pasien telah dalam keadaan gangguan kejiwaan yang berat, untuk itu kita juga dapat
menanyakan hal ini kepada keluarganya (alloanamnesis).
3. Setelah itu tanyakan bagaimana penyakit itu bermula, bagaimana awal mula gangguan
kejiwaan itu terjadi, sejak kapan, dan bagaimana keberlangsungannya, ini bermakna karena
kebanyakan penyakit psikiatrik mengalami beberapa fase sebelum menjadi semakin parah.
4. Riwayat penyakit terdahulu, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang dapat memicu
terjadinya gangguan kejiwaan seperti demam tinggi, riwayat trauma kepala, mengkonsumsi
obat-obatan Parkinson, obat anti-hipertensi dan kotikosteroid dalam jangka waktu lama.
5. Riwayat pribadi mencakup mengenai riwayat kelahiran pasien, apakah dia cukup bulan atau
tidak, proses dilahirkan melalui Caesar atau normal, dan apakah ada masalah saat dia
dalam kandungan. Jika pasien telah menikah, tanyakan mengenai pernikahannya. Intinya
pada segmen ini kita harus menggali mengenai pribadi pasien.
6. Riwayat keluarga, tanyakan apakah di dalam keluarganya ada yang mengalami gangguan
jiwa atau tidak.
Pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan gangguan jiwa, pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dari
keadaan umum, tanda tanda vital, dan mencatat status mental dan status fisik.
Status Mental
Untuk pemeriksaan status mental kita dapat memulai dengan: (1) Penampilan dan perilaku,
kita harus mencatat kesehatan secara umum, postur, tatto atau cara berpakaian yang berbeda,
laserasi kulit terutama di tangan (suntikan). (2) Kebersihan pribadi. (3) Kontak mata, derajat
koperatif, ekspresi wajah, respon terhadap halusinasi. (4) Kegiatan motorik apakah meningkat atau
menurun. (5) Gerakan abnormal, mungkin menjadi efek samping dari obat psikotik, seperti: tremor,
bradikinesia, akatisia, tardive diskinesia, distonia. (6). Gerakan abnormal lain seperti: chorea,
stereotiphy, gait abnormality. (7) Gaya bicara, deskripsikan nada bicara (variasi nada), kecepatan,
dan volume. cara bicara yang normal meliputi spontan, logis, relevan, koherensi. Preservation
adalah sering mengulang kata atau topik adalah tanda kerusakan lobus frontal. Neologism adalah
membuat buat kata baru, sering terjadi di skizofrenia, misalnya sepatu kepala yang artinya topi. (8)
Mood dan afektif, laporkan mood subjektif sesuai dengan penjabaran pasien. Kemudian laporkan
juga mood objektif yaitu dysthymic (menurun), euthymic (normal), hyperthymic (meningkat).
Afektif adalah tindakan atau gejala klinis dari mood. Afek yang abnormal dapat dideskripsikan
sebagai: blunted ( tidak reaktif, seperti gejala negatif skizofrenia), labil ( mudah berubah), iritabel
(mania, depresi), mencurigakan, tidak nyambung. (9) Isi pikiran abnormal, seperti pikiran negatif
seperti rasa bersalah dan putus asa, rumination (tidak dapat bekerja karena depresi atau cemas),
obsesi atau fobia, depersonalisasi adalah merasa tidak nyata, melihat diri sendiri dari luar, dan
derealisasi adalah merasa diri sendiri dan dunia tidak nyata atau tidak hidup.3
(10) Kepercayaan abnormal, ide yang terlalu tinggi dapat diterima dan dipahami tetapi dikejar
oleh pasien di luar batas akal dan sampai batas yang menyebabkan penderitaan mereka. Ide aneh,
percaya bahwa mereka dibicarakan, dilihat. Delusi, pasien memegang teguh kepercayaan yang
tetap , tidak benar , sesuai dengan budaya pasien dan tidak berubah dengan bukti bukti yang
kontra. tipe delusi adalah persecutory, grandiosa, of reference, thought insertion, passivity. (11)
Persepsi, tanyakan apakah pernah melihat atau mendengar sesuatu yang orang lain tidak bisa
dengar? ilusi adalah kesalahan interpretasi dari persepsi normal, hal ini juga dapat dialami oleh
orang sehat, contohnya: melihat ujung tirai sebagai ular. Halusinasi adalah persepsi, tanpa
2
stimulus eksternal, bahwa mereka mengalami pengalaman yang benar adanya dan berasal dari
dunia diluar dirinya. Biasa terjadi di sensorik, yang mana auditori dan visual adalah yang
tersering. Halusinasi auditorik sering terjadi juga pada orang normal saat tidur (hypnagogic) atau
bangun (hypnapompic). (12) Kognisi, catat kesadaran, memori, orientasi, perhatian dan
konsenterasi. Tes yang lebih formal dibutuhkan untuk orang yang diduga memiliki gangguan
kognisi dan setiap orang berumur 65 tahun atau lebih. Tes kognitif mungkin dilakukan dengan
MMSE (Mini Mental State Examinations) dengan tes tambahan untuk fungsi lobus frontal. Kita
harus melakukan test yaitu: (a) Tes memori, dengan cara mengulang deretan kata objek atau
alamat secara langsung dan setelah 5 menit. (b) Orientasi waktu, tempat, orang. (c) perhatian dan
konsenterasi dengan cara menghitung mundur. (d) Dyspraksia, dengan cara menggambar
pentagon yang bersinggungan. (e) Disfasia dengan cara mengikuti instruksi dan menamai objek.
(f) Tes lobus frontal seperti pengartian peribahasa, kelancaran verbal, melakukan perkiraan.3
Pemeriksaan Fisik
Secara umum kita dapat melakukan inspeksi visual, dengarkan, mencium bau. Kemudian
melakukan pemeriksaan dari kepala sampai kaki. (1) Kepala, kebanyakan pasien memiliki
keluhan sakit kepala, tanyakan sudah berapa lama, frekuensi, sifat, lokasi. sakit kepala dapat
disebabkan oleh obat, alkohol, nikotin, kafein, stres (vascular headache), tumor, nyeri karena
trauma kepala bisa menyebabkan demensia dengan EPS. (2) Mata, hidung, telinga, tenggorokan:
gerakan abnormal lidah (tardive dyskinesia), glaukoma (obat antikolinergik), penglihatan biru
(obat sidenafil). (3) Sistem respirasi: sesak napas dapat ditemukan pada pasien depresi, batuk,
asma. (4) Sistem kardiovaskular: takikardi, palpitasi, dan aritmia jantung adalah hal yang sering
dijumpai di pasien dengan gangguan cemas. (5) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diare,
mual, muntah (laxative abuse), konstipasi (ketergantungan opioid). (6) Sistem urogenital: retensi
urin (obat antikolinergik), retrograde ejaculation terjadi pada pasien dengan thioridazine (obat
skizofrenia). Kemudian jika di rontgen pada pasien sering ditemukan benda asing, karena pasien
memakan benda asing tanpa sadar.3
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada test lab yang dapat mengonfirmasi untuk diagnosis penyakit psikiatri
seperti skizofrenia, bipolar disorder, dan major depressive disorder. Tes lab hanya digunakan
untuk deteksi penyakit organik, dapat juga dipergunakan sebagai monitoring level obat
antidepresan, elektrolit, dan lainnya.3
Darah rutin meliputi: CBC, hematokrit, Hb, fungsi ginjal, fungsi liver dan fungsi tiroid, elektrolit,
gula darah. Tiroid dapat bergejala sebagai ganggguan mood atau psikotik. Kanker dan penyakit
menular dapaat dipresentasikan sebagai depresi. Beberapa penyakit saraf yang dibawa ke
psikiatri seperti multiple sklerosis, parkinson, demensia, huntington, HIV, temporal lobe
epilepsi.3
Pemeriksaan fungsi tiroid: T4, T4RIA, FT4I, T3U, T3RIA. Untuk mengevaluasi hipotiroid
yang kadang dapat bermanifestasi sebagai depresi. Tanda lain yang mungkin terkait dengan
depresi dan sedatif seperti lemas, kaku, tidak napsu makan, apati, halusinasi dan delusi. Lithium
bisa menurunkan kadar tiroid dalam darah, maka dianjurkan tidak mengonsumsi lithium jika
ingin mengecek tiroid. Dexamethasone suppresion test bila positif ( diatas 5 mg/dl) berarti ada
kerusakan hipothallamus-adrenal-pituitary axis yang dapat menyebabkan stress. 3
Pemeriksaan endokrin lain: kadar prolactin dapat meningkat sebagai respon dari masuknya
obat antipsikotik, hal ini terjadi sebagai akibat dari blokade reseptor dopamine di pituitary.
Meningkatnya hormon ini dapat menyebabkan galaktorea, gangguan menstruasi, konsenterasi
kalsium tulang juga terganggu. 3
Fungsi ginjal untuk pasien pemakai lithium, periksa BUN dan kreatinin. Fungsi hati yaitu
total bilirubin dan direct bilirubin akan meningkat pada penyakit stasis intrahepatik dan
kerusakan sel hepar, yang dapat terjadi bersama dengan pengobatan fenotiazine atau trisiklik
dengan alkohol. Beberapa jenis obat dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Penyakit
hati atau kerusakan hati juga dapat bermanifestasi sebagai delirium atau demensia.3
Lemak, gula darah puasa, dan HbA1C: bila gula darah terlalu tinggi dapat menyebabkan
delirium, hipoglikemia bermanifestasi sebagai agitasi dan cemas.3
Tes urin untuk pemakaian zat ditujukan untuk mendeteksi obat yang mungkin
menyebabkan gejala gangguan kognitif. Ada waktu tertentu untuk memeriksa zat di urine.
Alkohol 7-12 jam, amfetamin 48 jam, barbiturat 24 jam, benzodiazepine 3 hari, cannabis 3-4
minggu, cocaine 6-8 jam, codeine 8 jam, heroine 2-3 hari, morfin 2-3 hari.3
Uji Psikologi
Tes psikologi bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepribadian dan kemampuan tiap orang.
Pengertian tes psikologi adalah suatu ujian (test) untuk menguji mental dan dilakukan untuk
menyeleksi serta menetapkan psikis khusus individu.3
Elektroensefalografi (EEG)
Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktivitas
listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks
otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang
kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram
yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang
delta,alpha, beta, theta, gamma dsb. Saat terbaik perekaman adalah pada saat bebas obat sehingga
Gelombang Otak (Brainwave) yang didapat adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang bebas
dari pengaruh obat. Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar.3
CT-Scan
Computed Tomography Scanning (CT Scan) adalah suatu peralatan radiologi yang dapat
digunakan untuk menampilkan dan mengalokasikan suatu objek yang akan di diagnosis
keadaannya dengan cara menggunakan teknik pemeriksaan tomografi untuk menghasilkan
gambaran-gambaran objek yang berupa potongan-potongan tubuh secara axial dengan
menggunakan prinsip kerja tomografi yang dilengkapi sistem komputer sebagai media
pengolahan data-data software dan recontruksi gambar objek. Pada umumnya radiasi dari sinar X
yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT Scan adalah aman dengan indikasi medis yang sesuai.3
Diagnosis Kerja
4
Manik4
F30 EPISODE MANIK
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya
untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar,
episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik)
sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).
F30.0 Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah
disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturutturut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi
siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan
diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis
mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik
Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide
perihal kebesaran/ grandiose ideas dan terlalu optimistik.
F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa gejala
psikotik).
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar
(delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut
(mood congruent).
F30.8 Episode Manik Lainnya
F30.9 Episode Manik YTT
F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan
afek disertai penmbahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali
terajadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak
esensial untuk penegakan diagnosis).
5
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di
masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini,
tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran dimasa lampau dan ditambah sekurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
F32 EPISODE DEPRESIF
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ):
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :
(a)Kosentrasi dan perhatian berkurang
(b) Harga diri dan kepercayaan berkurang
(c)Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
(d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
(e)Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.
(f) Tidur terganggu
(g) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2) hanya
digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)
F32.0 Episode Depresif Ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai dengan (g).
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
Karakter kelima:F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatic
F32.1 Episode Depresif Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi
ringan (F30.0);
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga.
7
Ciri esensial adalah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi banyak
periode depresi ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau
cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan
depresif berulang (F33.-).
Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk mana pun yang
disebut dalam episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-).
F34.1 Distimia
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau
jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan atau
sedang (F33.0 atau F33.1).
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.
Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu
episode depresif tersendiri (F32) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain
yang tampak jelas.
F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak berlangsung
cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (F34.0) atau distimia (F34.1), namun secara
klinis bermakna.
F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT
F38
Gangguan Afektif Perasaan lainnya
F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya
F38.00 = Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang bersifat
campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam) antara gejala hipomanik,
manik dan depresif.
F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya
F38.10 =Episode depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan selama satu tahun
yang lampau.
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang dari 2 minggu (yang khas
ialah 2-3 hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria simtomatik untuk episode
depresif ringan, sedang atau berat (F32.0, F32.1, F32.2).
F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YTT
Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria untuk kategori
mana pun dari F30-F38.1 tersebut diatas.
F38.9 Gangguan Afektif YTT
Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir jika tak ada istilah lain yang dapat digunakan.
Termasuk: psikosis afektif YTT.
Waham
10
Waham atau delusi adalah keyakinan yang tidak sesuai dengan realita yang ada, tidak
sejalan dengan intelegensi dan latar belakang budaya pasien, yang terus dipertahankan oleh
pasien dan tidak dapat dikoreksi.
Waham menurut konsep dasarnya
Waham sistematis: Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau
peristiwa tunggal, melibatkan situasi yang menurut pikiran dapat terjadi dikehidupan
nyata.5
Waham yang kacau (Bizarre Delusion): Keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan
sama sekali tidak masuk akal tidak berasal dari pengalaman hidup pada umumnya. 5
Waham enurut Onsetnya
Waham juga dikategorikan dalam bentuk primer dan sekunder.
Waham Primer (autochthonous)
Merupakan salah satu waham yang muncul secara tiba-tiba dan dengan keyakinan
penuh namun tanpa peranan perilaku kejiwaan kearah itu. Contoh: Seorang pasien
mungkin secara tiba-tiba dan penuh keyakinan bahwa dia sedang mengalami
perubahankelamin, tanpa pernah memikirkan hal itu sebelumnya dan tanpa ada ide atau
kejadian sebelumnya yang dapat dimengerti atas kesimpulan tersebut. Keyakinan datang
di dalam pikiran secara tiba-tiba dibentuk penuh dan dalam bentuk keyakinan sempurna.
Agaknya hal tersebut merupakan ekspresi langsung dari proses patologi penyebab
penyajit jiwa-satu gejala primer. Tidak semua waham primer dimulai dengan suatu ide,
suatu mood waham atau persepsi waham juga dapat muncul tiba-tiba dan tanpa
pendahuluan untuk menjelaskan hal tersebut. Tentu saja pasien untuk mengingat saat-saat
tepat dari sesuatu yang tidak biasa dan sering mempengaruhi keadaan jiwa dan untuk
alasan ini, merupakan halyang sulit untuk meyakini apa yang disebut primer.5
Waham Sekunder
Dimana keyakinan waham dapat dijelaskan atau dinilai sebagai perluasan dari
keyakinan kultur atau mood. Waham sekunder dapat dimengerti saat diperoleh dari
beberapa pengalaman yang tidak wajar sebelumnya. Akhirnya mungkin menjadi beberapa
jenis, seperti halusinasi (Contoh seseorang yang mendengar suara-suara mungkin akan
menjadi percaya bahwa ia telah diikuti) suatu mood (contoh seseorang yang sebelumnya
mengalami depresi mungkin percaya bahwa orang-orang berpikir ia tidak berharga) atau
existing delusion(contoh seseorang dengan waham bahwa ia telah kehilangan seluruh
uangnya akan mempercayai bahwa ia akan dipenjara karena tidak bayar hutang).
Beberapa waham sekunder kelihatannya memiliki sebuah fungsi integratif membuat
pengalam asli menjadi lebih dapat dimengerti pasien seperti contoh pertama diatas. Yang
lainnya kelihatan sebaliknya menambah rasa penyiksaan atau kegagalan.5
Waham menurut temanya6
a. Waham aneh/ bizzare, waham yang melibatkan fenomena bahwa budaya seseorang
dianggap tidak masuk akal. contohnya alien.
b. Waham erotomania, pada tipe waham ini, orang lain dengan status lebih tinggi, jatuh cinta
kepada dirinya.
c. Waham cemburu, pasangan seksual seseorang dianggap tidak setia.
11
12
menentukan range dan beratnya kerusakan. Makin meluasnya kerusakan otak, makin luas
pula kerusakan pada fungsinya. Pada umumnya, gangguan mental organik disebabkan oleh
kerusakan atau trauma otak, penyakit (disease), ketidakseimbangan nutrisi. Gambaran utama
dari gangguan mental organik menurut PPDGJ-III, 1999, yaitu :7
1.
Gangguan fungsi kognitif
Meliputi gangguan daya ingat (memory), daya pikir (intelect), daya belajar (learning)
2.
Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)
3.
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
- Persepsi (halusinasi)
- Isi pikiran (waham/delusi)
- Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, dan cemas).7
Delirium (F05)
Delirium harus diperhatikan sebagai diagnosis banding dari skizofrenia dan depresi. Pada
beberapa pasien dengan psikotik, biasanya skizofrenia atau episode manik, dapat memiliki
beberapa periode yang menampakkan perilaku yang sangat tidak teratur yang sulit dibedakan
dari delirium. Pada umumnya, halusinasi dan delusi dari pasien dengan skizofrenia lebih
konstan dan teratur dibandingkan dengan pasien delirium. Pasien skizofrenia atau gangguan
manik biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran atau disorientasi. Dapat diperiksa
dengan EEG. 3
F06.2 Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia)
Kriteria umum diatas disertai waham yang menetap atau berulang (waham kejar, waham
cemburu, somatis, penyakit, kematian dirinya atau orang lain); halusinasi, gangguan proses
pikir, atau fenomena katatonik tersendiri; kesadaran dan daya ingat tidak terganggu. 4
F06.3 Gangguan Afektif Organik
Adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak atau penyakit fisik sistemik yang diketahui
berhubungan dengan salah satu sindrome mental. Ada hubungan waktu; Kesembuhan dari
gangguan m ental setelah perbaikan atau dihilamngkannya bukti penyebab yang
mendasarinya. Tidak ada bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrome mental
ini (seperti gen atau stres). disertai kondisi F30-F33.4
Intoksikasi alkohol, amfetamin, kokain, kanabis (F1)
Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya, yang diakibatkan oleh karena
penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter). Kita dapat
mengidentifikasi zat psikoaktif dengan cara: (a) Laporan individual, (b) analisis objektif dari
urine, darah, dan sebagainya. (c) Bukti lain, ditemukan sample obat pada pasien, tanda dan
gejala klinis, atau laporan dari pihak ke tiga.3
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis yang digunakan, individu dengan
kondisi organik tertentu yang mendasarinya misalkan insufisiensi hati atau insufisiensi ginjal.
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol
atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek
atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi
berkurang dengan berlalunya waktu. 3
14
Masing-masing zat memiliki kode tersendiri seperti Alkohol (F10), Kanabis (F12), dan
Kokain (F14). Yang berkaitan dengan skenario adalah nomor F1x.5 Gangguan Psikotik.
Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif
(biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari keadaan putus zat dengan
delirium atau suatu onset lambat. Gangguan psikotik oleh karena zat bisa tampil dengan
gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan
kepribadian pengguna zat. 4
Skizofrenia (F2)
Suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas. pedoman
diagnostik menurut PPDGJ III dan DSM 5 sebagai berikut:4
Pertama, harus ada gangguan lebih dari 1 bulan. Harus ada perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan. Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas,
atau 2 gejala kurang jelas: (a) Pikiran aneh, seperti isi pikiran yang bergema, tersiar, ditarik
keluar atau masuk dari luar. (b) waham aneh, waham dikendalikan, dipengaruhi, tak berdaya,
persepsi (c) halusinasi auditorik, seperti ada suara dikomentari terus menerus, suara
berdiskusi, suara salah satu bagian tubuhnya. (d) waham tak mungkin, waham yang menurut
budaya tidak wajar dan tidak mungkin. Atau paling sedikit 2 gejala berikut : (a) halusinasi
menetap, ide berlebihan dan menetap. (b) Inkoherensi atau pembicaraan tidak relevan. (c)
Katatonia, gaduh gelisah, mematung, fleksibilitas serea, negativisme, stupor, mutisme. (d)
gejala negatif, miskin pembicaraan, apatid, ekspresi emosi tumpul.4
Pembagian Skizofrenia menurut PPDGJ II
F22 Gangguan Waham Menetap
meliputi serangkaian gangguan waham yang berlangsung lama, sebagai satu satunya gejala
klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan
mental organik, skizofrenik, atau gangguan afektif.4
tidak berfungsi pada keadaan depresi, dan reseptor dopamine D1 menjadi kurang aktif. Kolin, GABA
ditemukan di CSF autopsi orang depresi.3,8
Faktor Psikososial
Kebanyakan teori dari mania mengatakan episode mania adalah perlawanan dari depresi yang
mendasarinya. Abraham, sebagai contoh mengatakan bahwa episode manik adalah bagian yang
memperlihatkan ketidakmampuan mentoleransi tragedi yang terjad, seperti kehilangan orangtua, orang
yang dikasihi, kehilangan pekerjaan, stress ekonomi, dan sebagainya. Keadaan manik juga adalah hasil
dari tyrannical superego, dimana kritik diri yang berlebihan akhirnya digantikan oleh euforia. Klein juga
melihat mania sebagai reaksi defensif untuk depresi, memakai pertahanan mania sebagai omnipoten,
dimana pasien mengalami delusi grandeur.3
Epidemologi
Laporan The World Health Report 2001, antara lain mengatakan, 25 % penduduk di dunia pernah
mengalami gangguan jiwa pada suatu masa dalam hidupnya, 40% diantaranya didiagnosis secara tidak
tepat. Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa Barat (2002)
menemukan 36% pasien yang berobat ke puskesmas mengalami gangguan kesehatan jiwa. Hal ini bisa
mewakili kondisi masyarakat secara umum. Gangguan yang umum terjadi adalah gangguan afektif atau
gangguan mood, yaitu kecemasan, depresi dan mania.4
Mania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari seluruh gangguan
afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah 55 tahun dengan perbandingan
jumlah pria dan wanita 2 : 1. Prevalensi timbulnya mania sekitar 0,1% pertahun.4
Penatalaksanaan
Farmakologis
Orang dengan mania biasanya tidak kooperatif dengan pengobatan klinis karena mereka merasa tidak
sakit. Tanda awal dari mania biasanya tidak begitu jelas terlihat dan hanya diketahui oleh orang yang
dekat dengan pasien. Pasien tidak boleh menyetir selama episode manik karena konsenterasi yang tidak
baik. Pengobatan di rumah sakit diperlukan karena emosi yang labil berkaitan dengan perilaku depresi
dan manik yang tidak dapat dihambat berkaitan dengan resiko tinggi bunuh diri. Pengobatan dengan
psikofarmaka sangat diperlukan saat sedang berlangsungnya episode manik, dengan obat antipsikotik
dan valproate menjadi pilihan pertama yang sering diambil. Obat antipsikotik sangat manjur diberikan
bahkan jika diberikan untuk episode manik non psikotik. Kombinasi obat seperti antipsikotik dengan
valproate atau lithium lebih efektif dan mempercepat proses penyembuhan, tetapi juga dengan efek
sampingnya. ECT dan carbamazepim juga dianjurkan untuk kasus akut. 8,9
Second Generations Antipsikotik agents (SGAs) adalah obat yang paling lazim digunakan sekarang.
keuntungan nya melebihi lithium dan antikonvulsan, sedangkan kerugian (EPS) lebih kurang dari First
Generation Antipsikotik Agents. Pada penelitian meta analisis, disebutkan bahwa SGA memiliki peran
52% kesembuhan untuk manik, dibandingkan dengan plasebo 29%.9
17
Non Farmakologis
Terapi suportif dengan berbicara dengan pasien, ajukan pertanyaan yang faktual yang penting. Mencoba
identifikasi ketakutan atau perhatian pasien saat ini,tetapi jangan terlibat dengan diskusi panjang tentang
waham dan halusinasi yang kompleks. Istirahatlah disela sela wawancara, jangan memaksa pasien
berespon setiap pertanyaan anda, tetapi tataplah mengontrol arah pembicaraan. Hendaklah sesedikit
mungkin ikut campur dengan kekebasan pasien untuk memilih. Bantu pasien melihat dunia dari
prespektif anda secara berangsur angsur. Kebanyakan pasien dengan gangguan waham cukup sensitif
terhadap kritik, sehingga hubungan seperti ini sangat sulit dikembangkan dan dipertahankan.10
Edukasi bio psiko sosial
Intervensi psikologik dan sosial dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gangguan
mood. Masalah sosial dan keluarga dapat menjadi pemicu episode manik. Dukungan psikologik dan
edukasi tentang penyakit sangatlah penting dan seringkali paling baik disajikan dalam bentuk group atau
self help seperti Manic Depressive Fellowship. Intrapersonal and Social Rhythm Therapy (IPSRT)
mengajarkan pada kita pentingnya tetap beraktivitas sesuai rutinitas sosial dan menghindari kurang tidur
yang dapat mengurangi terjadinya episode. Kemudian, menulis diary untuk catatan gejala awal dari
awitan, jadi obat dapat diberikan pada onset awal bila perlu.8
Terapi tingkah laku ditujukan pada hipotesis bahwa perilaku yang merugikan terjadi karena pasien
menerima sedikit feedback positif dan mungkin menerima penolakan dari lingkungan.8
Orientasi psikoanalitik. tujuan dari terapi ini adalah merubah personality pasien atau karakter pasien,
bukan hanya untuk mengurangi gejala, tetapi juga untuk meningkatkan kepercayaan intrapersonal, dan
masih banyak lagi hal yang dapat dicapai oleh terapi psikoanalitik.8
Prognosis
Manik bisa muncul kapan saja, dalam beberapa jam atau hari, bila tidak diobati akan bertahan
hingga 3 bulan. Pasien dengan satu kali episode manik, 90% nya akan mengalami serangan ulang.
Biasanya, jarak antar serangan ulang kian memendek. Pasien dengan manik memiliki prognosis yang
lebih buruk dari pasien depresi. 40-50% pasien akan memiliki serangan ulang dalam waktu 2 tahun sejak
onset pertama. Meskipun dapat diberikan lithium sebagai profilaksis, hanya 50-60% yang terkontrol.
Faktor yang memperburuk gangguan ini adalah pasien yang memiliki masalah ekonomi dan pekerjaan,
pecandu alkohol, laki-laki, pasien psikotik, dll. Lalu faktor yang baik untuk prognosis adalah durasi yang
pendek dari episode manik, usia yang sudah agak meningkat, sedikitnya pikiran untuk bunuh diri,
sedikitnya faktor penyakit lain atau penyakit organik. Hanya 7% pasien yang tidak mengalami serangan
ulang, 45% lebih dari 1 episode, 40% sisanya kronis. Pasien mungkin mengalami 20-30 episode manik
dalam hidup dan rata-rata 9 episode.3
Komplikasi
Komplikasi utama gangguan afektif bipolar, atau penyakit manic-depressive (MDI), yaitu bunuh
diri, pembunuhan, dan kecanduan. Penelitian Hong et al menunjukkan hubungan genetik antara
gangguan bipolar dan perilaku bunuh diri, terutama pada orang kulit putih.11
18
Pasien dalam episode manik dapat membunuh orang lain, sangat menuntut dan delusi grandeur.
Dalam konteks ini, mereka marah jika orang lain tidak segera memenuhi keinginan mereka, dan mereka
dapat berubah menjadi pribadi yang penuh kekerasan. Individu dengan gangguan bipolar berisiko
kecanduan. Hal ini menciptakan masalah diagnosis ganda dan, mempersulit pengobatan. Orang dengan
kecanduan sering kali membahayakan orang lain, sebab dapat melukai orang lain atau melakukan
berbagai kriminalitas.11
Manik akan meningkatkan perilaku berisiko tinggi seperti menyetir dengan kecepatan tinggi,
berenang dalam situasi yang tidak aman atau terbang dengan cara meloncat dari gedung tinggi. memakai
uang dalam jumlah berlebihan. memakai alkohol. mudah terluka dan sering membahayakan bila ada
orang yang menentang keinginanya. perilaku yang tidak dapat dihambat seperti perilaku seksual yang
tidak terkarakteristik atau perilaku sosial yang tidak pantas, hal ini dapat membuat hubungan baik
dikantor atau sesama teman menjadi rusak.11
Kesimpulan
Dari keterangan diketahui bahwa, perempuan tersebut memiliki semangat berlebih dan yakin dirinya
adalah artis terkenal, sesuai dengan kriteria dalam PPDGJ, diduga perempuan tersebut menderita gangguan
afektif episode manik yang, mempunyai semangat yang berlebihan dan waham.
19
Daftar Pustaka
1. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Anamnesis dan pemeriksaan klinis. Buku ajar psikiatri; ed. 2
Jakarta: EGC, 2011.
2. Oegondo S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.h.35-7.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock's synopsis of psychiatry behavioral science/ clinical
psychiatry. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. 10th ed p.227-65.
4. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5 Jakarta: PT
Nuh Jaya; 2013. h.20-69.
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/1/10E00570.pdf. Selasa, 5 Januari 2016. Pukul
14.55 WIB
6. Profitasari, Nisa TM [Editor]. Sadock BJ, Sadock VA. Buku ajar psikiatri klinis. 2th Ed. Jakarta:
EGC;2010.h.147-223.
7. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010.h.71, 76-8.
8. Stevens L, Rodin I. Psychiatry: an illustrated colour text. 2nd ed. England: Elsevier; 2011. p. 50-51.
9. Schatzberg AF, Cole JO, DeBattistra C. Manual of clinical psychopharmacology. 7th Ed. England:
American Psichyatry Publishing. 2010. H 281-314.
10. Bastaman TK, Amir N, Idris IK, Wiguna T. Leksikon: Istilah kesehatan jiwa dan psikiatrik. Ed 2.
Jakarta: EGC; 2010.h.43-5.
11. Soreff S. Bipolar affective disorder management and treatment. Medscape 2015 Oct. Available at :
emedicine.medscape.com/article. cited at 2015 dec 26th.
20