Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II ISI.................................................................................................................................3
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini.
Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang
bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan
dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan
bagi individu maupun masyarakat.
Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian sabda Nabi
Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai
dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan
dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman (QS:Yunus 57).
Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah
menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga
umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.
Dua anugerah membuat banyak orang merugi, yaitu kesehatan dan kesempatan. (HR
al-Bukhari). Gunakan dengan baik lima hal sebelum lima yang lain: masa mudamu
sebelum engkau tua, sehatmu sebelum engkau sakit, kayamu sebelum engkau jatuh
miskin, masa senggangmu sebelum engkau sibuk, hidupmu sebelum engkau mati. (HR
al-Hakim).
B. Tujuan
1. Memahami hubungan kesehatan dan Islam
2. Memahami hal kesehatan yang diatur oleh Islam
3. Memahami hukum kesehatan dalam Islam

BAB II
ISI
2

A. Pengertian
Kata sehat merupakan indonesianisasi dari bahasa Arab ash-shihhah dan
berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan
(Warson, [t.th.]:817). Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik
segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2) mendatangkan
kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit (Kamus Besar, 1990:794).
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-afiah
yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna Warson
[t.th.]:1021).Kadang-kadang kedua kata itu digabung menjadi satu ash-shihhah wa
alafiah, diindonesiakan menjadi sehat wal afiat dan artinya sehat secara sempurna.
Dalam kaitan dengan ilmu kesehatan maupun ilmu keperawatan, yang
dimaksudkan dengan kata sehat adalah seluruh tubuh (termasuk anggota badan) dalam
keadaan baik berfungsi sebagaimana adanya. Kaki dikatakan sehat manakala kaki itu
berfungsi secara penuh dan tidak ada sama sekali disfungsi baginya sedikitpun di
samping tidak merasa sakit (warson, [t.th.]:1420
Tidak ada satu kata pun di dalam Alquran menyebutkan kata ash-shihhah dan
alafiah, tetapi Alquran menyebutkan perkataan syifa yang berarti kesembuhan (dari
sakit), dan pengobatan (menuju kesembuhan dari keadaan sakit). Kata syifa disebut
tiga kali dalam Alquran, yaitu surat Yunus ayat 57, surat al-Isra; ayat 80, dan surat
Fushilat ayat 69. Disebutkan bahwa di samping sebagai petunjuk Alquran juga
dinyatakan sebagai obat yang menyembuhkan. Allah berfirman:
Artinya:
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
zalim selain kerugian (Q.S. al-Isra/17:82).
B. Kesehatan Dalam Islam
Beberapa kewajiban yang diatur di dalam Islam :
1 Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7
alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.
2 Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan
sesudah makan , dan Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak
seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur.
3 Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.
4 Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga,
Rasulullah SAW sersabda: Tutuplah bejana air dan tempat minummu
5 Rumah: Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu sebagaimana dianjurkan
untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: Menyingkirkan duri dari jalan
adalah ibadah.

Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang
umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.
Perintah-perintah Rasulullah SAW tersebut di atas memiliki makna bahwa kita
harus menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi
saluran pencernaan.

C. Jalinan antara Kebersihan, Kesehatan, dan Keimanan


Rasulullah saw pernah berasabda adan amat populer di lingkungan dunia
medika Islam an-Nadafatu min al-iman (Bersih itu bagian dari iman). Sementara itu
pepatah yang amat polpuler juga mengatakan Bersih pangkal sehat, yang berarti
modal pertama untuk memperoleh kesehatan adalah kebersihan. Lawan dari bersih
adalah kotor atau jorok. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kotor dan jorok
tidak mengundang kesehatan, melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi, kotor atau jorok
mengandung penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat dipahami bahwa ada
independensi (saling tergantung) antara bersih, sehat, dan iman. Bersih menyebabkan
sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman. Di sisi lain, iman yang benar menuntut
supaya hidup bersih, dan buah dari hidup bersih adalah sehat.
Dalam banyak kesempatan (30 kali Ahmad Fuad Abdul Baqi, [t.th.]:
544) Alquran menekankan kualitas hidup bersih atau suci, baik suci secara lahiriah
maupun suci secara batiniah. Firman Allah:
(Dan terhadap pakaianmu bersihkanlah Q.S. al-Mudassir/74 :4) adalah contoh
perintah Allah agar kita mengusahakan kebersihan dan kesucian pakaian yang kita
kenakan. Adapun contoh Allah menghendaki kebersihan dan kesucian batin adalah
dalam peristiwa para sahabat laki-laki memerlukan sesuatu kepada istri-istri Nabi
tidak boleh secara langsung, vis a vis, melainkan harus ada tabir, kemudian
lanjutannya Allah berfirman:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi
kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu
masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu
selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan.
Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu
(untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.
Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati
mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula)
mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya
perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah (Q.S. al-Ahzab/33 :53).
Allah menghendaki kepada umat-Nya kebersihan secara umum. Demikian firmannya:
4

Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah suatu
kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh;
dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri (QS.al-Baqarah/2: 222).
Sebaliknya, Allah memerintahkan kepada kita umat Islam agar menjauhi
kehidupan yang kotor. Contoh dalam peristiwa wanita haid, supaya menunda dulu
tidak melakukan hubungan suami istri. Haid disebutkan sebagai al-aza atau kotor
sebagaimana ditunjukkan dalam ayat yang baru saja dikutip ini, (Q.S. alBaqarah/2:222). Di dalam surat al-Baqarah ayat 232 disebutkan secara langsung
kaitan anatara kesucian dengan keimanan, yaitu dalam kasus perceraian. Wanita yang
telah habis masa iddah-nya , kemudian menghendaki nikah lagi dengan pria lain
(bukan mantan suami) keduanya sama-sama suka dan seiman, wali wanita itu harus
mengijinkan niat anak perempuannya itu. Keijinan ini merupakan kesucian jiwa
sekaligus perwujudan iman. Menghalangi niat anak perempuannya kawin dengan pria
yang ia senangi dan seiman (bukan mantan suaminya) berarti hatinya kotor dan tidak
beriman. Demikian teks ayat yang dimaksud:
Artinya:
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah
kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya[146],
apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang maruf. Itulah yang
dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari
kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui (QS.al-Baqarah/2 :232).
Kesucian atau kebersihan yang dikehendaki oleh Islam amat komrehensif.
Selain kebersihan lahiriah (tubuh), batiniah (jiwa), pakaian, juga lingkungan. Dalam
hal ini Allah berfirman sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 222
sebagaimana telah dikutip dalam bab ini.

D. Kesehatan Jasmani
Telah disinggung bahwa bersih itu pangkal sehat. Selanjutnya, makanan dan
minuman yang dikonsumsi harus yang bergizi dan harus sekaligus halal. Bergizi saja
5

tidak cukup dan halal saja juga belum cukup. Allah memang memerintahkan kepada
kaum muslilmin supaya makan makanan yang halalan thayyiban. Demikian firman
Allah:
Artinya:
Wahai manusia ! makanlah dari (makanan) halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu (Q.S. al-Baqarah/2:l68).
Secara hukum makanan yang kita makan itu harus halal dan secara realistik
makanan itu harus bersih dan bergizi karena kandungan pengertian thayyiban adalah
baik, lezat, bergizi, dan sehat (Warson, [t.th.]:939). Terkandung pengertian makanan
atau minuman sehat adalah aman dikonsumsi baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Makanan yang di dalamnya terdapat pengawet, pewarna, penyedap,
pengenyal, dan perenyah yang tidak direkomendasikan oleh ilmu-ilmu kesehatan
(kedokteran, keperawatan, gizi, teknologi pangan) di luar cakupan thayyiban karena
harus kita hindarkan dalam arti tidak mengonsumsinya.
Makanan yang bergizi akan meningkatkan kekuatan tubuh (Thobieb,
2002:l65) yang berarti tubuh atau jasmani menjadi sehat. Kualitas sehat jasmani
menurut Islam dipandang baik. Nabi bersabda:
Artinya:
Orang mukmin yang kuat itu lebih baik daripada orang mukmin yang lemah (alHadis).
Orang yang kondisi jasmaninya sehat tentu lebih energik, inovatif, dan lebih
kreatif (Thobieb,2002:173) dan memiliki daya mobilitas yang tinggi. Meskipun
demikian, hanya memiliki kesehatan jasmani belum sempurna menurut pandangan
Islam. Orang sehat jasmaninya belum tentu sehat rohaninya.
E. Kesehatan Rohani
Seorang dikatakan sehat rohaninya jika ia terbebas dari penyakit batiniah. Penyakit ini
cukup banyak. Al-Ghazali menyebutkan (al-Ghazali, V,l974:l00-560) antara lain:
1. Hubb ad-Dunya (Cinta dunia) berlebihan karena menumbuhkan kemunafikan.
2. Rakus, amat dekat dengan cinta dunia, bahkan saling berkelindan. Cinta harta
menyebabkan rakus, atau rakus merupakan perwujudan cinta harta. Nabi Muhammad
saw memberikan contoh profil orang cinta harta dan rakus melalui sabdanya sebagai
berikut:


Artinya:
Jikalau manusia itu memiliki dua lembah emas, niscaya ia akan mencari yang ketiga
6

untuk tambahan dari dua lembah tadi, dan rongga manusia itu tidak akan penuh selain
oleh tanah; dan Allah menerima taubat terhadap siapa yang mau bertaubat (al-Hadis).
F. Kesehatan Jasmani dan Rohani
Orang yang sehat secara jasmani tetapi sakit rohaninya, tentu lebih tampak
nafsu kebinatangannya. Sebaliknya, orang yang sehat rohani tetapi sakit jasmaninya
tentu mobilitasnya amat terbatas. Menurut Islam, tipologi ideal adalah orang yang
secara jasmani dan rohani sehat. Hubungan antara jasmani dan rohani merupakan
hubungan timbal balik, saling mempengaruhi, dan saling ada ketergantungan. Jasmani
sehat mempengaruhi rohani menjadi sehat.Rohani sehat mengarahkan kepada perilaku
supaya jasmani juga sehat.
Orang yang secara rohani sehat tetapi tidak sehat secara jasmani dikarenakan
keterbatasan pemikirannya atau berpikir secara parsial bahwa dunia itu tidak penting,
dunia itu hanya ghurur (menipu), dunia hanya lah (sendaugurauan), dan dunia hanya
sementara sehingga tidak atau kurang memperhatikan kepentingan jasmani dan hanya
terobsesi keakhiratan.
Selanjutnya membiarkan diri secara jasmani tidak atau kurang terawat, sakitsakitan, dan termarginalisasi oleh struktur dan sistem sosial di mana ia tinggal,
padahal realitas sosial itu senantiasa berubah dan berkembang secara cepat. Kemajuan
hari ini akan segera menjadi kuno beberapa dekade kemudian. Islam menghendaki
umatnya supaya sehat dan kuat baik jasmani maupun rohaninya laksana Thalut. Allah
berfirman:
Artinya:
Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, sesungguhnya Allah telah mengangkat
Thalut menjadi rajamu. Mereka menjawab: Bagaimana Thalut memperoleh kerajaan
atas akmi, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak
diberi kekayaan yang banyak ? (Nabi) menjawab:Allah telah memilihnya (menjadi
raja) kami dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik . Allah memberikan kerajaanNya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha mengetahui
(Q.S. al-Baqarah/2:247).
Tipologi Thalut adalah orang yang sanggup bukan hanya memimpin dirinya,
melainkan juga memimpin orang banyak, memimpin negara, dan memimpin supaya
hukum-hukumn Tuhan berlaku di muka bumi. Profil Thalut, jika siang memimpin
perusahaan yang masing-masing sektor sejak dari modal awal hingga sektor paling
ujung berfungsi dan menghasilkan produk secara halalan thayyiban dan jika
malam ia asyiq-masyuq (tenggelam dalam zikir kepada Allah) laksana petapa yang
telah meninggalkan kehidupan dunia. Demikianlah hakikat basthatan fi al-ilm wal aljism.
7

G. Manfaat bagi Kesehatan Badan (jasmani)


Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang
meragukan manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul
Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar
Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan puasa sangat berguna
bagi kesehatan. Antara lain:
1. Puasa memperkecil sirkulasi darah sebagai perimbangan untuk mencegah
keluarnya keringat dan uap melalui pori-pori kulit serta saluran kencing tanpa
perlu menggantinya. Menurutnya curah jantung dalam mendistribusikan darah
keseluruh pembuluh darah akan membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini
memberi kesempatan otot jantung untuk beristirahat, setelah bekerja keras satu
tahun lamanya. Puasa akan memberi kesempatan pada jantung untuk
memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya.
2. Puasa memberi kesempatan kepada alat-alat pencernaan untuk beristirahat setelah
bekerja keras sepanjang tahun. Lambung dan usus beristirahat selama beberapa
jam dari kegiatannya, sekaligus memberi kesempatan untuk menyembuhkan
infeksi dan luka yang ada sehingga dapat menutup rapat. Proses penyerapan
makanan juga berhenti sehingga asam amoniak, glukosa dan garam tidak masuk
ke usus. Dengan demikian sel-sel usus tidak mampu lagi membuat komposisi
glikogen, protein dan kolesterol. Disamping dari segi makanan, dari segi gerak
(olah raga), dalam bulan puasa banyak sekali gerakan yang dilakukan terutama
lewat pergi ibadah.
H. Manfaat bagi Kesehatan Rohani (Mental).
Perasaan (mental) memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Mendapat rasa senang, gembira, rasa puas serta bahagia, merupakan tujuan
bermacam-macam ikhtiar manusia sehari-hari. Bila seseorang menangani gangguan
kesehatan, tidak boleh hanya memperhatikan gangguan badaniah saja, tetapi sekaligus
segi kejiwaan dan sosial budayanya. Rohani datang dari Allah, maka kebahagiaan
hanya akan didapat apabila makin dekat kepada pencipta-Nya.
Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT
baik lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama
sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang.
Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada
datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. Hal ini dijelaskan dalam firman
Allah antara lain:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (QS:Al
Baqarah 45).
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim kecuali merugi. (QS:Al-Isra 82)

Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat


Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS:ArRad 28).
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam surga-Ku.(QS:Al Fajr 27-30).
Ada enam prinsip keagamaan dan pemikiran filsafat yang mendasari konsep
dan pemahaman islam tentang kesehatan jiwa yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Prinsip dan filsafat tentang maksud dan tujuan manusia dan alam jagad dijadikan
oleh Allah SWT. Diantara maksud dan tujuan manusia dijadikan Allah adalah
untuk beribadah dan menjadi khalifah di bumi.
2. Prinsip dan filsafat tentang keadaan sifat Allah dan hubungannya dengan sifat
manusia. Dalam keyakinan islam Allah SWT memiliki sifat dan nama-nama yang
agung, yakni asmaul husna yang jumlahnya ada 99 nama atau sifat.
3. Prinsip dan filsafat tentang keadaan amanah dan fungsi manusia dijadikan Allah
sebagai khalifah di bumi. Manusia dijadikan Allah berfungsi sebagai khalifah di
muka bumi. Sebagai khalifah Allah membekali manusia dengan dua kualitas
(kemampuan), yakniibadah dan siyadah atau imtak dan ipteks, agar manusia itu
berhasil dalam mengelola bumi.
4. Prinsip dan filsafat tentang perjanjian (mistaq) antara manusia dan Allah sewaktu
manusia masih berada dalam kandungan ibunya masing-masing. Allah
menjadikan manusia dalam bentuk kejadian yang sebaik-baiknya, dan kemudian
menyempurnakan kejadian dengan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya (basyar),
sehingga membuat para malaikat menaruh hormat yang tinggi kepada manusia.
5. Prinsip dan filsafat tentang manusia dan pendidikannya. Manusia dalam
pandangan islam adalah makhluk multidimensional dan multipotensial.
6. Prinsip dan filsafat tentang hakikat manusia Dalam pandangan islam hakikat dari
manusia itu adalah jiwanya, karena jiwa itu berasal dari Tuhan dan menjadi
sumber kehidupan.
Berdasarkan pandangan dan pemikiran diatas, maka dapat dikemukakan
pengertian kesehatan jiwa/mental dalam islam sebagai berikut. Kesehatan jiwa
menurut islam tidak lain adalah ibadah yang amat luas atau pengembangan dimensi
dan potensi yang dimiliki manusia dalam dirinya dalam rangka pengabdian kepada
Allah yang diikuti dengan perasaan amanah, tanggung jawab serta kepatuhan dan
ketaatan kepada Allah dan ajaran agama-Nya, sehingga dengan demikian terwujud
nafsu muthmainnah atau jiwa sakinah.

I. Kesehatan Mental dalam Khazana Pemikiran Islam

Di samping itu dalam sejarah perkembangan pemikiran dalam islam tentang


kejiwaan dan hidup kerohanian banyak pula ditemukan konsep islam tentang
kesehatan jiwa (shihhat al nafs) yang ditulis oleh ulama klasik. Seperti:
Ibnu Rusyd mengartikan kesehatan jiwa itu dengan takwa. Dalam pengertian
ini orang yang sangat sehat jiwanya adalah orang yang memiliki keimanan dan
ketakwaan dalam kehidupan jiwanya. Takwa sebagai konsep kesehatan jiwa dalam
islam bagi Ibnu Rasyd dapat dimaklumi dan dipahami, karena makna takwa itu luas
dan tinggi.
Tegasnya Ibnu Rusyd mengatakan takwa adalah kesehatan jiwa dan hawa
nafsu adalah unsure jiwa yang membuat kehidupan jiwa terganggu dan sakit.
Kesehatan jiwa dalam arti takwa itu berasal dari Allah SWT.
Adapun al-Ghazali mengistilahkan kesehatan jiwa itu dengan tazkiyat al
nafs yang artinya identik dengan iman dan takwa sebagai yang telah dijelaskan. Ia
mengartikan tazkiyat al nafs itu dengan ilmu penyakit jiwa dan sebab musababnya,
serta ilmu tentang pembinaan dan pengembangan hidup kejiwaan manusia, suatu
pengertian yang identik dengan kesehatan jiwa. Pengertian tersebut tidak terbatas
pada konsepnya pada gangguan dan penyakit kejiwaan serta perawatan dan
pengobatannya, tetapi juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa manusia
setinggi mungkin menuju kesehatan dan kesempurnaannya sesuai dengan arti kata
tazkiyat itu sendiri dalam pendidikan al-Quran berikut:
Artinya: demi jiwa dan kesempurnaan (ciptaan)-Nya. Allah menghilangkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah
orang yang melakukan proses tazkiyah (pembinaan takwa) dalam dirinya,
sebaliknya merugilah orang-orang yang mengotori jiwa (mengikuti hawa nafsu
dalam pembinaan jiwanya) atau tadsiyat al naf s. (Q.S. Asy Syamsu: 7-10)
Dari keterangan ayat diatas dapat pula diambil suatu pedoman bahwa tujuan
dari pembinaan dan pengembangan jiwa itu dalam islam adalah untuk mewujudkan
kondisi kesehatan jiwa yang baik. (al-falah) yang diperoleh melalui pendidikan
tazkiyah atau pembinaan potensi jiwa takwa dalam diri. Sehingga jiwa
muthmainnah menyempurnakan kehidupan mental manusia, dan inilah tujuan yang
paling tinggi dari usaha pembinaan dan pengembangan kesehatan jiwa dalam Islam
yang harus dicapai oleh setiap muslim muslimah.
Dengan demikian kesehatan jiwa itu juga identik bagi al-Ghazali dengan
keimanan dan ketakwaan dalam arti tazkiyat al nafs. Dari uraian yang telah
dikemukakan di atas dapat ditegaskan bahwa iman dan takwa memiliki relevansi
yang sangat erat sekali dengan soal kejiwaan. Iman dan takwa itulah arti psikologi
dan kesehatan mental yang sesungguhnya bagi manusia dalam Islam.
BAB IV
10

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian sabda Nabi
Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai
dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan
dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman (QS:Yunus 57).
Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah
menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga
umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.
Kesehatan mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah yang amat
penting karena menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa kesehatan
yang baik orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber
daya manusia yang tinggi.
Hal itu karena yang bisa menjamin kebahagian manusia tersebut adalah kejiwaan,
kesehatan dan keberagamaan yang dimiliki manusia. Tiga faktor tersebut sangat
sejalan sekali dalam mencapai kebahagian hidup manusia didunia dan akhirat, karena
kebahagian yang harus dicapai itu tidak hanya kebahagian didunia melainkan juga
kebahagian diakhirat kelak.
Islam memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan
islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran
falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam. Berdasarkan pemikiran diatas maka
11

setidak-tidaknya ada enam prinsip keagamaan dan pemikiran filsafat yang mendasari
konsep dan pemahaman islam tentang kesehatan jiwa. dapat ditegaskan bahwa iman
dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat sekali dengan soal kejiwaan. Iman dan
takwa itulah arti psikologi dan kesehatan mental yang sesungguhnya bagi manusia
dalam Islam.

DAFTAR PUSTAKA
al-Quran al-Karim
Ahmad, Muhammad al-Hufi.2000. Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad
Saw.Bandung: Pustaka Setia
Abi Abd-llah, Muhammad bi Ismail al-Bukhari.[t.th.]. Shahih al-Bukhari.VII.
Semarang :Thoha Putra.
Warson al-Munawwir, Ahmad [t.th.]. Almunawwir: Kamus Arab-Indonesia.
12

Yogyakarta: Krapyak.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia
.Jakarta: Balai Pustaka.
Ghazali, Imam. 1988.Ihya al-Ghazali,V. (trans) Ismail Yaqub.Jakarta Selatan:
Faizan
Mahrus, Ali.2009. Mantan Kiai NU Membongkar Praltek Syirik. Surabaya: La
Tasyuki.
Abd al-Baqi,Muhammad Fuad , [t.th.]. Mujam Mufahras li Alfaz al-Quran alKarim .Indoinesia: Maktabah Dahlan.
Thobieb al-Ahsyar. 2003. Bahayanya Makanan haram. Jakarta: al-Mawardi Prima,

13

Anda mungkin juga menyukai