Anda di halaman 1dari 2

Subak merupakan sistem irigasi yang berbasis petani (farmer-based irrigation system)

dan lembaga yang mandiri (self governmet irrigation institution). Meskipun subak adalah sistem
irigasi yang khas Bali, terutama karena upacara ritual keagamaan yang senantiasa menyertai
setiap aktivitaasnya, namun ia memiliki nilai-nilai leluhur yang bersifat universal dan sangat
relevan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Nilai-nilai tersebut adalah falsafah Tri Hita
Karana( harmoni antara manusia dengan Sang Pencipta, harmoni antaramanusia dengan alam,
dan harmoni antara manusia dengan manusia) yang melandasi setiap kegiatan subak
Selain itu disebutkan bahwa sistem irigasi subak pada dasarnya adalah suatu lembaga
adat yang berfungsi untuk mengelola air irigasi untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat
(petani). Selanjutnya agama Hindu yang berkembang pada saat itu di Bali yang memiliki konsep
THK, yang dianut oleh para raja dan masyarakat setempat, dijadikan juga sebagai asas dan
diterapkan pada sistem subak dalam melakukan kegiatannya untuk mengelola air irigasi di lahan
sawah
Perkembangan atau perubahan yang tampak terjadi pada sistem irigasi subak disebutkan
oleh Pusposutardjo (1996) sebagai suatu proses transformasi sistem irigasi dengan
lingkungannya. Subak dalam perannya sebagai pengoperasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
memiliki andil yang besar dalam memecahkan masalah yang muncul dalam secara integratif
melalui pendekatan sosio kultural di tengahh-tengah arus perkembangan teknologi dan
perubahan sikap hidup manusia. Seperti contoh dalam suatu subak mengalami permasalahan
dalam mengatur pintu-pintu air seperti tersumbatnya air akibat sampah serta rusaknya jaringan
irigasi akibat bebatuan yang menyumbat saluran air, dan kasus pencurian air yang kerap terjadi
yang dilakukan oleh sekelompok petani yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menyebabkan
subak melakukan pemeliharaan jaringan irigasi terus menerus. Disini subak berperan penting
dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di subak tersebut dengan melakukan pembenahan
pintu pintu air dengan bantuan PPL dan Petugas PU pengairan Pemerintah setempat, dan petani.
Dengan membenahi saluran air irigasi tersebut diharapkan aliran air yang mengalir ke sawah
dapat berjalan dengan baik. Selain itu subak memasang plang larangan membuang sampah, dan
melakukan tindakan kepada petani petani yang melakukan pelanggaran pencurian air sesuai
dengan awig awig yang ada di Subak tersebut

Bila hal tersebut dapat dilaksanakan secara optimal, maka manfaat yang kiranya dapat dipetik
adalah :
1.

Untuk ilmu pengetahuan akan memperkaya bidang ilmu irigasi, khususnya dalam manajemen
irigasi (irrigation management) melalui hampiran sosio-teknis dengan kasus subak di Bali yang
berlandaskan THK, yang terbukti telah mampu mengembangkan suatu manajemen pengelolaan
sumberdaya air (khususnya irigasi), berdasarkan pada aturan-aturan tertulisdan norma-norma
religius/agama, sehingga dapat memanfaatkan air (irigasi) untuk kehidupan manusia secara
berkelanjutan. Disamping itu, bermanfaat pula untuk membuktikan kebenaran bahwa sistem
irigasi subak adalah bersifat sosio-teknis, dalam batas-batas tertentu memiliki peluang untuk
ditransformasi ke wilayah lain. Ini berarti akan sekaligus pula mempercepat proses pembangunan
irigasi yang bercirikan THK.

2.

Untuk pembangunan bangsa dan negara, diharapkan hasil kajian ini dapat bermanfaat bagi
pelaksanaan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya air di Bali, dan kawasan lain yang serupa,
yang dinilai sudah mengalami krisis air.

3.

Memecahkan permaslahan yakni berupa konflik penggunaan air yang bersifat multi guna,
dengan mengembangkan konsep harmoni dan kebersamaan sesuai dengan hakekat THK yang
melandasi sistem subak.

Anda mungkin juga menyukai