Anda di halaman 1dari 21

Bell's Palsy

6:59 AM Posted by Irga


Bells palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fasialis tipe lower motor neuron akibat paralisis nervus fasial
perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa
disertai adanya penyakit neurologis lainnya.(1,2)
Paralisis fasial idiopatik atau Bells palsy, ditemukan oleh Sir Charles Bell, dokter dari Skotlandia. Bells palsy
sering terjadi setelah infeksi virus atau setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita
diabetes serta penderita hipertensi. Bukti-bukti dewasa ini menunjukkan bahwa Herpes simplex tipe 1 berperan
pada kebanyakan kasus. Berdasarkan temuan ini, paralisis fasial idiopatik sebagai nama lain dari Bells palsy
tidak tepat lagi dan mungkin lebih baik menggantinya dengan istilah paralisis fasial herpes simpleks atau
paralisis fasial herpetik.(3,4)
Lokasi cedera nervus fasialis pada Bells palsy adalah di bagian perifer nukleus nervus VII. Cedera tersebut
terjadi di dekat ganglion genikulatum. Salah satu gejala Bells palsy adalah kelopak mata sulit menutup dan saat
penderita berusaha menutup kelopak matanya, matanya terputar ke atas dan matanya tetap kelihatan. Gejala ini
disebut juga fenomena Bell. Pada observasi dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang tidak sehat
lebih lambat jika dibandingkan dengan gerakan bola mata yang sehat (lagoftalmos).(5, 6)
EPIDEMIOLOGI
Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Di dunia, insiden tertinggi
ditemukan di Seckori, Jepang tahun 1986 dan insiden terendah ditemikan di Swedia tahun 1997. Di Amerika
Serikat, insiden Bells palsy setiap tahun sekitar 23 kasus per 100.000 orang, 63% mengenai wajah sisi kanan.
Insiden Bells palsy rata-rata 15-30 kasus per 100.000 populasi. Penderita diabetes mempunyai resiko 29% lebih
tinggi, dibanding non-diabetes. Bells palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan yang sama.
Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena daripada laki-laki pada kelompok umur
yang sama. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun lebih sering terjadi pada umur 15-50 tahun. Pada
kehamilan trisemester ketiga dan 2 minggu pasca persalinan kemungkinan timbulnya Bells palsy lebih tinggi
daripada wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali lipat (2, 5, 6,8)
ETIOLOGI
Diperkirakan, penyebab Bells palsy adalah virus. Akan tetapi, baru beberapa tahun terakhir ini dapat dibuktikan
etiologi ini secara logis karena pada umumnya kasus Bells palsy sekian lama dianggap idiopatik. Telah
diidentifikasi gen Herpes Simpleks Virus (HSV) dalam ganglion genikulatum penderita Bells palsy. Dulu, masuk
angin (misalnya hawa dingin, AC, atau menyetir mobil dengan jendela terbuka) dianggap sebagai satu-satunya
pemicu Bells palsy. Akan tetapi, sekarang mulai diyakini HSV sebagai penyebab Bells palsy.
Tahun 1972, McCormick pertama kali mengusulkan HSV sebagai penyebab paralisis fasial idiopatik. Dengan
analaogi bahwa HSV ditemukan pada keadaan masuk angin (panas dalam/cold sore), dan beliau memberikan
hipotesis bahwa HSV bisa tetap laten dalam ganglion genikulatum. Sejak saat itu, penelitian biopsi
memperlihatkan adanya HSV dalam ganglion genikulatum pasien Bells palsy. Murakami at.all melakukan tes
PCR (Polymerase-Chain Reaction) pada cairan endoneural N.VII penderita Bells palsy berat yang menjalani
pembedahan dan menemukan HSV dalam cairan endoneural. Apabila HSV diinokulasi pada telinga dan lidah
tikus, maka akan ditemukan antigen virus dalam nervus fasialis dan ganglion genikulatum. Varicella Zooster
Virus (VZV) tidak ditemukan pada penderita Bells palsy tetapi ditemukan pada penderita Ramsay Hunt
syndrome.(1.3.4,5)
ANATOMI
Saraf otak ke VII mengandung 4 macam serabut, yaitu :
1. Serabut somato motorik, yang mensarafi otot-otot wajah kecuali m. levator palpebrae (n.II), otot platisma,
stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.
2. Serabut visero-motorik, (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivatorius superior. Serabut saraf ini
mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilaris
serta sublingual dan lakrimalis.
3. Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga bagian depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik, rasa nyeri dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba dari sebagian daerah kulit
dan mukosa yang dipersarafi oleh nervus trigeminus.(10)
Nervus VII terutama terdiri dari saraf motorik yang mempersarafi seluruh otot mimik wajah. Komponen
sensorisnya kecil, yaitu nervus intermedius Wrisberg yang mengantarkan rasa kecap dari dua pertiga bagian

lidah dan sensasi kulit dari dinding anterior kanalis auditorius eksterna. Serabut-serabut kecap pertama-tama
melintasi nervus lingual, yaitu cabang dari nervus mandibularis lalu masuk ke korda timpani dimana ia membawa
sensasi kecap melalui nervus fasialis ke nukleus traktus solitarius. Serabut-serabut sekretomotor menginnervasi
kelenjar lakrimal melalui nervus petrosus superfisial major dan kelenjar sublingual serta kelenjar submaksilar
melalui korda tympani.(4)
Nukleus (inti) motorik nervus VII terletak di ventrolateral nukleus abdusens, dan serabut nervus fasialis dalam
pons sebagian melingkari dan melewati bagian ventrolateral nukleus abdusens sebelum keluar dari pons di
bagian lateral traktus kortikospinal. Karena posisinya yang berdekatan (jukstaposisi) pada lantai ventrikel IV,
maka nervus VI dan VII dapat terkena bersama-sama oleh lesi vaskuler atau lesi infiltratif. Nervus fasialis masuk
ke meatus akustikus internus bersama dengan nervus akustikus lalu membelok tajam ke depan dan ke bawah di
dekat batas anterior vestibulum telinga dalam. Pada sudut ini (genu) terletak ganglion sensoris yang disebut
genikulatum karena sangat dekat dengan genu. Nervus fasialis terus berjalan melalui kanalis fasialis tepat di
bawah ganglion genikulatum untuk memberikan percabangan ke ganglion pterygopalatina, yaitu nervus petrosus
superfisial major, dan di sebelah yang lebih distal memberi persarafan ke m. stapedius yang dihubungkan oleh
korda timpani. Lalu n. fasialis keluar dari kranium melalui foramen stylomastoideus kemudian melintasi kelenjar
parotis dan terbagi menjadi lima cabang yang melayani otot-otot wajah, m. stilomastoideus, platisma dan m.
digastrikus venter posterior.(4)
Lokasi cedera nervus fasialis pada Bells palsy adalah di bagian perifer nukleus nervus VII. Cedera tersebut
terjadi di dekat ganglion genikulatum. Jika lesinya berlokasi di bagian proksimal ganglion genikulatum, maka
paralisis motorik akan disertai gangguan fungsi pengecapan dan gangguan fungsi otonom. Lesi yang terletak
antara ganglion genikulatum dan pangkal korda timpani akan mengakibatkan hal serupa tetapi tidak
mengakibatkan gangguan lakrimasi. Jika lesinya berlokasi di foramen stilomastoideus maka yang terjadi hanya
paralisis fasial (wajah).(5)
PATOFISIOLOGI
Para ahli menyebutkan bahwa pada Bells palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah
tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bells palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. Namun
demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang
atau kambuh.(2)
Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis
yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat
melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang
mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan
kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari
konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan
supranuklear, nuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer
atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di
korteks motorik primer.(12,13)
Karena adanya suatu proses yang dikenal awam sebagai masuk angin atau dalam bahasa inggris cold.
Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang terbuka diduga
sebagai salah satu penyebab terjadinya Bells palsy. Karena itu nervus fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam
foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi LMN bisa terletak di pons, di
sudut serebelo-pontin, di os petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang
tepi nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis
medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau
gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli
perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa
penelitian bahwa penyebab utama Bells palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes
zoster) yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf melalui
sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga
menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.(5,12)
Kelumpuhan pada Bells palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak
dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata
yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa
digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu.(12)
GEJALA KLINIK
Pada awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur, menggosok gigi atau

berkumur, minum atau berbicara. Setelah merasakan adanya kelainan di daerah mulut maka penderita biasanya
memperhatikannya lebih cermat dengan menggunakan cermin.(2)
Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu
penderita disuruh menutup kelopak matanya maka bola mata tampak berputar ke atas.(tanda Bell). Penderita
tidak dapat bersiul atau meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh.
Selanjutnya gejala dan tanda klinik lainnya berhubungan dengan tempat/lokasi lesi.(2)
a. Lesi di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat, makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam (deep
sensation) di wajah menghilang. Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau
tidak dilindungi maka aur mata akan keluar terus menerus.
b. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)
Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian
depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan
terlibatnya nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana korda timpani
bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis.
c. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)
Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), ditambah dengan adanya hiperakusis.
d. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c) disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam liang telinga. Kasus
seperti ini dapat terjadi pasca herpes di membran timpani dan konka. Ramsay Hunt adalah paralisis fasialis
perifer yang berhubungan dengan herpes zoster di ganglion genikulatum. Lesi herpetik terlibat di membran
timpani, kanalis auditorius eksterna dan pina.
e. Lesi di daerah meatus akustikus interna
Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c), (d), ditambah dengan tuli sebagi akibat dari terlibatnya nervus
akustikus.
f. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons.
Gejala dan tanda klinik sama dengan di atas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus trigeminus, nervus
akustikus, dan kadang-kadang juga nervus abdusens, nervus aksesorius, dan nervus hipoglosus.
Sindrom air mata buaya (crocodile tears syndrome) merupakan gejala sisa Bells palsy, beberapa bulan pasca
awitan, dengan manifestasi klinik: air mata bercucuran dari mata yang terkena pada saat penderita makan.
Nervus fasilais menginervasi glandula lakrimalis dan glandula salivatorius submandibularis. Diperkirakan terjadi
regenerasi saraf salivatorius tetapi dalam perkembangannya terjadi salah jurusan menuju ke glandula lakrimalis.
(2)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Fisis
Kelumpuhan nervus fasialis mudah terlihat hanya dengan pemeriksaan fisik tetapi yang harus diteliti lebih lanjut
adalah apakah ada penyebab lain yang menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis. Pada lesi supranuklear,
dimana lokasi lesi di atas nukleus fasialis di pons, maka lesinya bersifat UMN. Pada kelainan tersebut, sepertiga
atas nervus fasialis normal, sedangkan dua pertiga di bawahnya mengalami paralisis. Pemeriksaan nervus
kranialis yang lain dalam batas normal.(13)
B. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bells palsy.(13)
C. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi bukan indikasi pada Bells palsy. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan jika dicurigai adanya
fraktur atau metastasis neoplasma ke tulang, stroke, sklerosis multipel dan AIDS pada CNS. Pemeriksaan MRI
pada pasien Bells palsy akan menunjukkan adanya penyangatan (Enhancement) pada nervus fasialis, atau
pada telinga, ganglion genikulatum(5,13)
DIAGNOSIS
Diagnosis Bells palsy dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada
pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir
mencong, tidak dapat memejamkan mata dan rasa nyeri pada telinga. Hiperakusis dan augesia juga dapat
ditemukan. Harus dibedakan antara lesi UMN dan LMN. Pada Bells palsy lesinya bersifat LMN(2,5,11,12,13)
PENGOBATAN
Melindungi mata pada saat tidur dan pemberian tetes mata metilselulosa, memijat otot-otot yang lemah dan
mencegah kendornya otot-otot di bagian bawah wajah merupakan kondisi yang dapat dikelola secara

umum(4,16)
Belum ada bukti yang mendukung bahwa tindakan pembedahan efektif terhadap nervus fasialis, bahkan
kemungkinan besar dapat membahayakan.(4)
Pemberian kortikosteroid (perdnison dengan dosis 40 -60 mg/hari per oral atau 1 mg/kgBB/hari selama 3 hari,
diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari kemudian), dimana pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah
onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien.(1,4,6,17)
Dasar dari pengobatan ini adalah untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kelumpuhan yang sifatnya
permanen yang disebabkan oleh pembengkakan nervus fasialis di dalam kanal fasialis yang sempit.(4)
Penemuan genom virus disekitar nervus fasialis memungkinkan digunakannya agen-agen antivirus pada
penatalaksanaan Bells palsy.(4) Acyclovir (400 mg selama 10 hari) dapat digunakan dalam penatalaksanaan
Bells palsy yang dikombinasikan dengan prednison atau dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal untuk
penderita yang tidak dapat mengkonsumsi prednison.(5). Penggunaan Acyclovir akan berguna jika diberikan
pada 3 hari pertama dari onset penyakit untuk mencegah replikasi virus.(6)
DIAGNOSIS BANDING
Kondisi lain yang dapat menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis diantaranya tumor, infeksi herpes zoster pada
ganglion genikulatum (Ramsay Hunt syndrom), penyakit Lyme, AIDS dan sarkoidosis(1), Guillain Barre syndrom,
Diabetes Mellitus.(18)
KOMPLIKASI
Kira-ki ra 30% pasien Bells palsy yang sembuh dengan gejala sisa seperti fungsi motorik dan sensorik yang
tidak sempurna, serta kelemahan saraf parasimpatik.(3)
Komplikasi yang paling banyak terjadi yaitu disgeusia atau ageusia, spasme nervus fasialis yang kronik dan
kelemahan saraf parasimpatik yang menyebabkan kelenjar lakrimalis tidak berfungsi dengan baik sehingga
terjadi infeksi pada kornea.(5,17)
PROGNOSIS
Walaupun tanpa diberikan terapi, pasien Bells palsy cenderung memiliki prognosis yang baik (3). Dalam sebuah
penelitian pada 1.011 penderita Bells palsy, 85% memperlihatkan tanda-tanda perbaikan pada minggu ketiga
setelah onset penyakit. 15% kesembuhan terjadi pada 3-6 bulan kemudian.(17)
Sepertiga dari penderita Bells palsy dapat sembuh seperti sedia kala tanpa gejala sisa. 1/3 lainnya dapat
sembuh tetapi dengan elastisitas otot yang tidak berfungsi dengan baik. Penderita seperti ini tidak memiliki
kelainan yang nyata.4
Penderita Bells palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa.. Faktor resiko yang memperburuk
prognosis Bells palsy adalah: (5)
(1) Usia di atas 60 tahun
(2) Paralisis komplit
(3) Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh,
(4) Nyeri pada bagian belakang telinga dan
(5) Berkurangnya air mata.
Pada penderita kelumpuhan nervus fasialis perifer tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan
neurologis dengan teliti untuk mencari gejala neurologis lain.(5, 16)
Pada umumnya prognosis Bells palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6 minggu sampai
tiga bulan tanpa ada kecacatan. Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh
total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa. Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya punya
perbedaan peluang 10-15 persen antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh
dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears dan
kadang spasme hemifasial. (5)
Penderita diabetes 30% lebih sering sembuh secara parsial dibanding penderita nondiabetik dan penderita DM
lebih sering kambuh dibanding yang non DM. Hanya 23 % kasus Bells palsy yang mengenai kedua sisi wajah.
Bells palsy kambuh pada 10-15 % penderita. Sekitar 30 % penderita yang kambuh ipsilateral menderita tumor N.
VII atau tumor kelenjar parotis(5)

DAFTAR PUSTAKA
1. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon, RP, editors. Mononeuropathy Simplex. A Lange Medical Book Clinical
Neurology. 3th ed. USA: Appleton & Lange; 1993. p 171.
2. Djamil Y, A Basjiruddin. Paralisis Bell. Dalam: Harsono, ed. Kapita selekta neurologi; Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.2003. p 297-300
3. Campbell WW, editor. The Facial Nerve. DeJongs The Neurologic Examination. 6th ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 1992. p 208-211.
4. Ropper AH, Brown RH, editors. The Seventh, or Facial Nerve. Adams and Victors Principles of Neurology. 8th
ed. New York: MacGraw-Hill; 2003. p 1180-1182.
5. Monnell K. Bells palsy. [online]. 2006. [cited 23 jan 2008]. Available from: URL:www.eMedicine.com
6. Holland J, Weiner M. Recent developments in bells palsy.[online]. 4 sept 2004. [cited 24 jan 2008]. Available
from: URL:www.BMJ.com
7. Siharta Priguna, M. D., Ph. D. Neurologi Klinik Dalam Praktek Umum, cetakan kelima, PT. Dian Rakyat,
Jakarta, 2005,403.
8. Shmorgun D, Chan W, Ray J. Association between bells palsy in pregnancy and pre-eclampsia. [online]. 6
maret 2002. [cited 25 jan 2008]. Vol:95:359-362. available from: URL:
http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/reprint/95/6/359
9. Sweatervest S. Bells palsy: A life changing year. [online]. Jan 2004. [cited 25 jan 2008]. Available from: URL:
http://www.eccw.com/magazine/2004-01sweatervestarticle.php
10. Saraf Otak. Dalam: Prof. DR.dr.SM. Lumbantobing, ed. Neurologi klinik, pemeriksaan Fisik dan Mental;
Jakarta: FK-UI.2004. p 55-57.
11. Saharso D. Bells Palsy. [online]. 2006. [cited 20 jan 2008]. Available from: URL:
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214wnem197.htm
12. Patofisiologi nervus fasialis. Dalam: Prof.DR.Mahar Mardjono, Prof.DR. Priguna Sidharta, eds. Neurologi
klinis dasar; Jakarta: PT. Dian Rakyat. 2003. p 161-162
13. Bells Palsy. In : Gerald M. Fenichel, eds. Clinical Pediatric Neurology, A sign and symptoms Approach 5th ed.
United States. Elseivers saunders.2005. p 335-336
14. Banati R. Neuropathological imaging: in vivo detection of glial activation as a measure of disease and
adaptive change in the brain. [online]. 2003. [cited 26 jan 2008]. Vol:65:121-131. Available from: URL:
http://bmb.oxfordjournals.org/cgi/content/full/65/1/121
15. Botox for to cure eye-lid-paralysis/bells palsy.[online]. 20 juli 2006. [cited 22 jan 2008]. Available from: URL:
http://www.plasmetic.com/skin/botox/botox-for-to-cure-eyelid-paralysis-bells-palsy.html
16. Weiner HL, Levitt LP. Ataksia. Wita JS, editor. Buku Saku Neurologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2001. p 174
17. Bells palsy [online] 2008 Januari 22 [cited 2008 Januari 29]; [1 screens]. Available from
URL:http//en.wikipedia.org/wiki/Bell%27s palsy

The nerve that is injured with Bell's Palsy is CN-VII


(7th cranial nerve). Saraf yang terluka dengan Bell's Palsy adalah CN-VII (7 saraf
kranial). It originates in an area of the brain stem known as the Pons. Ini berasal
di daerah batang otak dikenal sebagai Pons. The 7th nerve passes through the
stylomastoid foramen and enters the parotid gland. 7 Saraf melewati foramen
stylomastoid dan memasuki kelenjar parotid. It divides into its main branches
inside the parotid gland. Ini terbagi menjadi cabang-cabang utama dalam
kelenjar parotid. These branches
then further divide into 7000
smaller nerve fibers that reach
into the
ace, neck, salivary glands and
the outer ear. Cabang-cabang ini
kemudian membagi lebih lanjut
ke 7000 serat saraf kecil yang
mencapai ke leher, wajah,
kelenjar ludah dan telinga luar.
The nerve controls the muscles
of the neck, the forehead and
facial expressions, as well as
perceived sound volume. saraf
mengontrol otot-otot leher, dahi
dan ekspresi wajah, serta
persepsi volume suara. It also
stimulates secretions of the
lower jaw, the tear glands and
the salivary glands in the front of the mouth. Hal ini juga merangsang sekresi
rahang bawah, kelenjar air mata dan kelenjar ludah di depan mulut. Taste
sensations at the front 2/3 of the tongue and sensations at the outer ear are
transmitted by the 7th nerve. Sensasi rasa di depan 2 / 3 dari lidah dan sensasi
pada telinga luar ditularkan oleh n. 7.
Bells Palsy is caused by an inflammation within a small bony tube called the
fallopian canal. Bells Palsy disebabkan oleh peradangan dalam tabung tulang
kecil yang disebut saluran tuba. The canal is an extremely narrow area. kanal ini
adalah daerah yang sangat sempit. An inflammation within it is likely to exert
pressure on the nerve, compressing it. Suatu peradangan di dalamnya
kemungkinan untuk menekan saraf, penekanan itu. Likewise, if the nerve itself
becomes inflamed within this small canal, it can encounter pressure, with the
same result of compression. Demikian juga, jika saraf itu sendiri menjadi
meradang dalam kanal kecil ini, dapat menemukan tekanan, dengan hasil yang
sama kompresi. The nerve has not yet exited the skull and divided into its
several branches, resulting in impairment of all functions controlled by the 7th
nerve. If only part of the face is affected, the condition is not Bell's palsy. If, for
example, the mouth area is weak but the forehead moves, Bells palsy is ruled
out. saraf belum keluar tengkorak dan dibagi menjadi beberapa cabang

perusahaan, mengakibatkan penurunan semua fungsi yang dikendalikan oleh


saraf 7.. hanya Jika bagian muka merupakan mempengaruhi, kondisi ini Bell
tidak palsy Jika, misalnya, mulut daerah lemah tetapi bergerak dahi, Bells palsy
adalah dikesampingkan. Trauma induced by tumor, surgery, etc. can occur at a
location where the nerve has already divided into its main branches. Trauma
yang disebabkan oleh tumor, operasi, dll dapat terjadi di lokasi di mana saraf
telah dibagi menjadi cabang utama. This type of trauma may spare one or more
branches and allow some muscles to remain functional. Jenis trauma dapat
cadang satu atau lebih cabang dan memungkinkan beberapa otot untuk tetap
bisa berfungsi.

The image at left illustrates the parotid gland area, where the facial nerve
divides into its major branches after exiting the skull at the stylomastoid
foramen. Gambar di sebelah kiri menggambarkan daerah kelenjar parotis, di
mana saraf wajah terbagi menjadi cabang utama setelah keluar tengkorak di
foramen stylomastoid. The major branches then continue to divide into
thousands of microscopic nerve
fibers. Cabang-cabang utama
kemudian terus dibagi menjadi ribuan
serabut saraf mikroskopis.

The face has many muscles, each with its


own unique function. Wajah memiliki
banyak otot, masing-masing dengan fungsi
yang unik. Some, but not all, are controlled
by CN-VII. Beberapa, tetapi tidak semua,
dikendalikan oleh CN-VII. These muscles are known as "the muscles of facial expression".
Otot-otot ini dikenal sebagai "otot-otot ekspresi wajah". Unlike other muscles, the facial
muscles insert directly into the skin. Tidak seperti otot lain, otot-otot wajah langsung
masukkan ke dalam kulit. Contraction of the muscles causes the skin to move. Kontraksi otot
menyebabkan kulit untuk bergerak. Signals from the complex array of nerves to the various
muscles instruct the muscles to move in combinations as well as individually. Sinyal dari
array kompleks saraf ke berbagai otot memerintahkan otot untuk bergerak dalam kombinasi
serta individu. Bell's Palsy temporarily prevents the nerve from transmitting signals to the
muscles, causing weakness or paralysis. Bell's palsy untuk sementara mencegah saraf dari
transmisi sinyal ke otot, menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan. Another way the facial

muscles differ from skeletal muscles is that they do not immediately begin to atrophy from
lack of use. Cara lain otot-otot wajah berbeda dari otot rangka adalah bahwa mereka tidak
segera mulai atrofi dari kurangnya penggunaan. Estimates of the time it takes for significant
atrophy to begin varies, but it is now believed to be years before this occurs. Perkiraan waktu
yang dibutuhkan untuk atrofi signifikan untuk mulai bervariasi, tetapi sekarang diyakini
tahun sebelum ini terjadi.
CN-VII is one of 12 pairs of cranial nerves. CN-VII adalah salah satu dari 12 pasang saraf
kranial. This explains why not all the facial muscles are affected. Hal ini menjelaskan
mengapa tidak semua otot-otot wajah yang terpengaruh. The muscles that close the eyelid are
controlled by CN-VII, but the muscles that control other eye movements and the ability to
focus are not. Otot-otot yang dekat kelopak mata dikendalikan oleh CN-VII, tapi otot-otot
yang mengontrol gerakan mata lain dan kemampuan untuk fokus tidak. Hence, the dry and
wide open, but otherwise functioning eye. Oleh karena itu, mata kering dan terbuka lebar,
tetapi sebaliknya berfungsi. The sense of taste is affected, but tongue motion is not. Rasa rasa
terpengaruh, tetapi gerak lidah tidak. Skin sensation may be affected near the ear, but
sensation over the rest of the face usually remains normal. Sensasi kulit akan terpengaruh
dekat telinga, tetapi sensasi atas sisa wajah biasanya tetap normal. Chewing and swallowing
are other examples of functions controlled by cranial nerves that are not involved with 7th
nerve disorders. Mengunyah dan menelan adalah
contoh lain dari fungsi yang dikendalikan oleh saraf
tengkorak yang tidak terlibat dengan 7 gangguan
syaraf.
Acyclovir digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh virus jenis tertentu. It treats cold
sores around the mouth (caused by herpes simplex),
shingles (caused by herpes zoster), and chickenpox.
Memperlakukan luka dingin di sekitar mulut (yang
disebabkan oleh herpes simpleks), herpes zoster
(yang disebabkan oleh herpes zoster), dan cacar air.
This medication is also used to treat outbreaks of
genital herpes. Ini obat juga digunakan untuk
mengobati wabah herpes genital. In people with
frequent outbreaks, acyclovir is used to help reduce
the number of future episodes. Pada orang dengan wabah sering, asiklovir digunakan untuk
membantu mengurangi jumlah episode masa depan.
Acyclovir is an antiviral drug. Acyclovir adalah obat antivirus. However, it is not a cure for
these infections. Namun, bukan obat untuk infeksi ini. The viruses that cause these infections
continue to live in the body even between outbreaks. Virus-virus yang menyebabkan infeksi
ini terus hidup di dalam tubuh bahkan antara wabah. Acyclovir decreases the severity and
length of these outbreaks. Acyclovir mengurangi keparahan dan lamanya wabah ini. It helps
the sores heal faster, keeps new sores from forming, and decreases pain/ itching . Ini
membantu menyembuhkan luka lebih cepat, membuat luka baru dari pembentukan, dan
mengurangi rasa sakit / gatal . This medication may also help reduce how long pain remains

after the sores heal. Obat ini juga dapat membantu mengurangi berapa lama nyeri tersisa
setelah luka sembuh. In addition, in people with a weakened immune system, acyclovir can
decrease the risk of the virus spreading to other parts of the body and causing serious
infections. Selain itu, pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, asiklovir dapat
mengurangi resiko virus menyebar ke bagian lain dari tubuh dan menyebabkan infeksi serius.

Viral and bacterial infections, as well as autoimmune disorders, appear to be emerging as the
most frequent common thread in the etiology of Bells palsy. Virus dan bakteri infeksi, serta
gangguan autoimun, tampaknya muncul sebagai benang merah yang paling sering dalam
penyebab Bells palsy.
HERPES SIMPLEX 1 Herpes Simpleks 1
As far back as 1970, Herpes Simplex 1 was suggested as a cause of Bell's palsy (Dr. Kedar
Adour). Sejauh tahun 1970, Herpes Simplex 1 diusulkan sebagai penyebab Bell's palsy (Dr
Kedar Adour). Some Bells palsy must still be designated as idiopathic, but a 1995 study (Dr.
Shingo Murakami and others) points compellingly to the herpes simplex virus (HSV-1) as the
most frequent cause of Bell's palsy, possibly accounting for at least 60 - 70% of cases.
Beberapa Bells palsy masih harus ditetapkan sebagai idiopatik, tetapi studi 1995 (Dr Shingo
Murakami dan lain-lain) poin compellingly ke virus herpes simpleks (HSV-1) sebagai
penyebab paling sering Bell's palsy, mungkin akuntansi untuk setidaknya 60 - 70% kasus.
Additional research since this study was published has been reinforcing the conclusion.
Tambahan penelitian sejak studi ini diumumkan telah memperkuat kesimpulan.
Exposure to HSV-1 is common; a vast majority of the population has been exposed to it.
Paparan HSV-1 adalah umum; mayoritas penduduk telah terkena itu. Most people are
exposed during childhood. Kebanyakan orang yang terkena selama masa kanak-kanak.
Kissing between relatives is the most frequent source of exposure, but it may be possible that
the virus is also spread while sharing towels, utensils, etc. The active virus is commonly
associated with cold sores, but the virus often runs its course without causing any blisters blisters actually appear only 15% of the time. Berciuman antara kerabat merupakan sumber
yang paling sering pemaparan, tetapi dimungkinkan bahwa virus ini juga menyebar
sementara berbagi handuk, peralatan, dll virus yang aktif adalah umumnya terkait dengan
luka dingin, tetapi virus yang sering berjalan-nya saja tanpa menimbulkan lecet - lecet
sebenarnya muncul hanya 15% dari waktu. This results in a large population of HSV-1
carriers who do not know they've been exposed to the virus. Hal ini menghasilkan populasi
besar HSV-1 carrier yang tidak tahu mereka telah terkena virus. HSV-1 is infectious for a
short time following the incubation period. HSV-1 adalah menular untuk waktu yang singkat
setelah masa inkubasi. It then enters a dormant state, residing on nerve tissue. Kemudian
memasuki keadaan tidak aktif, berada pada jaringan saraf. There are several triggers that can
cause the dormant virus to reactivate. Ada beberapa pemicu yang dapat menyebabkan virus
tidak aktif untuk mengaktifkan kembali. As this site is about Bell's Palsy, rather than herpes,
we will not address issues concerning herpes outbreaks where the reactivated virus sheds to
the skin. Seperti situs ini adalah tentang Bell's Palsy, bukan herpes, kita tidak akan membahas
isu-isu tentang wabah herpes mana diaktifkan kembali gudang virus untuk kulit. When the
latent virus reactivates at the facial nerve the immune system begins to produce antibodies,

causing an inflammation. Ketika virus laten mengaktifkan kembali pada saraf wajah sistem
kekebalan tubuh mulai memproduksi antibodi, menyebabkan peradangan. This is a normal
function, and is part of the process that eliminates harmful foreign bodies such as viruses and
bacteria so that we can recover from illness and injury. Ini adalah fungsi normal, dan
merupakan bagian dari proses yang menghilangkan benda asing berbahaya seperti virus dan
bakteri sehingga kita dapat pulih dari penyakit dan cedera. If the location of the inflammation
is within the fallopian canal (described above) there is no room for the swelling to expand.
Jika lokasi peradangan di dalam saluran falopi (dijelaskan di atas) tidak ada ruang bagi
pembengkakan untuk memperluas. The nerve itself becomes inflamed, or the inflammation
within the canal exerts pressure on the nerve. Saraf itu sendiri menjadi meradang, atau
peradangan di dalam kanal dapat memberikan tekanan pada saraf. The result is that the nerve
is compressed inside its bony tube. Hasilnya adalah bahwa saraf yang dikompresi dalam
tabung kurus nya. Compression of the nerve is the injury that stops transmission of signals to
muscles. Kompresi saraf adalah cedera yang berhenti transmisi sinyal ke otot. Unable to
receive signals to contract and relax, the muscles become temporarily weakened or paralyzed.
Tidak dapat menerima sinyal untuk berkontraksi dan rileks, sementara otot-otot menjadi
lemah atau lumpuh.
The triggers for reactivation of the virus prior to the onset of Bell's palsy have not been
proven conclusively. Pemicu untuk reaktivasi virus sebelum awal Bell's palsy belum terbukti
secara meyakinkan. Impaired immunity, whether temporary (stress, lack of sleep, minor
illness, physical trauma, upper respiratory infection, etc.) or long-term (autoimmune
syndromes, chronic disease, etc.) are strongly targeted as the most likely triggers. Gangguan
kekebalan, apakah sementara (stress, kurang tidur, penyakit ringan, trauma fisik, infeksi
saluran pernapasan atas, dll) atau (sindrom autoimun, penyakit kronis, dll) jangka panjang
sangat ditargetkan sebagai yang paling mungkin pemicu.
OTHER VIRAL LINKS LAIN Viral LINKS
There has been research implicating other viruses, including cytomegalovirus, Epstein-Barr,
rubella and mumps, in the etiology of Bell's palsy. Telah ada penelitian yang melibatkan virus
lain, termasuk sitomegalovirus, Epstein-Barr, rubella dan gondok, dalam penyebab Bell's
palsy. As with the herpes virus, potential triggers appear to be related to conditions that affect
the immune system. Seperti virus herpes, potensi memicu tampaknya berhubungan dengan
kondisi yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. The internal process that would cause
the nerve to become compressed and result in Bells palsy is currently thought to be the same
as described above for the Herpes virus. Proses internal yang akan menyebabkan saraf
menjadi dikompresi dan menghasilkan Bells palsy saat ini dianggap sama seperti yang
dijelaskan di atas untuk virus herpes.
RAMSEY HUNT SYNDROME Ramsey HUNT SINDROM
Ramsey Hunt syndrome is similar to Bell's palsy. Ramsey sindrom Hunt serupa dengan Bell's
palsy. Unlike Bells palsy, the virus that causes Ramsey-Hunt syndrome has been conclusively
identified. Tidak seperti Bells palsy, virus yang menyebabkan Ramsey-Hunt syndrome telah
meyakinkan diidentifikasi. It is varicella zoster virus (VZV), which is the virus that causes
chicken pox, and is a strain of the Herpes virus. Ini adalah varicella zoster virus (VZV), yang
merupakan virus yang menyebabkan cacar air, dan merupakan strain virus herpes. Like HSV1, it remains in the body, residing on nerve tissue in a dormant state on nerve ganglia after the
initial infectious stage has passed. Seperti HSV-1, tetap dalam tubuh, yang berada pada
jaringan saraf dalam keadaan tidak aktif pada ganglion saraf setelah tahap infeksi awal telah
berlalu. VZV typically remains dormant for decades. VZV biasanya tetap aktif selama

beberapa dekade. The incidence of Ramsey Hunt syndrome increases significantly after age
50. Kejadian sindrom Hunt Ramsey meningkat secara signifikan setelah usia 50. Younger
patients with Ramsey-Hunt syndrome are often advised to be tested for autoimmune
deficiencies. pasien muda dengan sindrom Ramsey-Hunt sering disarankan untuk diuji untuk
kekurangan autoimun.
Ramsey-Hunt syndrome results in symptoms that are in many respects identical to Bell's
palsy. Ramsey-Hunt syndrome menghasilkan gejala yang dalam banyak hal identik dengan
Bell's palsy. The symptoms are so alike that a diagnosis of Ramsey Hunt syndrome can easily
be missed. Gejala yang sangat mirip bahwa diagnosis sindrom Hunt Ramsey dapat dengan
mudah terjawab.
When the VSV virus is reactivated the resulting eruptions (blisters) are known as shingles.
Ketika virus VSV diaktifkan kembali letusan yang dihasilkan (blisters) dikenal sebagai
herpes zoster. The first symptom is usually severe pain. Gejala pertama biasanya sakit parah.
There may also be a fever, headache, and localized tenderness. Mungkin juga ada demam,
sakit kepala, dan kelembutan lokal. Blisters typically begin to emerge 1.5 to 3 days after the
onset of these symptoms, although they may emerge with no prior symptoms. Lecet biasanya
mulai muncul 1,5 sampai 3 hari setelah timbulnya gejala-gejala ini, meskipun mereka
mungkin muncul tanpa gejala sebelumnya.
Symptoms of Ramsey Hunt Syndrome Gejala Sindrom Hunt Ramsey
In addition to the "classic" symptoms of Bells palsy, Ramsey Hunt syndrome is associated
with some additional symptoms that help differentiate it. Selain "klasik" gejala Bells palsy,
Ramsey Hunt sindrom dikaitkan dengan beberapa gejala tambahan yang membantu
membedakannya. Knowledge of these symptoms is key to an early diagnosis, and should be
brought to a doctor's attention during the first visit, or when any of these symptoms become
apparent. Pengetahuan tentang gejala ini adalah kunci untuk sebuah diagnosis dini, dan harus
dibawa ke perhatian dokter selama kunjungan pertama, atau bila gejala-gejala tersebut
menjadi jelas.
1. 1. Pain: Bell's palsy patients may complain of pain (often in or behind the ear) which can
be acute. Pain: pasien Bell's palsy mungkin mengeluh rasa sakit (sering dalam atau di
belakang telinga) yang dapat akut. However, it will tend to fade within a week or two.
Namun, ia akan cenderung memudar dalam waktu satu atau dua minggu. The pain associated
with Ramsey Hunt syndrome is often more severe, and more likely to be felt inside the ear.
Rasa sakit yang terkait dengan sindrom Hunt Ramsey sering lebih berat, dan lebih cenderung
dirasakan di dalam telinga. It may start before muscle weakness is apparent, and may last for
weeks or months - sometimes longer. Hal itu dapat dimulai sebelum kelemahan otot jelas, dan
dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan - kadang-kadang lebih lama.
Medications such as Neurontin can ease the post-herpatic pain of Ramsey Hunt syndrome.
Obat-obatan seperti Neurontin dapat meringankan rasa sakit pasca-herpatic sindrom Hunt
Ramsey.
2. 2. Vertigo: Dizziness is occasionally reported by Bells palsy patients, but is often
associated with Ramsey Hunt syndrome. Vertigo: Pusing kadang-kadang dilaporkan oleh
pasien Bells palsy, tetapi sering dikaitkan dengan sindrom Hunt Ramsey. It can be more
severe, and longer lasting. Hal ini dapat lebih parah, dan lebih tahan lama.
3. 3. Hearing loss: Unlike Bell's palsy, Ramsey Hunt syndrome can also affect the auditory
nerve (CN-VIII), resulting in hearing deficit. Gangguan pendengaran: Tidak seperti Bell's

palsy, Ramsey Hunt syndrome juga dapat mempengaruhi saraf pendengaran (CN-VIII),
mengakibatkan defisit pendengaran. This should not occur with Bells palsy, and is an
important clue to the diagnosing physician. Hal ini seharusnya tidak terjadi dengan lumpuh
Bells, dan merupakan petunjuk penting bagi dokter mendiagnosa. In some cases hearing loss
will continue after facial muscle function returns. Dalam beberapa kasus gangguan
pendengaran akan berlanjut setelah kembali fungsi otot wajah.
4. 4. Blisters: The primary symptom that makes a diagnosis of Ramsey Hunt syndrome likely
is the appearance of blisters (known as shingles, or herpes zoster) in the ear. Lepuh: Gejala
utama yang membuat diagnosis sindrom Hunt Ramsey mungkin adalah munculnya lepuh
(dikenal sebagai shingles, atau herpes zoster) di telinga. The blisters can appear prior to,
concurrent to, or after the onset of facial paralysis. Lepuh dapat muncul sebelum, bersamaan,
atau setelah timbulnya kelumpuhan wajah. They can be expected to last 2 - 5 weeks, and can
be quite painful. Mereka dapat diharapkan untuk 2 terakhir - 5 minggu, dan dapat sangat
menyakitkan. The pain can continue after the blisters have disappeared. Rasa sakit bisa
berlanjut setelah lepuh telah menghilang. Blisters are often the only clearly visible symptom
that identifies Ramsay Hunt. Lepuh seringkali satu-satunya gejala jelas terlihat yang
mengidentifikasi Ramsay Hunt. Unfortunately, they may not be evident during the diagnostic
examination. Sayangnya, mereka mungkin tidak terlihat selama pemeriksaan diagnostik.
They can be present, but too deep within the ear to be visible. Mereka bisa hadir, tapi terlalu
jauh di dalam telinga yang akan terlihat. Or they can be too small to be seen. Atau mereka
dapat terlalu kecil untuk dilihat. In some cases they may not appear until a week or more after
the onset of muscle weakness. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin tidak muncul sampai
seminggu atau lebih setelah terjadinya kelemahan otot. At times they do not appear in the ear
at all, but may be present in the mouth or throat. Pada kali mereka tidak muncul di telinga
sama sekali, tetapi mungkin ada dalam mulut atau tenggorokan. It is also possible for the
virus to reactivate without blisters at all. Hal ini juga memungkinkan bagi virus untuk
mengaktifkan kembali tanpa lecet sama sekali.
5. 5. Swollen and tender lymph nodes near the affected area. Bengkak dan kelenjar getah
bening tender di dekat daerah yang terkena.
While Bell's palsy is not contagious, shingles blisters are infectious. Sedangkan Bell's palsy
tidak menular, ruam lepuh yang menular. Contact with an open blister by someone who has
never had chickenpox can result in transmission of the virus. Kontak dengan lecet terbuka
oleh seseorang yang belum pernah menderita cacar air dapat menyebabkan penularan virus.
The result will be chickenpox, not shingles or facial paralysis. Hasilnya akan cacar air, bukan
herpes zoster atau kelumpuhan wajah.
** If you've been diagnosed with Bell's palsy, but later see blisters that may be shingles, its
important that you notify your health care professional. ** Jika anda telah didiagnosa
dengan Bell's palsy, tetapi kemudian melihat lepuh yang mungkin herpes zoster, yang penting
bahwa Anda memberitahu perawatan kesehatan Anda profesional. ** **
HIV / AIDS HIV / AIDS
HIV can cause facial paralysis and increases the chance of developing Ramsey Hunt
syndrome, as well as Bell's palsy. HIV dapat menyebabkan kelumpuhan wajah dan
meningkatkan kemungkinan mengembangkan Ramsey sindrom Hunt, serta Bell's palsy. In
the early stage of HIV, paralysis can be directly due to the viral infection. Pada tahap awal
HIV, kelumpuhan bisa langsung karena infeksi virus. In later stages paralysis is more likely to

be associated with the opportunistic infections or tumors associated with severe immune
deficiency. Pada stadium lanjut kelumpuhan lebih mungkin untuk dihubungkan dengan
infeksi oportunistik atau tumor yang berhubungan dengan defisiensi imun parah. Herpes
zoster has been confirmed to be associated with suppressed immune systems. Herpes zoster
telah dikonfirmasi untuk dihubungkan dengan sistem kekebalan tubuh.
BACTERIAL TRIGGERS... BAKTERI PEMICU ...
Lyme disease can cause facial paralysis and the same symptoms as Bells palsy. penyakit
Lyme dapat menyebabkan kelumpuhan wajah dan gejala yang sama seperti Bells palsy.
Bacteria enter the body through the skin at the site of the tick bite. Bakteri memasuki tubuh
melalui kulit di tempat gigitan kutu. Typical early symptoms of Lyme disease are a red ring
around the site of the bite and flu-like symptoms. khas gejala awal penyakit Lyme adalah
sebuah cincin merah di sekitar tempat gigitan dan gejala seperti flu. Unfortunately these
symptoms do not always appear. Sayangnya gejala ini tidak selalu muncul. The early
symptoms will pass, but administration of an antibiotic as early as possible is important to
avoid serious problems later. Gejala awal akan berlalu, tetapi administrasi antibiotik sedini
mungkin adalah penting untuk menghindari masalah yang serius nanti. Without an antibiotic
the bacteria can spread throughout the body, causing arthritis, heart disease, and nervous
system disorders such as facial paralysis. Tanpa antibiotik kuman ini bisa menyebar ke
seluruh tubuh, menyebabkan artritis, penyakit jantung, dan gangguan sistem saraf seperti
kelumpuhan wajah.
Otitis Media - Bacteria from some acute or chronic middle ear infections can invade the canal
around the nerve through small portals. Otitis Media - Bakteri dari beberapa atau infeksi
telinga tengah kronis akut dapat menyerang saluran sekitar saraf melalui portal kecil. As with
viruses, the presence of bacteria can evoke an inflammatory response, and compress the
nerve. Seperti virus, kehadiran bakteri dapat menimbulkan suatu respon inflamasi, dan
kompres saraf.
BILATERAL ... BILATERAL ...
Bell's palsy and Ramsey Hunt syndrome can be bilateral, but it's extremely rare. Bell's palsy
dan Ramsey sindrom Hunt bisa bilateral, tapi itu sangat jarang terjadi. Mononucleosis, the
flu, Guillain - Barre Syndrome, leukemia, lyme disease, sarcoidosis and Heerdfort's
Syndrome are among the potential triggers of bilateral palsy. Mononucleosis, flu, Guillain Barre Syndrome, leukemia, penyakit sarkoidosis, Lyme dan Heerdfort Sindrom adalah salah
potensi pemicu cerebral bilateral.
MELKERSSON-ROSENTHAL SYNDROME MELKERSSON-Rosenthal SINDROM
Melkersson-Rosenthal syndrome can result in unilateral or bilateral palsy. MelkerssonRosenthal syndrome dapat menyebabkan kelumpuhan unilateral atau bilateral. The palsy will
tend to be recurrent, to such an extent that it's sometimes described as intermittant or
bilateral. palsy akan cenderung berulang, sedemikian rupa sehingga kadang-kadang
digambarkan sebagai intermittant atau bilateral. Recurrences don't follow any pattern - each
recurrence can be on the same side, alternating side, or bilateral. Rekuren tidak mengikuti
pola - kekambuhan masing-masing dapat berada di sisi yang sama, bergantian sisi, atau
bilateral.
Diagnosis of this syndrome can easily be missed, as the obvious symptoms may look like
Bells palsy. Diagnosis sindrom ini dapat dengan mudah terjawab, karena gejala yang jelas
mungkin terlihat seperti Bells palsy. However, unlike Melkersson-Rosenthal syndrome Bell's

palsy recurrences tend to be separated by wide timespans. Namun, tidak seperti palsy rekuren
Melkersson-Rosenthal syndrome Bell cenderung dipisahkan oleh timespans lebar.
OTHER CAUSES ... PENYEBAB LAIN ...
Facial and surgical wounds, trauma due to a blunt force, temporal bone fractures, brain stem
injuries, acoustic neuromas, cysts and tumors can result in facial palsy. luka wajah dan bedah,
trauma karena benda tumpul, tulang temporal patah tulang, cedera otak batang, akustik
neuromas, kista dan tumor dapat mengakibatkan palsy wajah. Diabetes and thyroid
conditions are also associated with facial palsy. Diabetes dan kondisi tiroid juga terkait
dengan palsy wajah. Lupus, Sjogrens syndrome and congenital defects can, infrequently,
cause facial paralysis. Lupus, sindrom Sjogrens dan cacat bawaan bisa, jarang, menyebabkan
kelumpuhan wajah.
PENGOBATAN
If the origin of the palsy is viral, both the virus and the inflammation are likely to run their
natural course in a short period of time even without medication. Jika asal palsy adalah virus,
baik virus dan peradangan mungkin untuk menjalankan program alami mereka dalam waktu
singkat bahkan tanpa pengobatan. There is no firm proof that medication is beneficial for
Bell's palsy. Tidak ada bukti kuat bahwa obat yang bermanfaat untuk Bell's palsy. The
number of quality studies published to date (non-biased with correct controls & methods) is
limited. Jumlah studi kualitas diterbitkan sampai saat ini (non-bias dengan kontrol yang benar
& metode) dibatasi. It is likely that medications will be effective only if administered shortly
after onset. Kemungkinan bahwa obat akan efektif hanya jika diberikan segera setelah onset.
For Bell's palsy, seven days is viewed as the outside limit. Untuk Bell's palsy, tujuh hari
dipandang sebagai batas luar. For Ramsey Hunt Syndrome, if no anti-viral was given
immediately after paralysis, it can be started at any time blisters appear, even if the 7-day
period has passed. Untuk Ramsey Hunt Sindrom, jika tidak ada anti virus diberikan segera
setelah kelumpuhan, itu bisa dimulai setiap saat nanah, bahkan jika jangka waktu 7 hari telah
berlalu.
The medications currently used for Bells palsy and Ramsey Hunt Syndrome are the same: an
anti-viral and Prednisone, which is an efficient, fast acting anti-inflammatory agent. Obatobat saat ini digunakan untuk kelumpuhan Bells dan Ramsey Hunt Sindrom adalah sama:
anti-virus dan Prednisone, yang merupakan agen, efisien, anti-inflamasi cepat bertindak.
PREDNISONE FOR BELL'S PALSY... Prednisone untuk'S palsy BELL ...
Prednisone is a synthetic hormone that mimics a natural steroid called cortisol that the body
produces. Prednisone adalah hormon sintetik yang meniru suatu steroid alami yang disebut
kortisol bahwa tubuh menghasilkan. Under stress (injury or illness) cortisol production is
increased fourfold as part of the body's normal reaction to the stress. Di bawah tekanan
(cedera atau sakit) produksi kortisol meningkat empat kali lipat sebagai bagian dari reaksi
normal tubuh terhadap stres. Prednisone has approximately five times the potency of cortisol.
Prednisone memiliki sekitar lima kali potensi kortisol. 20mg of Prednisone is roughly equal
to the amount of cortisol the body normally produces in a day while under stress. 20mg
Prednisone kira-kira sama dengan jumlah kortisol tubuh biasanya menghasilkan dalam satu
hari sementara di bawah stres.
Inflammation is an integral component of the body's response to an injury or illness.
Peradangan merupakan komponen integral dari respon tubuh terhadap cedera atau sakit.
Among the many things that occur, substances called cytokines are secreted as part of the

immune system response to the stress. Di antara banyak hal yang terjadi, substansi yang
disebut sitokin disekresikan sebagai bagian dari respon sistem kekebalan tubuh untuk stres.
Cytokines work to "rev up" the immune system. Sitokin bekerja untuk "rev up" sistem
kekebalan tubuh. As the immune system functions increase under stress, antibodies are
produced and inflammation results. Sebagai peningkatan fungsi sistem kekebalan tubuh
sedang stres, antibodi diproduksi dan hasil peradangan. The antibodies kill cells that the body
interprets are foreign, such as viruses and bacteria. Antibodi membunuh sel-sel tubuh
menafsirkan yang asing, seperti virus dan bakteri.
In part, Prednisone works as an anti-inflammatory by its effect on immune cells. Pada bagian,
Prednisone bekerja sebagai anti inflamasi dengan efek pada sel-sel kekebalan. It acts as an
immuno-suppressant, inhibiting the secretion of cytokines. Ini bertindak sebagai penekanimmuno, menghambat sekresi sitokin. The result is that antibody production is suppressed,
and the inflammatory process is slowed and weakened, quickly reducing the inflammation
compressing the nerve. Hasilnya adalah bahwa produksi antibodi ditekan, dan proses
inflamasi diperlambat dan melemah, cepat mengurangi peradangan menekan saraf. Because
Prednisone works by an immuno-suppressant process, it cannot be administered to patients
with existing immune system problems. Karena Prednisone bekerja dengan proses immunopenekan, tidak dapat diberikan untuk pasien dengan masalah yang ada sistem kekebalan
tubuh.
Prednisone's rapid anti-inflammatory action makes it a worthwhile medication for most
patients in spite of its effect on the immune system. tindakan cepat Prednisone anti-inflamasi
membuatnya menjadi obat berharga bagi kebanyakan pasien meskipun efeknya pada sistem
kekebalan tubuh.
Assuming there are no medical conditions that would negate the use of Prednisone, it can be
used by children and adults. Dengan asumsi tidak ada kondisi medis yang akan meniadakan
penggunaan Prednisone, dapat digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa.
BEFORE TAKING PREDNISONE SEBELUM MENGAMBIL Prednisone
Some conditions that may affect a doctor's decision to prescribe Prednisone... Beberapa
kondisi yang dapat mempengaruhi keputusan dokter untuk meresepkan Prednisone ...
Diabetes Diabetes
Heart Problems Masalah Hati
Recent Surgery Recent Bedah
Pending Surgery Bedah Pending
Seizures Kejang
Some cancers Beberapa kanker

Stomach or intestinal disorders Perut atau gangguan


pencernaan
Under-active thyroid U-aktif tiroid
Pregnancy Kehamilan
Nursing Perawatan
Compromised immune system Dikompromikan sistem
kekebalan tubuh
HIV HIV

Medications that may interact or interfere with Prednisone Obat-obat yang dapat berinteraksi

atau mengganggu Prednisone


Diuretics Diuretik
Acetazolamide Asetazolamide
Birth Control Pills Birth Control PillsAmphotericin B Amfoterisin B
Digoxin Digoxin
Blood Thinners Pengencer darah
Phenytoin Fenitoin
NSAIDS OAINS
Rifampin Rifampisin
Ibuprofen Ibuprofen
Rifabutin Rifabutin
Barbutuates Barbutuates

Adverse effects Efek samping


Side effects are sometimes associated with Prednisone. Efek samping kadang-kadang
dikaitkan dengan Prednisone. They tend to be directly related to the amount of Prednisone
taken, and how long it's taken. Mereka cenderung berhubungan langsung dengan jumlah
Prednisone diambil, dan berapa lama itu diambil. For facial paralysis, usage is short term.
Untuk kelumpuhan wajah, pemakaian jangka pendek. The effects tend to decrease as you
reduce your dosage, and disappear rapidly when you stop taking the medication. Efek
cenderung menurun saat Anda mengurangi dosis Anda, dan menghilang dengan cepat ketika
Anda berhenti minum obat.
Potential side effects Potensi efek samping
Stomach pain (take medication with a meal, milk or antacid) Sakit perut (minum obat dengan
susu, makanan atau antasida)
High blood pressure (restrict salt usage) Tekanan darah tinggi (membatasi penggunaan
garam)
Increased appetite & weight gain Peningkatan laba nafsu makan & berat
Acne Jerawat
Sweating Berkeringat
Insomnia (take the medication in the morning if possible) Insomnia (mengambil obat di pagi
hari jika mungkin)
Mood swings Mood ayunan
Personality changes Kepribadian perubahan
Sensitivity to the sun Sensitivitas terhadap matahari
Temporary muscle weakness Sementara kelemahan otot
Fluid retention (restrict salt usage) Retensi cairan (membatasi penggunaan garam)
Hyperglycemia Hiperglikemia
Reduced immunity to infections Berkurangnya kekebalan untuk infeksi
Increased potassium depletion (eat fruit with high potassium levels) Peningkatan deplesi
kalium (makan buah dengan kadar kalium tinggi)
Swelling of the face, back of neck or ankles Pembengkakan wajah, belakang leher atau
pergelangan kaki
ANTI-VIRALS FOR BELL'S PALSY AND RAMSEY HUNT SYNDROME ANTI-VIRALS
UNTUK palsy'S BELL DAN SINDROM HUNT Ramsey
Antivirals work by binding to viral enzymes so that the cells cannot replicate. Antivirus

bekerja dengan mengikat enzim virus sehingga sel tidak dapat mereplikasi. Unable to
replicate, the virus runs its course faster. Tidak dapat mereplikasi, virus saja berjalan lebih
cepat. The inflammation at the nerve should be less than without an anti-viral and is
eliminated in a shorter time. Peradangan pada saraf harus kurang dari tanpa anti-virus dan
dihilangkan dalam waktu yang lebih singkat.
Famciclovir (Famvir) and acyclovir (Zovirax) are frequently prescribed anti-virals.
Famciclovir (Famvir) dan acyclovir (Zovirax) yang sering diresepkan anti-virals. A newer
anti-viral, valacyclovir (Valtrex) appears to work faster. Sebuah anti-virus baru, valacyclovir
(Valtrex) muncul untuk bekerja lebih cepat. Adverse effects of valacyclovir can include
headache, nausea, diarrhea, constipation and dizziness. Akibat yang merugikan dari
valacyclovir dapat termasuk sakit kepala, mual, diare, sembelit dan pusing.
With a diagnosis of Ramsay Hunt syndrome, administration of an anti-viral should start
within 72 hours of the blisters' appearance, even if blisters do not appear until a week or more
after onset of facial palsy. Dengan diagnosis sindrom Ramsay Hunt, administrasi anti-virus
harus dimulai dalam 72 jam dari penampilan lecet ', bahkan jika lepuh tidak muncul sampai
seminggu atau lebih setelah timbulnya palsy wajah. Secondary infections may occur with
RHS. Infeksi sekunder dapat terjadi dengan RHS. The patient should be made aware of this,
and be instructed to notify the physician of any signs indicating a bacterial infection. Pasien
harus dibuat menyadari hal ini, dan diinstruksikan untuk memberitahu dokter dari tanda-tanda
yang menunjukkan infeksi bakteri. An antibiotic will be prescribed in addtion to the antiviral.
Antibiotik akan diresepkan di samping antivirus.
HIV carriers may find they are resistant to the standard anti-virals. pembawa HIV mungkin
menemukan mereka resisten terhadap anti-virals standar. Immuno-compromised patients
should ask about Foscarnet (Foscavir), a recently approved anti-viral that may be more
effective for compromised immune systems. Immuno-dikompromikan pasien harus bertanya
tentang foskarnet (Foscavir), baru-baru ini disetujui anti-virus yang mungkin lebih efektif
untuk sistem kekebalan tubuh dikompromikan.
The AAN 2001 evaluation mentioned above states that antivirals are possibly effective. The
AAN 2001 evaluasi tersebut di atas menyatakan bahwa antivirus yang mungkin efektif. It
should be noted that the term "possibly" must be used with only one study considered
acceptable for evaluation. Perlu dicatat bahwa istilah "mungkin" harus digunakan dengan
hanya satu penelitian dianggap dapat diterima untuk evaluasi. A single study can not provide
sufficient data for a firm conclusion or recommendation. Sebuah studi tunggal tidak dapat
menyediakan data yang cukup untuk sebuah kesimpulan perusahaan atau rekomendasi. The
conclusions of that single study (Adour '96) were favorable to treatment with acyclovir plus
Prednisone. Kesimpulan dari penelitian tunggal (Adour '96) yang menguntungkan untuk
pengobatan dengan asiklovir plus Prednisone.
B VITAMINS.. VITAMIN B ..
Many of the B vitamins are essential for proper nervous system functioning. Banyak vitamin
B penting untuk fungsi sistem saraf yang tepat. Addition of a basic B-complex vitamin to the
daily routine may be a good idea during recovery. Penambahan vitamin B-kompleks dasar
untuk rutinitas sehari-hari mungkin ide yang baik selama pemulihan. Some B's that may be
particularly beneficial are: Beberapa B yang mungkin sangat bermanfaat adalah:
B1 - enhances circulation (circulation is reduced in muscles that are not active) and may

retard muscle atrophy. B1 - meningkatkan sirkulasi (peredaran berkurang pada otot yang
tidak aktif) dan mungkin menghambat atrofi otot.
B6 - assists in the creation of amino acids needed in the creation of new cells. B6 - membantu
dalam pembuatan asam amino yang dibutuhkan dalam penciptaan sel-sel baru.
B12 - when taken as part of a "B-complex" vitamin, may help reduce inflammations and
strengthen the immune system. B12 - ketika diambil sebagai bagian dari vitamin "Bkompleks", dapat membantu mengurangi radang dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Methylcobalamin is a form of B12 that is not a component of basic B-complex vitamins, and
is important to nerve growth and maintenance. Methylcobalamin adalah suatu bentuk B12
yang bukan merupakan komponen vitamin B-kompleks dasar, dan penting bagi pertumbuhan
saraf dan pemeliharaan.
METHYLCOBALAMIN ... METHYLCOBALAMIN ...
Methylcobalamin is an essential component in the process of building nervous tissue.
Methylcobalamin merupakan komponen penting dalam proses membangun jaringan saraf. It
is important contributor to nerve growth, and maintains and repairs the critical, protective
nerve sheath. Ini merupakan penyumbang penting untuk pertumbuhan saraf, dan memelihara
dan perbaikan selubung, saraf kritis pelindung.
Methylcobalamin's action is directed at the nerve's myelin sheath, which is like a layer of
insulation around the nerve. tindakan Methylcobalamin adalah diarahkan pada selubung
mielin saraf, yang seperti lapisan isolasi di sekitar saraf. It protects the nerve and helps the
signal travel along its designated path correctly. Ini melindungi saraf dan membantu
perjalanan sinyal sepanjang jalur yang ditunjuk dengan benar. It appears to promote protein
synthesis, accelerating cell division. Tampaknya untuk mempromosikan sintesis protein,
mempercepat pembelahan sel. Myelin sheath formation at the site of the damage is enhanced.
Pembentukan selubung myelin di lokasi kerusakan ditingkatkan. This may, in part, explain
recent findings that ultra-high doses may enhance nerve regeneration. Hal ini mungkin, di
bagian, menjelaskan temuan baru bahwa dosis ultra-tinggi dapat meningkatkan regenerasi
syaraf.
A small 1995 Malaysian study (MA Jalaludin) concluded that the subjects had faster
recoveries with Prednisone plus methylcobalamin versus Prednisone alone. Sebuah studi
1995 kecil Malaysia (MA Jalaludin) menyimpulkan bahwa mata pelajaran yang telah
pemulihan lebih cepat dengan Prednisone Prednisone plus methylcobalamin versus sendirian.
However, the results of this study have not been validated, and the quality of the study and its
references require evaluation. Namun, hasil studi ini belum divalidasi, dan kualitas penelitian
dan referensi perusahaan mensyaratkan evaluasi. While methylcobalamin is showing
potential as treatment for some neuropathologies, it is not acknowledged as a treatment with
any benefit for Bell's palsy. Sementara methylcobalamin menunjukkan potensi sebagai
pengobatan untuk beberapa neuropathologies, tidak diakui sebagai pengobatan dengan
manfaat bagi Bell's palsy. The primary therapeutic benefit of methylcobalamin relates to
pernicious anemia, which is not a factor in Bell's palsy. Manfaat terapi utama
methylcobalamin berhubungan dengan anemia pernisiosa, yang bukan merupakan faktor
dalam Bell's palsy. There is no proof of its effectiveness for Bell's palsy. Tidak ada bukti
efektivitas untuk Bell's palsy. Its benefit, even for new cases, is still considered to be
questionable. Its manfaat, bahkan untuk kasus baru, masih dianggap dipertanyakan. There
don't appear to be any adverse effects associated with high doses of methylcobalamin, so it

may best come under a heading of "it can't hurt to try". Ada tidak tampaknya efek buruk yang
terkait dengan dosis tinggi methylcobalamin, sehingga yang terbaik mungkin akan di bawah
judul "tidak ada salahnya untuk mencoba". Methylcobalamin is not known to be
therapeutically beneficial in cases of longstanding facial paralysis, nor is there reason to
believe that it can help prevent recurrences. Methylcobalamin tidak diketahui terapi
bermanfaat dalam kasus-kasus kelumpuhan wajah lama, juga tidak ada alasan untuk percaya
bahwa hal itu dapat membantu mencegah kambuh.
Fisiologi CN-VII

LYLA BAVADAM Lyla BAVADAM


BELL'S palsy affects the seventh cranial nerve, or CN-VII, and causes facial muscles
to weaken or become paralysed. cerebral BELL'S mempengaruhi saraf kranial ketujuh,
atau CN-VII, dan menyebabkan otot-otot wajah untuk melemahkan atau menjadi
lumpuh. Originating in the brain stem, CN-VII passes through the stylomastoid
foramen and enters the parotid gland. Yang berasal dari batang otak, CN-VII melewati
foramen stylomastoid dan memasuki kelenjar parotid. It divides into its main branches
inside the parotid gland. Ini terbagi menjadi cabang-cabang utama dalam kelenjar
parotid. These branches then further divide into 7,000 smaller nerve fibres that reach
into the face, the neck, the salivary glands and the outer ear. Cabang-cabang ini
kemudian membagi lebih lanjut menjadi 7.000 serabut saraf yang lebih kecil yang
menjangkau ke dalam wajah, leher, kelenjar ludah dan telinga luar. The nerve controls
the muscles of the neck and the forehead, and facial expressions, and also the perceived
sound volume. saraf mengontrol otot-otot leher dan dahi, dan ekspresi wajah, dan juga
volume suara dirasakan. It also stimulates secretions of the lower jaw, the tear glands
and the salivary glands in the front of the mouth. Hal ini juga merangsang sekresi
rahang bawah, kelenjar air mata dan kelenjar ludah di depan mulut. The sensation of
taste from two-third of the front portion of the tongue and sensations at the outer ear
are transmitted by CN-VII. Sensasi rasa dari dua pertiga dari bagian depan lidah dan
sensasi pada telinga luar ditularkan oleh CN-VII.
Bell's palsy is caused by inflammation within a small, extremely narrow, bony tube
called the fallopian canal. Bell's palsy disebabkan oleh peradangan dalam tabung, kecil
sangat sempit, tulang disebut saluran tuba. An inflammation within it is likely to exert
pressure on the nerve, thus compressing it. Suatu peradangan di dalamnya
kemungkinan untuk menekan saraf, sehingga menekan itu. Likewise, if the nerve itself
becomes inflamed within the canal, it can encounter pressure and therefore
compression. Demikian juga, jika saraf itu sendiri menjadi meradang dalam kanal,
dapat menemukan dan karena tekanan kompresi. In this case, the nerve has not yet
exited the skull and divided into its many branches; the result is the impairment of all
functions controlled by CN-VII. Dalam hal ini, saraf belum keluar tengkorak dan
dibagi menjadi banyak cabang nya, hasilnya adalah penurunan semua fungsi yang
dikendalikan oleh CN-VII. If only part of the face is affected, the condition is not Bell's
palsy. Jika hanya sebagian dari wajah terkena, kondisi tidak Bell's palsy. If, for

example, the mouth area is weakened but the forehead moves, Bell's palsy is ruled out.
Jika, misalnya, daerah mulut melemah tetapi bergerak dahi, Bell's palsy adalah
dikesampingkan. It could be the result of trauma induced by a tumour or by surgery; it
can occur at a location where the nerve has already divided into branches. Hal ini bisa
jadi akibat trauma disebabkan oleh tumor atau dengan operasi, yang dapat terjadi pada
lokasi di mana saraf telah dibagi ke dalam cabang. This type of trauma may spare one
or more branches and allow some muscles to remain functional. Jenis trauma dapat
cadang satu atau lebih cabang dan memungkinkan beberapa otot untuk tetap bisa
berfungsi.
The face has many muscles, each with its own unique function. Wajah memiliki banyak
otot, masing-masing dengan fungsi yang unik. Some of them are controlled by CN-VII.
Beberapa dari mereka dikendalikan oleh CN-VII. These are known as the muscles of
facial expression. Ini dikenal sebagai otot ekspresi wajah. Unlike others, facial muscles
are inserted directly into the skin. Tidak seperti orang lain, otot wajah dimasukkan
langsung ke dalam kulit. Contraction of these muscles causes the skin to move.
Kontraksi otot-otot ini menyebabkan kulit untuk bergerak. Signals from the complex
array of nerves to the various muscles instruct them to move in combination as well as
individually. Sinyal dari array kompleks saraf ke berbagai otot memerintahkan mereka
untuk bergerak dalam kombinasi serta individu. Bell's palsy temporarily prevents the
nerve from transmitting signals to the muscles. Bell's palsy untuk sementara mencegah
saraf dari transmisi sinyal ke otot.
Facial muscles differ from skeletal muscles in that they do not immediately begin to
atrophy from lack of use. otot wajah berbeda dari otot rangka dalam bahwa mereka
tidak segera mulai atrofi dari kurangnya penggunaan. Estimates of the time it takes for
any significant atrophy varies, but for now it is believed to take many years. Perkiraan
waktu yang dibutuhkan untuk setiap atrofi signifikan bervariasi, tapi untuk saat ini
masih dipercaya telah bertahun-tahun.
CN-VII is one of 12 pairs of cranial nerves. CN-VII adalah salah satu dari 12 pasang
saraf kranial. This explains why not all the facial muscles are affected by Bell's palsy.
Hal ini menjelaskan mengapa tidak semua otot-otot wajah dipengaruhi oleh Bell's
palsy. The muscles that close the eyelid are controlled by CN-VII, but those that
control other eye movements and the ability to focus are not. Otot-otot yang dekat
kelopak mata dikendalikan oleh CN-VII, tetapi mereka yang mengontrol gerakan mata
lain dan kemampuan untuk fokus tidak. Hence the dry and wide-open but otherwise
functioning eye. Oleh karena itu kering dan mata terbuka lebar tapi selain berfungsi.
The sense of taste is affected, but the movement of the tongue is not. Rasa rasa
terpengaruh, tapi gerakan lidah tidak. Skin sensation may be affected near the ear, but
sensation over the rest of the face usually remains normal. Sensasi kulit akan
terpengaruh dekat telinga, tetapi sensasi atas sisa wajah biasanya tetap normal.
Chewing and swallowing are other functions that are not controlled by CN-VII.

Mengunyah dan menelan adalah fungsi lain yang tidak dikendalikan oleh CN-VII.

[ Subscribe | Contact Us | Archives | Table of Contents ]

Anda mungkin juga menyukai