Anda di halaman 1dari 24

CASE THT

Sinusitis Maxilaris Bilateral

Di Susun Oleh :
Fezza Uktolseja
Heni Handayani

1102009113
1102009131

Dokter Pembimbing :
dr. Ilham Priharto, Sp. THT

KEPANITERAAN THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD SERANG
2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul Sinusitis Maxillaris Bilateral
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di kepaniteraan klinik SMF THT di RSUD
Serang.
Pada kesempatan kali ini, izinkan kami sebagai penulis untuk mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan presentasi kasus ini,
terutama kepada pembimbing saya dr. Ilham Priharto Sp.THT yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing kami. Terima kasih juga kami ucapkan kepada keluarga kami yang
selalu memberikan dukungan dan memotivasi kami hingga saat ini, serta kepada teman-teman
kami yang sedang menjalani kepanitraan di RSUD Serang.
Kami menyadari bahwa penulisan pada presentasi kasus ini banyak terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun dalam presentasi
kasus ini guna untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga presentasi kasus ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua baik sekarang maupun dihari yang akan datang.

Serang, Maret 2014

Penulis

BABI
PRESENTASIKASUS

I.

II.

IDENTITAS
Nama
Usia
Agama
Jeniskelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
TanggalPeriksa

:Tn.M
:55Tahun
:Islam
:LakiLaki
:Cipare,Serang
:SudahMenikah
:PegawaiNegri
:03042014

ANAMNESA
Keluhanutama
Keluhantambahan

:keduahidungtersumbathilangtimbulsejak1tahunSMRS
:hidungberair,pusing,hidungberbau

Riwayatpenyakitsekarang:
PasiendatangkeRSUDdengankeluhankeduahidungtersumbathilangtimbul
yang dirasakan pasien sejak 1 tahun SMRS. Kedua hidung tersumbat semakin
memberat1bulanSMRS.Pasienmengatakanhidungnyalebihseringtersumbatpada
malam hari dan jika cuaca dingin, sedangkan pada pagi hari rasa tersumbat menjadi
berkurang.Sehinggaterkadangmenggangguwaktutidurdimalamhari.
Pasienmengeluhhidungdisertaikeluarnyacairanberwarnapunihkekuningan,
sedikitberbau,jumlahnyasedikitdantidakdisertaidarahyangsudahdirasakansejak1
bulan SMRS. Pasien mengatakan terkadang merasa ada cairan yang jatuh ke
tenggorokan. Pasien menyangkal adanya riwayat mimisan. Pasien juga menyangkal
seringbersinbersinpadapagiharidangangguandalampenghidu.Pasienmengnyangkal
adanyarasagatalpadahidung.
Pasienjugamengeluhseringpusing.pusingdikatakanpasientidakberputarputar.
Pusingterasalebihmemberatsaatsujud.

Pasienmengatakanselamakeluhannyatimbulselaluberobatkedokter,awalnya
adaperubahantetapi1bulanterakhirtidakadaperubahan.Pasienmengatakansering
mengkonsumsi minuman yang dingin dan sering makan makanan yang berminyak.
Pasienjugaseringmerokok.Keluhanbatuk,pilekdandemamdisangkal.Keluhannyeri
saatmenelandisangkal.Keluhandalampendengarandisangkalpasien.
Riwayatpenyakitdahulu:
pasienbarupertamakalimengalamikeluhansepertiini.
Riwayatalergidisangkal
Riwayatbatukdanpilekdiakuipasienhilangtimbul,sembuhjikameminumobatdari
dokterataumembelisendiridiapotik.
Riwayatnyeritenggorokandisangkal
Riwayatpenyakitamandeldisangkal
Riwayathipertensidisangkal
Riwayatdiabetesmelitusdisangkal
Riwayatbatubatuklamadisangkal.

Riwayatpenyakitkeluarga:
Pasienmenyangkaladanyakeluhanyangsamadalamkeluraga.Riwayathipertensi,
diabetesmelitusdanalergidisangkalpasien.
Resumeanamnesis:
PasienseoranglakilaidatangkeRSUDSerangdengankeluhankeduahidung
tersumbathilangtimbulsejak1tahunSMRS.Keluhansemakinmemberatsejak1bulan
SMRS.Hidungmengeluarkancairanberwarnaputihkekuninganagakkental,jumlahnya
sedikittanpadisertaidarahdansedikitberbau.Terkadangterasaadacairanyangjatuhke
tenggorokan.Pasienjugamengeluhseringpusingpadawajahbagiandepanterutamadahi
jikakeluhanhidungtersumbattimbul.Keluhanbatukpilekterkadangdirasakanpasien.
Keluhan demam disangkal. Keluhan alergi disangkal. Keluhan sering bersinbersin
disangkal.

Padapemeriksaanfisik,tandatandavitaldalambatasnormal.Padapemeriksaan
telingatidakadakelainandankeluhan.Padapemeriksaanhidungditemukanhipertropi
conchanasalismediadaninferior,tidakhiperemis,terdapatsekretseromukose,jumlah
sedikit,tidakadanyeritekanpadadaerahpipi,sekitarmatadandahi.Padatenggorokan
tidak ditemukan kelainan, tonsil T1T1, tidak hiperemis. Keluhan batuk, pilek dan
demamdisangkal.

III.

PEMERIKSAANFISIK
KeadaanUmum

:SakitSedang

Kesadaran

:Composmentis.

Tandatandavital

:T:130/90mmHg.
N:86X/mmt.
R:20X/mmt.
S:36,8C.

StatusLokalis:
TELINGA

BagianTelinga
Aurikula:

TelingaKanan

TelingaKiri

Deformitas

()

()

Hiperemis

()

()

Edema

()

()

Daerahpreaurikula:
Hiperemis

()

()

Edema

()

()

Fistula

()

()

NyeritekanTragus
Daerahretroaurikula:

()

()

Hiperemis

()

()

Edema

()

()

Fistula

()

()

NyeritekanMastoid
CAE:

()

()

Serumen

(+)minimal

(+)minimal

Edema

()

()

Hiperemis

()

()

Furunkel

()

()

Otore

()

()

Granuloma

()

()

Darah
Membrantimpani:

()

()

Perforasi

()

()

Coneoflight
Gambar

(+)

(+)

AD

AS

- Garpu Tala :
Pemeriksaan

Telinga Kanan

Telinga Kiri

Rinne

AC >BC

AC > BC

Webber

Tidak ada lateralisasi

Tidak ada lateralisasi

Schwabach

Sesuai dengan pemeriksa

Sesuai dengan pemeriksa

Normal

HIDUNG

RinoskopiAnterior
Bentuk
Mukosa
Septum:

KavumNasiDekstra

KavumNasiSinistra
Normal
Edema(),hiperemis()
Edema(),hiperemis()

Deviasi

()

()

Deformitas

()

()

Hematoma
()
Konkamedia&inferior

()

:
Hipertrofi

(+)

(+)

Hiperemis
Meatusmedia&

()

()

Sekretseromukose

(+)

(+)

Polip
Gambar:

()

()

inferior

o Pemeriksaan rutin khusus sinus paranasal


Proyeksi nyeri sinus paranasal
Dextra

Sinistra

Infraorbita

Nyeri Tekan (-)


Nyeri Ketuk (-)

Nyeri Tekan (-)


Nyeri Ketuk (-)

Glabela

Nyeri Tekan (-)


Nyeri Ketuk (-)

Nyeri Tekan (-)


Nyeri Ketuk (-)

Supraorbita

Nyeri Tekan (-)


Nyeri Ketuk (-)

Nyeri Tekan (-)


Nyeri Ketuk (-)

TENGGOROKAN

Bagian
Mukosaorofaring
Uvula
Palatumdurum&

Keterangan
Hiperemis(),massa(),
Ditengah,hiperemis()
Hiperemis(),massa()

palatummole
MukosaFaring

Hiperemis(),edema(),massa(),granul(),ulkus()

Tonsil
Gambar

(T1T1)tenang,kripta(),dedritus()

Gigi:LengkapLengkap
LengkapLengkap
Leher:pembesarankelenjargetahbening(/).

III.

DIAGNOSISKERJA
Sinusitismaxilariskronisbilateral+hipertroficoncha

IV.

V.

PEMERIKSAANPENUNJANG
-

LAB

RontgenSPNWaters

PENATALAKSANAAN
a. Irigasi sinus maxillaris

b. Medika mentosa
- Antibiotik adekuat
- Simptomatik: anti inflamasi, dekongestan, mukolitik
c. Operasi ( jika terjadi kerusakan mukoperiosteum yang irreversible pada sinus
maxillaries dextra, ditandai dengan irigasi sinus yang tidak berhasil) dengan
operasi Caldwell-Luc
VI.

KOMPLIKASI
a. Perkontinuatum Retro orbita:
- Selulitis
- Abses orbita
b. Hematogen Intra Kranial:
- Meningitis
- Encephalitis
- Abses otak
c. Hematogen Sistemik
- Sepsis
d. Descenden:
i. Faringitis
ii. Laringitis
iii. Bronkitis

VII.

PROGNOSIS
Advitam:adbonam
Adfungsionam:adbonam
Adsanasionam:adbonam

10

BABII
PENDAHULUAN

ANATOMIHIDUNG

11

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:


pangkal hidung (bridge),
dorsum nasi,
puncak hidung,
ala nasi,
kolumela dan
lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan
ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang
hidung.
Kerangka tulang terdiri dari:
tulang hidung (os nasalis),
prosesus frontalis os maksila dan
prosesus nasalis os frontal

12

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di
bagian bawah hidung, yaitu:
sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor),
beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.
Pada dinding lateral terdapat:1
4 buah konka
- konka inferior
- konka media
- konka superior
- konka suprema (rudimenter)
kartilago nasalis lateralis superior
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor)
beberapa pasang kartilago alar minor
tepi anterior kartilago septum.

Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus.
Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior.

13

Meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga
hidung. Terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis
Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Terdapat
muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.
Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media terdapat
muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.
Anatomi Sinus Paranasal
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Anatominya dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila
dan sinus kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini
dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara
di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada meatus medius yang merupakan ruang
diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu
hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior. Sinus
paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang

14

selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto anak-anak belum ada sinus frontalis
karena belum terbentuk.
Pada meatus Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media
terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.
Fungsi sinus paranasal
Membentuk pertumbuhan wajah
Sebagai pengatur udara (air conditioning)
Peringan cranium
Resonansi suara
Membantu produksi mukus

SINUSITIS
1 Definisi
Sinusitis dikarakteristikkan sebagai suatu peradangan pada sinus paranasal. Sinusitis
diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansunusitis. Disekitar rongga
hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (kedua
mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang
dahi). Sinusitis selalu melibatkan mukosa pada hidung dan jarang terjadi tanpa disertai
dengan rhinitis maka sering juga disebut rhinosinusitis). Berdasarkan definisi, gejala acute
rhinosinusitis terjadi kurang dari 3 minngu, gejala subacute rhinosinusitis terjadi paling tidak
21-60 hari dan gejala chronic rhinosinusitis terjadi lebih dari 60 hari. Rhinosinusitis dapat
diklasifikasikan berdasarkan tempat anatomi (maxillary, ethmoidal, frontal, sphenoidal),
organisme patogen (viral, bacterial, fungi), adanya komplikasi (orbital, intracranial) dan
dihubungkan dengan beberapa faktor (nasal polyposis, immunosupression, anatomic
variants).
2 Epidemiologi

15

Rhinosinusitis mempengaruhi sekitar 35 juta orang per tahun di Amerika dan jumlah yang
mengunjugi rumah sakit mendekati 16 juta orang. Menurut National Ambulatory Medical
Care

Survey (NAMCS),

kurang

lebih

dilaporkan 14

penderita

dewasa mengalami rhinosinusitis yang bersifat episode per tahunnya dan seperlimanya
sebagian besar didiagnosis dengan pemberian antibiotik. Pada tahun 1996, orang Amerika
menghabiskan

sekitar

$3.39

miliyar

untuk

pengobatan rhinosinusitis.

Sekitar

40

% acute rhinosinusitis merupakan kasus yang bisa sembuh dengan sendirinya tanpa
diperlukan pengobatan. Penyakit ini terjadi pada semua ras, semua jenis kelamin baik lakilaki

maupun

perempuan

dan

pada

semua

kelompok

umur.

Chronic

rhinosinusitis mempengaruhi sekitar 32 juta orang per tahunnya dan 11,6 juta orang
mengunjungi dokter untuk meminta pengobatan. Penyakit ini bersifat persisten sehingga
merupakan penyebab penting angka kesakitan dan kematian. Adapun penyakit ini dapat
mengenai semua ras, semua jenis kelamin dan semua umur.
3 Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa patogen seperti bakteri (Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenza, Streptococcus group A, Staphylococcus aureus,
Neisseria, Klebsiella, Basil gram (-), Pseudomonas, fusobakteria), virus (Rhinovirus,
influenza virus, parainfluenza virus), dan jamur.
Patogen

yang

paling

sering

dapat

diisolasi

dari

kultur maxillary

sinus pada

pasiensinusitis akut yang disebabkan bakteri seperti Streptococcus pneumonia, Haemophillus


influenza, dan Moraxella catarrhalis. Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureusdan
bakteri anaerob. Selain itu beberapa jenis jamur juga berperan dalam patogenesis penyakit
ini seperti Mucorales dan Aspergillus atau Candida sp. Berikut beberapa penjelasan patogen
yang berperan dalam penyakit sinusitis akut :
Streptococcus pneumonia merupakan bakteri gram positif, catalase-negative, facultatively
anaerobic cocci dimana 20 - 43 % dari sinusitis akut yang disebabkan bakteri pada kasus
orang dewasa. [10]
Haemophillus influenza merupakan bakteri gram negatif, facultatively anaerobic bacilli. H
influenza type B merupakan penyebab pasti meningitis sampai pemakaian luas vaksin.

16

Staphylococcus aureus sekarang ini dilaporkan mengalami peningkatan dalam patogen


penyebab sinusitis akut yang disebabkan bakteri. [11]
Pada sinusitis kronik ada beberapa bakteri yang telah dapat dilaporkan yang berperan sebagai
penyebab. Namun peran bakteri dalam patogenesis sinusitis kronik belum diketahui
sepenuhnya. Adapaun beberapa contohnya seperti Staphylococcus aureus, Coagulasenegative staphylococci , H influenza, M catarrhalis, dan S Pneumoniae. Disamping itu, ada
beberapa jenis jamur yang dapat dihubungkan dengan penyakit ini seperti Aspergillus sp,
Cryptococcus neoformans, Candida sp, Sporothrix schenckii danAltemaria sp. Adapun
etiologi yang mungkin dari pasien diatas adalah adanya infeksi dari bakteri. Hal ini karena
pasien mengeluhkan adanya pilek yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri.
4 Patogenesis
Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi
drainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa.
Sebagian besar episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar
menginfeksi saluran pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza A dan B,parainfluenza,
respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. Sekitar 90 % pasien yang mengalami
ISPA akan memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus paranasal.
[4,12]

Infeksi

virus

akan

menyebabkan

terjadinya

udem

pada

dinding

hidung

dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium sinus,
dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus.

Selain

itu

inflamasi, polyps,

tumor,

trauma, scar, anatomic

varian, dan nasal

instrumentation juga menyebabkan menurunya patensi sinus ostia. Virus tersebut juga
memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat
difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret
yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk
berkembangnya bakteri patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh
terjadinya akumulasi cairan pada sinus. Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti kehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang

17

cepat, virus, bakteri,environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan
mukosa, parut, primary cilliary dyskinesia (Kartagener syndrome). Adanya bakteri dan lapisan
mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari
virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan
akan

memberikan

media

yang

menguntungkan

untuk

berkembangnya

bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan
aktivitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak
adekuat, obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.
Menurut teori,patogenesis pasien di atas disebabkan oleh deviasi septum. Deviasi septum
tersebut didapatkan dari pemeriksaan fisik.
5 Manifestasi kilinis
Manifestasi klinis yang khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan
ketika penderita bangun pada pagi hari. Manifertasi klinis yang ditimbulkan oleh
sinusitis dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala subyektif (dirasakan) dan gejala obyektif
(dilihat).
Gejala subyektif : demam, lesu, hidung tersumbat, sekresi lender hidung yang kental dan
terkadang bau, sakit kepala yang menjalar dan lebih berat pada pagi hari.
Gejala obyektif kemungkinan ditemukan pembengkakan pada daerah bawah orbita (mata)
dan lama kelamaan akan bertambah lebar sampai ke pipi.
Sinusitis akut dan kronis memilki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan
pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang
terkena :
Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat dibawah mata, sakit gigi dan sakit kepala
Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi
Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di
dahi.
Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa
dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan
sakit telinga dan sakit leher.

18

6 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Dalam menegakkan diagnosis penyakit sinusitis baik akut maupun kronik harus
melakukan beberapa langkah seperti anamnesis (riwayat pasien), pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Penegakkan diagnosis tersebut harus dilakukan dengan
cermat sebab ini akan sangat mempengaruhi dokter terutama dalam penatalaksanaan pasien.
Berikut langkah-langkah dalam mendiagnosis sinusitis baik akut maupun kronis.
a) Sinusitis Akut
Anamnesis
Riwayat rhinitis

allergi,

vasomotor

rhinitis,

medicamentosa atau immunodeficiency harus

dicari

nasal

polyps,

dalam

rhinitis

mengevaluasi

sinusitis. Sinusitis lebih sering terjadi pada orang yang mengalami kelainan
kongenital pada imunitas humoral dan pergerakan sillia, cystic fibrosis dan
penderita AIDS. Sinusitis yang disebabkan oleh bakteri sering salah diagnosis.
Faktanya hanya 4050 % dari kasus yang berhasil didiagnosis dengan tepat oleh
dokter.
Meskipun kriteria diagnosis sinusitis akut telah ditetapkan, tak ada satu tanda atau
gejala yang kuat dalam mendiagnosis sinusitis yang disebabkan bakteri. Akan
tetapi, sinusitis akut yang disebabkan bakteri harus dicurigai pada pasien yang
memperlihatkan gejala ISPA yang disebabkan virus yang tidak sembuh selama 10
hari atau memburuk setelah 57 hari.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hal-hal yang mungkin kita temui pada pasien
sepertipurulent nasal secretion, purulent posterior pharyngeal secretion, mucosal
erythema, periorbital erythema, tenderness overlying sinuses, air-fluid levels on
transillium of the sinuses dan facial erythema.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) dan C-reactive protein meningkat
pada pasien sinusitis tapi hasil ini tidak spesifik. Hasil pemeriksaan darah
lengkap juga diperlukan sebagai acuan pembanding. Pemeriksaan

19

sitologi nasal berguna untuk menjelaskan beberapa hal seperti allergic


rhinitis, eosinophilia, nasal polyposisdan aspirin sensitivity. Kita juga
dapat melakukan kultur pada produk sekresi nasal akan tepai sangat
terbatas karena sering terkontaminasi dengan normal flora.
Pemeriksaan Imaging
Pemerikasaan

ini

dilakukan

terutama

untuk

mendapatkan

gambaransinus yang dicurigai mengalami infeksi. Ada beberapa pilihan


imaging yang dapat dilakukan yaitu plain radiography (kurang sensitif
terutama pada sinus ethmoidal), CT scan (hasilnya lebih baik dari
pada rontgen tapi agak mahal), MRI (berguna hanya pada infeksi jamur
atau curiga tumor) dan USG (penggunaannya terbatas). [6]
b) Sinusitis kronik
Anamnesis
Sinusitis kronik lebih sulit didiagnosis dibandingkan dengan sinusitis akut. Dalam
menggali riwayat pasien harus cermat, jika tidak maka sering salah
diagnosis. Gejala seperti demam dan nyeri pada wajah biasanya tidak ditemukan
pada pasien sinusitis kronik.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaaan fisik pasien sinusitis kronik ditemukan beberapa hal
seperti pain or tenderness on palpation over frontal or maxillary sinuses,
oropharyngeal erythema dan purulent secretions, dental caries dan ophthalmic
manifestation (conjunctival congestion dan lacrimation, proptosis).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kultur hapusan nasal tidak memiliki nilai diagnostik.
Kadang-kadang pada hapusan nasal ditemukan juga eosinopil yang
mengindikasikan adanya penyebab alergi. Pemeriksaan darah lengkap
rutin dan ESR secara umum kurang membantu, akan tetapi biasanya
ditemukan adanya kenaikan pada pasien dengan demam. Pada kasus yang
berat, kultur darah dan kultur darah fungal sangat diperlukan. Tes alergi
diperlukan untuk mencari penyebab penyakit yang mendasari.

20

Pemeriksaan Imaging
Imaging

yang

tersedia

untuk

membantu

dalam

menegakkan

diagnosis sinusitis kronis seperti plain radiography, CT scan, danMRI.


Prinsip penggunaannya sama pada sinusitis akut. [3,7]
Adapun beberapa diagnosis banding dari masing-masing tipe sinusitis yaitu :
a) Sinusitis Akut : asthma, bronchitis, influenza, dan rhinitis alergi
b) Sinusitis Kronik : FUO, gastroesophageal reflux diseases, rhinitis alergi, rhinocerebral
mucormycosis dan acute sinusitis. [3]
7 Penatalaksanaan
a) Sinusitis Akut
Tujuan dari terapi sinusitis akut adalah memperbaiki fungsi mukosilia dan mengontrol
infeksi. Terapi sinusitis karena infeksi virus tidak memerlukan antimikrobial. Terapi
standard nonantimikrobial diantaranya topical steroid,topical dan atau oral decongestan,
mucolytics dan intranasal saline spray.
Berdasarkan pedoman Sinus and Allergy Health Partnership tahun 2000, terapi
sinusitis akut yang disebabkan bakteri dikatakorikan menjadi 3 kelompok :
Dewasa

dengan sinusitis ringan

yang

tidak

meminum

antibiotik

Amoxicillin/clavulanate, amoxicillin (1.5-3.5 g/d), cefpodoxime proxetil, atau


cefuroxime direkomendasikan sebagai terapi awal
Dewasa dengan sinusitis ringan yang telah mendapat antibiotik sebelumnya 4 6
minggu

dan

dewasa

dengan sinusitis sedang

Amoxicillin/clavulanate,

amoxicillin (3-3.5 g), cefpodoxime proxetil, atau cefixime


Dewasa dengan sinusitis sedang yang telah mendapat antibiotik sebelumnya 4 6
minggu

Amoxicillin/clavulanate,

levofloxacin,

moxifloxacin,

atau

doxycycline. [7]
b) Sinusitis Kronik
Terapi yang dapat dilakukan pertama kali seperti mengontrol faktor-faktor resiko
karena sinusitis kronik memiliki banyak faktor resiko dan beberapa penyebab yang

21

berpotensial. Selain itu, terapi selanjutnya yaitu mengontrol gejala yang muncul serta
pemilihan antimikrobial (biasanya oral) yang di pakai.
Tujuan utama dari terapi dengan menggunakan obat yaitu untuk mengurangi infeksi,
mengurangi kesakitan dan mencegah terjadinya komplikasi. Adapun berikut beberapa
contoh antibiotik yang digunakan seperti :
Vancomycin (Lyphocin, Vancocin, Vancoled) => Adult : 1 g or 15 mg/kg IV q12h,
Pediatric : 30-40 mg/kg/d IV in 2 doses
Moxifloxacin (Avelox) => Adult : 400 mg PO/IV qd, Pediatric : <18 years: Not
recommended , >18 years: Administer as in adults
Amoxicillin (Amoxil, Trimox, Biomox) => Adult : 500 mg to 1 g PO
q8h,Pediatric : 0-45 mg/kg/d PO q8h divided. [6,9]
Pasien yang telah mendapatkan terapi dan mulai menunjukkan adanya kemajuan
hendaknya tetap dilakukan follow up agar proses penyembuhan dapat berjalan dengan
baik. Adapaun yang perlu diperhatikan diantaranya minum air secukupnya, hindari merokok,
imbangi nutrisi dan lain-lain.
8. Prognosis dan Komplikasi
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara spontan
tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa mengalami relaps setelah
pengobatan namun jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %. Komplikasi dari penyakit ini
bisa terjadi akibat tidak ada pengobatan yang adekuat yang nantinya akan dapat
menyebabkan sinusitis kronik, meningitis, brain abscess, atau komplikasi extra sinus
lainnya. [1,2]
Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan yang dini maka
akan mendapatkan hasil yang baik. Untuk komplikasinya bisa berupa orbital cellulitis,
cavernous sinus thrombosis, intracranial extension (brain abscess, meningitis) dan mucocele
formation. [1,2,3]

22

DAFTARPUSTAKA

1. Efiaty, Nurbaiti, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5.
Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
23

2. Peter A. Hilger, MD. 1997. BOIES, buku ajar Penyakit THT. Jakarta: buku kedokteran
EGC.
3. Mangunkusumo, Endang dan Damajanti Soetjipto. 2007. Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 150-3.

24

Anda mungkin juga menyukai