Khutbah Jum'at
Khutbah Pertama:
Ibadallah,
Doa di dalam Islam memiliki kedudukan sangat agung. Doa merupakan ibadah
yang sangat dicintai oleh Allah. Doa merupakan bukti ketergantungan seorang
hamba kepada Rabb Subhanahu wa Ta’ala dalam meraih apa-apa yang
bermanfaat dan menolak apa-apa yang membawa mudharat baginya. Doa
merupakan bukti keterkaitan seorang manusia kepada Rabb-nya, dan
kecondongannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwasannya tiada daya
dan upaya melainkan dengan bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ibadallah,
Sebagian orang ada yang beranggapan, bahwa dirinya tidak selayaknya banyak
meminta kepada Allah. Dia menganggapnya sebagai suatu aib. Menilainya
sebagai sikap kurang bersyukur kapada Allah atau bertentangan dengan sifat
qana’ah. Akhirnya ia menahan diri tidak meminta kepada Allah, kecuali dalam
perkara-perkara yang dia anggap penting dan mendesak. Sedang dalam
masalah-masalah yang dianggapnya ringan dan sepele, ia merasa enggan
meminta kepada Allah.
ُالعبَا َدة
ِ ال ُّد َعا ُء ه َُو
“Sesungguhnya doa adalah ibadah.” (HR. Ahmda, Abu Dawud, dan selainnya).
ون عَنْ ِعبَ ا َدتِي َ س تَ ْكبِ ُرْ َين ي ْ َوقَ ا َل َربُّ ُك ُم ا ْد ُع ونِي َأ
َ س ت َِج ْب لَ ُك ْم ۚ ِإنَّ الَّ ِذ
ين
َ اخ ِر َ ُسيَد ُْخل
ِ ون َج َهنَّ َم َد َ
“Dan Rabb-mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembahKu akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
(QS. al Mukmin: 60).
ال ُّد َعا ُء يَ ْنفَ ُع ِم َّما نَ َز َل َو ِم َّما لَ ْم يَ ْن ِز ْل فَ َعلَ ْي ُك ْم ِعبَا َد هَّللا ِ بِال ُّد َعا ِء
“Doa itu bermanfaat bagi apa-apa yang sudah terjadi ataupun yang belum
terjadi. Hendaklah kalian memperbanyak berdoa, wahai hamba-hamba Allah.”
(HR. Tirmidzi dan Hakim).
Ibadallah,
Dalam berdoa, ada beberapa perkara dan adab yang harus diperhatikan oleh
seseorang, sehingga doanya mustajab.
Kedua: Berdoa dalam keadaan bersuci. Cara seperti ini lebih afdhal. Hanya
saja, jika seseorang berdoa dalam kondisi tidak berwudhu, maka hal itu tidak
mengapa.
Keenam: Memulai berdoa untuk diri sendiri terlebih dahulu. Demikian ini yang
diisyaratkan dalam Alquran, seperti ayat:
4
“Ya Rabb-ku! Ampunilah aku, dan ibu bapakku.” (QS. Nuh/71 : 28).
ٍ ا ْدعُوا هَّللا َ َوَأ ْنتُ ْم ُموقِنُونَ بِاِإْل َجابَ ِة َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ اَل يَ ْست َِجيبُ ُدعَا ًء ِم ْن قَ ْل
ب غَافِ ٍل اَل ٍه
Kesembilan: Berdoa dengan kata-kata singkat dan padat, serta doa-doa yang
ma’tsur. Tidak syak lagi, kata-kata yang paling padat dan paling singkat dan
paling agung berkahnya adalah, doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Doa-doa seperti itu banyak terdapat di dalam
buku-buku As Sunnah.
Atau seseorang bertawasul dengan amal shalih yang telah dia lakukan,
sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang mashur tentang tiga orang
yang terperangkap di dalam goa. Atau bertawasul dengan doa orang shalih
yang mendoakan untuknya. Dalil-dalil yang menunjukkan hal ini banyak
ditunjukkan di dalam Alquran maupun Sunnah Nabi.
5
Yaitu selalu ucapkan dan perbanyaklah dalam doa-doa kalian. Karena hal itu
merupakan kata-kata pujian yang sangat tinggi kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang paling agung. Dengan memperbanyak membacanya akan
membantu terkabulnya doa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketigabelas: Memperbanyak doa pada saat-saat lapang. Upaya ini agar Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan permintaannya pada saat-saat sempit.
Karena termasuk hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala mentakdirkan
suatu bala (musibah), bahwasanya Allah menyukai mendengarkan rintihan
hambaNya kepada-Nya. Allah senang melihat para hamba kembali kepadaNya
pada saat-saat sempit dan tercekam.
18 Juni 2021