Skenario
Seorang perempuan, 50 thn datang
berobat poliklinik umum dengan keluhan
bila makan cepat kenyang, begah dan
rasa terbakar di daerah dada (heart burn)
kadang disertai kembung bila makan
agak
banyak.
Keluhan
seperti
ini
dirasakan sudah kira- kira 4 bulan.
BB=50kg, TB=149 cm saat ini BB
menjadi 44 kg. Pasien memiliki kebiasaan
minum soft drink dan jamu setiap 2 hari
sekali.
Hipotesis
Perempuan usia 50 tahun menderita
dyspepsia fungsional.
Anamnesis
Identitas Pasien : Perempuan, usia 50 tahun
Keluhan utama : begah, makan cepat kenyang, heartburn
Keluhan tambahan: Riwayat penyakit sekarang : sejak 4 bln lalu, BB dari 50 kg
menjadi 44kg
Riwayat penyakit dahulu: Riwayat pribadi : Riwayat penyakit keluarga: Riwayat sosial: pasien mengonsumsi soft drink dan jamu 2
hari sekali
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran, keadaan umum, TTV
pemeriksaan fisik abdomen:
Inspeksi
palpasi
Perkusi
auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Esofagografi dengan
barium
Tes Bernstein
Pemantauan pH 24
jam
Tes Gastro-Esophageal
Scintigraphy
Manometri esofagus
Tes Supresi asam
Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1.1 Derajat kerusakan
Derajat kerusakan
Gambaran endoskopi
diameter <5mm
Erosi pada mukosa atau lipatan mukosa dengan
diameter >5mm tanpa saling berhubungan
Lesi
yang
konfluen
tetapi
tidak
Lesi
mukosa
esofagus
yang
bersifat
Esofagografi dengan
barium
Tes Bernstein
Diagnosis Kerja
GERD (GastroEsophageal Reflux
Disease ) atau PRGE (Penyakit
Refluks Gastro Esofageal)
Adalah kondisi patologis sebagai akibat refluks
kandungan lambung ke dalam esophagus
dengan berbagai gejala yang timbul akibat
keterlibatan esophagus, faring, laring dan
saluran nafas.
Differential Diagnosis
Dispepsia Fungsional
adanya satu atau lebih keluhan rasa
penuh setelah makan, cepet kenyang
dan nyeri ulu hati/epigastrik.
NERD
gejala GERD tanpa adanya erosi
mukosa esofagus pada endoskopi saluran
cerna atas.
Etiologi
Epidemiologi
Di Indonesia sendiri insiden GERD
relatif rendah dibanding negara maju.
Tidak ada predileksi gender pada
GERD, laki-laki dan perempuan
mempunyai resiko yang sama, namun
resiko esofagitis dan Barrets
esophagus pada laki-laki lebih tinggi.
GERD dapat terjadi di semua umur
namun prevalensinya meningkat pada
usia di atas 40 tahun.
Patofisiologi
keseimbangan antara :
faktor defensif esophagus:
pemisah antirefluks, bersihan asam
dari lumen esophagus, dan
ketahanan ephitelial esophagus.
faktor ofensif: sekresi gastrik dan
daya pilorik
Gambaran
Klinis
Gejala khas :
Heartburn
Regurgitasi
Keluhan lain:
keluhan nyeri atau rasa tidak enak di
epigastrium atau retrosternal bawah
disfagia, odonifagia
mual dan rasa pahit di lidah
keluhan ekstraesofagial
Non-medikamentosa
Meninggikan posisi kepala saat tidur
Medikamentosa
o Step down: -mulai terapi dengan PPI
-antagonis reseptor H2 atau prokinetik
bahkan antasida
o Step up: -mulai terapi dengan antagonis
reseptor H2 atau prokinetik
- bila gagal kemudian terapi dengan PPI
-Omeprazol
-Lansoprozol
-Pantoprazol
-Esomeprazol
Komplikasi-Komplikasi
GERD
Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik jika
derajat kerusakan esofagus masih
rendah
dan
pengobatan
yang
diberikan
benar
pilihan
dan
pemakaiannya. Namun jika tidak
dapat ditangani dengan benar maka
dapat menyebabkan komplikasi yaitu
striktur, Barrets esophagus, dan
perdarahan.
Kesimpulan
GERD adalah suatu keadaan di mana
terjadi
disfungsi
sfingter
esofagus
bagian bawah sehingga menyebabkan
regurgitasi isi lambung ke dalam
esofagus. Pemeriksaan fisik tidak banyak
yang khas namun terdapat pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
membantu
menegakkan diagnosis. Terapi pilihan
GERD termasuk modifikasi gaya hidup,
terapi
medikamentosa,
dan
terapi
terhadap komplikasi.