepada dua golongan:
Golongan Pertama:
Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa barangsiapa yang menunda shalat sampai
keluar dari waktunya maka dia berdosa besar dan wajib untuk menggantinya di luar waktu
shalat tersebut berdasarkan sabda Nabi :







Hutangnya Allah lebih berhak untuk diselesaikan. [HR Al Bukhari (1953) dan Muslim
(1148)]
Dalil lainnya adalah hadits Anas bin Malik radhiallahu anhu, bahwasanya Rasulullah
bersabda:










Barangsiapa yang lupa melaksanakan shalat atau tertidur darinya, maka dendanya adalah
dia melaksanakan shalat tersebut ketika dia mengingatnya. [HR Al Bukhari (597) dan
Muslim (684)]
Mereka mengatakan bahwa apabila orang yang tertidur dan lupa saja wajib atas mereka
untuk mengganti shalatnya padahal mereka adalah orang-orang yang telah mendapatkan
uzur dari Allah, maka orang yang meninggalkannya dengan sengaja tentunya lebih wajib
lagi atasnya untuk mengganti shalatnya karena dia tidak mendapatkan uzur.
Golongan Kedua:
Ibnu Hazm di dalam kitab Al Muhalla menukil pendapat sebagian sahabat dan tabiin
mengatakan bahwa qadha shalat bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat itu tidaklah
ada karena Allah taala telah menetapkan batas waktu tertentu untuk shalat. Selain itu,
pengqadhaan shalat itu termasuk ke dalam perkara syariat. Syariat itu hanya boleh
ditetapkan oleh Allah taala melalui lisan Rasul-Nya . Pada kenyataannya tidak
ada dalil shahih yang dengan jelas menetapkan hukum qadha shalat bagi orang yang
meninggalkannya dengan sengaja. Sekali lagi kami ulangi: dengan sengaja.

Di antara dalil tidak adanya syariat mengqadha shalat bagi orang yang meninggalkannya
dengan sengaja adalah hadits Abdullah bin Umar radhiallahu anhu, bahwasanya
Rasulullah bersabda:










Barangsiapa yang luput darinya shalat Ashar, maka seolah-olah dia telah kehilangan
keluarga dan hartanya. [HR Al Bukhari (552) dan Muslim (626)]
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja
maka tidak ada jalan untuk mendapatkannya kembali. Kalau seandainya dia bisa
mendapatkannya kembali dengan menggantinya, maka tidaklah ada bedanya dia dengan
orang yang meninggalkan shalat karena uzur yang diperbolehkan.
Dalil lainnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya Rasulullah
bersabda:

Barangsiapa yang mendapatkan satu rakaat shalat Subuh sebelum matahari terbit, maka
dia telah mendapatkan shalat Shubuh. Barangsiapa yang mendapatkan satu rakaat dari
shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapatkan shalat Ashar. [HR
Al Bukhari (579) dan Muslim (608)]
Di dalam riwayat Al Bukhari yang lainnya ada tambahan:




Maka sempurnakanlah shalatnya.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani berkata di dalam kitabnya Silsilatul Ahaditsi Ash
Shahihah (1/100): Makna sabda Nabi Maka sempurnakanlah shalatnya.
adalah karena dia telah sempat melaksanakannya di waktunya sehingga terlepaslah
kewajibannya. Orang yang tidak sempat mendapatkan satu rakaat (sebelum waktunya
habis) maka dia tidak boleh menyempurnakannya karena itu tidak boleh disebabkan
waktunya telah lewat, sehingga kewajibannya belum lagi terlepas. Sampai kepada
perkataan beliau: Apabila orang yang tidak sempat mendapatkan satu rakaat tidak
diperintahkan untuk menyempurnakan shalat, maka tentunya terlebih lagi bagi orang yang
sama sekali tidak mendapatkan waktu shalat (karena meninggalkannya dengan sengaja).
Syekh Al Albani memberikan bantahan terhadap dalil pertama dari golongan pertama yang
mengqiyaskan antara orang yang meninggalkan shalat secara sengaja dengan orang yang
meninggalkan shalat karena lupa atau tertidur dengan mengatakan: Ini adalah qiyas yang
salah, bahkan barangkali ia merupakan qiyas paling rusak yang pernah ada di permukaan
bumi, karena ia merupakan qiyas sesuatu dengan lawannya. Qiyas seperti ini jelas-jelas
kerusakannya karena bagaimana mungkin mengqiyaskan antara orang yang mendapatkan
uzur dengan orang yang tidak mendapatkan uzur, antara orang yang sengaja meninggalkan
dengan orang yang lupa, dan antara orang yang tidak mendapatkan kafarah (denda) dari
Allah dengan orang yang mendapatkan kafarah dari Allah?!

Kemudian beliau menukilkan perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah yang sangat penting
dalam hal ini. Silakan melihat kitab Silsilatul Ahaditsi Ash Shahihah (1/100).
Adapun bantahan terhadap dalil mereka yang memakai hadits Hutangnya Allah lebih
berhak untuk diselesaikan. adalah bahwa pendalilan dengan hadits ini tidaklah tepat karena
ibadah yang dituntut untuk ditunaikan itu haruslah dilakukan pada waktu yang telah
ditetapkan oleh Allah. Apabila dilakukan di luar waktu yang telah ditetapkan, maka dia tidak
dituntut lagi dan dianggap telah melakukan penyepelean dan berdosa besar .
Demikianlah pendapat dari kedua golongan ulama tentang permasalahan mengqadha shalat
bagi orang yang meninggalkannya dengan sengaja. Wallahu alam bish shawab.


Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Syarh Bulughul Maram karya Syekh
Muhammad bin Hizam Al Badani hafizhahullah taala.
-----------------------------Demikianlah pendapat dari kedua golongan ulama tentang permasalahan mengqadha shalat
bagi orang yang meninggalkannya dengan sengaja. Adapun pendapat yang kami pilih
adalah pendapat yang kedua. Terhadap orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja
maka yang harus dia lakukan adalah segera bertaubat dan meminta ampun kepada Allah
atas penyepeleannya terhadap perintah Allah yang sangat penting ini. Dia juga sangat
dianjurkan untuk memperbanyak melakukan shalat-shalat sunat demi menutupi berbagai
kekurangan yang terjadi pada shalat fardhu. Rasulullah bersabda:


-



Sesungguhnya amalan manusia yang paling pertama kali diperiksa pada hari kiamat
adalah shalat. Rabb kita azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya -dan Dia lebih
mengetahui- : Lihatlah kepada shalat hamba-Ku ini, apakah dia menyempurnakannya
ataukah ada kekurangannya. Kalau shalatnya sempurna, dituliskan baginya pahala yang
sempurna. Kalau ada kekurangan, maka Allah akan berkata: Coba periksa apakah hambaKu pernah melaksanakan shalat sunat? Kalau dia ada melaksanakan shalat sunat, maka
sempurnakanlah pahala shalat fardhunya dari pahala shalat sunatnya. Begitu pula seluruh
amalan yang fardhu akan dinilai dengan cara demikian. [HR Abu Daud (864) dari Abu
Hurairah. Hadits shahih.]
Wallahu alam bish shawab.

Anda mungkin juga menyukai