H.ABD. HARIS, SE
NIP. 196612311993011001
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN WALIKOTA MAKASSAR
KATA PENGANTAR BPS
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Ruang lingkup
1.4. Konsep dan Defenisi
1.5. Sumber Data
1.6. Sistematika Penulisan
i
ii
iii
v
viii
1
2
2
2
3
7
8
2. Kependudukan
2.1 Jumlah dan Pertumbuhan Pendudukk
2.2 Pertumbuhan Penduduk
2.3 Penyebaran Penduduk
2.4 komposisi Penduduk dan Bebann Ta
Tanggungan
2.5 Sex Ratio
2.6 Status Perkawinan
2.7 Formasi Keluarga
ga
9
9
11
11
14
16
17
19
3.Fertilitas dan
Berencana
n Keluarga
Kel arga
ga B
3.1 Usia Perkawinan
erka
kawinan Pertama
3.2 Jumah
ah Anak yang dilahirkan Hidup
3.3 Pemaka
Pemakaian
i alat/Cara KB
22
22
23
24
iii
4. Kesehatan
4.1 Status Kesehatan Masyarakat
4.2 Keluhan Kesehatan
4.3 Lama Hari sakit
4.4 Penolong persalinan
4.5 Pemberian ASI
4.6 Sarana Kesehatan
27
27
28
29
31
32
33
5. Pendidikan
5.1. Sarana Pendidikan
5.2. Rasio Murid Guru
5.3. Rasio murid Sekolah
5.4 . Angka Partisipasi Sekolah
5.5. Kemampuan Membaca dan Menulis
5.6 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan
35
35
36
37
40
41
44
6. Ketenagakerjaan
6.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan
6.2. Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran
6.3. Lapangan Pekerjaan dan Jenis pekerjaan
6.4. Status Pekerjaan
6.5. Lama Jam Bekerja
46
47
48
49
52
53
7. Perumahan
7.1 Status Penguasaan Rumah
7.2 Kondisi Fisik Bangunan Tempat Tinggal
nggal
7.3 Fasilitas Tempat Tinggal
7.3.1 Fasilitas Sumber Air Minum
Minnum
7.3.2 Fasilitas Buang Air Besar
Besar
7.3.3 Fasilitas Penerangan
ranga
gan
8. Indikator Lainnya
8.1 Penduduk menurut
dan pengeluaran perkapita
rut golongan
golon
8.2 Kemiskinan
55
55
57
61
61
63
65
66
66
68
Lampiran
Daftar Pustaka
taka
73
83
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Halaman
10
11
13
15
16
18
20
23
24
25
26
28
29
30
31
33
34
36
37
38
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
Tabel 6.6
Tabel 7.1
Tabel 7.2
Tabel 7.3
Tabel 7.4
Tabel 7.5
Tabel 7.6
Tabel 7.7
Tabel 8.1
Tabel 8.2
Tabel 8.3
39
40
43
44
47
48
50
51
53
54
56
58
59
60
62
64
65
67
68
70
vi
Lampiran
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.
Grafik 2.
Grafik 3.
Grafik 4.
Grafik 5.
Grafik 6.
Grafik 7.
Grafik 8.
Grafik 9.
Grafik 10.
Grafik 11.
Grafik 12.
Halaman
10
14
19
34
43
45
58
59
61
63
65
71
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan pokok dari pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kesejahteraan masyarakat yang dimaksud tidak hanya menyangkut kemampuan
mencukup kebutuhan yang bersifat materiil (sandang, papan dan pangan), namun juga pemenuhan
kebutuhan yang bersifat non materiil (pendidikan, kesehatan, sanitasi lingkungan,
ungan, ddll). Dengan
pemenuhan kebutuhan ini diharapkan dapat meningkatkan sumber dayaa manusia.
manus
an i Disisi lain
sumber daya manusia dalam proses pembangunan dapat menjadi potensi
dapat pula menjadi
otensi
si da
beban pembangunan.
Sejalan dengan pergantian masa dan kepemimpinan, apalag
apalagi
lagi ssejak diterapkannya Undangundang Otonomi Daerah telah mengubah sistem kebijakan
negara ini dari sentralisasi menjadi
kan nega
ne
desentralisasi. Perubahan ini tentunya akan menimbulkan
mbul
ulkann bbeberapa tantangan dan pertanyaan
apakah dengan desentralisasi akan menjamin bahwa
kepentingan rakyat banyak akan terpenuhi.
ba a ke
Pertanyaan ini akan terjawab bila ada kesep
kesepakatan
nasional untuk menyamakan persepsi
epak
menegnai pembangunan nasional. Dima
Dimana
mana kkesepakatan itu menjamin bahwa semua rakyat
Indonesia sebagai warga negara
ara berhak
b
k aatas standar pembangunan manusia, seperti baca tuls,
mendapat pendiidkan yang setinggi-tingginya,
hidup sehat, berpenghasilan yang layak, emnghuni
eting
nggi-tin
rumah yang memadai, beribadah
eribadaah dengan tenang sehingga kita bisa hidup sebagai bangsa dengan
damai dan nyaman.
Dalam prose
proses
ses ppembangunan senantiasa diupayakan peningkatan kemampuan dan
kesempatann ma
masyarakat
untuk berpartisipasi dan juga menikmati hasil pembangunan, dalam segala
asya
aspek kehidupan.
Oleh karena itu, pembangunan yang diselenggarakan secara sistematis dan
dup
berkesinambungan perlu diukur tingkat keberhasilannya, dan untuk mengukur pelaksanaan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2014
pembangunan secara luas yang meliputi unsur perencanaan, pemantauan dan evaluasi, tentunya
diperlukan data statistik. Peranan data sangat penting karena data merupakan bahan baku bagi
penyusunan statistik/indikator yang digunakan untuk melihat keadaan, memantau dan
mengevaluasi hasil-hasil pembangunan.Disinilah peran serta BPS, khususnya dalam menyediakan
data-data statistik yang diperlukan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan salah satu survei yang dilaksanakan
oleh Badan pusat Statistik (BPS). Survei ini dilaksanakan tiap triwulan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan data yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia.
nus Data yang
dihasilkan dari survei ini meliputi informasi tentang demografi, kesehatan,
ehhattan, pendidikan,
ketenagakerjaan, keluarga berencana dan kemampuan daya beli masyarakat.t.
1.2 . Tujuan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2013 diterbit
diterbitkan
itkan sebagai salah satu upaya
mengantisipasi kebutuhan data guna pengukuran ting
tingkat
pembangunan di Kota Makassar.
gkat pe
Publikasi ini berisi kumpulan indikator yang berkaitann den
dengan
nga berbagai aspek kesejahteraan, yang
diharapkan dapat memberikan gambaran perkembangan
emb
mbanga kesejahteraan masyarakat Kota Makassar
dan selanjutnya dapat bermanfaat sebagai
dalam perencanaan, pemantauan dan
ai bahan
bahann informasi
i
evaluasi pembangunan.
Disamping itu, gambaran terse
tersebut
ebut ddapat digunakan untuk mengevaluasi hasil pembangunan,
yang dapat menjadi bahan masuk
masukan
ukan dalam penyusunan kebijakan (rencana pembangunan pada
masa yang akan datang))
1.3 Ruang Lingkup
Ling
Aspek
kesejahteraan
disadari memiliki dimensi yang sangat luas, tidak terbatas hanya
ek kes
j
menyangkut aspek materi seperti pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan perumahan,
melainkan juga aspek non materi seperti pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan rasa
aman. Karenanya guna melihat perkembangan taraf kesejahteraan masyarakat perlu adanya fokus
perhatian pada suatu indikator sebagai petunjuk yang memberikan indikasi tentang perkembangan
tersebut. Dengan memperhatikan fokus dan pembatasan masalah, yang dicakup dalam indikator
kesejahteraan ini meliputi aspek-aspek kependudukan dan keluarga berencana, pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan dan aspek sosial ekonomi lainnya yang berkaitan dengan
kesejahteraan.
Indikator menurut jenisnya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: indikator
masukan,
dik
indikator proses dan indikator keluaran/dampak. Dalam publikasi ini ketigaa indikator
inndikat tersebut
disajikan dengan ukuran-ukuran seperti jumlah, proporsi, rasio dan angka/tingkat.
Penyajian
ngka/tinng
indikator sebagian besar merupakan agregasi pada tingkat Kota Makassar,
ssar, ssementara beberapa
indikator yang disajikan pada tingkat kecamatan.
1.4 Konsep dan Defenisi
Untuk menghindari kesalahpahaman atas konsep
onsep
ep yyang digunakan maka sebelum data
tersebut dikumpulkan terlebih dahulu ditentukan
terhadap keterangan yang akan
tuka
kan batasan
b
dikumpulkan dan batasan tersebut diusahakan
baku
akan bak
ku dan berlaku umum untuk para pemakai data.
Adapun konsep dan defenisii tersebut
terseb
sebutt adalah
ad
adal :
Rumah Tangga Biasa
Adalah seorang atau sekelom
sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan
mp
fisik/sensus, dan biasanya
makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan satu
asanyya m
dapur adalah mengurus
enguurus kkebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu.
Menganggur
Adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan. Pengangguran termasuk
mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, telah diterima bekerja tetapi belum
bekerja dan yang di PHK tetapi masih berhasrat untuk bekerja.
Penduduk Usia Kerja
Adalah penduduk yang berusia 10 tahun keatas.
Angkatan Kerja
Adalah penduduk usia 10 tahun keatas dan selama seminggu yang lalu mempunyai
ai pekerjaan, baik
yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena sesuatu sebab sepertiti menun
menunggu panen,
m
sedang cuti dan
Keterangan :
AK = Angkatan Kerja
ta
P10+= Penduduk usia 10 tahun
ketas
Tingkat Pengangguran Terbuka
erbuka
uka
lah pen
nca kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Perbandingan antara jumlah
pencari
Keterangan :
TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka
TM = Jumlah Penduduk yang mencari pekerjaan
BAB II
KEPENDUDUKAN
Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan
karena tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan. Oleh karena
itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan
sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan.
Sementara itu, perluasan analisis khususnya bidang kependudukan akan terus berkembang
seiring dengan makin majunya peradaban manusia. Oleh karena itu,, tersedianya
data
ersed
kependudukan yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para perencana
rencan
ana pembangunan
maupun pelaku bisnis.
Pemerintah sangat membutuhkan data jumlah penduduk dan karakt
karakteristiknya,
misalnya untuk
kteristik
merencanakan penyediaan sarana umum, perumahan, tempat
ibadah, fasilitas kesehatan dan
mpatt ibad
tempat rekreasi. Sementara para pelaku bisnis memerlukan
rlukaann data
da penduduk untuk keperluan
rencana produksi, pemasaran dan rekruitmen pekerja/karyawan.
Dalam berbagai pihak, bagi
kerja
r ary
rja/ka
lembaga swasta non profit data ini sangat dibutuhkan
untuk bahan analisis suatu masalah tertentu.
hkan untu
un
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan
rhatik
ikan ddalam proses pembangunan adalah masalah
penduduk yang mencakup antara lain jumlah,
dan distribusi penduduk. Oleh sebab itu
jum
mlah, komposisi
k
dalam bab ini akan disajikan tentang
jumlah dan pertumbuhan penduduk, penyebaran dan
tentang ju
kepadatan penduduk, komposisi
penduduk dan beban tanggungan, rasio jenis kelamin dan status
sisi ppendu
perkawinan.
2.1 Jumlah dann Pertumbuhan
Penduduk
Pe
Pertumbu
Per
Jumlah penduduk
Kota Makassar tahun 2013 berdasarkan hasil proyeksi penduduk sebesar
p
pendud
1.408.072 jiwa. Jumlah
tersebut terdiri dari laki-laki 696.086 jiwa dan perempuan 711.986 jiwa.
J
Dengan demikian, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2014
penduduk perempuan terdapat 97 jiwa penduduk laki-laki. Penduduk ini tersebar pada 14
kecamatan terdiri dari 143 kelurahan dengan total luas 175,77 km 2, sehingga kepadatan penduduk
di Kota Makassar pada tahun 2013 sekitar 8.010 jiwa per km2. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun
2012 yang hanya mencapai 7.792 jiwa per km2.
Tabel 2.1
Penduduk Kota Makassar Tahun 2012 dan 2013
Tahun
Uraian
2012
1. Jumlah Penduduk
2013
01
1.369.606
11.408.072
4
- Laki-laki
676.744
696.086
- Perempuan
692.862
711.986
97,67
97,77
3. Kepadatan penduduk
7.7922
8.011
Grafik 1..
Jumlah Penduduk Kota Makassar Menurut
Jenis
nurut
u Jen
enis Kelamin Tahun 2012 dan 2013
720000
710000
700000
690000
680000
670000
000
660000
650000
50000
Laki
Peremp
2012
2013
10
Laju pertumbuhan penduduk Kota Makassar untuk periode 2012 dan 2013 sebesar 2,81
persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk untuk provinsi Sulawesi Selatan,
n, aadalah sebesar
1,82. persen, lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan Kota Makassar.
aka
kasssar. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat lampiran 1.
Tabel 2.2
Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar dan Sul
Sulawesi
ulawesi Selatan
Tahun 2012 dan 2013
13
wilayah
(1)
Kota Makassar
2012
(2)
1.369.606
606
06
2013
(3)
1.408.072
Pertumbuhan (%)
(4)
2,81
8..190.222
.190
90.2222
8.342.047
1,82
11
terhadap konflik sosial, selain itu juga menyulitkan pemerintah dalam penyediaan berbagai fasilitas
yang dibutuhkan masyarakat. Sebaliknya konsentrasi penduduk yang rendah akan menyebabkan
penyediaan fasilitas yang dibutuhkan masyarakat menjadi relaif mudah
Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2013 tercatat 1.408.072 jiwa yang tersebar pada
14 kecamatan. Distribusi penduduk menurut kecamatan menunjukkan keadaan sebaran yang tidak
merata.
Tabel 2.3 memperlihatkan bahwa perbedaan distribusi penduduk setiap kecamatan dengan
persentase luas wilayah mengakibatkan kepadatan penduduk setiap kecamatan juga
ga berbeda-beda.
Secara keseluruhan kepadatan penduduk di Kota Makassar yaitu sekitar 8.011
111 jijiwa
iwa pperkilometer.
amalannre sedangkan
Kepadatan penduduk terendah sebesar 3.423 jiwa/km2 di Kecamatan Tamalanrea,
kepadatan tertinggi mencapai 32.164 jiwa/km2 di Kecamatan Makassar.
Terdapat empat kecamatan yang wilayahnya cukup luas, masi
masing-masing
di atas 10 persen
sing-m
m
dari luas wilayah Kota Makassar. Sementara terdapat enam kecamatan
kecam
mata lainnya yang memiliki luas
wilaayah kecamatan
ke
wilayah masing-masing kurang dari 2 persen. Empat wilayah
terluas di Kota Makassar
alanrrea 31,84 Km2, Manggala 24,14 Km2 dan
berturut-turut adalah Biringkanaya 48,22 Km2, Tamalanrea
Tamalate 20,21 Km2.
baran penduduk
peen
Pada Tabel 2.3 terdapat distribusi sebaran
menurut kecamatan. Distribusi penduduk
ringka
kana sekitar 13,91 persen, Tamalate 12,99 persen,
terbanyak terdapat di Kecamatan Biringkanaya
Rappocini 11,13 persen, Panakkukang
10,30 persen.
kukanng 10,
Karena pola distribusi pendud
ppenduduk
udu dan luas wilayah antar kecamatan berbeda, maka tingkat
kepadatan yang dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk terhadap luas wilayah, memiliki
a P
pola yang berbedaa pula
pula.
Pola yang terbentuk menunjukkan bahwa wilayah kota lama yang
sat niag
merupakan pusat
niagaa dan jasa memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi.
12
Kecamatan
(1)
01. Mariso
02. Mamajang
03. Tamalate
04. Rappocini
05. Makassar
06. Ujung Pandang
07. Wajo
08. Bontoala
09. Ujung Tanah
10. Tallo
11. Panakkukang
12. Manggala
13. Biringkaya
14. Tamalanrea
Jumlah
Tabel 2.3
Distribusi dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
2013
Luas
(%)
Penduduk
(%)
Wilayah
2
(Km )
(2)
(3)
(4)
(5)
1,82
2,25
20,21
9,23
2,52
2,63
1,99
2,10
5,94
5,83
17,05
24,14
48,22
31,84
175,77
1,04
1,28
11,50
5,25
1,43
1,50
1,13
1,19
3,38
3,32
9,70
13,73
27,43
18,11
56.578
58.087
182.939
156.665
81.054
26.477
27.556
52.631
46.836
138.419
419
144.997
4.9 7
13
130.943
30.9433
19
195.9
195.906
90
10
108.984
100,00
0,000
1.408.072
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/ Km2)
(6)
4.02
4.13
12.99
11.13
5.76
1.88
88
1.96
96
3
3.74
33.33
9.83
10.30
9.30
13.91
7.74
31.087
25.816
9.052
116.973
332.164
10.067
13.847
25.062
7.885
23.743
8.504
5.424
4.063
3.423
100.00
8.011
13
Grafik 2.
Distribusi Luas Wilayah dan Penduduk Kota Makassar 2013
250
Penduduk
Luas Wilayah
200
150
100
50
0
1
10
11
12
133
14
14
produktif (usia 15-64 tahun). Sehingga semakin kecil porsi penduduk yang berusia non produktif,
maka semakin kecil pula angka beban ketergantungan itu dan sebaliknya semakin besar porsi
penduduk berusia non produktif, maka semakin besar pula angka beban ketergantungan tersebut.
Dari tabel 2.4 di bawah ini memperlihatkan beban ketergantungan penduduk Kota Makassar
pada tahun 2012 sebesar 49,44 dan turun menjadi 48,10 pada tahun 2013. Angka tersebut pada
tahun 2013 memberikan gambaran bahwa setiap 100 penduduk produktif di Kota Makassar harus
menanggung secara ekonomis sekitar 48 penduduk usia tidak produktif. Turunnya angka beban
ketergantungan pada tahun 2013 disebabkan meningkatnya penduduk usia produktif
ro uktif 15-64 tahun
dan menurunnya jumlah penduduk berusia 0-4 th.
Tabel 2.4
Angka Beban Ketergantungan Kota Makassar Tahun 20111 - 2012
201
Angka Beban
Ketergantungan
2012
2013
L
(2)
P
(3)
L+P
+P
(4)
L
(5)
P
(6)
45,95
42,58
588
444,23
44.75
41.39
43.04
Penduduk Tua
(65+ /15-64 thn)
4,60
55,80
80
5,21
4.34
5.75
5.06
Total
50,55
50
55
48,38
49,44
49.09
47.14
48.10
(1)
Penduduk Muda
(0-14 thn /15-64 thn)
L+P
(7)
15
Namun demikian penduduk muda masih dominan sebagai beban tanggungan penduduk usia
produktif, karena angka beban tanggungan penduduk tua relatif kecil, yaitu 5,06 pada tahun 2013
dan pada tahun 2012 hanya sekitar 5,21.
2.5 Sex Ratio
Sex Ratio (ratio jenis kelamin) penduduk Kota Makassar pada tahun 2013 sebesar 97,77,
artinya di Kota Makassar terdapat 97 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.
Tabel 2.5 menunjukkan bahwa pada kelompok umur 0-4 tahun dan kel
kelompok
lom
mpok umur 5-14
tahun sex rationya di atas 100, yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih
dibanding
ebih banyak
ba
penduduk perempuan. Sebaliknya pada kelompok umur/usia sedangg (15-64)
dan kelompok
(15penduduk tua (65+) sex rationya dibawah 100, yang berarti jumlah
penduduk perempuan lebih
mlah
ah pe
banyak dibanding penduduk laki-laki.
Tabel 2.5
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
min dan
dan Rasio
Ra Jenis Kelamin Menurut
Kelompok Umur di Kotaa Maka
Makassar 2012-2013
2012
Kelompok
Umur
Laki-Laki
(1)
(2)
2013
Perempuan
uan
Rasio
R
as Jenis
Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Rasio Jenis
Kelamin
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0-4
67.935
63.298
63
107,33
63.457
61.209
103,67
5 - 14
130.157
57
122.133
106,57
145.474
139.080
104,60
15 - 64
4459.585
459.58
480.536
95,64
466.876
483.861
96,49
65 +
119.067
26.886
70,92
20.279
27.836
72,85
Total
676.744
692.862
97,67
696.086
711.986
97,77
16
Pola yang terbentuk dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah
rasio jenis kelamin penduduk usia dewasa lebih rendah dari penduduk usia muda. Atau dengan
kata lain, pada kelompok usia muda jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan. Sedangkan pada
kelompok usia dewasa, jumlah laki-lakinya lebih sedikit dibanding jumlah perempuan. Hal ini
disebabkan oleh tingginya tingkat migrasi dan rendahnya tingkat harapan hidup penduduk laki-laki
dibanding perempuan.
17
Pada Tabel 2.6 ditampilkan persentase penduduk menurut status perkawinan penduduk Kota
Makassar usia 10 tahun ke atas tahun 2012 dan 2013. Nampak bahwa proporsi penduduk berstatus
kawin mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen selama tahun 2012-2013, yaitu dari 48,97
persen menjadi 49,60 persen. Begitupun dengan status perkawinan cerai hidup juga mengalami
kenaikan sebesar 0,22 persen.
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki yang berstatus kawin mengalami kenaikan
sebesar 2,33 persen, sedangkan penduduk perempuan, yang mengalami kenaikan justru yang
berstatus cerai hidup, dengan kenaikan sebesar 0,54 persen. Meningkatnya angka
gka perceraian di
Kota Makassar lebih didominasi oleh perempuan.
Tabel 2.6
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Statuss Perka
Perkawinan
Kota Makassar 2012-2013
(1)
Belum Kawin
L
(2)
47,31
2012
P
(3)
42,25
L++ P
(4))
44,72
44,7
4 72
L
(5)
46.17
2013
P
(6)
42.70
L+ P
(7)
44.38
Kawin
49,58
48,40
448,97
51.91
47.42
49.60
Cerai Hidup
1,01
1,99
1,9
99
1,51
0.88
2.53
1.73
Cerai Mati
2,10
7,37
77,
37
4,80
1.04
7.35
4.29
Status Perkawinan
18
Grafik 3.
Persentase Penduduk Kota Makassar Menurut Stat
19
Tabel 2.7
Persentase Status Hubungan dengan Kepala Rumahtangga Penduduk Kota Makassar
2012 - 2013
Hubungan dengan
Kepala Rumahtangga
(1)
Kepala
Rumahtangga
Isteri/Suami
Anak
Menantu
Cucu
Orangtua/Mertua
Famili lain
2012
L
(2)
P
(3)
2013
L+ P
(4)
L
(5)
P
(6)
L+ P
(7)
(49,06)
(9,62)
(29,11)
37,51
8,63
22,90
(0,05)
(40,61)
(20,57)
0,05
32,00
32,0
2,00
,00
16,20
(35,85)
(31,92)
(33,86)
47,24
44,40
44,4
44
45,80
(2,80)
(2,13)
(2,47)
3,00
,00
2,41
2,70
(2,59)
(1,56)
(2,07)
2,07)
,07)
5,14
4,42
4,78
(0,48)
(2,70)
,70)
(1,60)
(1,6
0,62
1,99
1,32
(9,16)
(11,46)
(11,4
(10,32)
6,44
6,15
6,29
20
21
BAB. III
FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk menanggulangi masalah tingginya tingkat
pertumbuhan penduduk adalah dengan cara menekan tingkat fertilitas, yaitu melalui pembatasan
dan penjarangan kelahiran. Proses ini dilaksanakan dengan cara mengajak masyarakat, khususnya
pasangan usia subur untuk ikut berperan aktif dalam gerakan keluarga berencana.
ana Gerakan ini
bukan sekedar untuk menekan laju pertumbuhan penduduk tetapi lebih dariri itu
adalah untuk
tu ad
meningkatkan kesejahteraan penduduk. Himbauan untuk menunda usia pe
perkawinan
erkawin pertama dan
membatasi jumlah kelahiran merupakan usaha nyata dalam merealisasikan
tujuan tersebut.
asikann tujua
3.1 Usia Perkawinan Pertama
Usia perkawinan pertama merupakan salah
yang berpengaruh terhadap tingkat
ah satu
satu faktor
fa
fertilitas, karena semakin tinggi umur perkawinan,
erka
kawiinan khususnya wanita menyebabkan masa
reproduksinya lebih pendek. Hal ini berarti
bahwa penundaan perkawinan mengakibatkan
arti pula
p
berkurangnya peluang wanita untuk mela
melahirkan
elahirkk anak lebih banyak.
Perkawinan yang dilakukan
pada
kan pad
ada usia matang (lebih dari 20 tahun) bagi perempuan akan
membantu mereka menjadi
siap untuk menjadi ibu dan mengurangi resiko persalinan.
adi lebih
le
Sementara persalinann yyang
ang ddilakukan pada ibu usia kurang dari 20 tahun, lebih dari 35 tahun,
pernah hamil empat
kali/lebih, atau jarak waktu kelahiran terakhir kurang dari dua tahun akan
pa kali/
pat
semakin memperbesar
mpperbesa resiko persalinan.
22
Tabel 3.1
Jumlah dan Persentase Wanita Usia 10 Tahun Ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Umur Saat
Perkawinan Pertama Kota Makassar Tahun 2013
Tahun
(1)
2013
(6,40)
(20,54)
(49,35)
25 + tahun
(5)
(23,70)
23
Tingkat fertilitas ditunjukkan oleh data jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh wanita pernah
kawin.
Tabel 3.2
Persentase Wanita Usia 10 tahun Keatas yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak Lahir Hidup di Kota Makassar 2012 - 2013
(1)
2012
Persen
(2)
8,24
2013
Persen
(5)
7,52
17,34
15,67
23,48
27,3
27,37
20,41
16,67
12,36
14,86
14
5+
18,17
17,91
ahirkan ooleh
l wanita pernah kawin, Nampak bahwa jumlah
Jika dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan
nita pernah kawin di tahun 2013 adalah 2 orang anak
anak yang dilahirkan sebagian besar wan
wanita
7,37 persen.
perse
p
dengan persentase sebesar 27,37
Jumlah anak 5 atau lebih yang dilahirkan oleh wanita
ma
pernah kawin pada tahun 20133 ini m
masih cukup tinggi, yaitu sebesar 17,91 persen.
lat/Caraa KB
K
3.3 Pemakain Alat/Cara
Selain melalui ppenundaan usia perkawinan pertama, partisipasi masyarakat dalam membantu
pemerintahh men
menangani masalah kependudukan adalah berupa kesadaran masyarakat untuk
mensukseskan Keluarga Berencana. Salah satu tujuan program ini adalah untuk meningkatkan
24
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera melalui
pembatasan dan pengaturan jarak kelahiran. Hal ini bisa ditempuh antara lain dengan cara
pemakaian alat/cara kontrasepsi KB.
Indikasi makin meningkatnya partisipasi masyarakat pada gerakan keluarga berencana
untuk membatasi atau menjarangkan kelahiran salah satunya dengan program KB yang bertujuan
selain menurunkan tingkat fertilitas, juga untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rumahtangga.
Tabel 3.3 menyajikan keikutsertaan wanita usia 15-49 tahun yang berstatus kawin. Selama
kurun waktu 2012-2013, persentase penduduk yang sedang ikut menggunakan
kan alat/cara KB
mengalami penurunan sekitar 3,73 persen yakni dari 50,00 persen di tahun 20
2012
menjadi 46,27
0112 me
persen di tahun 2013.
Tabel 3.3
Jumlah dan Persentase Wanita Berumur 15- 49 Tahun yang
ng Men
Menikah
enika Menurut Penggunaan
Kontrasepsi di Kota Makassar, 20122 - 2013
2013
Pengguna/Memakai
/Meemaka
kai alat/Cara KB
Tahun
Sedang
Tidak
dak
ak Menggunakan
Men
eng
Tidak Pernah
Menggunakan
Lagi
Menggunakan
(1)
(2)
(3)
(4)
2012
2013
50,00
24,30
25,70
446,27
6,27
22,75
30,98
25
sedangkan penggunaan jenis kontrasepsi yang mengalami penurunan adalah MOW/MOP sebesar
2,72 persen, suntikan sebesar 1,37 persen dan pil KB sebesar 0,95 persen. Namun penggunaan
alat kontrasepsi yang paling digemari oleh sebagian besar wanita yang berstatus kawin adalah KB
suntik mencapai 66,57 persen, diikuti oleh KB Pil sebesar 16,94 persen, dan KB AKDR/IUD sebesar
10,03 persen.
Banyaknya akseptor yang menggunakan suntikan KB bisa disebabkan karena alat/cara ini
relatif lebih praktis dan mudah dilakukan begitu juga dalam hal pemberhentian bisa dilakukan pada
saat yang dikehendaki oleh akseptor. Sedangkan untuk penggunaan pil KB, hal ini
ni sejalan dengan
pemahaman masyarakat bahwa jenis kontrasepsi Pil KB pada dasarnya memiliki
tingkat efektifitas
likki tingka
tinggi untuk mencegah kehamilan, akan tetapi dalam pemakaiannya karena
kesalahan
arena faktor
fak
fa
manusia yang sering terjadi lupa minum pil KB.
Tabel 3.4
Persentase Wanita Berumur 15-49 tahun yang Kawin
win Menurut
Men
Menur Jenis Alat kontrasepsi
yang digunakan Di Kota Makassar
kasssar 2012
201 - 2013
Jenis Kontrasepsi
2012 (%)
2013 (%)
(1)
(5)
(5
5)
(3)
MOW/MOP
3,46
0,74
AKDR/IUD
7,66
10,03
Suntikan
67,94
66,57
Susuk
3,05
3,87
Pil
17,89
Lainnya
0,00
16,94
1,85
Sumber
er : BPS
S Ko
Kota Makassar ,Susenas 2012-2013
26
BAB IV
KESEHATAN
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata, dengan harapan akan tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Upaya perbaikan taraf kesehatan masyarakat dapat ditempuh melalui penyediaan fasilitas
kesehatan yang berkesinambungan baik dari segi mutu maupun jumlahnya, seperti rumah sakit,
puskesmas, dokter dan tenaga medis lainnya. Pelayanan kesehatan diharapkan
an semakin baik
dengan fasilitas kesehatan yang semakin dekat dengan masyarakat. Sehingga
semua lapisan
ggaa sem
masyarakat mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dengan mud
mudah,
murah
dah, m
u dan merata.
Menurut perencanaan program dan dampaknya, indikator kesehatan
terdiri
dari indikator
ese atan
a
t
upaya perbaikan kesehatan dan status kesehatan, serta indikator
penunjang.
Indikator kesehatan
or pen
enun
tersebut yang dapat diturunkan dari data Susenas diantaranya
persentase persalinan
ranya adalah
ad
ditolong tenaga medis, persentase bayi/balita diberi ASI,I, pe
persentase
keluhan kesehatan, dan jumlah
ersent
hari sakit.
4.1 Status Kesehatan Masyarakat
Status kesehatan masyarakat
oleh pola hidup masyarakat terutama dalam
sya akat ddipengaruhi
ip
upaya preventatif. Pola hidupp terseb
tersebut juga sangat tergantung pada perilaku dan pendapatan
te
masyarakat. Pola hidup mengalami
mengal
alam perubahan jika pendapatan cenderung tetap atau mengalami
penurunan, di sisi lain
kebutuhan semakin sulit dengan kenaikan harga secara terus
ain ppemenuhan
em
me
menerus. Sulitnya
kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan terjadinya pergeseran pola
ya memenuhi
m
meme
makan yangg sec
secara
cara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
27
2013
Laki-laki
(%)
(2)
Perempuan
(%)
(3)
3)
LLaki-laki
aki- + Perempuan
(%)
(4)
28,32
331,13
1,13
29,74
18,79
17,72
18,24
28
Tabel 4.2
Pesentase Penduduk Kota Makassar yang mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis
Keluhan 2012
Jenis Keluhan Kesehatan
(1)
Laki-laki
Perempuan
L+P
(%)
(%)
(%)
(2)
(3)
(4)
Panas
38,38
36,17
37,30
Batuk
53,36
40,91
47,25
Pilek
45,23
36,55
40,97
Asma/sesak nafas
4,47
2,06
3,28
Diare
5,87
4,61
5,25
12,34
16,54
14,40
Sikat gigi
6,53
11,03
8,74
Lainnya
18,62
30
30,22
24,32
29
semakin banyak jumlah hari sakit semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk
dan semakin besar kerugian yang dialami.
Hasil Susenas 2013 di Kota Makassar menunjukkan bahwa dari semua penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan yang paling banyak adalah mereka yang mengalami keluhan kurang
dari 4 hari yaitu sekitar 67,06 persen. Jumlah hari sakit 4-7 hari sekitar 26,87 persen, 8-14 hari
sekitar 1,67 persen, 15-21 hari sakit sebesar 0,58 persen, sedangkan yang mengalami keluhan
kesehatan lebih setengah bulan sekitar 3,82 persen. Jumlah ini meningkat 1,83 persen dibanding
tahun 2012 .(Lihat tabel 4.3).
Tabel 4.3
Persentase Penduduk Penderita Sakit menurut Jumlah Hari
ari Sakit
Sa
Kota Makassar, 2012 2013
Jumlah Hari Sakit
2012
2013
(1)
L
(2)
P
(3)
L+ P
(4))
L
(5)
P
(6)
L+ P
(7)
<4
64,54
68,88
66,71
66,
67
71,56
62,29
67,06
47
29,18
26,63
6,63
63
27,90
22,35
31,66
26,87
8 - 14
5,14
1,25
1,
3,19
2,41
0,88
1,67
15 21
0,011
0,39
0,20
0,00
1,19
0,58
22 - 30
1,14
1,
2,85
1,99
3,68
3,98
3,82
30
Tahun
(1)
Dokter
(2)
Bidan
(3)
Paramedis
aramedis
(4)
Dukun
(2)
Keluarga
(3)
Lainnya
(4)
2012
37,61
60,19
0,19
0,00
2,20
0,00
0,00
2013
40,04
04
54,99
0,46
3,69
0,83
0,00
31
tahun 2012. Dari Tabel 4.4 juga terlihat bahwa masih ada masyarakat yang memanfaatkan dukun
sebagai penolong kelahiran. Hal ini perlu dikaji lebih dalam guna mendapat faktor-faktor
penyebabnya, apakah karena akses ke tenaga medis masih sulit atau faktor biaya persalinan yang
mahal.
32
jika dibandingkan dengan susu formula. Akan tetapi, bagi ibu yang tetap memberikan ASI pada
bayinya, mungkin hal ini menjadi salah satu pertimbangan bagi ibu untuk memberikan ASI kepada
bayinya.
Tabel 4.5
Persentase Anak Usia 2- 4 tahun yang pernah Disusui Menurut Lama Disusui
Kota Makassar 2012 - 2013
Lama Disusui
(Bulan)
(1)
L
(%)
(2)
1-5
6-11
12-17
18-23
24+
16,76
18,98
37,48
7,95
14,06
2012
P
(%)
(3)
16,53
15,57
33,70
10,56
16,50
L+ P
(%)
(4)
16,64
17,32
35,64
9,22
15,25
L
(%)
(2)
12.09
5.87
43.44
44
8.93
29.67
29
.67
2013
P
(%)
(3))
99.45
45
15
15.67
225.75
16.67
32.46
L+ P
(%)
(4)
10.72
10.96
34.25
12.95
31.12
33
kesehatan lainnya yang dimaksud adalah Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Posyandu. Keberadaan
kedua fasilits ini sangat membantu puskesmas dalam rangka memberikan pelayanan untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Selain pengadaan fasilitas kesehatan, juga perlu ditunjang dengan
kualitas pelayanan. Untuk itu keberadaan tenaga kesehatan yang berkualitas sangat diperlukan.
Kualitas tenaga kesehatan sangat ditentukan oleh spesifikasi pendidikan yang dimiliki yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan yang akan diberikan pada masyarakat.
Tabel 4.6
Banyaknya Sarana Kesehatan menurut Jenisnya di Kota Makassar 2012 - 2013
2
Sarana Kesehatan
(1)
1. Rumah Sakit
2012
(2)
20
200133
2013
((3)
3)
20
2. RS. Bersalin/RSIA
15
17
3. Puskesmas
39
43
43
117
17
40
4. Puskesmas Pembantu
Jumlah
34
BAB V
PENDIDIKAN
Sumber daya manusia sangat penting peranannya dalam proses pembangunan. Untuk itu,
pembangunan yang dilakukan bermuara pada pembangunan manusia. Salah satu komponen dalam
pembangunan manusia adalah peningkatan di bidang pendidikan, karena merupakan suatu sarana
untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan
suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Program pendidikan mempunyai andil
yang sangat besar terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa. Pembangunan
pendidikan pada
an pend
dasarnya dilakukan dalam empat strategi pokok yaitu pemerataan kese
kesempatan,
relevansi
mp t
mpa
pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan.
elolaa
aan
Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui penyediaan
sarana dan prasarana
yediaa
aan sa
belajar seperti gedung sekolah, penambahan tenaga pengajar.
Relevansi pendidikan melalui
ngajar
ar. Re
konsep link and match, yaitu relevansi strategi sistem pen
pendidikan
diddika dengan kebutuhan lapangan
kerja. Pendidikan hendaknya menghasilkan manusia
terdidik
ia terdid
te
didi yang bermutu dan handal sesuai
tuntutan zaman. Dan efisiensi pengelolaann pend
pendidikan
dimaksudkan supaya pendidikan
ndid
diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil
erhas
asil gguna.
Beberapa indikator yang dapat dig
digunakan
gunakka untuk melihat perkembangan keadaan bidang
pendidikan secara umum di Kotaa Ma
Makassar
akassa
sar diantaranya adalah kemampuan membaca dan menulis,
partisipasi sekolah, pendidikann yan
yang
ditamatkan, dan ketersediaan sarana pendidikan.
ang dit
5.1 Sarana Pendidikan
dikan
n
Penyediaan
dan prasarana pendidikan penting untuk terus diupayakan sebagai
an sarana
sa
konsekuensi
dari
meningkatnya jumlah penduduk dan diberlakukannya program wajib belajar 9
si da
ari m
tahun. Upaya
aya ini ditujukan agar pelayanan pendidikan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat dan menuju standar yang diharapkan. Ketersediaan sarana pendidikan yang paling
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2014
35
dasar dapat ditunjukkan melalui indikator rasio murid-guru dan rasio murid-sekolah. Meski memiliki
kelemahan, yakni indikator bersifat kuantitatif bukan kualitatif, perubahan yang terjadi dalam
indikator ini diharapkan dapat memberikan gambaran kemajuan pembangunan sarana pendidikan.
5.2 Rasio Murid Guru
Rasio murid Guru (RMG) merupakan perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru pada
suatu jenjang pendidikan tertentu. Rasio murid guru menggambarkan rata-rata banyaknya murid
yang diajar oleh seorang guru. Kelihatannya ada kecenderungan makin sedikit murid yang ditangani
seorang guru semakin baik proses belajar mengajar. Hal ini karena guru dengan
an mudah memantau
murid yang diajar dalam kelas, juga mudah mengukur prestasi belajar setiap
etiap sis
ssiswa. Meskipun
demikian, belum ada patokan tentang rasio murid guru yang ideal dalam proses
belajar mengajar.
es be
Tabel 5.1
Rasio Murid Guru di Kota Makassar Tahun Ajaran 2011/2012,
dan 2013/2014
/2012, 2012/2013
2201
Jenjang Pendidikan
Rasio
as o MuridMurrid- Guru
G
2012/2013
20
2012/2
/20
(3)
22
(1)
S D/Sederajat
2011/2012
(2)
23
2013/2014
(4)
22
S M P/ ederajat
15
15
16
S M A/Sederajat
11
11
36
22011/2012
011/
(2)
2013/2014
(4)
S D/Sederajat
329
319
305
S M P/Sederajat
deerajat
350
325
327
S M A/Sederajat
Sedeera
445
446
467
37
Telaah lebih lanjut di tingkat kecamatan, nampak adanya variasi yang relatif besar pada rasio
murid sekolah. Rentang rasio murid sekolah tingkat SD berada pada kisaran terendah 257 di
Kecamatan Wajo dan Bontoala hingga tertinggi 377 di kecamatan Biringkanaya. Sedangkan pada
tingkat SMP, rasio murid sekolah terendah 145 di kecamatan Wajo dan tertinggi 537 di kecamatan
Tamalate. Pada tingkat SMA, rasio murid sekolah terendah 270 di kecamatan Bontoala dan tertinggi
621 di kecamatan Biringkanaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.3 dan 5.4
Tabel 5.3
Rasio Murid Sekolah dan Rasio Murid Guru Menurut Kecamatan
camat
atan
di Kota Makassar 2013/2014
SD
Kecamatan
(1)
01. Mariso
02. Mamajang
03. Tamalate
04. Rappocini
05. Makassar
06. Ujung Pandang
07. Wajo
08. Bontoala
09. Ujung Tanah
10. Tallo
11. Panakkukang
12. Manggala
13. Biringkaya
14. Tamalanrea
annre
rea
Jumlah
Rasio
Rasio
Murid
Murid Guru
Sekolah
(2)
(3)
258
21
346
2
25
269
21
300
19
307
23
344
34
44
22
257
21
25
257
20
286
27
306
26
274
18
318
23
377
24
315
26
305
22
SMP
MP
Rasio
Murid
Sekolah
S
o
olah
(4)
(4
4)
462
436
537
260
154
411
145
167
268
342
281
335
486
286
327
SMA
R
Rasio
Murid
Guru
(5)
28
17
17
11
11
27
8
17
15
14
17
15
15
16
16
Rasio
Murid
Sekolah
(6)
524
454
571
388
331
591
317
270
432
351
498
489
621
551
467
Rasio
Murid
Guru
(7)
12
16
9
7
12
15
9
5
25
8
12
20
10
13
11
38
Tabel 5.4
Jumlah Murid, Guru dan Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Makassar 2013
SD
SMP
SMA
Kecamatan
Sekolah
(1)
01. Mariso
02. Mamajang
03. Tamalate
04. Rappocini
05. Makassar
06. Ujung Pandang
07. Wajo
08. Bontoala
09. Ujung Tanah
10. Tallo
11. Panakkukang
12. Manggala
13. Biringkaya
14. Tamalanrea
Jumlah
(2)
Murid
(3)
22
5667
28
9701
47 12645
49 14712
38 11648
31 10679
15
3855
24
6162
23
6587
48 14690
50 13704
37 11758
47 17739
34 10708
493 150255
Guru
(4)
264
391
592
793
516
491
188
305
248
572
761
512
7466
74
411
41
11
6790
679
790
Sekolah
Murid
Guru
Sekolah
Murid
Guru
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2621
4992
5712
5043
3308
5320
1587
1618
2158
1404
5482
5381
5589
4410
54625
(10)
214
320
6`26
681
270
346
185
327
85
179
457
269
536
342
4837
7
10
13
18
17
17
8
11
11
133
166
17
18
16
192
3231
4364
6982
4683
2610
6987
87
11161
61
18333
183
22944
44447
4491
5690
8753
4582
62758
114
253
53
4419
19
4144
2 1
241
2258
138
105
199
319
269
380
595
280
3984
5
11
10
13
10
9
5
6
5
4
11
11
9
8
117
39
Jenis Kelamin
22013
0113
7-12
(2)
13-15
(3)
16-18
(4)
7-12
(2)
13
13-15
(3)
16-18
(4)
Laki-Laki
96,46
96,34
67,61
97,08
97,0
95,51
67,99
Perempuan
97,58
94,10
71,97
,97
97,77
96,65
64,79
Laki-laki + Perempuan
96,98
95,13
,13
13
69,63
69
97,41
96,15
66,44
(1)
40
bersekolah. Untuk penduduk usia ini, partisipasi sekolah penduduk perempuan lebih besar dari
pada laki-laki yaitu sekitar 97,08 persen dan perempuan sekitar 97,77 persen.
Pada kelompok umur 13-15 tahun, partisipasi sekolahnya lebih rendah dari partisipasi sekolah
pada kelompok usia 7-12 tahun. Partisipasi sekolah pada kelompok ini mencapai sekitar 96,15
persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin, ada perbedaan yang cukup dimana partisipasi penduduk
perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu 96,65 persen untuk perempuan dan 95,51 persen untuk
laki-laki.
Pada kelompok umur 16-18 tahun, partisipasi sekolahnya juga nampak
ak lebih rendah
dibandingkan pada kelompok umur 13-15 tahun. Partisipasi sekolah pada kelompok
ini mencapai
om
mpok
p in
66,44 persen. Perbedaan yang cukup justru terjadi partisipasi penduduk laki-laki
ki-lakki yang
yya lebih tinggi
dari pada partisipasi penduduk perempuan. Partisipasi penduduk laki-laki
sebesar
67,99 persen,
aki seb
b
sedangkan partisipasi penduduk perempuan sebesar 64,79 persen.
n.
Adanya program pendidikan gratis di Kota Makassar
untuk
ar untu
uk ssekolah SD dan SMP telah
meningkatkan angka partisipasi sekolah di kota ini. Ke
Kemudian
emudia
dian jika masih ada penduduk usia
sekolah 7-18 tahun yang tidak dapat berpartisipasii aktif
akt
ktif ddalam kegiatan sekolah, sangat perlu
ditelusuri lebih lanjut. Kemudian perlu pembuktian
lebih dalam dugaan bahwa penduduk usia
ukt
ktian le
sekolah 7-18 tahun di Kota Makassar banyak
diantaranya
yang putus sekolah karena kondisi sosial
yakk dian
nta
ekonomi rumahtangga dan mereka lebih
memilih masuk dalam angkatan kerja (bekerja) membantu
ih memi
me
kegiatan ekonomi orang tua.
5.5 Kemampuan Membaca
(Tingkat Buta Huruf)
baca dan Menulis
M
Kemampuan mem
membaca
bac
aca dan menulis atau tingkat buta huruf terutama untuk penduduk yang
berumur 10 tahun
hun ke
k atas
at merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan program
pembangunan
bidang pendidikan. Sebab kalau di suatu wilayah masih cukup banyak penduduk
nan di
d bi
yang buta huruf,
huru jelas merupakan indikator ketertinggalan, sebab seseorang yang buta huruf relatif
akan lebih sulit untuk menerima informasi dan pengetahuan baru.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2014
41
42
Tabel 5.6
Kemampuan Baca Tulis Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas
Kota Makassar 2012 2013
2012
Jenis Kelamin
(1)
Laki-Laki
Dapat
Membaca
dan Menulis
(2)
97,40
2013
2,60
Dapat
Membaca dan
Menulis
(3)
98,55
Tidak Dapat
(3)
Tidak Dapat
(4)
1,45
Perempuan
95,91
4,09
97,14
2,86
Laki-laki + Perempuan
96,63
3,37
97,833
2,17
120
100
80
60
Laki-laki
40
Perempuan
20
0
Huruf
ruff latin
la
Huruf Arab
Huruf Lainnya
buta Huruf
43
L
(2)
13,30
17,49
16,10
31,83
3,70
0,19
2,15
15,24
2012
P
(3)
14,34
19,37
18,33
30,54
2,53
0,38
3,23
,23
11,2
11,28
,28
288
L+P
(4)
13,83
18,45
,45
17,24
,24
31,1
31,17
3,1
3,10
0,29
0,2
2,70
13,22
L
(2)
2)
5
5,61
17,01
17,
16,42
6
36,89
5,48
0,03
2,69
15,87
22013
13
P
(3)
8,14
21,32
17,74
32,38
3,63
0,97
3,37
12,44
L+P
(4)
6,91
19,22
17,10
34,58
4,53
0,51
3,04
14,11
44
Grafik6.PersentasePenduudukUsia10TahunKeatasmenurutPendidikan
YangDitamatkanTahun2013
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Tidak punya
SD
SLTP
LAKILAKI
SMU
SMK
DIPLOMASARJANA
PLOMA
MASA
PEREMPUAN
penduduk
yang
uga meng
m
berijazah DIV/S1/S2/S3 juga
mengalami kenaikan dari 13,22 persen pada tahun 2012 menjadi
14,11 persen pada tahun
2013.
hun 2013
20
45
BAB VI
KETENAGAKERJAAN
Berbicara mengenai pembangunan tentu tercakup didalamnya tentang tenaga kerja. Sektor
ketenagakerjaan merupakan salah satu 46able46 penting bagi pembangunan ekonomi, khususnya
dalam upaya pemerintah untuk mengurangi penduduk miskin. Masalah yang timbul dalam ketenaga
kerjaan baik ditingkat nasional maupun regional adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan
angkatan kerja dan kesempatan kerja. Pertumbuhan angkatan kerja dari waktu ke wak
waktu masih cukup
tinggi, sementara pertumbuhan kesempatan kerja cukup rendah, akibatnya
menimbulkan
atn
tnyya m
pengangguran, dan arus urbanisasi ke kota besar yang jelas-jelas tidak dinginkan
kan oleh
olehh berbagai pihak.
Dengan
demikian
pemerintah
perlu
strategi
pembangunan
yang
berorientasi
pada
46
pengangguran tetapi juga sekaligus meningkatkan taraf kesejahteraan para tenaga kerja dan
peningkatan produktifitas secara makro. Dalam ketenagakerjaan dikenal bernagai indikator seperti
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), Tingkat pengangguran (TP), distribusi pekerja menurut
sektor usaha.
6.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan
Tabel 6.1 menyajikan persentase penduduk usia 15 tahun keatas menurut kegiatan utama
selama seminggu yang lalu di Kota Makassar tahun 2012. Tabel ini menunjukkan bahwa dari seluruh
penduduk angkatan kerja sekitar 52,18 persen penduduk usia 15 tahun keatas tergolong
ergolong bekerja dan
sekitar 5,78 persen yang sedang mencari pekerjaan.
Tabel 6.1
Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Kegiatan Utama
ma Slama
Slam
ama S
Seminggu Yang Lalu
Di Kota Makassar, 2011-20122
Angkatan Kerja
Tahun
Bekerja
Mencarii
Kerja
erja
j
(1)
(2)
(3)
2011
541.050
49.668
49.6
96.085
199.049
82.581
(55,86)
(5,13)
(9,92)
(20,55)
(8,53)
514.556
1 .556
56.951
152.181
206.144
56.250
(52,18)
(52,1
52,18)
(5,78)
(15,43)
(20,91)
(5,70)
2012
Sumberr : BPS
PS Kota
Ko Makassar, Sakernas 2011-2012
47
Tingkat
at Penganggu
Peng
nga
Tahun
(1)
(2)
rann T
Ter
Terbuka
(TPT)
(T
(3)
2011
61,00
8,41
2012
57,94
9,97
48
bagian dari angkatan kerja yang saat ini tidak bekerja tetapi sedang aktif mencari pekerjaan, dapat
diartikan pula sebagai tingkat pengangguran terbuka (TPT).
Tingkat pengangguran pada tahun 2011-2012 mengalami fluktuasi dengan trend yang cenderung naik.
Pada tahun 2012 pengangguran terbuka tercatat sekitar 9,97 persen dibanding tahun 2011 yang
hanya sekitar 8,41 persen. Angka tersebut mengalami peningkatan, dibanding dengan keadaan tahun
2011. Kondisi ini dinilai cukup baik, sehingga masalah pengangguran tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama.
6.3 Lapangan Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan
Aktifitas ekonomi suatu wilayah dapat ditunjukkan melalui distribusi penduduk
bekerja
dudu
duk yang
y
menurut lapangan usaha. Tabel
49
Tabel 6.3
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu
menurut Lapangan Pekerjaan Utama Kota Makassar, 2011 2012
2011
2012
L
(2)
3.613
(1,06)
P
(3)
(0,00)
L+P
(4)
3.613
(1,06)
L
(2)
2.336
(0,76)
P
(3)
0
(0,00)
L+P
(4)
2.336
(0,47)
17.477
(5,14)
13.065
(6,49)
30.542
(5,64)
12.082
(3,92)
15.884
5.8
(8
(8,17)
27.966
(5,57)
Perdagangan Besar,
Eceran,
Rumah Makan, Hotel
104.223
(30,69)
91.502
(45,42)
195.725
(36,18)
88.464
64
(28,73)
28,73)
772.092
2
(37,09)
160.556
(31,96)
Jasa Kemasyarakatan,
Sosial
dan Perorangan
98.375
(28,97)
82.109
(40,76)
180.484
484
(33,36)
3,36)
,36)
10
101.155
(32,85)
(32
84.525
(43,48)
185.680
(36,96)
115.902
(34,13)
14.7844
(7,34
(7,34)
130
130.686
(24,16)
(2
103.880
(33,74)
21.890
(11,26)
125.770
(25,05)
(1)
Pertanian, Kehutanan,
Perburuan perikanan
Industri Pengolahan
Lainnya *)
50
turun sekitar 2,75 persen Jika dilihat menurut jenis kelamin pada tabel 6.4, pekerja laki-laki lebih
cenderung pada kelompok tenaga produksi, operator alat-alat dan pekerja kasar. Sedangkan pekerja
perempuan lebih dominan pada tenaga usaha penjualan.Untuk jelasnya dalat dilihat table berikut ini.
Tabel 6.4
Distribusi Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu
menurut Jenis Pekerjaan Kota Makassar, 2011-2012
Jenis Pekerjaan
(1)
L
(2)
2011
P
(3)
L+P
(4)
L
(2)
2012
P
(3)
3)
L+P
(4)
Tenaga Profesional
39.611
(10.59)
41.693
(14.26)
81.304
(11.96)
47.014
014
(15,26
(15,26)
15,26)
5,26)
,26)
334.419
(17.71)
81.433
(16.21)
13.197
(4.15)
2.576
(1.36)
15.765
.765
(3.11
(3.11)
3.11)
.11)
11
11.176
(3,62)
750
(0.39)
11.936
(2.38)
36.043
(32.82)
43.2499
(58.94)
(58.
(58.94
.94)
79.296
79
(42.59)
58,612
(19,03)
10.527
(5.41)
119.621
(23.81)
103.455
3
(11.10
(11.10)
.10)
990.777
07
194.216
65.668
70.403
136.071
(11.80)
(11.36)
(21.32)
(36.21)
(27.09)
66.984
(2.20)
361
(0.19)
7.340
(1.45)
659
(0.21)
(0.00)
659
(0.13)
124.335 25.483
(39.14) (13.45)
149.740
(29.53)
106700
(34.65)
27.810
(14.31)
134.510
(26.78)
51
52
Tabel 6.5
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu
Menurut Status Pekerjaan Kota Makassar, 2012
Status Pekerjaan Utama
(1)
Berusaha sendiri
Berusaha dibantu buruh tidak
tetap
Berusaha dibantu buruh tetap
Buruh/karyawan
Pekerja bebas di non pertanian
Pekerja keluarga
Jumlah
Laki-laki
(2)
44.384
(3)
14.41
11.676
3.79
2012
Perempua
%
n
(4)
(5)
30.385 15.63
(6)
74.769
(7)
14.89
5.46
22.2
22.282
4.44
10.606
L+P
16.291
5.29
5.555
2.86
22.184
1
0.43
201.288
65.37
126.793
65.22
5.22
3328.081
65.31
28.377
9.22
6.896
3.5
3.55
.55
35.273
7.02
5.901
307.917
1.92
100
14.156
156
194.391
94.391
7.28
100
20.057
502.308
3.99
100
53
Tabel 6.6
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu
Menurut Jumlah Jam Kerja Seluruhnya di Kota Makassar, 2012
2012
Jumlah Jam Kerja
Seluruhnya
Laki-laki
(%)
Perempua
n
(%)
L+P
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2.570
0.83
1.868
0.96
4.438
43
0,88
1 14
4.167
1.35
7.049
3.63
11.216
11
1.2216
2,23
15 34
21.878
7.11
23.788
12.24
45.666
45
6
9,09
35 +
279.302
90.71
161.686
83.18
440.988
44
87,79
Jumlah
307.917
100
194.391
91
100
10
502.308
100
54
BAB VII
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan
pangan. Rumah selain berfungsi sebagai tempat istirahat atau berlindung dari hujan dan panasnya
matahari, juga berfungsi sebagai tempat untuk membina kehidupan rumah tangga dan
bersosialisasi antar individu dalam rumah dan mengembangkan diri. Pemerintah telah berupaya
untuk mempermudah masyarakat untuk mendapatkan rumah melalui berbagai program
gra diantaranya
menyediakan fasilitas kredit kepemilikan rumah (KPR).
Rumah dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat sosial
dan
sosiaal masyarakat
m
keberhasilan pembangunan di bidang perumahan. Keberadaan rumah yang ddimaksud tidak saja
menyangkut kuantitas tetapi juga mengenai kualitas rumah. Kondisi
ndisi
si fisikk bangunan menunjukkan
kualitas dan kuantitas tempat tinggal yang dikuasai. Fisik bangun
bangunan
nan yang kuat dan terbuat dari
bahan yang tidak membahayakan menjamin keamanan
penghuni
an pengh
hu tidak saja dari ancaman tindak
kriminal, tetapi juga dari kerentanan bangunan itu sendiri
ndiri dan
d kemungkinan terserang penyakit. Fisik
bangunan yang kuat ditentukan oleh pemilihann bahan
komponen bangunan yaitu lantai, dinding,
b
dan atap. Fasilitas rumah yang tidak memadai
maddai dan
daan kondisi lingkungan yang tidak sehat juga akan
berpengaruh terhadap kesehatan.
7.1 Status Penguasaan Ruma
Rumah
umah
Indikator ini memperlihatkan
perlihatk status penguasaan rumah yang dibedakan atas milik sendiri,
kontrak, sewa, rumah
dinas,
mah din
nas bebas sewa dan lainnya. Pada umumnya rumahtangga yang memiliki
tempat tinggall sendi
sendiri,i diperkirakan tingkat kesejahteraannya lebih baik, dibanding mereka yang
masih kontrak,
ntrak, sewa
se atau lainnya. Semakin tinggi persentase rumahtangga yang menempati tempat
tinggal sendiri disuatu daerah, akan semakin baik tingkat kesejahteraan daerah tersebut.
55
Tabel 7.1 memperlihatkan status penguasaan bangunan tempat tinggal oleh rumahtangga di
Kota Makassar pada tahun 2012 dan 2013. Selama kurun waktu 2012-2013, nampak terjadi
penurunan pada penguasaan bangunan tempat tinggal dengan status milik sendiri. Pada tahun
2012, bangunan tempat tinggal yang ditempati oleh pemiliknya sendiri mencapai 58,61 persen,
kemudian turun menjadi 56,69 persen di tahun 2013. Kondisi ini menunjukkan bahwa sekitar 43,31
persen rumah tangga belum mempunyai rumah milik sendiri.
Penguasaan tempat tinggal bukan milik sendiri oleh rumahtangga dipengaruhi beberapa faktor
antara lain; keadaan ekonomi
pendidikan, lokasi tempat kerja dan memilih tinggal bersama keluarga/sanak saudara
uddara
ar
Tabel 7.1
Rumahtangga menurut Status Penguasaan Bangunan Tempat
pat Tinggal
Ting
Kota Makassar, 2012 2013
Status Penguasaan
2012
(%))
(%)
(2)
183.5399
(3))
(58,61)
(58
2013
(4)
178.573
Kontrak
44.743
7433
(14,29)
54.928
(17,29)
Sewa
23.386
23.38
866
(7,47)
23.386
(7.47)
8.810
(2,81)
8.810
(2.81)
Dinas
43.301
(13,83)
43.301
(13.83)
9.268
(2,86)
9.268
(2,86)
122
(0,04)
122
(0,04)
(1)
Milik Sendiri
(5)
(55,69)
56
57
Tabel 7.2
Persentase Rumahtangga menurut Luas Lantai di Kota Makassar
Tahun 2012 dan 2013
Luas Lantai
(1)
2012
(2)
%
(3)
2013
(4)
%
(5)
- < 20
47.077
(15,28)
41.268
(12.87)
- 20 49
86.025
(27,92)
86.025
(31,27)
- 50 99
104.306
(33,86)
104.306
(35,49)
- 100 149
37.504
(12,17)
37.504
(10,03)
- 150 +
33.179
(10,77)
33.179
79
(10,34)
150+
100149
5099
2049
<20
0
10
20
30
58
Tabel 7.3
Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas di Kota Makassar
Tahun 2012 dan 2013
Jenis Dinding
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
229.113
(73,16)
250.657
(78,17)
57.048
(18,22)
44.956
(14,02)
- Bambu
3.174
(1.01)
481
(0,15)
- Lainnya
23.833
(7,61)
24.5622
(7,66)
- Tembok
- Kayu
Bambu
Lainnya
Kayu
Tembok
59
Keadaan rumahtangga menurut dinding terluas tahun 2012 dan 2013 disajikan pada tabel
7.3. Pada tabel ini jenis dinding terluas dibagi dalam empat kelompok, yaitu jenis dinding tembok,
kayu, bambu dan lainnya. Tabel 7.3 menunjukkan sebagian besar jenis dinding terluas yang dihuni
oleh rumah tangga sudah berupa tembok, yaitu sebesar 78,17persen, berupa kayu sebesar 14,02
persen, berupa bambu 0,15 persen dan jenis dinding lainnya sebesar 7,66 persen. Berdasarkan
data tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar dinding terluas di setiap rumahtangga di Kota
Makassar sudah merupakan dinding yang permanen karena berupa tembok.
2012
2013
(2)
7.420
7.42
228.400
(3)
(2,37)
(9,07)
(4)
3.527
22.863
- Sirap
1.825
(0,58)
705
(0,22)
- Seng
269.668
(86,11)
285.095
(88,91)
4.137
1.718
(1,32)
(0,55)
7.183
1.283
(2, 24)
(0,40)
- Asbes
- Lainnya
ya
(5)
(1,10)
(7,13)
60
100
50
0
Persyaratan lain dari rumah sehat, oleh Depkes adalah lantai rumah harus
rus ke
kering / tidak lembab.
Oleh karena itu bahan penutup lantai harus terbuat dari teraso,
batu bata, atau
raso,
o, ubin/tegel,
ub
at dari kayu
kay atau bambu (untuk rumah
plur/semen (untuk rumah bukan panggung/tingkat) dan terbuat
panggung).
7.3 Fasilitas Tempat Tinggal
7.3.1 Sumber Air Minum
tid bisa dipisahkan dari kelengkapan, kelayakan dan
Kenyamanan tempat tinggal jugaa tidak
nggal. Air merupakan
m
penggunaan fasilitas tempat tinggal.
kebutuhan yang vital, dibutuhkan oleh setiap
minu
num, mandi dan mencuci. Sehat atau bersih tidaknya air yang
orang. Air digunakan untuk minum,
tung pa
ada sumbernya. Penggunaan air bersih dan pemilikan fasilitas air
digunakan akan bergantung
pada
dikan in
iindikator untuk melihat tingkat kesejahteraan. Semakin
minum dapat dijadikan
banyak
m
me
rumahtangga yang memanfaatkan
air bersih, menunjukkan semakin baiknya kondisi kesehatan
gga. De
em
rumahtangga.
Demikian
halnya dengan semakin banyaknya rumahtangga yang memiliki fasilitas air
minum sendiriri ccenderung semakin baik tingkat kesejahteraannya.
memenuhi syarat kesehatan adalah yang bersumber dari ledeng. Karena sebelum air di
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2014
61
distrtibusikan ke rumah penduduk terlebih dahulu dilakukan proses penjernihan. Selain itu yang
termasuk kategori air bersih adalah air yang bersumber dari pompa, sumur terlindung dan mata air
terlindung. Kebutuhan akan air bersih, terutama untuk bahan baku air yang berkualitas, bila ditinjau
dari segi kesehatan dirasakan semakin hari semakin penting. Ini mengingat semakin tingginya
permintaan akan air bersih oleh rumahtangga, yang tidak dapat diimbangi penyediaannya oleh alam
secara memadai, mengingat daya dukung sumber daya yang terbatas.
Salah satu indikator yang dapat digunakan umtuk melihat sumber air minum yang dikonsumsi
rumahtangga adalah dengan melihat sumber air minum yang
digunakan oleh
leh rumahtangga
tersebut.
Rumah tangga di Kota Makassar tahun 2013 yang menggunakan air dal
ddalam
la kemasan/air
isi ulang dan Air Ledeng (PDAM) sebagai sumber air minum utama menempati
empatiti urutan pertama dan
kedua sebagai sumber air minum yang paling banyak digunakan oleh
dengan masingeh masyarakat
maas
masing persentasenya sebesar 55,15 persen dan 39,53 persen.
yang menggunakan air
en. Sedangkan
Sed
edan
sumur bor/pompa sebagai sumber air minum yaitu sekitar
itarr 2,300 ppersen, air sumur terlindung sekitar
1,98 persen dan sumur tak terlindung sekitar 1,05 persen.
rsen.
Tabel
abeel 7.5
Persentase Rumah tangga Menurut
Air Minum di Kota Makassar
nurut
ut Sumber
Su
Tahun
dan 2013
hun 2012
2
Sumber Air Minum
2012
2013
(1)
- Air dalam kemasan/Isi
n/Isi U
Ulang
lang
- Ledeng
- Sumur bor/pompa
/pompa
- Sumur terlind
terlindung
dung
- Sumur
mur tak
ta tterlindung
(3)
(5)
(52,95)
(41,89)
(2,63)
(2,44)
(0,08)
(55,15)
(39,53)
(2,30)
(1,98)
(1,05)
Sumber
mber : B
BPS Kota Makassar, Susenas 2012-2013
62
Grafik 10. Persentase Rumah tangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Makassar
Tahun 2012 dan 2013
AirKemasan/IsiUlang
Ledeng
SumurBor/Pompa
2013
2012
SumurTerlindung
SumurTakTerlindung
0
20
40
60
0
63
23,17 persen tahun 2013. Selebihnya untuk fasilitas tempat buang air besar yang digunakan oleh
rumanhtangga yaitu fasilitas buang air besar ditempat umum sebesar 1,59 persen dan yang tidak
ada fasilitas tempat buang air besar sebesar 1,33 persen, utamanya untuk rumahtangga yang
tempat tinggalnya diatas sungai atau rumahtangga yang tempat tinggalnya di pemukiman kumuh..
Tabel 7.6
Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air dan Tempat
Pembuangan Akhir Tinja Di Kota Makassar
Tahun 2012 dan 2013
Fasilitas Tempat Tinggal
(1)
Fasilitas Tempat BAB
- Sendiri
2012
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
220.726
(70,48)
0,48)
234.913
234
(73,26)
- Bersama
75.813
(24,21)
,21)
74.296
(23,17)
- Umum
12.455
(3,9
(3,98)
,98)
5.098
(1,59)
4.175
75
(1,33)
(1,
(1,33
6.349
(1,59)
3302.290
02.
(96,53)
311.197
(97,05)
233
(0,07)
737
(0,23)
- Sungai/Danau/Laut
4.255
(1,36)
6.926
(2,16)
- Lobang Tanah
1.667
(0,53)
1.315
(0,41)
- Pantai/Tanah Lapang/Kebun
pang/Ke
Keb
2.721
(0,87)
(0,00)
- Lainnya
2.001
(0,64)
481
(0,15)
- Tidak ada
Tempat Pembuangan Akhir
Tinja
- Tangki
- Kolam/Sawah
Sumber
er : BPS
PS Kota
K Makassar, Susenas 2012 dan 2013
64
2012
2013
20
13
(1)
(2)
(3))
(4)
(5)
- Listrik PLN
- Listrik non PLN
- Petromaks
- Pelita/Lainnya
311.583
(99,4
(99,49)
9,49)
,49)
318.123
(99,21)
1.178
(0,38)
(0,3
2.533
(0,79)
(0,00)
(0,00)
407
40
07
(0,13)
(0,00)
100
ListrikPLN
ListrikNonPLN
2012
2013
65
BAB VIII
INDIKATOR LAINNYA
Pengeluaran rumahtangga dapat dibedakan menurut pengeluaran makanan dan bukan
makanan, dimana menggambarkan bagaimana penduduk Kota Makassar mengalokasikan
kebutuhan rumahtangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, nilai pengeluaran
rumahtangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk, khususnya
dilihat dari segi ekonomi.
8.1 Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita
Pengeluaran untuk konsumsi makanan dan bukan makanan
berkaitan
erat dengan tingkat
nan berk
b
pendapatan masyarakat. Bagi ruhulukan dibanding dengan pemenuhan
pemennuha kebutuhan non makanan.
Sebaliknya rumahtangga yang berpenghasilan tinggii aatau rel
relatif lebih besar, pengeluarannya
re
cenderung lebih banyak digunakan untuk kebutuhan
han non
n makanan. Kondisi ini mencerminkan
bahwa semakin tinggi pendapatan rumahtangga,
a, maka pola konsumsi lebih besar untuk keperluan
konsumsi non makanan.
Pergeseran pola pengeluaran untu
untuk
ntuk kkonsumsi rumahtangga dari makanan ke non makanan
dapat dijadikan indikator peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan dikatakan
g
gkatan
n ke
membaik, jika perbandingan
pengeluaran
rumahtangga untuk konsumsi makanan semakin menurun
an pe
engel
an kebutu
dan diiringi peningkatan
kebutuhan untuk bukan makanan.
Pengeluaran
ran perk
pperkapita menurut golongan pengeluaran perkapita makanan dan non makanan
at pad
da ta
dapat dilihat
pada
tabel 8.1 berikut ini.
66
Tabel 8.1
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Per Bulan
Kota Makassar Tahun 2013
Golongan
pengeluaran
Makanan
Non Makanan
< 100.000
4.600
(0,33)
50.717
(3,60)
100.000 149.999
60.179
(4,27)
219.920
(15,62)
150.000 199.999
108.820
(7,73)
115.134
(8,1
(8,18)
200.000 299.999
364.140
(25,86)
222.230
((15,78)
300.000 499.9999
466.579
(33,14)
292.751
92 51
(20,79)
500.000 749.999
295.912
(21,01)
193.419
193
34
(13,74)
750.000 999.999
69.801
(4,96)
127.482
2
(9,05)
>= 1.000.000
38.041
(2,70)
2,70)
0)
186.419
(13,24)
1.408.072
100,00
100,0
1.408.072
100,00
Jumlah
67
Pengeluaran perkapita sebulan di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 8.2. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa pengeluaran rata-rata sebulan penduduk Kota Makassar menurut
pengeluaran makanan sebesar Rp 416.152,- dan non makanan sebesar Rp 576.653,- tahun 2013.
Tabel 8.2
Pengeluaran perkapita sebulan dan pola konsumsi di Kota Makassar 2012-2013
Pengeluaran perkapita sebulan (Rp)
Makanan
Non Makanan
Makanan
Non Makanan
2012
2013
2012
2013
2012
2013
2012
0112
2013
402.200
416.152
565.611
576.653
41,56
41,92
58,4
58,44
44
58,08
adalah
a
kondisi
kehidupan
yang
serba
kekurangan
yang
dialami
seseorang/rumahtangga
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan yang layak bagi kehidupan.
rum
Penduduk atau rumahtangga miskin yang mengalami masalah/hambatan untuk dapat hidup secara
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2014
68
layak, secara konseptual disebut sebagai fakir miskin dan digolongkan sebagai Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) .
Sesuai dengan defenisi yang disepakati fakir miskin adalah seseorang, keluarga atau
kelompok masyarakat yang karena sebab-sebab tertentu tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk
memenuhi kebutuhan minimum, baik berupa kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial.
BPS mendefiniskan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untukl memenuhi standar tertentu dari
kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan. Standar ini disebut garis kemiskinan
yaitu nilai pengeluaran konsumsi kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100
10 kalori energi
perkapita perhari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan ma
makanan
akaanan yang paling
pokok.
Penduduk dengan pengeluaran perkapita di bawah garis kemiskinan
diklasifikasikan
kemiski
ki
dsebagai penduduk miskin demikian pula penghitungan untuk penduduk
ndud
uduk fakir
fa miskin. Pemanfaatan
data kemiskinan yang dihasilkan oleh BPS biasanya digunakan
Pemerintah untuk perencanaan
nakan P
Pem
makro, khususnya untuk menentukan alokasi dan besaran
arann dana
na untuk membantu penduduk miskin
dan fakir miskin, baik untuk tingkat nasional maupun tingka
tingkat
wilayah.
kat w
Kemiskinan secara asal penyebabnya
abnya
ya tterbagi menjadi 2 macam. Pertama adalah
kemiskinan kultutral, yaitu kemiskinan yan
yang
disebabkan
oleh adanya faktor-faktor adat atau budaya
ng dis
seb
suatu daerah tertentu yang mem
membelenggu
mbelenngg seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu
sehingga membuatnya tetap mele
melekat
elekat dengan kemiskinan. Kemiskinan seperti ini bisa dihilangkan
atau sedikitnya bisa dikurangi
kurangii ddengan mengabaikan faktor-faktor yang menghalanginya untuk
melakukan perubahan
arah tingkat kehidupan yang lebih baik. Kedua adalah kemiskinan
an kee ar
struktural, yaituu kemisk
kemiskinan yang terjadi sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang atau
ke
sekolompokk ma
masyarakat
tertentu terhadap sistem atau tatanan sosial yang tidak adil, karenanya
asyar
mereka berada
erad pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk
69
mengembangkan dan membebankan diri mereka sendiri dari perangkap kemiskinan atau dengan
perkataan lain seseorang atau sekelompok masyarakat menjadi miskin karena mereka miskin.
Kemiskinan secara konseptual dibedakan menurut kemiskinan relatif dan kemiskinan
absolut, dimana perbedaannya terletak pada standar penilaiannya. Standar penilaian kemiskinan
relatif merupakan standar kehidupan yang ditentukan dan ditetapkan secara subyektif oleh
masyarakat setempat dan bersifat lokal serta mereka yang berada dibawah standar penilaian
tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Sedangkan standar penilaian kemiskinan
secara absolut merupakan standar kehidupan minimum yang dibutuhkan un
untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan. S
Standar
taandar kehidupan
minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai garis
kemiskinan.
BPS
aris ke
em
mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus dikeluarkan
eluarka seseorang dalam
sebulan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar asupan kalori sebesar
kkal/hari per kapita
ebes
esar 2.100
2
(garis kemiskinan makanan) ditambah kebutuhan minimum
non
um no
on makanan yang merupakan
kebutuhan dasar seseorang, yaitu papan, sandang, se
sekolah
kolahh ddan transportasi serta kebutuhan
individu dan rumahtangga dasar lainnya (garis kemiskinan
non makanan).
kinann no
Garis kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan
enj
njumlah dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
yang memiliki rata-rata pengeluaran per
KNM
M). Penduduk
Peen
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
kinann dik
Tabel 8.3
Jumlah Penduduk Miskin
Miskin,
n Persentase, dan Garis Kemiskinan di Kota Makassar
Tahun 2008 2013
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah Pend.Miskin
i
in
66,9
69,7
78,7
71,7
69,2
66,4
(000)
5,36
5,52
5,86
5,29
5,02
4,70
Persentase pend
pend.Miskin
nd.Mis (%)
Garis Kemiskinan
miskinan
177.064
209.582 233.815
242.034
250.542 273.231
(Rp/Kapita/Bulan)
l
Sumber : BPS Kota Makassar, Hasil Susenas 2008-2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2014
70
Grafik 12. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Kota Makassar
Tahun 2008-2013
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
78.7
66.9
69.7
5.36
5.52
2008
2009
5.86
2010
Pendudukmiskin(000)
71.7
69.2
66.4
5.29
5.02
4.7
2011
2012
2013
013
Persentase(P0)
0)
71
Garis kemiskinan menurut Kabupaten/Kota, khusus di Kota Makassar pada tahun 2012
2013 mengalami peningkatan sebesar Rp.16.454,- perkapita per bulan, yaitu dari Rp. 256.777,pada tahun 2012 menjadi Rp.273.231 tahun 2013,-. (Tabel lampiran 3)
72
Lampiran Tabel 1
Jumlah Penduduk Pertengahan Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2011-2013
Kode
Kab/Kota
(1)
(2)
1
Selayar
2
Bulukumba
3
Bantaeng
4
Jeneponto
5
Takalar
6
Gowa
7
Sinjai
8
Maros
9
Pangkep
10
Barru
11
Bone
12
Soppeng
13
Wajo
14
Sidrap
15
Pinrang
16
Enrekang
17
Luwu
18
Tana Toraja
22
Luwu Utara
25
Luwu Timur
26
Toraja Utara
71
Makassar
72
Pare-Pare
73
Palopo
Sulawesii Selata
Selatan
elatan
2011
2012
2013
(3)
123,283
398,531
178,477
346,149
272,316
659,512
231,182
322,212
308,814
167,653
724,905
226,079
388,985
274,648
354,652
192,163
335,828
223,306
06
290,365
90,3655
245,5
245,515
51
218,943
2118
1,3
1,352,136
130,563
149,421
8,115,638
(4)
124,553
400,990
179,505
348,138
275,034
670,465
232,612
325,401
311,604
168,034
728,737
226,202
389,552
52
277,451
51
357,095
57,09
095
193
193,683
93,683
3338,609
338
224,523
2
292,765
250,608
220,304
1,369,606
132,048
152,703
8,190,222
(5)
127,220
404,896
181,006
351,111
280,590
696,096
234,886
331,796
317,110
169,302
302
734,119
34,1199
225
225,512
25,51
3390,603
390
2283,307
361,293
196,394
343,793
226,212
297,313
263,012
222,393
1,408,072
135,192
160,819
8,342,047
Pertumbuhan
2011-2012
(%)
(6)
1.03
0.62
0.58
0.57
.557
1.000
1.666
00.
0.62
6
00.99
0.90
0.23
0.53
0.05
0.15
1.02
0.69
0.79
0.83
0.54
0.83
2.07
0.62
1.29
1.14
2.20
0,92
Pertumbuhan
2012-2013
(%)
(7)
2.14
0.97
0.84
0.85
2.02
3.82
0.98
1.97
1.77
0.75
0.74
-0.31
0.27
2.11
1.18
1.40
1.53
0.75
1.55
4.95
0.95
2.81
2.38
5.31
1,82
73
Lampiran Tabel 2
Jumlah Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013
APS 7-12 Tahun
Laki-laki
Kabupaten/kota
Provinsi
sekolah
Mean
97.79
96.66
94.89
95.70
96.64
97.76
98.600
98.03
03
98.95
100.00
0.00
00
95
95.94
98
98.11
97.76
98.62
99.41
100.00
98.29
98.77
97.31
100.00
97.67
97.64
98.21
100.00
97.79
Perempuan
sekolah
Mean
99.233
97.48
7.488
96.78
6.78
.788
99.45
.455
99.3
99.34
9
98.97
998.01
98.0
99.07
98.07
100.00
98.98
100.00
100.00
100.00
100.00
99.48
95.96
96.29
99.56
98.80
99.67
97.77
99.29
100.00
98.67
Laki-laki dan
Perempuan
Sekolah
Mean
98.54
97.05
95.82
97.37
97.88
98.32
98.31
98.54
98.50
100.00
97.45
98.99
98.79
99.27
99.69
99.75
97.16
97.68
98.45
99.38
98.51
97.70
98.77
100.00
98.21
74
Lampiran Tabel 3
Jumlah Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013
APS 13-15 Tahun
Laki-laki
Kabupaten/kota
Provinsi
sekolah
Mean
83.38
83.67
71.40
82.64
88.40
86.99
85.322
93.33
33
89.15
95.67
5.67
67
86
86.31
84
84.01
83.54
82.86
92.11
92.72
87.22
93.98
83.79
88.53
88.15
95.51
91.77
97.53
88.42
Perempuan
sekolah
Mean
93.799
95.64
5.644
84.21
4.21
.211
86.07
.077
85.1
85.10
8
88.27
888.31
88.3
85.14
89.47
93.11
82.92
88.72
84.56
85.74
89.91
95.80
93.61
93.10
88.43
95.69
96.84
96.65
91.69
90.69
90.65
Laki-laki dan
Perempuan
Sekolah
Mean
88.14
89.83
77.01
84.56
86.76
87.54
86.90
88.98
89.33
94.28
84.66
86.54
84.05
84.16
90.97
94.12
90.49
93.53
86.21
91.90
92.50
96.15
91.73
94.39
89.55
75
Lampiran Tabel 4
Jumlah Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013
APS 16-18 Tahun
Laki-laki
Kabupaten/kota
Provinsi
sekolah
Mean
47.49
65.85
36.42
68.91
64.41
69.63
59.522
47.51
51
54.90
67.41
7.41
41
50
50.60
64
64.05
51.30
49.39
60.72
61.71
56.76
62.68
64.86
50.63
78.62
67.99
68.85
65.62
61.18
Perempuan
sekolah
Mean
55.433
72.47
2.477
48.73
8.73
.733
52.47
.477
62.7
62.71
6
60.87
660.61
60.6
52.79
71.01
77.68
45.08
61.82
69.63
66.11
60.07
86.45
78.35
57.86
67.18
55.35
67.64
64.79
76.53
73.87
63.32
Laki-laki dan
Perempuan
Sekolah
Mean
51.47
69.00
43.24
60.94
63.52
65.34
60.01
50.02
61.89
72.63
47.82
63.00
60.60
58.09
60.44
75.02
67.33
60.34
65.89
53.05
72.79
66.44
72.55
70.01
62.23
76
Lampiran Tabel 5
Jumlah Angka Partisipasi Sekolah 19-24 Tahun Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013
APS 19-24 Tahun
Laki-laki
Kabupaten/kota
Provinsi
sekolah
Mean
16.74
16.70
16.50
15.90
19.51
15.93
25.799
17.27
27
26.62
22.37
2.37
37
27
27.38
9.98
26.10
28.76
19.49
28.31
25.52
35.43
15.69
22.59
25.09
41.17
34.11
26.64
22.32
Perempuan
sekolah
Mean
13.077
20.05
0.055
21.28
1.28
.288
11.63
.633
23.4
23.41
2
23.21
111.81
11.8
19.65
19.20
27.33
28.76
19.08
20.13
32.07
29.86
21.34
23.86
42.72
16.94
14.41
30.76
43.12
36.39
52.00
23.19
Laki-laki dan
Perempuan
Sekolah
Mean
14.77
18.50
18.82
13.77
21.33
19.61
18.30
18.51
22.93
24.79
28.12
14.32
22.57
30.43
24.70
25.15
24.66
39.01
16.36
18.36
27.82
42.14
35.28
41.82
22.76
77
Lampiran Tabel 6
Penduduk Usia 15+ menurut Kegiatan Utama Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kode
Kab/Kota
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
22
25
26
71
72
73
Kab. Selayar
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Takalar
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
Kab. Maros
Kab.Pangkep
Kab. Barru
Kab. Bone
Kab. Soppeng
Kab. Wajo
Kab. Sidrap
Kab. Pinrang
Kab. Enrekang
Kab. Luwu
Kab. Tator
Kab. Luwu Utara
Kab. Luwu Timur
Kab. Toraja Utara
ara
Kota Makassar
s
ssar
Kota Pare-Pare
arre-Par
Kota
ota Palopo
Paloopo
Sulawesi
wesi Selatan
Se
Kegiatan Utama
Bekerja
Pengangguran
Sekolah
Mengurus RT
Lainnya
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
32.759
113.374
47.694
99.805
74.510
179.230
63.691
82.855
75.939
41.310
200.562
62.890
112.924
72.669
83.240
53.869
69
76.861
6.8611
61.221
61.22
221
78.927
78
67.986
52.158
307.917
30.649
33.631
2.106.671
87
1.852
2.915
3.198
3.657
5.112
954
4.574
5.154
1.593
6.170
.1700
2.06
2.068
068
22.385
2.38
3.245
3
3.341
751
6.307
2.769
2.389
3.853
2.313
33.925
1.331
3.235
103.178
4.179
5.909
1.828
1.612
7.892
11.367
387
10.099
099
8.818
8.8
864
8 4
66.984
1.216
676
8.299
2.004
.282
9.607
5.682
74
304
7.584
73.690
1.203
3.621
174.181
375
1.736
0
0
1.178
1.17
1.572
550
980
604
2.028
2.325
602
718
131
1.588
424
3.014
320
2.168
1.326
458
16.706
2.087
5.637
46.527
2.477
6.712
7.435
11.219
3.796
23.199
9.136
8.038
10.059
9.169
21.056
9.881
17.723
8.725
24.856
6.894
11.472
3.361
13.777
11.151
6.898
34.645
7.726
2.887
272.292
78
39.877
129.583
59.872
115.834
91.033
220.480
74.718
106.546
100.574
54.964
237.097
76.657
134.426
93.069
115.029
62.220
107.261
73.335
97.335
84.620
69.411
466.883
42.996
49.011
2.702.849
Lampiran Tabel 7
Penduduk Usia 15+ menurut Kegiatan Utama Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012
Jenis Kelamin : Perempuan
Kegiatan Utama
Kode
Kab/Kota
Mengurus
Bekerja
Pengangguran
Sekolah
Lainnya
RT
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Kab. Selayar
19.305
1.663
4.462
18.442
2.056
2
Kab. Bulukumba
74.881
3.389
9.527
59.810
5.607
3
Kab. Bantaeng
37.133
3.486
2.588
19.2522
4.030
4
Kab. Jeneponto
56.796
3.924
345
58.417
8.4 7
9.114
5
Kab. Takalar
39.272
3.878
9.991
45.258
258
5.219
6
Kab. Gowa
93.981
6.305
12.344
111.8
111.815
815
13.535
7
Kab. Sinjai
48.802
2.331
648
28
28.611
86
3.359
8
Kab. Maros
51.489
4.652
11.1877
44
44.975
4.144
9
Kab.Pangkep
37.717
4.764
8.376
55.918
7.304
10
Kab. Barru
22.673
1.616
1.957
1.957
32.740
4.443
11
Kab. Bone
121.526
5.545
5 5
12
12.438
2
113.996
24.243
12
Kab. Soppeng
35.063
4.35
4.355
355
1.116
42.364
8.650
13
Kab. Wajo
55.531
3.062
890
83.260
13.039
14
Kab. Sidrap
32.041
4.628
4.6
8.068
54.783
4.269
15
Kab. Pinrang
43.484
3.818
2.136
71.751
7.402
16
Kab. Enrekang
36.8511
2.106
340
20.151
3.934
17
Kab. Luwu
41.806
.806
06
7.682
12.364
47.165
6.046
18
Kab. Tator
44.708
444.708
2.372
7.908
14.536
2.786
22
Kab. Luwu Utara
42.657
4
42.6
4.051
46.270
4.745
25
Kab. Luwu Timur
33.783
5.137
.757
36.304
3.920
26
Kab. Toraja Utara
ara
37.835
2.504
8.435
18.095
2.559
71
Kota Makassar
saar
194.391
21.671
74.905
184.753
20.264
72
Kota Pare-Pare
re-Pare
21.170
945
1.144
19.305
4.040
73
Kotaa Palopo
Pal
Palopo
22.342
1.921
5.475
22.094
1.650
Sulawesi
wesi Selatan
Se
1.245.237
105.805
197.401
1.250.065
166.628
Total
(8)
45.928
153.214
66.489
128.596
103.618
237.980
83.751
116.717
114.079
63.429
277.748
91.548
155.782
103.789
128.591
63.382
115.063
72.310
97.723
79.901
69.428
495.984
46.604
53.482
2.965136
79
Lampiran Tabel 8
Penduduk Usia 15+ menurut Kegiatan Utama Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012
Jenis Kelamin : Laki-laki + Perempuan
Kegiatan Utama
Kode
Kab/Kota
Mengurus
Bekerja
Pengangguran
Sekolah
Lainnya
Total
RT
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Kab. Selayar
52,064
1,750
8,641
18,817
4,533
85,805
2
Kab. Bulukumba
188,255
5,241
15,436
61,546
12,319
282,797
3
Kab. Bantaeng
84,827
6,401
4,416
19.252
111,465
126,361
4
Kab. Jeneponto
156,601
7,122
1,957
58.417
20,33
20,333
244,430
5
Kab. Takalar
113,782
7,535
17,883
46,436
9,015
90
194,651
6
Kab. Gowa
273,211
11,417
23,711
113,387
,387
36,734
458,460
7
Kab. Sinjai
112,493
3,285
1,035
29,161
12,495
158,469
8
Kab. Maros
134,344
9,226
21,286
45
45,9
45,955
55
12,452
223,263
9
Kab.Pangkep
113,656
9,918
17,194
56,522
5
17,363
214,653
10
Kab. Barru
63,983
3,209
2,821
821
34,768
13,612
118,393
11
Kab. Bone
322,088
11,715
19,42
19,422
22
116,321
45,299
514,845
12
Kab. Soppeng
97,953
6,4233
22,332
3
42,966
18,531
168,205
13
Kab. Wajo
168,455
5,44
5,4477
1,566
83,978
30,762
290,208
14
Kab. Sidrap
104,710
77,873
,873
16,367
54,914
12,994
196,858
15
Kab. Pinrang
126,724
77,
7,159
1
4,140
73,339
32,258
243,620
16
Kab. Enrekang
90,720
2,857
622
20,575
10,828
125,602
17
Kab. Luwu
118,6677
13,989
21,971
50,179
17,518
222,324
18
Kab. Tator
105,929
05,9299
5,141
13,590
14,856
6,147
145,663
22
Kab. Luwu Utara
121,584
121,58
584
6,440
48,438
18,522
195,058
25
Kab. Luwu Timur
101
101,769
01 7
8,990
1,061
37,630
15,071
164,521
26
Kab. Toraja Utara
ara
89,993
8
4,817
16,019
18,553
9,457
138,839
71
Kota Makassar
ssar
502,308
55,596
148,595
201,459
54,909
962,867
72
Kota Pare-Pare
re-Pare
51,819
2,276
2,347
21,392
11,766
89,600
73
Kotaa Pal
P
Palopo
alopo
55,973
5,156
9,096
27,731
4,537
102,493
Sulawesi
wesi Selatan
Sela
3,351,908
208,983
371,582
1,296,592
438,920 5,667,985
Sumber : BPS, diolah dari data Sakernas Agustus 2012
80
Lampiran Tabel 9
Kode
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
22
25
26
71
72
73
Penduduk Usia 15+ menurut Indikator Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Selatan
Menurut TPT dan TPAK
Tahun 2012
Indikator AK (%)
Kab/Kota
TPT
TPAK
(2)
(3)
Kab. Selayar
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Takalar
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
Kab. Maros
Kab.Pangkep
Kab. Barru
Kab. Bone
Kab. Soppeng
Kab. Wajo
Kab. Sidrap
Kab. Pinrang
Kab. Enrekang
Kab. Luwu
Kab. Tator
Kab. Luwu Utara
Kab. Luwu Timur
Kab. Toraja Utara
ara
Kota Makassar
sa
Kota Pare-Pare
arre-Pare
Kota
ta Palop
Palopo
Sulawesi Selatan
Sulawe
(4)
3.25
2.71
7.02
4.35
6.21
4.01
2.84
6.43
8.03
4.78
3.51
51
6.1
6.15
15
33.13
6.99
5.35
3.05
10.55
4.63
5.03
8.12
5.08
9.97
4.21
8.43
57.57
56.75
64.84
62.05
59.92
57.19
54.96
74.50
59.67
76.25
65.63
67.32
68.29
57.94
60.37
59.64
57.57
56.75
64.84
62.05
59.92
57.19
54.96
74.50
3.25
62.82
81
Lampiran Tabel 10
Jumlah, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Menurut Kab/Kota
Di Sulawesi Selatan Tahun 2012-2013
Kode
(1)
Kab/Kota
Jumlah Pend.Miskin
(000)
2012
2013
(2)
(3)
Kab. Selayar
16.1
Kab. Bulukumba
31.3
Kab. Bantaeng
15.9
Kab. Jeneponto
57.5
Kab. Takalar
26.4
Kab. Gowa
54.6
Kab. Sinjai
21.5
Kab. Maros
40.9
Kab.Pangkep
51.8
Kab. Barru
15.5
Kab. Bone
88.8
Kab. Soppeng
20.4
Kab. Wajo
30.3
Kab. Sidrap
16.7
Kab. Pinrang
27.9
Kab. Enrekang
28.22
Kab. Luwu
45.22
Kab. Tana Toraja
28.6
28
Kab. Luwu Utara
41.1
41.
Kab. Luwu Timur
19.7
Kab. Toraja Utara
36.1
Kota Makassar
69.2
Kota Pare-Paree
7.4
Kota Palopo
po
14.8
Sulawesi
Sulawes
wesi Selatan
Se
805,9
Sumber : BPS, diolah
di
da
dari data Susenas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
22
25
26
71
72
73
(4)
18.2
36.7
18.9
58.1
29.3
61.0
24.3
43.1
56.4
17.5
87.7
21.3
31.9
1.9
17.9
32.1
322 1
29.7
2
29
52.0
31.3
46.2
22.2
36.8
66.4
8.6
15.5
863,2
Persentase
Pend.Miskin (%)
2012
2013
(5)
12.87
7.82
8.89
16.58
9.59
8.05
9.28
12.55
16.62
6.62
9.28
28
12.25
12.225
9.12
9.1
7.83
6,00
7.82
14.44
13.33
12.72
14.02
7.71
16.27
5.02
5.58
9.46
9,82
(6)
14.23
9.04
10.45
16.52
10.422
8.73
73
10.32
10 322
12.94
12.94
17.75
1
10.32
1
11.92
9.43
8.17
6.30
8.86
15.11
15.10
13.81
15.52
8.38
16.53
4.70
6.38
9.57
10,32
Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bulan)
2012
2013
(7)
247,483
243,437
3,43
195,810
195,810
256,214
56,2214
246,782
2
246
272,310
2
202,565
254,121
222,310
232,085
229,128
196,508
226,640
213,350
208,563
221,101
217,802
208,436
224,241
218,148
330,106
250,542
234,029
225,306
195,627
(8)
261,261
249,131
200,302
265,921
253,415
278,068
215,481
278,520
235,875
246,303
233,943
202,666
238,194
235,406
221,717
235,269
229,799
217,981
240,721
231,447
334,931
273,231
248,270
224,562
217,547
82
DAFTAR PUSTAKA
BPS, Provinsi Sulawesi Selatan, (2011), Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2012, Sul Sel
BPS, Provinsi Sulawesi Selatan, (2012), Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2013, Sul Sel
BPS , Provinsi Sulawesi Selatan, (2012), Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2011, Sul Sel
BPS, Provinsi Sulawesi Selatan, (2013), Statistik Kesejahteraan Rakyat
Sulawesi
kyat Provinsi
Pro
Pr
Selatan tahun 2012, Sul Sel
BPS, Provinsi Sualwesi Selatan, (2010), Hasil Sensus Penduduk
enduuduk 2010 Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2010, Sul-Sel
BPS, Provinsi Sulawesi Selatan, (2012), Indikator
Kemiskinan Kab/Kota Provinsi Sulawesi
or Kemis
Selatan tahun 2011-2012, Sul Sel
BPS, Provinsi Sulawesi Selatan, (2012),
Percepatan
penyediaan Data Statistik dalam rangka
), Perc
erce
Alokasi Dana Perimbangan
Penduduk Pertengahan tahun 2010-2012
bang
ngan Daerah,
D
Provinsi Sulawesi
Selatan,
wesi Selata
an 2012
BPS, Kota Makassar, (2013),
Makassar Dalam Angka Kota Makassar, 2011-2012, Makassar
20013), Ma
M
BPS, Kota Makassar,
(2012), Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar, 2011-2012,
assar, (2
Maakssa
M
a
Maakssar
83