Anda di halaman 1dari 41

Para pembaca yang mulia, wudhu merupakan suatu amalan yang kerap kali kita

lakukan. Tata caranya cukup ringkas dan praktis. Namun mengandung


keutamaan yang besar. Sehingga tidak boleh kita memandangnya dengan
sebelah mata. Karena seluruh syariat yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam terkandung padanya hikmah dan manfaat. Allah subhanahu
wataala berfirman (artinya):
Sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya (siapa pun) walau menzhalimi
sekecil dzarrah (sekecil apapun), dan jika ada kebajikan walau sebesar dzarrah,
niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan pahala yang besar.
(An Nisaa': 40)

Seperti halnya dengan wudhu, meski amalan ini terkesan ringan dan ringkas,
tetapi memiliki keutamaan yang besar tiada tara. Sebagaimana yang Allah
subhanahu wataala janjikan pada ayat diatas. Berikut ini kami sebutkan
beberapa keutamaan wudhu, diantaranya:

1. Pembersih dari Noda-Noda Dosa dan Penambah Amal Kebajikan


Perlu kita sadari, bahwa manusia itu bukanlah makhluk yang sempurna, bahkan
Allah subhanahu wataala sebagai Sang Khaliq (Pencipta) mensifati manusia
dengan sifat yang sering lalai dan bodoh, sehingga sering terjatuh dalam
perbuatan dosa dan kezhaliman. Sebagaimana firman Allah subhanahu wataala
(artinya):
Sesungguhnya manusia itu amat aniaya (zhalim) dan amat bodoh. (Al Ahzab:
72) Ditegaskan pula dalam hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dari
sahabat Anas bin Malik:


Setiap anak cucu Adam pasti selalu melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik
mereka yang melakukan kesalahan adalah yang selalu bertaubat kepada-Nya.
(HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad Darimi)

Akan tetapi, dengan rahmat Allah subhanahu wataala yang amat luas, Allah
subhanahu wataala memberikan solusi yang mudah untuk membersihkan diri
dari noda-noda dosa diantaranya dengan wudhu. Hingga ketika seseorang
selesai dari wudhu maka ia akan bersih dari noda-noda dosa tersebut.
Dari shahabat Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam bersabda:
Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu kemudian mencuci
wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya tersebut setiap dosa pandangan yang
dilakukan kedua matanya bersama air wudhu atau bersama akhir tetesan air
wudhu. Apabila ia mencuci kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa
yang dilakukan kedua tangannya tersebut bersama air wudhu atau bersama
akhir tetesan air wudhu. Apabila ia mencuci kedua kaki, maka akan keluar
setiap dosa yang disebabkan langkah kedua kakinya bersama air wudhu atau
bersama tetesan akhir air wudhu, hingga ia selesai dari wudhunya dalam
keadaan suci dan bersih dari dosa-dosa. (HR Muslim no. 244).

Subhanallah sebuah rahmat dan kasih sayang yang sangat besar tiada tara
yang diberikan Sang Rabbul Alamin kepada para hamba-Nya.

2. Anggota Wudhu Akan Bercahaya Pada Hari Kiamat


Pada hari kiamat nanti, umat Nabi Muhammad Nabi shalallahu alaihi wasallam
akan terbedakan dengan umat yang lainnya dengan cahaya yang nampak pada
anggota wudhu. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan
dahi, kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu. (HR. Al
Bukhari no. 136 dan Muslim no. 246)
dalam riwayat yang lain:
Bagaimana engkau mengenali umatmu setelah sepeninggalmu, wahai
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam Seraya Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam menjawab: Tahukah kalian bila seseorang memilki kuda yang
berwarna putih pada dahi dan kakinya diantara kuda-kuda yang yang berwarna
hitam yang tidak ada warna selainnya, bukankah dia akan mengenali kudanya?
Para shahabat menjawab: Tentu wahai Rasulullah. Rasulullah berkata:
Mereka (umatku) nanti akan datang dalam keadaan bercahaya pada dahi dan
kedua tangan dan kaki, karena bekas wudhu mereka. (HR. Mslim no. 249)

Dalam hadits diatas menjelaskan bahwa umat Nabi Muhammad shalallahu


alaihi wasallam yang akan bercahaya nanti pada hari kiamat itu disebabkan
karena amalan wudhu. Tentunya, siapa yang tidak pernah berwudhu, maka
bagaimana mungkin dia akan bercahaya yang dengan tanda itu Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam akan mengenali sebagai umatnya?

3. Mengangkat Derajat Disisi Allah subhanahu wataala


Semulia-mulia derajat adalah derajat yang tinggi disisi Allah subhanahu
wataala. Adapun seseorang yang meraih derajat tinggi dihadapan manusia itu
belum tentu ia berada pada derajat tinggi disisi Allah subhanahu wataala. Maka
dengan wudhu yang sempurna akan dapat mengangkat derajat yang tinggi
disisi Allah subhanahu wataala. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
bersabda:
Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah akan
menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajatnya! Para shahabat berkata:
Tentu, wahai Rasulullah. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
bersabda: Menyempurnakan wudhu walaupun dalam kondisi sulit,
memperbanyak jalan ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, maka
itulah yang disebut dengan ar ribath. (HR. Muslim no. 251)

Selain wudhu memiliki keutamaan yang besar, wudhu juga memilki peranan
dan pengaruh penting pada amalan yang lainnya.
Coba perhatikan pada shalat lima waktu atau shalat sunnah lainnya yang kita
kerjakan! Tidak akan sah shalat jika tanpa berwudhu terlebih dahulu. Karena
wudhu merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Sebagaiamana Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Tidaklah Allah menerima shalat seseorang apabila ia berhadats hingga dia


berwudhu. (HR Al Bukhari no 135 dan Muslim no 225 dari sahabat Abu
Hurairah)
Demikian pula ijma (kesepakatan) para ulama bahwasanya shalat tidak boleh
ditegakkan kecuali dengan berwudhu terlebih dahulu, selama tidak ada udzur
untuk meninggalkan wudhu tersebut (Al Ausath 1/107).

Berikut ini akan kami paparkan beberapa waktu disunnahkan (dianjurkan) untuk
berwudhu. Dengan ini kita akan mengetahui betapa tinggi peranan dan
pengaruh dari sebuah amalan wudhu. Sehingga kita tidak menganggapnya
enteng. Diantara waktu yang disunnahkan untuk berwudhu, yaitu:

1. Berwudhu Ketika Hendak Pergi ke Masjid


Termasuk sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berwudhu sebelum
berangkat shalat berjamaah ke masjid. Yang memiliki pengaruh (nilai) yang
lebih dibanding tidak berwudhu sebelumnya. Yaitu Allah subhanahu wataala
menjadikan barakah pada setiap langkah kaki kanan maupun kiri berupa
pengahusan dosa dan penambahan pahala. Sebagaimana Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam bersabda:
Apabila seorang dari kalian berwudhu, lalu ia menyempurnakan wudhunya,
kemudian ia pergi ke masjid karena semata-mata hanya untuk melakukan shalat,
maka tidaklah ia melangkahkan kaki kirinya melainkan terhapus kejelekan
darinya dan dituliskan kebaikan bersama langkah kaki kanannya hingga masuk
masjid. (HR. Ath Thabrani dalam Al Mujam Al Kabir dari shahabat Ibnu
Umar dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami no. 454)

2. Menyentuh Mushaf Al Quran


Al Quran adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wasallam sebagai kitab suci umat Islam. Dalam
rangka memulikan Al Quran sebagai kalamullah (firman Allah) maka
disunnhakan berwudhu sebelum memegang kitab suci Al Quran ini. Al Imam
Ath Thabrani dan Al Imam Ad Daraquthni meriwayatkan hadits Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam dari shahabat Hakim bin Hizam radhiallahu anhu:

Janganlah kamu menyentuh Al Quran kecuali dalam keadaan suci.


Bagaimana jika hanya membacanya saja tanpa menyentuhnya, apakah hal ini
juga disunnahkan (dianjurkan) oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam? Ya,
hal itu disunnahkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Sebagaimana
sabdanya:
Sesungguhnya aku tidak menyukai berdzikir kepada Allah kecuali dalam
keadaan suci. (HR. Abu Daud dan An Nasai dari sahabat Ibnu Umar dan
dishahihkan Asy Syaikh Al Albani).
Tentunya, membaca Al Quran adalah semulia-mulia dzikir kepada Allah
subhanahu wataala.

3. Berwudhu Ketika Hendak Tidur


Termasuk sunnah Rasulullah adalah berwudhu sebelum tidur. Hal ini bertujuan
agar setiap muslim dalam kondisi suci pada setiap kedaannya, walaupun ia
dalam keadaan tidur. Hingga bila memang ajalnya datang menjemput, maka
diapun kembali kehadapan Rabb-Nya dalam keadaan suci.

Dan sunnah ini pun akan mengarahkan pada mimpi yang baik dan terjauhkan
diri dari permainan setan yang selalu mengincarnya. (Lihat Fathul Bari 11/125
dan Syarah Shahih Muslim 17/27)
Tentang sunnah ini, Rasulullah telah menjelaskan dalam sabda beliau yang
diriwayatkan dari sahabat Al Barra bin Azib, bahwasanya beliau berkata:
Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana
wudhumu untuk shalat. (HR. Al Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710)
Lebih jelas lagi, dari riwayat shahabat Muadz bin Jabal, bahwasanya
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dalam keadaan dengan berdzikir
dan bersuci, kemudian ketika telah terbangun dari tidurnya lalu meminta kepada
Allah kebaikan dunia dan akhirat, melainkan pasti Allah akan
mengabulkannya. (Fathul Bari juz 11/124)

Demikianlah sunnah yang selalu dijaga oleh Rasulullah shalallahu alaihi


wasallam ketika hendak tidur, yang semestinya kita sebagai muslim
meneladaninya. Bahkan ketika beliau terbangun dari tidurnya untuk buang
hajat, maka setelah itu beliau berwudhu lagi sebelum kembali ke tempat
tidurnya. Sebagaimana yang diceritakan Abdullah Bin Abbas radhiallahu
anhuma:
Bahwasanya pada suatu malam Rasulullah pernah terbangun dari tidurnya
untuk menunaikan hajat. Kemudian beliau membasuh wajah dan tangannya
(berwudhu) lalu kembali tidur. (HR. Al Bukhari no. 6316 dan Abu Dawud no.
5043 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud
no. 4217)
4. Berwudhu Ketika Hendak Berhubungan Dengan Istri
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga memberikan bimbingan bagi para
pasutri (pasangan suami istri) ketika hendak bersetubuh. Hendaknya bagi
pasutri berdoa sebelum melakukannya, dengan doa yang telah diajarkan oleh
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan)


setan dan jauhkan (gangguan) setan terhadap apa yang Engkau rezikan kepada
kami. (HR. Al Bukhari no. 141)
Kemudian ketika sudah usai dan ingin mengulanginya lagi maka hendaknya
keduanya berwudhu terlebih dahulu. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
bersabda: Apabila seseorang telah berhubungan denga istrinya, kemudia ingin
mengulanginya lagi maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu. (HR. Muslim
no 308, At Tirmidzi, Ahmad dari Abu Said Al Khudri dan dishahihkan Asy
Syaikh Al Albani dalam Ats Tsamarul Mustathob hal.5)
Dengan tujuan agar setan tidak ikut campur dalam acara yang sakral ini dan bila
dikarunia anak, maka setan tidak mampu memudharatkannya.

Para pembaca, bila kita baca biografi para ulama, maka kita dapati mereka
amat bersungguh-sungguh menjaga wudhunya dalam setiap keadaan. Sebagai
contoh, Al Imam Asy Syathibi. Beliau adalah seorang yang buta, akan tetapi
tidaklah beliau duduk disuatu majlis ilmu, kecuali beliau selalu dalam keadaan
suci. Bahkan diantara ulama ada yang tidak mau membaca hadits-hadits
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam hingga mereka berwudhu terlebih
dahulu. Bukan karena mereka berpendapat wajibnya berwudhu ketika hendak
membaca hadits, akan tetapi yang mendasari hal itu adalah kesungguhan
mereka untuk memuliakan ilmu dan untuk mendapatkan keutamaan yang besar
dalam wudhu.
Akhir kata, wudhu bukanlah amalan yang remeh bahkan amalan yang besar
disisi Allah subhanahu wataala. Sehingga mendorong kita untuk selalu dalam
kondisi suci (berwudhu) dan berupaya bagaimana berwudhu dengan sempurna
yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Maka
ikutilah pada edisi-edisi mendatang yang insya Allah akan menampilkan sebuah
tema menarik tentang taca cara wudhu yang sesuai dengan sunnah Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam.

5. Hikmah sholat bagi kehidupan manusia


Sehingga dari keterangan diatas, mulai arti sholat dan hubungannya dengan
ibadah lainnya, latar belakang dan tujuan adanya sholat, sampai unsure unsure
sholat, dapat kita ambil hikmahnya, antara lain :
a. Mendekatkan diri dengan Allah SWT
Sholat sebagai ibadah ritual umat Islam, merupakan sarana kita mendekatkan
diri kepada Allah. Karena dengan sholat, kita ingat akan dekatnya Allah kepada
kita, sehingga membuat umat muslim semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran ( QS. Al Baqarah 186 ).
b. Menjaga kesadaran dan pengendalian diri
Dengan sholat manusia akan selalu ingat kepada Allah, ingat akan dirinya
sebagai hamba yang harus selalu mengabdi kepada Allah. Sehingga mereka
akan sadar akan dirinya dan selalu menjaga dirinya dari hawa nafsu.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. ( At Thoha
14 )
c. Motivasi dan terapi psikologis
Dari latar belakang turunnya perintah sholat dan unsur bacaan sholat dari
takbir sampai salam maknaya terdiri dari ikrar pemujaan, pengabdian,
permohonan. Ayat yang dibaca setelah Al fatihah, disesuaikan dengan
kebutuhan, sehingga membuat kita termotivasi. Ketika kita down, dengan sholat
membuat kita ingat akan tujuan kita akan beribadah kepada Allah, hal ini
membuat kita akan bangkit lagi dari keterpurukan.
d. Memupuk rasa persamaan, persatuan dan persaudaraan
Adanya sholat berjamaah, menunjukkan kesamaan gerak dan koordinasi
umat muslim dalam menjalankan aturan dan perintah Allah SWT. Hal ini
membuat meningkatnya persaudaraan, persatuan dan kebersamaan umat. Dan
apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila
mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat)[344],
maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh)
dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu
bersembahyanglah mereka denganmu[345]], dan hendaklah mereka bersiap siaga
dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah
terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu
mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit;
dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang
menghinakan bagi orang-orang kafir itu. ( An Nisaa 102 )

e. Mencegah perbuatan keji dan munkar


Dengan kesadaran akan Allah sebagai Tuhan dan manusia sebagai hamba,
membuat kita selalu menjaga dan mengendalikan diri, sehingga dapat terhindar
dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana firman Allah, Bacalah apa
yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar... ( QS.Al Ankabut 45 ).
f. Menanamkan disiplin diri terhadap waktu
Allah memerintahkan sholat di waktu waktu yang telah ditetapkan seperti
yang sekarang dikerjakan. Hal ini membuat umat muslim terlatih akan disiplin
waktu dalam menjalankan perintah, sehingga mereka terbiasa disiplin dalam
kehidupan. Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan
yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. ( Huud 114 )
Hikmah Puasa

1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh
hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan
kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu
sholat tarawih, iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu
disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang
tidak mau ikut latihan ini.
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang
dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal
ibadah,
dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang
monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat
Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat,
dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk
beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat?
tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan
Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan
Akhirat.
3. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di
bulan Ramadhan kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita
betapa sedihnya nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim
yang tiada orang tuanya, fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak.
Apakah kita tidak merasa prihatin? Sehingga kita peduli untuk membantu
saudara-saudara kita yang kelaparan. Baik karena kondisi ekonomi, atau
disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang yang tidak peduli pada nasib
orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga Allah mengataka orang
yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai orang yang
tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan
sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai
orang yang salah menilai atau memandang kehidupan.
4. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam
kehidupan. Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah,
menetapkan niat yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan
puasa adalah untuk melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari
yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil.
Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa
berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
5. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai
nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang
ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah,
membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga
segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam
ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.

Hikmah zakat, infaq dan shadaqah bagi orang yang melakukannya. Diantara
hikmah zakat, infaq, dan shadaqah bagi orang yang melakukannya adalah : a.
Menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat kekayaan yang telah
di berikan. b. Membersihkan dan mensucikan diri dari harta yang dimilikinya,
mengikis sifat kikir dan akhlak tercela serta mendidik agar bersifat pemurah dan
berakhlak mulia, sesuai dengan firman Allah dalam surat At0Taubah ayat 103
yang telah di kemukakan di atas. c. Mendidik manusia agar senantiasa sadar
bahwa harta miliknya secara mutlak dan bukan merupakan tujuan hidup. Tetapi
harta bagi seorang muslim merupakan titipan (amanah) Allah yang harus
dipergunakan sebagai alat untuk mengabdikan diri (ibadah) kepada Nya dan
sebagai alat bagi manusia untuk menjalankan tugas hidupnya. d. Mendekatkan
diri (taqarrub) kepada Allah SWT dan menghapuskan dosa. 2. Hikmah zakat,
infaq dan shadaqah bagi masyarakat Banyak hikmah yang terkandung dalam
zakat, infaq dan shadaqah bagi masyarakat, diantaranya adalah : a. Menolong
orang yang lemah dan susah agar mereka dapat menunaikan kewajibannya, baik
terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. b. Memperkecil jurang
perbedaan (gap) secara ekonomi, antara orang yang kaya dan orang miskin,
sehingga si miskin dapat memperbaiki kondisi ekonominya. Dengan demikian,
rasa persaaudaraan dan saling membantu akan tumbuh, dan sifat-sifat negatif,
seperti dengki dan iri hati akan terkikis. c. Mendidik jiwa masyarakat agar
memiliki kepedulian sosial, suka berkorban, menghindari sifat egoistis, dan
masa bodoh terhaap sesama manusia, khususnya sesama muslim. Dalam islam
harta memiliki fungsi sosial untuk kepentingan masyarakat, kepentingan
perjuangan agama, di samping untuk memenuhi kepentingan pribadi. d.
Memperguh dan memupuk keimanan muallaf, yaitu orang orang yang
imannya masih rawan karena baru masuk islam dan sekaligus dapat merupakan
daya tarik bagi mereka yang tidak islam.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah :

1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allh Azza wa Jalla Dengan


Menjalankan Perintah-Nya.
Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum Muslimin melaksanakan
kewajiban agung ini, sebagaimana Allh Azza wa Jalla firmankan dalam banyak
ayat, diantaranya :

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang
ruku. [al-Baqarah/2:43]

Allh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat merupakan sifat
kaum Mukminin yang taat. Allh Azza wa Jalla berfirman :

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allh ialah orang-orang yang


beriman kepada Allh dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allh, maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk. [at-Taubah/9:18]

Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allh Azza wa Jalla dengan


menjalankan perintah-Nya melalui pelaksanaan kewajiban zakat sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan syariat.

Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allh Azza wa
Jalla yang dilakukan oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di
sisi Allh Azza wa Jalla . Allh Subhanahu wa Taala berfirman :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih,


mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Rabbnya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. [al-Baqarah/2:277].
Juga firman-Nya.

Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang


Mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-
Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allh dan hari
Kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala
yang besar. [an-Nisa`/4:162]

2. Mensyukuri Nikmat Allh Dengan Menunaikan Zakat Harta Yang Telah


Allh Azza wa Jalla Limpahkan Sebagai Karunia Kepada Manusia.
Allh Azza wa Jalla berfirman :

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
[Ibrhim/14:7]

Mensyukuri nikmat adalah kewajiban seorang muslim, dengannya nikmat akan


langgeng dan bertambah. Imam as-Subki rahimahullah mengatakan, Diantara
makna yang terkandung dalam zakat adalah mensyukuri nikmat Allh
Subhanahu wa Taala . Ini berlaku umum pada seluruh taklief (beban) agama,
baik yang berkaitan dengan harta maupun badan, karena Allh Azza wa Jalla
telah memberikan nikmat kepada manusia pada badan dan harta. Mereka wajib
mensyukuri nikmat-nikmat tersebut, mensyukuri nikmat badan dan nikmat
harta. Hanya saja, meski sudah kita tahu itu merupakan wujud syukur atas
nikmat badan atau nikmat harta, namun terkadang kita masih bimbang. Zakat
masuk kategori ini. [5]

Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allh, mensyukuri-Nya


dan menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan ketaatan kepada Allh
Azza wa Jalla .

3.Menyucikan Orang Yang Menunaikan Zakat Dari Dosa-Dosa.


Allh Azza wa Jalla berfirman :

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allh Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. [at-Taubah/9:103].

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, Sesungguhnya kewajiban membayar


zakat dalam ayat di atas berkaitan dengan hikmah pembersihan dari dosa-
dosa.[6]

Ada juga hadits yang menegaskan makna di atas, sebagaimana dalam hadits
Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa
sallambersabda :

Sedekah itu bisa memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan


api.[HR. Ahmad 5/231 dan at-tirmidzi no. 2616 dan dishahihkan al-Albani
dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi]

Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syari yang terkandung
dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah itu terangkum dalam
dua kata yang muhkam yaitu, Dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.

4. Membersihkan Orang Yang Menunaikannya Dari Sifat Bakhil.


Al-Ksni rahimahullah mengatakan, Sesungguhnya zakat membersihkan jiwa
orang yang menunaikannya dari kotoran dosa dan menghiasi akhlaknya dengan
sifat dermawan dan pemurah. Juga membuang kekikiran dan kebakhilan, karena
tabiat jiwa sangat menyukai harta benda. Zakat dapat membiasakan orang
menjadi pemurah, melatih menunaikan amanat dan menyampaikan hak-hak
kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam firman Allh Azza wa Jalla :

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.[7]

Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan manusia
berupaya untuk selalu mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di dunia dan
suka menumpuk harta. Sifat ini akan menumbuhkan sikap monopoli terhadap
semua. Tentang hakikat ini, Allh Azza wa Jalla berfirman :

Dan manusia itu sangat kikir. [al-Isr`/17:100]

Allh Azza wa Jalla berfirman :

Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. [an-Nis`/4:128]


Sifat kikir ini merupakan faktor terbesar yang menyebabkan manusia sangat
tergantung kepada dunia dan berpaling dari akhirat. Sifat ini menjadi sebab
kesengsaraan. Nabi Shallallahu alaihi wa sallambersabda :

Sengsara hamba dinar, sengsara hamba dirham, sengsara hamba khamishah !


Bila dia diberi maka dia rela, bila tidak maka dia murka, sengsara dan
tersungkurlah dia, bila dia tertusuk duri maka dia tidak akan mencabutnya. [8]

Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan kesalahan. Bila
seseorang terselamatkan darinya dan terlindungi dari sifat kikir maka dia akan
sukses, sebagaimana firman Allh Azza wa Jalla yang artinya, Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.
[al-Hasyr/59:9]

Allh Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang yang kikir lagi bakhil,

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allh berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. [Ali
Imrn/3:180]

al-Fakhrurrazi rahimahullah berkata, Kecintaan mendalam terhadap harta bisa


melalaikan jiwa dari kecintaan kepada Allh dan persiapan menghadapi
kehidupan akhirat. Hikmah Allh Azza wa Jalla menuntut agr pemilik harta
mengeluarkan sebagian harta yang dipegangnya; Agar apa yang dikeluarkan itu
menjadi alat penghancur ketamakan terhadap harta, pencegah agar jiwa tidak
berpaling kepada harta secara total dan sebagai pengingat agar jiwa sadar bahwa
kebahagiaan manusia tidak bisa tercapai dengan sibuk menumpuk harta. Akan
tetapi kebahagian itu akan terwujud dengan menginfakkan harta untuk mencari
ridha Allh Azza wa Jalla . Kewajiban zakat adalah terapi tepat dan suatu
keharusan untuk melenyapkan kecintaan kepada dunia dari hati. Allh Azza wa
Jalla mewajibkan zakat untuk hikmah mulia ini. Inilah yang dimaksud oleh
firman-Nya, yang artinya, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Yakni membersihkan dan mensucikan mereka dari sikap berlebih-
lebihan dalam menuntut dunia. [9]

5. Membersihkan Harta Yang Dizakati.


Karena harta yang masih ada keterkaitan dengan hak orang lain berarti masih
kotor dan keruh. Jika hak-hak orang itu sudah ditunaikan berarti harta itu telah
dibersihkan. Permasalahan ini diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa
sallamsaat beliau n menjelaskan alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan
kepada keluarga beliau Shallallahu alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat adalah
kotoran harta manusia.

6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati Terhadap Orang
Kaya.
Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta yang
melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa jadi
kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan
kebencian dalam hati orang miskin kepada orang kaya. Rasa-rasa ini tentu
melemahkan hubungan antar sesama Muslim, bahkan berpotensi memutus tali
persaudaraan.
Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang mengancam
masyarakat dan mengguncang pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya
dengan menjelaskan bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini
adalah metode praktis yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut
dan untuk menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota masyarakat.
[10]

Orang yang menunaikannya akan dilipatgandakan kebaikannya dan ditinggikan


derajatnya. Ini termasuk tujuan syari yang penting. Allh Azza wa Jalla
berfirman.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allh melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allh Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui. [al-Baqarah/2:261]

7. Menghibur Dan Membantu Orang Miskin.


Al-Ksni rahimahullah berkata, Pembayaran zakat termasuk bantuan kepada
orang lemah dan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Zakat membuat
orang lemah menjadi mampu dan kuat untuk melaksanakan tauhid dan ibadah
yang Allh wajibkan, sementara sarana menuju pelaksanaan kewajiban adalah
wajib. [11]

8. Pertumbuhan Harta Yang Dizakati.


Telah diketahui bersama bahwa di antara makna zakat dalam bahasa Arab
adalah pertumbuhan. Kemudian syariat telah menetapkan makna ini dan
menetapkannya pada kewajiban zakat. Allh Azza wa Jalla berfirman :

Allh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allh tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. (al-
Baqarah/2:276). Yakni menumbuhkan dan memperbanyak. [12]

Juga firman-Nya, yang artinya, Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan,
maka Allh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki yang sebaik-
baiknya. (Saba`/34:39). Yakni Allh menggantinya di dunia dengan yang
semisalnya dan di akhirat dengan pahala dan balasan. [13]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallambersabda :

Tidak ada satu hari di mana manusia mendapatkan waktu pagi kecuali ada dua
malaikat turun, salah satu dari keduanya berkata, Ya Allh berikanlah
pengganti kepada orang yang berinfak. Sedangkan yang lainnya berkata, Ya
Allh berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan. [Muttafaqun alaihi]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallamjuga bersabda :

Sedekah tidak mengurangi harta. [HR Muslim]

9. Mewujudkan Solidaritas Dan Kesetiakawanan Sosial.


Zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak
kepada penyediaan kebutuhan dasar kehidupan. Kebutuhan dasar kehidupan itu
berupa makanan, sandang, tempat tinggal (papan), terbayarnya hutang-hutang,
memulangkan orang-orang yang tidak bisa pulang ke negara mereka,
membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang
ditetapkan dalam Islam. Nabi Shallallahu alaihi wa sallambersabda :

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling menyayangi, mengasihi


dan melindungi adalah seperti jasad yang satu, bila ada satu anggota jasad yang
sakit maka anggota lainnya akan ikut merasakannya dengan tidak tidur dan
demam. [HR Muslim]

10. Menumbuhkan Perekonomian Islam.


Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam mendorong
gerak roda perekonomian Islam dan mengembangkannya. Karena pertumbuhan
harta individu pembayar zakat memberikan kekuatan dan kemajuan bagi
ekonomi masyarakat. Sebagaimana juga zakat dapat menghalangi penumpukan
harta di tangan orang-orang kaya saja. Allh Azza wa Jalla berfirman, yang
artinya, Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allh.
Sesungguhnya Allh amat keras hukumanNya. [al-Hasyr/59:7]

Keberadaan uang di tangan kebanyakan anggota masyarakat mendorong


pemiliknya untuk membeli keperluan hidup, sehingga daya beli terhadap barang
meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan produksi yang menyerap tenaga
kerja dan membunuh pengangguran. [14]
1. Setiap jamaah pasti akan merasakan haru karena bisa menjadi tamu di
Baitullah atau rumah Allah tersebut. Air mata kebahagiaan akan keluar
begitu saja. Anda pun pasti ingin kembali ke sana mengajak keluarga
Anda yang lainnya untuk merasakan perasaan haru dan bahagia tersebut.
Jadi, pastikan Anda mempersiapkan diri untuk bisa berpasrah diri kepada
Allah selama di sana dengan beribadah yang ikhlas dan khusyuk karena
Allah Taala. Bertaubatlah dengan sungguh-sungguh, minta diampuni
dosa, dan sampaikan semua doa Anda lainnya tidak hanya untuk diri
sendiri tapi juga untuk sesama.

2. Ibadah ini merupakan salah satu penebus dosa terutama bagi Anda yang
bisa haji dengan mabrur. Anda akan melihat bagaiaman umat muslim dari
seluruh dunia berkumpul berdesakan untuk meraih ridha Allah dalam
ibadah mereka. Tentu saja ini akan menjadi hikmah tersendiri untuk Anda
bisa menjadi bagian dari ibadah di tanah suci ini.

3. Oleh karena itu, melihat dari hikmah pertama maupun kedua sudah
seharusnya Anda mengambil ibadah haji maupun umroh yang Anda
lakukan sebagai bentuk ibadah dimana Anda bisa membersihkan dosa
dengan ibadah di tempat yang sangat mustajab untuk beribadah dan
beroda khususnya melakukan taubat tersebut. Niatkan bahwa mulai
sekarang Anda ingin berubah untuk hidup lebih baik di jalan Allah
dengan melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi laranganNya
agar hidup Anda selanjutnya lebih bermanfaat dan dosa-dosa pun
diampuni. Tapi, bagi yang belum bisa melaksanakan ibadah ke tanah suci,
bukan berarti Anda belum waktunya bertaubat, bertaubat harus dilakukan
oleh siapapun dan dimanapun. Hanya saja, Rumah Allah ini merupakan
tempat yang akan sangat mustajab untuk melakukannya. Justru, dengan
bertaubat sejak sekarang dengan sering-sering juga berdoa agar Anda
dimudahkan rizkinya diberikan kelancaran untuk niat ingin pergi juga ke
sana, Insya Allah akan cepat dikabulkan juga oleh Allah. Anda pun bisa
segera merasakan kemustajaban doa dan taubat di tanah suci tersebut.

4. Jika Anda orang yang sebelumnya masih goyah, maka Insya Allah
dengan haji atau umroh keimanan Anda akan lebih teguh lagi. Anda bisa
melihat sendiri apa yang ada dalam Al-Quran atau Hadits mengenai
tanah suci dan keagungan Allah tersebut adalah benar. Misalnya tentang
bagaimana Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan
dengan bangsa dan suku yang berbeda-beda. Di sana Anda akan melihat
dan menemukannya, kaum muslim dari berbagai belahan dunia dengan
tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, dan bahasa yang berbeda ada
semua. Allah pun menciptakan manusia dalam perbedaan tersebut tidak
lain agar kita saling mengenal, menjalin silaturahmi dan tentu saja
meyakini kekuasaan Allah tersebut.

5. Tidak sedikit dari pengalaman para jamaah ibadah haji atau umroh yang
mengalami peristiwa penuh hikmah selama di sana. Peristiwa dimana
Allah seperti membukakan mata dan hati Anda atas perbuatan yang
pernah Anda lakukan. Anda pun pasti akan menyadari bahwa Anda
pernah berbuat demikian hingga mengalami hal demikian. Walaupun
tidak semuanya, tapi peristiwa ini akan menjadi pengalaman berharga
yang membuat kita semakin beriman dan menyadari bahwa apa yang kita
lakukan, baik atau buruk pasti ada balasannya.

6. Sebagai tempat dimana Rasulullah dan sahabat-sahabatnya lahir,


dibesarkan, serta berjuan membela agama islam hingga seperti sekarang,
sampai Anda bisa menginjakan kaki di sana berkat mereka, Anda pasti
akan mengambil hikmah dari semua peristiwa yang pernah dialami oleh
mereka. Bahkan tidak hanya oleh Rasulullah, tapi juga Nabi Adam dan
istrinya, Siti Hawa, Nabi Ibrahim, hingga Nabi Ismail. Semua tempat
bersejarah yang berhubungan dengan mereka akan Anda kunjungi.
Termasuk medan dimana perang pada masa perjuangan Rasulullah dan
sahabatnya melawan kaum kafir dalam membela islam terjadi.

hikmah ibadah haji ini adalah.

1. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah


Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Taala dan menghadapkan
hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq,
kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah
dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang
menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.

Dan hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.

Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim


dengan menyatakan ; Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun
dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan
sujud [al-Hajj/22: 26]

Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah semata-
mata kepada Allah di dekat rumah-Nya (Kabah) yang mulia, mebersihkan
sekitar Kabah dari berhala-berhala, patung-patung, najis-najis yang Allah
Subhanahu wa Taala haramkan serta dari segala hal yang mengganggu orang-
orang yang sedang menjalankan haji atau umrah atau hal-hal lain yang
menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan mereka.

2. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah

:
,

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Satu
umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya
dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah [HR Bukhari dan
Muslim, Bahjatun Nanzhirin no. 1275]

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata : Aku mendengar Nabi Shallallahu


alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena
Allah, tidak melakukan rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia
dilahirkan oleh ibunya [HR Bukhari]

Rafats : jima ; pendahuluannya dan ucapan kotor, Fusuuq : kemaksiatan

Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Kabah, kemudian menunaikan haji atau


umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena Allah
Subhanahu wa Taala semata, niscaya Allah Subhanahu wa Taala mengampuni
dosa-dosanya dan menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah yang didambakan
oleh setiap mumin dan muminah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah
dan selamat dari neraka.

3. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam

Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh[al-Hajj/22: 27]

Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia.


Dan Allah Subhanahu wa Taala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki
(untuk bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan
menyambutnya. Hal itu berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga
sekarang.

4. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin


Allah Subhanahu wa Taala berfirman :

Agar supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka [al-Hajj/22:


28]

Alah Subhanahu wa Taala menyebutkan manfaat-manfaat dengan muthlaq


(secara umum tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena banyaknya
dan besarnya menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti akan terjadi baik
duniawi maupun ukhrawi.

Dan diantara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni mereka


beribadah kepada Allah Subhanahu wa Taala semata-mata. Mereka datang
dengan niat mencari wajah-Nya yang mulia bukan karena riya (dilihat orang
lain) dan juga bukan karena sumah (dibicarakan orang lain). Bahkan mereka
betauhid dan ikhlas kepada-Nya, serta mengikrarkan (tauhid) di antara hamba-
hamba-Nya, dan saling menasehati di antara orang-orang yang datang (berhaji
dan sebagainya,-pent) tentangnya (tauhid).

Mereka thawaf mengelilingi Kabah, mengagungkan-Nya, menjalankan shalat


di rumah-Nya, memohon karunia-Nya, berdoa supaya ibadah haji mereka
diterima, dosa-dosa mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat ke nergara
masing-masing dan diberi anugerah kembali lagi untuk berdoa dan merendah
diri kepda-Nya.

Mereka mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh orang


yang dekat ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya agar
mengetahui maknanya, merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan dan
amalan mereka. Dan bahwa maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah semata-
mata untuk Allah dan beriman bahwa Dia adalah ilah mereka yang haq,
Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka, Yang diibadahi sewaktu haji dan
lainnya.

5. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati


Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal
dan saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala
penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul di rumah Allah
Subhanahu wa Taala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di
Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang
lain, membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia
akhirat, maslahat taklim tata cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan,
pengarahan dan dakwah ke jala Allah.
Mereka bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi mereka
yang di sana terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan yang lurus, jalan
kebahagiaan menuju tauhidullah dan ikhlas kepada-Nya, menuju ketaatan yang
diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dan mengetahui kemaksiatan untuk
dijauhi, dan supaya mereka mengetahui batas-batas Allah dan mereka bisa
saling menolong di dalam kebaikan dan taqwa.

6. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Taala


Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari
agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid
Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta memberi peringatan tentang apa
yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum agama, haji, umrah dan
lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban mereka dengan ilmu.

Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama. Kemudian
(berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari seluruh negeri-
negeri Allah Subhanahu wa Taala yang ada ilmu dan ahli ilmu. Namun semua
asalnya adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah yang tua.

Maka wajib bagi para ulama dan dai, dimana saja mereka berada, terlebih lagi
di lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Taala ini, untuk mengajari manusia,
orang-orang yang menunaikan haji dan umrah, orang-orang asli dan pendatang
serta para penziarah, tentang agama dan manasik haji mereka.

Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya) ia,


dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang tua, urusan
ini (belajar agama) lebih penting dan mendesak.

Dan di antara tanda-tanda kebaikan dan kebahagian seseorang adalah belajar


tentang agama Allah Subhanahu wa Taala. Nabi Shallallahu alaihi bersabda :

Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Taala memperoleh


kebaikan, niscaya Dia menjadikan faqih terhadap agama [HR Bukhari, Kitab
Al-Ilmi 3 bab : 14]

Di sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika engkau dapati
seorang alim ahli syariat Allah, maka pergunakanlah kesempatan. Janganlah
engkau takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak bisa diraih oleh orang-orang
yang takabur, pemalas, lemah serta pemalu. Ilmu itu membutuhkan kesigapan
dan kemauan yang tinggi.

Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Dan Allah tidak malu dari kebenaran [al-Ahzab/ : 53]

Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak akan
malu dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan menampakkan
kemusykilan yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan tersebut.

7. Menyebarkan Ilmu
Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudara-saudaranya
yang melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di
mobil, di pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan di segala tempat. Ini adalah
kesempatan yang Allah Subhanahu wa Taala anugerahkan. Engkau bisa
menyebarkan ilmu-mu dan menjelaskan apa yang engkau miliki, akan tetapi
haruslah dengan apa yang engkau ketahui berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah
dan istimbath ahli ilmu dari keduanya. Bukan dari kebodohan dan pemikiran-
pemikiran yang menyimpang dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
8. Memperbanyak Ketaatan
Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Taala.

Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan


mereka ; hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan
hendaklah mereka berthawaf sekeliling rumah yang tua itu (Kabah) [Al-
Hajj/22 : 29]

Maka disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk
memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah haram.
Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qiraatul quran, tasbih, tahlil, dzikir. Juga
perbanyaklah amar maruf nahi mungkar dan dawah kepada jalan Allah
Subhanahu wa Taala di mana banyak orang berkumpul dari Afrika, Eropa,
Amerika, Asia dan lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk mempergunakan
kesempatan ini sebaik-baiknya.

9. Menunaikan Nadzar
Walaupun nadzar itu sebaiknya tidak dilakukan, akan tetapi seandainya
seseorang telah bernadzar untuk melakukan ketaatan, maka wajib baginya untuk
memenuhinya.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah, maka hendaklah dia mentaati-


Nya [HR Bukhari]
Maka apabila seseorang bernadzar di tanah haram ini berupa shalat, thawaf
ataupun ibadah lainnya, maka wajib baginya untuk menunaikannya di tanah
haram ini.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Dan hendaklah mereka menunaikan nadzar [al-Hajj/22: 29]

10. Menolong Dan Berbuat Baik Kepada Orang Miskin


Di antara manfaat haji adalah bisa menolong dan berbuat baik kepada orang
miskin baik yang sedang menjalankan haji atau tidak di negeri yang aman ini.

Seseorang dapat mengobati orang sakit, menjenguknya, menunjukkan ke rumah


sakit dan menolongnya dengan harta serta obat.

Ini semua termasuk manfaat-manfaat haji.

.agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka [al-Hajj/22: 28]

11. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah


Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik
dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan
Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha
ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa
quwata illa billah).

Dari Abu Musa Al-Asari Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda :

Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang tidak mengingat-Nya


adalah sebagai orang hidup dan yang mati. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin
no. 1434]

12. Berdoa Kepada-Nya


Di antara manfaat haji, hendaknya bersungguh-sungguh merendahkan diri dan
terus menerus berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala, agar Dia menerima
amal, membereskan hati dan perbuatan ; agar Dia menolong untuk mengingat-
Nya, bersyukur kepada-Nya dan memperbagus ibadah kepada-Nya ; agar Dia
menolong untuk menunaikan kewajiban dengan sifat yang Dia ridhai serta agar
Dia menolong untuk berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya.

13. Menunaikan Manasik Dengan Sebaik-Baiknya


Di antara manfaat haji, hendaknya melaksanakannya dengan sesempurna
mungkin, dengan sebaik-baiknya dan seikhlas mungkin baik sewaktu
melakukan thawaf, sai, wukuf di Arafah, berada di Muzdalifah, melempar
jumrah, maupun sewaktu shalat, qiraatul quran, berdzikir, berdoa dan lainnya.
Juga hendaknya mengupayakannya dengan kosentrasi dan ikhlas.

Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah:

Pertama, MENGHILANGKAN DOSA.

Hal ini dapat diketahui melalui beberapa hadits Rasulullah SAW berikut ini :
"Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, dia tidak melakukan perbuatan-perbuatan maksiat
dan tidak pula mengeluarkan kata-kata yang kotor, maka ia akan kembali ke
negeri asalnya tanpa dosa, sebagaimana ia dilahirkan ibunya pertama
kali." (HR. Bukhari, Muslim, An -Nasa'i, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Abu
Hurairah).

"Dosa-dosa yang dilakukan antara umrah dan umrah berikutnya


diampuni. Ibadah umrah dan haji yang mabrur (yang diterima) tidak lain
imbalannya selain surga. " (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu
Majah, Imam Malik, dan Ahmad ibnu Hanbal).

"Orang-orang yang melaksanakan haji dan umrah adalah tamu-tamu Allah


SWT. Jika mereka berdoa, Allah akan mengabulkannya, dan jika mereka
meminta ampun, Allah akan mengampuni mereka. " (HR. An-Nasa'i, Ibnu
Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

Dari ketiga hadits di atas, tidak ada pembedaan antara dosa kecil dan dosa
besar. Oleh sebab itu, menurut Mazhab Hanafi, dosa yang dihapus tersebut
adalah dosa besar dan dosa kecil. Bila dosa kecil dan besar sudah dihapus oleh
Allah SWT, tentunya seseorang akan terhindar dari siksaan neraka.

Berkenaan dengan ini ada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir
bin Abdullah, "Pada saat wukuf itu, Allah turun ke langit dunia dan berfirman
kepada malaikat:" Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku
dengan rambut kusut, berdebu, berbondong -bondong dari segenap pelosok
bumi yang jauh untuk mengharapkan keridhaan-Ku dan memohon dijauhi dari
siksa neraka. Dan tidak ada orang yang lebih banyak dibebaskan dari api
neraka kecuali pada hari Arafah."

Kedua, Memperteguh dan Memperbaharui Keimanan Kepada Allah SWT.


Karena, orang yang melaksanakan ibadah haji, mereka mengetahui dan
merasakan betapa beratnya perjuangan Nabi Ibrahim AS dan istrinya Siti Hajar,
dan anaknya Nabi Ismail AS dalam membangun rumah Allah (Ka'bah) sebagai
pusat peribadatan umat Islam.
Perjuangan mereka dalam mensyiarkan agama Allah inilah yang dituangkan
melalui jaringan pelaksanaan ibadah haji. Para jamaah haji juga dapat
menyaksikan tempat-tempat bersejarah dari perjuangan yang dilakukan dan
dirasakan oleh Rasulullah SAW di negeri yang tandus (Makkah dan Madinah)
dengan berbagai rintangan. Semua ini tentu akan berpengaruh besar terhadap
keimanan jamaah haji tersebut.

Ketiga, Mempertebal Rasa Kesabaran dan Memperdalam Rasa Kepatuhan


Terhadap Ajaran-ajaran Agama.
Karena, selama menjalankan ibadah
haji, jamaah haji merasakan betapa berat perjuangan yang harus dihadapi untuk
mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Keempat, menimbulkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas segala karunia


Allah SWT kepada hambanya, sehingga mempertebal rasa pengabdian kepada
Allah SWT.

Kelima, Memupuk Rasa Persatuan di Kalangan Umat Islam.

Adanya keseragaman jaringan pelaksanaan ibadah haji memberikan pelajaran


bahwa umat Islam harus memiliki satu visi dan misi, yaitu menegakkan syariat
Islam. Semua pelaksanaan rukun haji, dilakukan pada waktu yang sama dan
tempat yang sama pula.

Dalam pelaksanaan ibadah haji, harus ditanggalkan pakaian kemegahan kantor,


pakaian kesukuan dan kebangsaan. Kemudian, berlaku pakaian kesatuan yang
tidak membedakan antara si kaya dan si miskin, tidak membedakan antara
kantor dan rakyat biasa, dan tidak pula membedakan suku dan bangsa. Pakaian
tersebut berwarna putih, sebagai lambang bahwa serikat harus diikat oleh
kesucian jiwa dalam ukhwah islamiyah.
Berkenaan dengan asosiasi ini Allah SWT berfirman, "Wahai seluruh manusia,
sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal." (QS. Al-Hujurat : 13). Melalui
sarana ibadah haji danumrah , terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk saling
mengenal dan bertukar pikiran.

Keenam, Bermanfaat Dari Segi Ekonomi.

Ibadah haji ini sangat memberikan manfaat yang banyak bagi para pedagang,
karena jumlah jamaah haji dan umrah yang banyak tersebut tentunya
membutuhkan kebutuhan yang sangat banyak pula. Di sisi lain, ibadah haji juga
banyak memberikan manfaat secara ekonomi bagi umat Islam yang tidak
memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, khususnya untuk negara-
negara yang ada di dalamnya umat Islam yang miskin.

Sebab, pemerintah Arab Saudi memiliki kebijakan-untuk menghindari


kemubaziran-bahwa daging-daging hewan yang telah disembelih sebagai dam
dari jamaah haji, dikirimkan ke berbagai negara yang di dalamnya ada umat
Islam yang miskin. Inilah salah satu yang dimaksud oleh Firman Allah
SWT, "Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka ..." (QS. Al-
Hajj: 28).
Ketujuh, Kesadaran Terhadap Persamaan Nilai-nilai Kemanusiaan.

Allah SWT berfirman, "Bertolaklah kamu dari tempat Bertolaknya orang-


orang banyak, dan mohonlah ampun kepada Allah SWT.Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (QS. Al-Baqarah: 199).

Ayat ini merupakan teguran terhadap sekelompok orang (yang dikenal dengan
al-hummas) yang mengingkari kesamaan nilai kemanusiaan, kemudian dengan
perasaan memiliki keistimewaan diri, mereka enggan bersatu dengan orang
banyak dalam melakukan wukuf. Mereka melakukan wukuf di Muzdalifah,
sedangkan orang banyak melakukan wukuf di Arafah.

Pemisahan diri yang dilatarbelakangi oleh perasaan superioritas inilah yang


dicegah oleh Allah SWT dalam ayat di atas. Adanya persamaan nilai
kemanusiaan ini semakin tampak jelas bila dikaitkan dengan isi khutbah Nabi
Muhammad SAW pada Haji Wada 'yang intinya menekankan:
1. Persamaan

2. Keharusan memelihara jiwa dan kehormatan orang lain

3. Larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap


kaum lemah, baik di bidang ekonomi maupun di bidang-bidang lainnya.

Kedelapan, Pelajaran tentang Fungsi Manusia sebagai Pemimpin dan


Pelindung Makhluk Tuhan lainnya.

Pada ibadah haji , khususnya semenjak berlaku pakaian ihram, ada sejumlah
larangan yang harus diindahkan oleh jamaah haji. Diantaranya tidak menyakiti
binatang, tidak membunuh, tidak menumpahkan darah, dan tidak mencabut
pepohonan.

Hal ini memberi pelajaran bahwa manusia berfungsi sebagai pelindung


makhluk-makhluk Allah SWT, serta memberi kesempatan seluas mungkin untuk
mencapai tujuan penciptaannya. Sehingga manusia benar-benar dirasakan
sebagai rahmat bagi sekalian makhluk yang ada di alam ini.

Jamaah haji dilarang juga menggunakan wangi-wangian, bercumbu atau kawin,


dan berhias. Agar setiap jamaah haji menyadari bahwa manusia bukan materi
semata, bukan pula birahi, dan bahwa hiasan yang dinilai Allah adalah hiasan
ruhani (ketakwaan setiap umat Islam). Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang paling
bertakwa." (QS. Al-ujurat (49): 13).

Demikian beberapa hikmah ibadah haji dan umrah. Masih banyak hikmah-
hikmah lainnya yang bisa dipetik dari pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Allah
tidak sia-sia dalam mensyariatkan ibadah haji dan umrah. Di dalam kedua
ibadah tersebut, terkandung hikmah dan pelajaran yang banyak dan sangat
berharga.

Anda mungkin juga menyukai