Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak yang masih berusia dibawah lima tahun itu rentang terhadap
berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuhnya belum
terbangun secara sempurna. Sebenarnya, sebagian besar penyakit anak tidak
berbahaya dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan sementara. Meskipun
demikian, ada jenis penyakit sangat berbahaya, bahkan mengancam jiwa (Fida
dan Maya, 2012: 267). Demam adalah naiknya temperatur tubuh. Demam adalah
gejala, bukan penyakit. Demam menunjukkan terjadinya suatu infeksi, luka atau
peradangan pada tubuh dan sedang diatasi. Seorang anak dinyatakan demam bila
hasil pengukuran suhu melalui anus melebihi 100,40F (atau 380C). Seorang anak
dinyatakan demam bila hasil pengukuran suhu melalui mulut (oral) melebihi 99,6 0
F (atau 37,60C). Sorang anak dinyatakan demam bila hasil pengukuran suhu
melalui ketiak melebihi 98,60F (atau 370C) (Danarti, 2010 : 13). Demam pada
anak merupakan salah alasan yang paling sering orang tua mencari perhatian
medis. Sebagian besar penyakit infeksi atau menular disertai demam. Banyak
orang tua memiliki kekhawatiran yang besar mengenai demam (Kyle & Carman,
2015: 476).
Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang anak RSUD Dr. R. Sosodoro
Djatikoesomo Bojonegoro, pada tahun 2015 dari 623 pasien anak balita sebanyak
41 anak (6,58%) mengalami febris, sedangkan pada tahun 2014 dari 440 pasien
anak balita sebanyak 15 anak (3,40%) mengalami febris. Berdasarkan data
tersebut terjadi peningkatan prevalensi febris pada anak balita sebesar 3,18%.
Demam, didefinisikan sebagai suhu yang lebih besar dari 380C (Kyle &
Carman, 2015: 467). Gejala demam pada anak antara lain nyeri menelan, nyeri
telinga, batuk, sesak napas, muntah, diare, dan nyeri/menangis waktu buang air
kecil (IDAI, 2009: 43). Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering
kali diderita oleh anak balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam non
infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2009 : 3). Demam terjadi akibat infeksi
biasa, seperti pilek dan nyeri lambung. Infeksi ini biasanya disebabkan virus dan
dapat sembuh tanpa pengobatan. Demam karena infeksi berlangsung relatif
singkat. Demam disebabkan bakteri, seperti infeksi pada telinga, paru-paru,
kandung kemih, atau ginjal. Infeksi karena bakteri memerlukan antibiotik.
Demam juga dapat terjadi setelah vaksinasi yang rutin dan bukan alasan untuk
menghindari vaksin yang dianjurkan (Danarti, 2010 : 14).
Kebanyakan demam tidak membutuhkan pengobatan, kecuali untuk
membuat anak yang mengalami demam merasa lebih baik. Anak harus lebih
sering minum guna menghindari dehidrasi. Obat yang disarankan adalah
acetaminophen, paracetamol, dan ibuprofen. Aspirin tidak aman untuk demam
karena dapat berinteraksi dengan infeksi virus tertentu dan menyebabkan kondisi
serius yang disebut Reyes Syndrome. Mandi air hangat kadangkala dapat
membuat seorang anak merasa lebih baik karena mengurangi demam (Danarti,
2010 : 23). Bidan sebagai salah satu anggota tim kesehatan berkewajiban untuk

ikut serta dalam upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan


kualitas hidup anak Indonesia. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai seorang bidan berkaitan dengan kesehatan bayi dan balita, teruama
berkenaan dengan kompetensi ke-6 (enam), yaitu : bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lair sehat sampai dengan
usia 1 (satu) bulan; dan kompetensi ke-7, yaitu bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita sehat usia 1 bulan sampai
dengan 5 tahun (Maryunani, 2010: 1-2).
Demam pada anak umumnya disebabkan oleh virus yang dapat sembuh
sendiri, tetapi sebagian kecil dapat berupa infeksi bakteri serius seperti meningitis
bakterialis, bakteremia, pneumonia bakterialis, infeksi saluran kemih, enteritis
bakteri, infeksi tulang dan sendi (IDAI, 2009: 43).
Infeksi atau inflamasi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau patogen
lain merangsang pelepasan pirogen endogenus (interluekin, faktor nekrosis tumor,
dan interferon). Pirogen bekerja di hipotalamus, tempat mereka memicu produksi
prostaglandin dan meningkatkan nilai acuan (set point) suhu tubuh. Hal ini
memicu respons dingin, menyebabkan menggigil, vasokonstriksi, dan penurunan
perfusi perifer untuk membantu menurunkan kehilangan panas dan
memungkinkan suhu tubuh meningkat ke nilai acuan yang baru (Kyle & Carman,
2015: 467).
Ketakutan dan kesalahpahaman demam dapat menyebabkan kesalahaan
manajemen demam, seperti ketidaktepatan dosisi antipiuretik, membangunkan
anak selama tidur untuk diberikan antipiretik atau ketidaktepatan penggunaan
terapi non farmokologis seperti mengompres anak dengan spons yang diberi
alkohol atau air dingin (Kyle & Carman, 2015: 467).
Penting untuk mengeduksi otangtua bahwa demam merupakan mekanisme
pelindung tubuh yang digunakan untuk melawan infeksi. Bukti yang ada bahwa
peningkatan suhu tubuh sebenarnya meningkatkan berbagai komponen respond
imun. Demam dapat memperlambat pertumbuhan bakteri dan virus serta
meningkatkan produksi neutropil dan proliferasi sel T (Kyle & Carman, 2015:
480).
Demam biasanya ditangani dirumah, sehingga penting untuk memberikan
pedoman dan instruksi pada kunjungan anak sehat dan memeriksa informasi ini
pada kunjungan berikutnya (Kyle & Carman, 2015: 480).
Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan
peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan
Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan
peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa
dalam kandungan, bayi dan anak balita. Kelangsungan hidup anak itu sendiri
dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal kehidupnya, yaitu tidak
sampai mencapai usia satu tahun atau usia dibawah lima tahun (Maryunani, 2010:
1).
Berdasarkan latar belakang tersebut menunjukkan masih tingginya
kejadian demam pada anak balita, sehingga penulis tertarik untuk mengambil
studi kasus dengan judul Asuhan keperawatan pada anak balita dengan febris di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten


Bojonegoro.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana asuhan
keperawatan pada anak balita dengan febris di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.
Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten Bojonegoro?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan pada anak balita dengan febris di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten
Bojonegoro.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian meliputi diagnosa dan analisa data pada anak balita
dengan febris di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo
Kabupaten Bojonegoro.
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada anak balita dengan febris di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten
Bojonegoro.
3. Melakukan implementasi pada anak balita dengan febris di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten Bojonegoro.
4. Melakukan evaluasi pada anak balita dengan febris di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten Bojonegoro.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah serta
sebagai pengalaman nyata dalam melakukan studi kasus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan yang bermanfaat tentang
febris yang terjadi pada anak balita.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi
mutu pelayanan kesehatan khususnya pada kasus anak balita yang mengalami
febris.
2. Bagi Responden
Diharapkan dapat membantu mengatasi masalah febris pada anak
balita.

Anda mungkin juga menyukai