Seperti halnya dengan wudhu, meski amalan ini terkesan ringan dan ringkas,
tetapi memiliki keutamaan yang besar tiada tara. Sebagaimana yang Allah
subhanahu wataala janjikan pada ayat diatas. Berikut ini kami sebutkan
beberapa keutamaan wudhu, diantaranya:
Setiap anak cucu Adam pasti selalu melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik
mereka yang melakukan kesalahan adalah yang selalu bertaubat kepada-Nya.
(HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad Darimi)
Akan tetapi, dengan rahmat Allah subhanahu wataala yang amat luas, Allah
subhanahu wataala memberikan solusi yang mudah untuk membersihkan diri
dari noda-noda dosa diantaranya dengan wudhu. Hingga ketika seseorang
selesai dari wudhu maka ia akan bersih dari noda-noda dosa tersebut.
Dari shahabat Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam bersabda:
Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu kemudian mencuci
wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya tersebut setiap dosa pandangan yang
dilakukan kedua matanya bersama air wudhu atau bersama akhir tetesan air
wudhu. Apabila ia mencuci kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa
yang dilakukan kedua tangannya tersebut bersama air wudhu atau bersama
akhir tetesan air wudhu. Apabila ia mencuci kedua kaki, maka akan keluar
setiap dosa yang disebabkan langkah kedua kakinya bersama air wudhu atau
bersama tetesan akhir air wudhu, hingga ia selesai dari wudhunya dalam
keadaan suci dan bersih dari dosa-dosa. (HR Muslim no. 244).
Subhanallah sebuah rahmat dan kasih sayang yang sangat besar tiada tara
yang diberikan Sang Rabbul Alamin kepada para hamba-Nya.
Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan
dahi, kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu. (HR. Al
Bukhari no. 136 dan Muslim no. 246)
dalam riwayat yang lain:
Bagaimana engkau mengenali umatmu setelah sepeninggalmu, wahai
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam Seraya Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam menjawab: Tahukah kalian bila seseorang memilki kuda yang
berwarna putih pada dahi dan kakinya diantara kuda-kuda yang yang berwarna
hitam yang tidak ada warna selainnya, bukankah dia akan mengenali kudanya?
Para shahabat menjawab: Tentu wahai Rasulullah. Rasulullah berkata:
Mereka (umatku) nanti akan datang dalam keadaan bercahaya pada dahi dan
kedua tangan dan kaki, karena bekas wudhu mereka. (HR. Mslim no. 249)
Selain wudhu memiliki keutamaan yang besar, wudhu juga memilki peranan
dan pengaruh penting pada amalan yang lainnya.
Coba perhatikan pada shalat lima waktu atau shalat sunnah lainnya yang kita
kerjakan! Tidak akan sah shalat jika tanpa berwudhu terlebih dahulu. Karena
wudhu merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Sebagaiamana Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Berikut ini akan kami paparkan beberapa waktu disunnahkan (dianjurkan) untuk
berwudhu. Dengan ini kita akan mengetahui betapa tinggi peranan dan
pengaruh dari sebuah amalan wudhu. Sehingga kita tidak menganggapnya
enteng. Diantara waktu yang disunnahkan untuk berwudhu, yaitu:
Dan sunnah ini pun akan mengarahkan pada mimpi yang baik dan terjauhkan
diri dari permainan setan yang selalu mengincarnya. (Lihat Fathul Bari 11/125
dan Syarah Shahih Muslim 17/27)
Tentang sunnah ini, Rasulullah telah menjelaskan dalam sabda beliau yang
diriwayatkan dari sahabat Al Barra bin Azib, bahwasanya beliau berkata:
Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana
wudhumu untuk shalat. (HR. Al Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710)
Lebih jelas lagi, dari riwayat shahabat Muadz bin Jabal, bahwasanya
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dalam keadaan dengan berdzikir
dan bersuci, kemudian ketika telah terbangun dari tidurnya lalu meminta kepada
Allah kebaikan dunia dan akhirat, melainkan pasti Allah akan
mengabulkannya. (Fathul Bari juz 11/124)
Para pembaca, bila kita baca biografi para ulama, maka kita dapati mereka
amat bersungguh-sungguh menjaga wudhunya dalam setiap keadaan. Sebagai
contoh, Al Imam Asy Syathibi. Beliau adalah seorang yang buta, akan tetapi
tidaklah beliau duduk disuatu majlis ilmu, kecuali beliau selalu dalam keadaan
suci. Bahkan diantara ulama ada yang tidak mau membaca hadits-hadits
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam hingga mereka berwudhu terlebih
dahulu. Bukan karena mereka berpendapat wajibnya berwudhu ketika hendak
membaca hadits, akan tetapi yang mendasari hal itu adalah kesungguhan
mereka untuk memuliakan ilmu dan untuk mendapatkan keutamaan yang besar
dalam wudhu.
Akhir kata, wudhu bukanlah amalan yang remeh bahkan amalan yang besar
disisi Allah subhanahu wataala. Sehingga mendorong kita untuk selalu dalam
kondisi suci (berwudhu) dan berupaya bagaimana berwudhu dengan sempurna
yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Maka
ikutilah pada edisi-edisi mendatang yang insya Allah akan menampilkan sebuah
tema menarik tentang taca cara wudhu yang sesuai dengan sunnah Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam.
1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh
hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan
kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu
sholat tarawih, iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu
disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang
tidak mau ikut latihan ini.
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang
dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal
ibadah,
dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang
monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat
Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat,
dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk
beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat?
tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan
Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan
Akhirat.
3. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di
bulan Ramadhan kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita
betapa sedihnya nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim
yang tiada orang tuanya, fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak.
Apakah kita tidak merasa prihatin? Sehingga kita peduli untuk membantu
saudara-saudara kita yang kelaparan. Baik karena kondisi ekonomi, atau
disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang yang tidak peduli pada nasib
orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga Allah mengataka orang
yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai orang yang
tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan
sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai
orang yang salah menilai atau memandang kehidupan.
4. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam
kehidupan. Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah,
menetapkan niat yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan
puasa adalah untuk melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari
yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil.
Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa
berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
5. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai
nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang
ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah,
membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga
segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam
ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
Hikmah zakat, infaq dan shadaqah bagi orang yang melakukannya. Diantara
hikmah zakat, infaq, dan shadaqah bagi orang yang melakukannya adalah : a.
Menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat kekayaan yang telah
di berikan. b. Membersihkan dan mensucikan diri dari harta yang dimilikinya,
mengikis sifat kikir dan akhlak tercela serta mendidik agar bersifat pemurah dan
berakhlak mulia, sesuai dengan firman Allah dalam surat At0Taubah ayat 103
yang telah di kemukakan di atas. c. Mendidik manusia agar senantiasa sadar
bahwa harta miliknya secara mutlak dan bukan merupakan tujuan hidup. Tetapi
harta bagi seorang muslim merupakan titipan (amanah) Allah yang harus
dipergunakan sebagai alat untuk mengabdikan diri (ibadah) kepada Nya dan
sebagai alat bagi manusia untuk menjalankan tugas hidupnya. d. Mendekatkan
diri (taqarrub) kepada Allah SWT dan menghapuskan dosa. 2. Hikmah zakat,
infaq dan shadaqah bagi masyarakat Banyak hikmah yang terkandung dalam
zakat, infaq dan shadaqah bagi masyarakat, diantaranya adalah : a. Menolong
orang yang lemah dan susah agar mereka dapat menunaikan kewajibannya, baik
terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. b. Memperkecil jurang
perbedaan (gap) secara ekonomi, antara orang yang kaya dan orang miskin,
sehingga si miskin dapat memperbaiki kondisi ekonominya. Dengan demikian,
rasa persaaudaraan dan saling membantu akan tumbuh, dan sifat-sifat negatif,
seperti dengki dan iri hati akan terkikis. c. Mendidik jiwa masyarakat agar
memiliki kepedulian sosial, suka berkorban, menghindari sifat egoistis, dan
masa bodoh terhaap sesama manusia, khususnya sesama muslim. Dalam islam
harta memiliki fungsi sosial untuk kepentingan masyarakat, kepentingan
perjuangan agama, di samping untuk memenuhi kepentingan pribadi. d.
Memperguh dan memupuk keimanan muallaf, yaitu orang orang yang
imannya masih rawan karena baru masuk islam dan sekaligus dapat merupakan
daya tarik bagi mereka yang tidak islam.
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang
ruku. [al-Baqarah/2:43]
Allh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat merupakan sifat
kaum Mukminin yang taat. Allh Azza wa Jalla berfirman :
Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allh Azza wa
Jalla yang dilakukan oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di
sisi Allh Azza wa Jalla . Allh Subhanahu wa Taala berfirman :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allh Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. [at-Taubah/9:103].
Ada juga hadits yang menegaskan makna di atas, sebagaimana dalam hadits
Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa
sallambersabda :
Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syari yang terkandung
dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah itu terangkum dalam
dua kata yang muhkam yaitu, Dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.[7]
Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan manusia
berupaya untuk selalu mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di dunia dan
suka menumpuk harta. Sifat ini akan menumbuhkan sikap monopoli terhadap
semua. Tentang hakikat ini, Allh Azza wa Jalla berfirman :
Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan kesalahan. Bila
seseorang terselamatkan darinya dan terlindungi dari sifat kikir maka dia akan
sukses, sebagaimana firman Allh Azza wa Jalla yang artinya, Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.
[al-Hasyr/59:9]
Allh Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang yang kikir lagi bakhil,
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allh berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. [Ali
Imrn/3:180]
6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati Terhadap Orang
Kaya.
Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta yang
melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa jadi
kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan
kebencian dalam hati orang miskin kepada orang kaya. Rasa-rasa ini tentu
melemahkan hubungan antar sesama Muslim, bahkan berpotensi memutus tali
persaudaraan.
Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang mengancam
masyarakat dan mengguncang pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya
dengan menjelaskan bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini
adalah metode praktis yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut
dan untuk menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota masyarakat.
[10]
Allh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allh tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. (al-
Baqarah/2:276). Yakni menumbuhkan dan memperbanyak. [12]
Juga firman-Nya, yang artinya, Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan,
maka Allh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki yang sebaik-
baiknya. (Saba`/34:39). Yakni Allh menggantinya di dunia dengan yang
semisalnya dan di akhirat dengan pahala dan balasan. [13]
Tidak ada satu hari di mana manusia mendapatkan waktu pagi kecuali ada dua
malaikat turun, salah satu dari keduanya berkata, Ya Allh berikanlah
pengganti kepada orang yang berinfak. Sedangkan yang lainnya berkata, Ya
Allh berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan. [Muttafaqun alaihi]
2. Ibadah ini merupakan salah satu penebus dosa terutama bagi Anda yang
bisa haji dengan mabrur. Anda akan melihat bagaiaman umat muslim dari
seluruh dunia berkumpul berdesakan untuk meraih ridha Allah dalam
ibadah mereka. Tentu saja ini akan menjadi hikmah tersendiri untuk Anda
bisa menjadi bagian dari ibadah di tanah suci ini.
3. Oleh karena itu, melihat dari hikmah pertama maupun kedua sudah
seharusnya Anda mengambil ibadah haji maupun umroh yang Anda
lakukan sebagai bentuk ibadah dimana Anda bisa membersihkan dosa
dengan ibadah di tempat yang sangat mustajab untuk beribadah dan
beroda khususnya melakukan taubat tersebut. Niatkan bahwa mulai
sekarang Anda ingin berubah untuk hidup lebih baik di jalan Allah
dengan melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi laranganNya
agar hidup Anda selanjutnya lebih bermanfaat dan dosa-dosa pun
diampuni. Tapi, bagi yang belum bisa melaksanakan ibadah ke tanah suci,
bukan berarti Anda belum waktunya bertaubat, bertaubat harus dilakukan
oleh siapapun dan dimanapun. Hanya saja, Rumah Allah ini merupakan
tempat yang akan sangat mustajab untuk melakukannya. Justru, dengan
bertaubat sejak sekarang dengan sering-sering juga berdoa agar Anda
dimudahkan rizkinya diberikan kelancaran untuk niat ingin pergi juga ke
sana, Insya Allah akan cepat dikabulkan juga oleh Allah. Anda pun bisa
segera merasakan kemustajaban doa dan taubat di tanah suci tersebut.
4. Jika Anda orang yang sebelumnya masih goyah, maka Insya Allah
dengan haji atau umroh keimanan Anda akan lebih teguh lagi. Anda bisa
melihat sendiri apa yang ada dalam Al-Quran atau Hadits mengenai
tanah suci dan keagungan Allah tersebut adalah benar. Misalnya tentang
bagaimana Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan
dengan bangsa dan suku yang berbeda-beda. Di sana Anda akan melihat
dan menemukannya, kaum muslim dari berbagai belahan dunia dengan
tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, dan bahasa yang berbeda ada
semua. Allah pun menciptakan manusia dalam perbedaan tersebut tidak
lain agar kita saling mengenal, menjalin silaturahmi dan tentu saja
meyakini kekuasaan Allah tersebut.
5. Tidak sedikit dari pengalaman para jamaah ibadah haji atau umroh yang
mengalami peristiwa penuh hikmah selama di sana. Peristiwa dimana
Allah seperti membukakan mata dan hati Anda atas perbuatan yang
pernah Anda lakukan. Anda pun pasti akan menyadari bahwa Anda
pernah berbuat demikian hingga mengalami hal demikian. Walaupun
tidak semuanya, tapi peristiwa ini akan menjadi pengalaman berharga
yang membuat kita semakin beriman dan menyadari bahwa apa yang kita
lakukan, baik atau buruk pasti ada balasannya.
Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah semata-
mata kepada Allah di dekat rumah-Nya (Kabah) yang mulia, mebersihkan
sekitar Kabah dari berhala-berhala, patung-patung, najis-najis yang Allah
Subhanahu wa Taala haramkan serta dari segala hal yang mengganggu orang-
orang yang sedang menjalankan haji atau umrah atau hal-hal lain yang
menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan mereka.
:
,
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Satu
umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya
dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah [HR Bukhari dan
Muslim, Bahjatun Nanzhirin no. 1275]
Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh[al-Hajj/22: 27]
Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama. Kemudian
(berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari seluruh negeri-
negeri Allah Subhanahu wa Taala yang ada ilmu dan ahli ilmu. Namun semua
asalnya adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah yang tua.
Maka wajib bagi para ulama dan dai, dimana saja mereka berada, terlebih lagi
di lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Taala ini, untuk mengajari manusia,
orang-orang yang menunaikan haji dan umrah, orang-orang asli dan pendatang
serta para penziarah, tentang agama dan manasik haji mereka.
Di sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika engkau dapati
seorang alim ahli syariat Allah, maka pergunakanlah kesempatan. Janganlah
engkau takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak bisa diraih oleh orang-orang
yang takabur, pemalas, lemah serta pemalu. Ilmu itu membutuhkan kesigapan
dan kemauan yang tinggi.
Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak akan
malu dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan menampakkan
kemusykilan yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan tersebut.
7. Menyebarkan Ilmu
Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudara-saudaranya
yang melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di
mobil, di pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan di segala tempat. Ini adalah
kesempatan yang Allah Subhanahu wa Taala anugerahkan. Engkau bisa
menyebarkan ilmu-mu dan menjelaskan apa yang engkau miliki, akan tetapi
haruslah dengan apa yang engkau ketahui berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah
dan istimbath ahli ilmu dari keduanya. Bukan dari kebodohan dan pemikiran-
pemikiran yang menyimpang dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
8. Memperbanyak Ketaatan
Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Taala.
Maka disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk
memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah haram.
Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qiraatul quran, tasbih, tahlil, dzikir. Juga
perbanyaklah amar maruf nahi mungkar dan dawah kepada jalan Allah
Subhanahu wa Taala di mana banyak orang berkumpul dari Afrika, Eropa,
Amerika, Asia dan lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk mempergunakan
kesempatan ini sebaik-baiknya.
9. Menunaikan Nadzar
Walaupun nadzar itu sebaiknya tidak dilakukan, akan tetapi seandainya
seseorang telah bernadzar untuk melakukan ketaatan, maka wajib baginya untuk
memenuhinya.
Dari Abu Musa Al-Asari Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda :
Hal ini dapat diketahui melalui beberapa hadits Rasulullah SAW berikut ini :
"Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, dia tidak melakukan perbuatan-perbuatan maksiat
dan tidak pula mengeluarkan kata-kata yang kotor, maka ia akan kembali ke
negeri asalnya tanpa dosa, sebagaimana ia dilahirkan ibunya pertama
kali." (HR. Bukhari, Muslim, An -Nasa'i, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Abu
Hurairah).
Dari ketiga hadits di atas, tidak ada pembedaan antara dosa kecil dan dosa
besar. Oleh sebab itu, menurut Mazhab Hanafi, dosa yang dihapus tersebut
adalah dosa besar dan dosa kecil. Bila dosa kecil dan besar sudah dihapus oleh
Allah SWT, tentunya seseorang akan terhindar dari siksaan neraka.
Berkenaan dengan ini ada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir
bin Abdullah, "Pada saat wukuf itu, Allah turun ke langit dunia dan berfirman
kepada malaikat:" Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku
dengan rambut kusut, berdebu, berbondong -bondong dari segenap pelosok
bumi yang jauh untuk mengharapkan keridhaan-Ku dan memohon dijauhi dari
siksa neraka. Dan tidak ada orang yang lebih banyak dibebaskan dari api
neraka kecuali pada hari Arafah."
Ibadah haji ini sangat memberikan manfaat yang banyak bagi para pedagang,
karena jumlah jamaah haji dan umrah yang banyak tersebut tentunya
membutuhkan kebutuhan yang sangat banyak pula. Di sisi lain, ibadah haji juga
banyak memberikan manfaat secara ekonomi bagi umat Islam yang tidak
memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, khususnya untuk negara-
negara yang ada di dalamnya umat Islam yang miskin.
Ayat ini merupakan teguran terhadap sekelompok orang (yang dikenal dengan
al-hummas) yang mengingkari kesamaan nilai kemanusiaan, kemudian dengan
perasaan memiliki keistimewaan diri, mereka enggan bersatu dengan orang
banyak dalam melakukan wukuf. Mereka melakukan wukuf di Muzdalifah,
sedangkan orang banyak melakukan wukuf di Arafah.
Pada ibadah haji , khususnya semenjak berlaku pakaian ihram, ada sejumlah
larangan yang harus diindahkan oleh jamaah haji. Diantaranya tidak menyakiti
binatang, tidak membunuh, tidak menumpahkan darah, dan tidak mencabut
pepohonan.
Demikian beberapa hikmah ibadah haji dan umrah. Masih banyak hikmah-
hikmah lainnya yang bisa dipetik dari pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Allah
tidak sia-sia dalam mensyariatkan ibadah haji dan umrah. Di dalam kedua
ibadah tersebut, terkandung hikmah dan pelajaran yang banyak dan sangat
berharga.