Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

DUKACITA

MASALAH UTAMA (CORE PROBLEM)


Dukacita.

PROSES TERJADINYA MASALAH


Definisi
1. Dukacita sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubahubah. Dukacita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran,
maupun perilaku seseorang (Cowles dan Rodgers, 2000)
2. Dukacita merupakan respons normal pada semua kejadian kehilangan
(NANDA, 2009-2011). Ada dua tipe dari berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berduka disfungsional.
a. Dukacita adaptif/berduka diantisipasi/berduka fungsional adalah
status yang merupakan pengalaman individu dalam merespons
kehilangan yang actual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
b. Dukacita maladaptive/berduka terselubung/berduka disfungsional
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responsnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara actual
maupun potensial, hubungan, objek, dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.

Fase Berduka Dilihat dari Berbagi Teori


No.

Teori

1.

Teori
Engels

Fase
Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai
beberapa fase yang dapat diaplikasikan pada
seseorang yang sedang berduka maupun menjelang
ajal.
Fase I (syok dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan
mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa
tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,

No.

Teori

2.

Teori
Kubler-Ross

diaforesi, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa


istirahat, insomnia, dan kelelahan.
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara
nyata/akut dan mungkin mengalami utus asa.
Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan
perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan
masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang
baru dari seseorang yang bertujuan untuk
mengalihkan kehilangan seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negative dan
bermusuhan terhadap almarhum. Dapat merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tidk dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya.
Kesadaran baru telah berkembang.
Fase
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross
(1969) adalah berorientasi pada perilaku dan
menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut.
Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa
dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah
terjadi kehilangan. Pernyataan seperti Tidak, tidak
mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada
saya! umum dilontarkan klien.
Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin
bertindak lebih pada setiap orang dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitive sehingga mudah
sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan
koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.

Penawaran (Barganing)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan
cara yang halus aau jelas untuk mencegah
kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak
nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi
ini memberi kesempata untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.
Kubler Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila
seseorang ampu menghadapi kenyataan daripada
hanya menyerah pada pengunduran diri atau
berputus asa.
3.

Teori
Martocchio

No.

Teori

4.

Teori Rando

Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan


yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan
tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi
dan bergantung pada factor yang mempengaruhi
respons kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terusmenerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12
bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut
sampai 3-5 tahun.
Fase
Rando (1991) mendefinisikan respons berduka
menjadi 3 kategori:
Penghindaran
Pada tahap ini terjadi syok, menyangkal, dan tidak
percaya
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi
ketika klien secara berulang-ulang melawan
kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
Akomodsi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan
kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara
emosional dan sosial sehari-hari di mana klien belajar
untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA


Engel
(1964)

Kubler-Ross
(1969)

Syok dan tidak


percaya
Berkembangnya
kesadaran
Restitusi

Menyangkal

Idealisasi

Depresi

Reorganization/t
he outcome

Penerimaan

Marah
Tawar-menawar

Martocchio
(1985)
Shock and
disbelief
Yearning and
protest
Anguish,
disorganization,
and despair
Identification in
bereavement
Reorganization
and restitution

Rando
(1991)
Penghindaran

Konfrontasi

Akomodasi

Jenis Berduka
Worden (1982) menggarisbawahi empat tugas dukacita yang memudahkan
penyesuaian yang sehat terhadap kehilangan, dan Harper (1987) merancang
tugas dalam akronim TEAR.
TTo accept the reality of the loss (untuk menerima realitas
dari kehilangan)
EExperience the pain of the loss (mengalami kepedihan akibat
kehilangan)
A-

Adjust to the new environment without the loss object


(menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang,
benda atau aspek diri yang hilang.

R-

Reinvest in the new reality (memberdayakan kembali energy


emosional ke dalam hubungan yang baru)

Respons Berduka
Dukacita Adaptif (Berduka Diantisipasi/Berduka Fungsional)
Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi,
perencanaan, dan pengenalan psikososial. Hal ini dimulai dalam merespons
terhadap kesadaran tentang suatu ancama kehlanagn dan pengenalan
tentang kehilangan yang berkaitan dengan masa lalu, saat ini, dan masa
mendatang. Dukacita yang adaptif terjadi pada mereka yang menerima

diagnosis yang mempunyai efek jangka panjang terhadap fungsi tubuh,


seperti pada lupus eritematosus sistemik.
Klien mungkin merasa sangat sehat ketika didiagnosis, tetapi mulai berduka
dalam merespons ifmormasi kehilangan di masa mendatang yang berkaitan
dengan penyakit. Dalam situasi seperti ini, dukacita adaptif dapat mendalam
lama dan dapat terbuka. Dukacita adaptif bagi klien menjelang ajal
mencakup melepas harapan, impian, dan harapan terhadap masa depan
jangka panjang.
Keterlibatan secara continue dengan klien menjelang ajal dengan tujuan
untuk memaksimalkan kemungkina hidup bukan hal yang tidak sesuai
dengan pengalaman dukacita adaptif. Dukacita adaptif bagi klien menjelang
ajal mempunyai arti yang pasti. Hal tersebut akan menghilang sejalan
dengan kematian klien. Meskipun dukacita berlanjut, tetapi dukacita tersebut
tidak lagi adaptif. Klien, keluarganya dan perawat dihadapkan dengan
serangkaian tugas adapts dalam proses dukacita adaptif (Rando, 1991).
Dukacita Terselubung (Berduka Disfungsional)
Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan yang
tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas, atau didukung secra sosial.
Konsep mengenali bahwa masyarakat mempunyai serangkaian norma
mengenai aturan berduka yang berupaya untuk mengkhususkan siapa,

Anda mungkin juga menyukai