Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Universal Health Coverage
Universal Health Coverage (UHC) merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap
warga di dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang terjangkau UHC adalah
suatu konsep reformasi pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa aspek antara lain:
1. Aksesibilitas dan equitas pelayanan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan komprehensif yang meliputi pelayanan
preventif, promotif, curatif sampai rehabilitatif dan
3. Mengurangi keterbatasan finansial dalam mendapatkan pelayanan kesehatan bagi setiap
penduduk.
Terdapat tiga dimensi pada UHC, yaitu
1. Penerima

manfaat

pelayanan

kesehatan-seluruh

penduduk

(beberapa

referensi

menyebutkan suatu negara dikatakan tercapai jika lebih dari 80 persen penduduk
terlindungi oleh asuransi kesehatan)
2. Ketersediaan pelayanan esensial yang merata dan aksesibel
3. Cakupan perlindungan kesehatan-mulai dari pelayanan sederhana sampai pelayanan
berbiaya mahal yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

3.2 Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial
Jaminan Kesehatan Nasional Merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi

kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40


Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional :
1. Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan
kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis
yang diperlukan.
2. Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud terdiri atas manfaat medis dan
manfaat non medis.
3. Manfaat medis tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan.
4. Manfaat non medis meliputi manfaat akomodasi, dan ambulans.
Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
1. Prinsip kegotongroyongan, peserta yang mampu membantu yang kurang mampu, yang
2.
3.
4.
5.
6.

sehat membantu yang sakit


Prinsip nirlaba, mengutamakan kepentingan pasien bukan untuk mencari laba
Prinsip portabilitas, berlaku di seluruh Indonesia
Prinsip kepesertaan bersifat wajib, wajib bagi seluruh rakyat Indonesia
Prinsip dana amanat, dana yang ada adalah titipin untuk dikelola secara baik
Prinsip hasil pengelolaan,digunakan untuk pengembangan program dan kepentingan
peserta

3.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


BPJS adalah Badan hokum politik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan social. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Kesehatan adalah badan hokum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan.
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program,
yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan
kematian.
Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS bertujuan untuk
memberikan perlindungan kesehatan agar setiap peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan . Pengertian definisi jaminan kesehatan, dengan prinsip asuransi social
berdasarkan:
a) Kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan sakit,
yang tua dan muda, dan yang beresiko tinggi dan rendah.
b) Anggota yang bersifat wajib dan tidak selektif.
c) Iuran yang dibayarkan per bulan berdasarkan persentase upah / penghasilan.
d) Jaminan Kesehatan Nasional Bersifat nirlaba.
3.4 Kode Etik Kedokteran Gigi
3.4.1 Definisi Kode Etik Kedokteran Gigi
Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia adalah kode Etik yang mengatur perilaku
Dokter Gigi yang ada di wilayah Indonesia. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
Terdiri:

3.4.2

1. Kewajiban Umum
2. Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Pasien
3. Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Teman Sejawat
4. Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Diri Sendiri
Kode Etik yang dilanggar dalam Kasus
1. Melanggar Prinsip Justice
pasal 13 membahas Prinsip Justice yaitu Dokter gigi di Indonesia wajib
memperlakukan pasien secara adil

.Pasal 13 ayat 1 Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia menerangkan :


Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menolak pasien yang datang ke tempat
praktiknya berdasarkan pertimbangan status sosial-ekonomi, ras, agama, warna
kulit, jenis kelamin, kebangsaan, penyakit dan kelainan tertentu
Dari pasal diatas sudah jelas bahwa dokter gigi tdak bole menolak pasien
dengan alasan yang tersbut diatas karena akan melanggar prinsip keadilan,
2. Melanggar Prinsip Beneficence
Pasal 12 membahas prinsip Beneficence Dokter Gigi di Indonesia wajib
mengutamakan kepentingan pasien.
Pasal 12 ayat 1 Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia menerangkan :
Dokter Gigi di Indonesia dalam melayani pasien harus selalu mengedepankan
ibadah dan tidak semata mata mencari materi
Dari pasal diatas jelas bahwa seorang dokter gigi wajib untuk
mengutamakan kepentingan pasien, dan meniatkan pekerjaannya ini sebagai
ibadah dan bukan hanya untuk mencari kekayaan.
3. Melanggar Prinsip Non Maleficence
Pasal 11 membahas prinsip Non maleficence,Bahwa Dokter Gigi di
Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian.
Pasal 11 Ayat 1 kode etik kedokteran gigi Indonesi berisi Dalam
memberikan pelayanan dokter gigi di Indonesia wajib bertindak efisien, efektif
dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan pasien.
Pasal diatas menjelaskan bahwa dokter gigi tdak boleh memberikan
kerugian pada pasien. Dokter gigi harus dapat memberikan manfaat dengan
3.4.3

pelayanan yang baik dan berkualitas dan bertindak dengan persetujuan pasien.
Sanksi Etik Kedokteran Gigi

Bila terdapat permasalahan antara pasien dengan dokter gigi, dan perlu adanya
perlindungan dan pelurusan perkara oleh lembaga, maka dapat diselesaikan di
beberapa lembaga berikut.
Lembaga Etik Kedokteran Gigi. Jika terdapat kejadian salah paham antara pasien
dan dokter gigi, maka pasien berhak melapor kepada lembaga bersangkutan non BPJS
yaitu:
1. MKKGI sebagai kolegium dari dokter gigi yang mendapat surat rekomendasi dari
PDGI. Bila pihak dokter gigi memang bersalah, maka pihak PDGI dapat
mencabut surat rekomendasi tersebut sehingga dokter gigi yang bersangkutan
terancam tidak mendapat surat izin praktik
2. MKEKG sebagai lembaga yang memutuskan perkara tersebut (antara dokter gigi
dan pasien). Dan mengurus urusan pembinaan dan pelanggaran etik profesi
3. BPPA sebagai lembaga yang membela hak seorang dokter gigi
4. Stakeholder: AFDOKGI, ARSGMP, Dep. Kes, dan Dep. Dikti
5. MKDKI untuk urusan pelanggaran disiplin profesi

3.4.3 Solusi dan Evaluasi Program


Dalam UU no 36 tahun 2009, ditegaskan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama
dalam memperoleh akses atau sumber daya di bidang kesehtan dan memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Sebaliknya setiap orang juga mempunyai
kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan social.
Untuk mencapai tujuan global UHC yaitu untuk memberikan akses kesehatan yang adil
bagi masyarakat maka diperlukan kerjasama, baik kerjasama pemerintah sebagai pemegang
kebijakan, petugas kesehatan), lembaga lembaga terkait sert peran serta masyarakat. Pemerintah
memberikan kebijakan dengan menyelenggarakan jaminan kesehatan nasional untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang adil masyarakat. Untuk itu demi berjalannya program ini
dibutuhkan kerja sama termasukdokter gigi sebagai praktisi kesehatan. Disini pemahaman
mengenai pentingnya UHC sangat dibutuhkan bagi dokter gigi, agar tidak ada lagi perbedaan

dalam pemberian pelayanan antara peserta bpjs dengan peserta non-bpjs. Evaluasi yang
dilakukan oleh pelayanan kesehatan juga penting, untuk memperbaiki dan melengkapi kualitas
kerja pelayanan kesehatan, termasuk pemahaman mengenai program BPJS, dan diharapkan
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang adil.
Etik Kedokteran Gigi Indonesia wajib dihayati dan diamalkan oleh setiap Dokter Gigi di
Indonesia. Pengingkaran terhadapnya akan menyebabkan kerugian baik bagi masyarakat maupun
bagi dokter gigi sendiri. Akibat yang paling tidak dikehendaki adalah rusaknya martabat dan
tradisi luhur profesi kedokteran gigi yang harus dijaga bersama. Oleh karena itu semua dokter
gigi di Indonesia bersepakat, bagi dokter gigi yang melanggar Kodekgi wajib ditindak dan diberi
hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Memperbaiki menajemen program, maksudnya mengaplikasikan dengan baik manajemen
itu sehingga tujuan program yang diinginkan bisa benar benar tercapai. Manajeman program
disini bisa meliputi perbaikan SDA (petugas kesehatan agar tidak ada lagi perbedaan pelayanan
dengan membekali petugas kesehatan dengan pengetahuan tentang BPJS agar pada saat ada
keluhan dari peserta BPJS maka petugas dengan sigap dan ramah dapat menjawab semua
keluhan. Selain petugas kesehatan, peserta BPJS kesehatan pun harus betul betul mengerti dan
mengetahui semua tentang BPJS agar nantinya pada saat pelaksaan di lapangan tidak ada lagi
kelihan dengan alasan tidak tahu, atau tidak sesuai, padahal semuanya sudah jelas ada di Buku
Panduan BPJS.

Anda mungkin juga menyukai