PENDAHULUAN
1
II
PEMBAHASAN
Gejala Serangan
Pada saat tanaman kacang panjang masih muda, aphis menyerang bagian dari sulur
yang masih muda (pucuk), dan seiring perkembangan tanaman, aphid akan menyebar ke
bagian lainnya. Umumnya aphid menyerang bagian pucuk-pucuk muda, batang, bunga,
2
daun, dan polong. Aphid muda dan aphid dewasa memperoleh makanan dengan
menghisap cairan sel tanaman. Telur berkembang di dalam induk dan keluar dalam
bentuk nimfa. Dalam beberapa hari nimfa mencapai stadia reproduksi. Imago dapat
menghasilkan 2-20 keturunan per hari pada kondisi yang sesuai. Hal ini menyebabkan
kepadatan populasi aphid meningkat secara cepat. Pada awal-awal infestasi aphis dewasa
tidak mempunyai sayap dan bergerombol. Aphis bersayap muncul pada generasi
selanjutnya dan menyebar ke tanaman lainnya. Di daerah tropis reproduksi aphid terjadi
tanpa perkawinan dan sebagian besar koloni terdiri dari aphid betina.
Gejala ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang terlambat dan kerdil daun keriting
ke dalam berpilin dan klorosis. Kutu bergerombol di pucuk tanaman.
Pengendalian
1. Melakukan pergiliran tananam.
2. Penanaman tanaman yang resisten.
3. Penggunaan musuh alami seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo
Diptera.
4. Penggunaan insektisida.
M. testulalis memiliki kisaran inang yang luas. Tanaman inang hama tersebut
terutama adalah tanaman-tanaman Leguminosae. Serangga tersebut termasuk hama utama
yang penting pada tanaman kacangan (legum). Sejauh yang diketahui, M. testulalis
dilaporkan pertama kali pada 'katjan' di Indonesia oleh Dietz pada tahun 1914. Dewasa
ini, telah diketahui bahwa penggerek tersebut menyerang berbagai tanaman. Tidak kurang
dari 35 spesies tanaman, dari 22 genus dan 6 famili, menjadi inang hama tersebut,
kebanyakan dari Papilionaceae.
3
M. testulalis termasuk hama penting pada tanaman kacang tunggak, kacang gude,
kacang buncis dan kecipir. Spesies tersebut juga dilaporkan sebagai hama penting pada
kacang panjang, termasuk di Indonesia. Di samping itu, hama tersebut menyerang kacang
tanah, kedelai, jarak, Dolichos lablab, Canavallia ensiformis, Lablab niger, Pisum
sativum, Lupinus sp., Derris, Tephrosia, Pueraria, Caesalpinia dan Sesbania. Penggerek
polong tersebut juga memiliki sejumlah inang antara, kebanyakan dari Leguminosae liar.
4
masing-masing ruas abdomen ke 3, 4, 5, 6 dan 9 terdapat sepasang tungkai palsu
(pseudoleg). Toraksnya 3 ruas, dan pada setiap ruas terdapat sepasang tungkai
sejati. Kepala larva berwarna coklat atau gelap, pronotum berwarna
hitam.Terdapat 5 instar larva, masingmasing 2 - 4 hari. Periode larva bervariasi
antara 10 - 15 hari, tergantung pada makanan dan kondisi iklim. Panjang larva
yang sudah berkembang penuh sekitar 16 mm.
5. Pada siang hari larva bersembunyi di dalam bunga dan polong, tetapi pada malam
hari larva keluar dan berkelana pada permukaan tanaman. Biasanya lebih sedikit
larva pada polong dibanding pada bunga. Kuncup bunga dan bunga mengandung
jumlah terbesar larva instar muda yang sedang makan. Populasi larva di lapangan
dipengaruhi oleh tipe kanopi tanaman. Tingkat populasi yang tinggi sering
terdapat pada kultivar yang bertajuk lebat. Jarang ditemukan sampai 20 ekor
larva per tanaman pada kondisi alami. Periode larva diikuti oleh periode prapupa
yang singkat, berlangsung selama 1 - 2 hari. Pada periode tersebut, larva berhenti
makan dan turun ke permukaan tanah dengan benang suteranya, menuju ke
bawah guguran daun.
6. Pupa terbentuk di dalam sel pupa berdinding ganda di bawah daun-daun yang
telah gugur. Dinding luar sel pupa mengandung benang sutera yang dianyam
bersama-sama dengan tanah dan sisa-sisa tanaman. Dinding sebelah dalam
merupakan anyaman longgar benang keputih-putihan, dan memiliki lubang di
bagian depan (anterior). Pembentukan pupa juga dapat terjadi pada kokon di
dalam polong, atau lebih jarang di dalam tanah. Pada awalnya pupa yang
terbentuk berwarna kuning pudar atau kehijauan, tetapi kemudian menjadi lebih
gelap dan berwarna coklat keabu-abuan. Periode pupa berlangsung selama 7 - 10
hari.
7. Kemunculan imago didorong oleh curah hujan dan kelembaban tanah yang tinggi.
Imago sangat aktif pada musim hujan. Imago berwarna coklat cerah, dengan
panjang tubuh rata-rata 11.2 mm, dan rentang sayap 21 - 27 mm. Sayap depan
imago berwarna coklat, dan memiliki tiga bercak tembus cahaya yang bentuknya
tidak beraturan. Sayap belakang berwarna putih keabuabuan, dengan ciri coklat
cerah pada bagian ujungnya. Pada tepi kedua pasang sayap terdapat rumbai yang
sangat halus (Gambar 3). Abdomen imago betina relatif lebih besar daripada
yang jantan. Abdomen imago jantan berbentuk lebih mengerucut. Lama hidup
imago 5 - 7 hari. Imago aktif pada malam hari (nocturnal). Populasi imago yang
tampak di lapangan pada siang hari dipengaruhi oleh tipe kanopi tanaman. Pada
5
kultivar dengan tajuk yang terbuka atau jarang, kalaupun ada hanya sedikit imago
yang terlihat pada siang hari.
Gejala Serangan
Gejala khas serangan M. testulalis adalah terdapatnya kotoran (frass) dan penjalinan.
Jaringan yang terserang dijalin bersama, menggunakan benang sutera yang dihasilkan
oleh larva. Larva menjalin pucuk, bunga, polong, dan daun tanaman. Bunga dan tunas
yang terserang layu, tetapi tetap tergantung pada jalinan. Kerusakan karena M. testulalis
mudah dikenali dari penampilan luarnya. Larva membuat liang gerek pada pucuk, batang,
bunga dan polong. Lubang masuk yang besar ditutupi dengan frass berwarna coklat.
Frass tersebut dapat mendorong terjadinya serangan jamur pada polong.
Larva menggerek ke dalam pucuk dan batang yang hijau. Kerusakan pada titik
pertumbuhan tersebut mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kerusakan
oleh larva instar lanjut sering mengakibatkan kematian jaringan di atas liang gerek yang
dibuat oleh larva. Kemudian populasi akan dibangun pada bunga dan polong tanaman.
Fase yang diserang berikutnya adalah tingkat pembungaan. Saat terdapatnya kuncup
bunga merupakan tingkat yang disukai untuk peletakan telur, dan merupakan tingkat
terpenting dimana larva-larva muda mengakibatkan kerusakan besar. Serangan pada
tingkat tersebut menurunkan potensi tanaman untuk membentuk bunga dan polong.
Kerusakan bunga karena M. testulalis tidak mudah ditaksir. Pada bunga, larva membuat
lubang masuk ke dan keluar dari bagian-bagian bunga. Larva instar awal menggerek ke
dalam bunga muda, makan di dalamnya, dan menyebabkan gugurnya bunga. Larva M.
testulalis tidak memakan kelopak, melainkan cenderung menggerek ke dalam tabung
mahkota. Instar muda maupun instar lanjut memusatkan serangannya pada bagianbagian
reproduktif pada bunga. Larva mula-mula mengkonsumsi kepala sari, tangkai sari,
tangkai putik, kepala putik dan bakal buah; sebelum keterbatasan makanan terjadi pada
komponen-komponen di dalam mahkota bunga legum. Larva muda menyukai bunga yang
sudah terbuka, dimana larva memakan ovari bunga. Bila larva memakan ovari bunga,
maka polong tidak terbentuk.
Perkembangan larva tidak dilengkapi pada satu bunga. Larva bersifat mobil,
menyerang sejumlah bunga. Larva umumnya tidak bermigrasi selama instar 1 dan 2.
Larva biasanya bermigrasi dari satu bunga ke bunga lainnya segera setelah bagian-bagian
reproduktif pada bunga dikonsumsi. Perpindahan antar struktur tersebut dipermudah
dengan adanya benang sutera yang dihasilkan oleh larva. Seekor larva dapat merusak 4 -
6 bunga, sebelum perkembangannya lengkap. Larva instar lanjut menggerek dan
6
memakan jaringan polong maupun biji. Polong muda rusak total akibat aktivitas makan
larva; sedangkan pada polong hijau yang lebih tua larva memakan beberapa biji yang
sedang berkembang, tetapi tidak semua biji di dalam satu polong dirusak oleh larva. Pada
cowpea, M. testulalis merusak sekitar sepertiga biji dalam polong yang terserang,
sedangkan pada kacang gude memakan hampir seluruh biji yang sedang berkembang di
dalam polong. Pada banyak kasus, setelah mengkonsumsi satu atau dua biji, penggerek
tersebut pindah ke polong lainnya. Selain polong segar, larva juga dapat menginfestasi
polong kering.
Pengendalian
Penurunan hasil karena serangan M. testulalis dapat sangat besar. Kehilangan hasil
pada berbagai legum karena hama ini diperkirakan 20 - 60 persen. M. testulalis sering
mengakibatkan kerusakan berat pada kacang tunggak, dengan kehilangan hasil yang
dapat mencapai 70 persen. Di Indonesia, kerusakan sebesar 25 persen pada kedelai
pernah dilaporkan. Pada kacang panjang, hama tersebut mengakibatkan kerugian yang
cukup fatal dan menurunkan mutu hasil. Berbagai tindakan dapat dilakukan dalam upaya
pengendalian M. testulalis. Tindakan pengendalian paling kritis adalah pada masa
pembungaan. Bila infestasi larva atau kerusakan pada bunga oleh M. testulalis tinggi,
penurunan hasil dapat sangat besar. Salah satu tindakan pengendalian M. testulalis yang
dapat dilakukan pada pertanaman kacang panjang adalah dengan insektisida.
Pengendalian M. testulalis dengan insektisida merupakan cara pengendalian yang terbaik.
Untuk mengurangi pemakaian insektisida perlu dipelajari saat aplikasi yang tepat.
Aplikasi pertama paling tidak seminggu sebelum masa pembungaan. Aplikasi insektisida
pertama dilakukan 35 45 hst, aplikasi kedua 50 - 55 hst. Ambang ekonomi untuk
pengendalian M. testulalis pada kacang panjang belum diketahui.
M. testulalis menyerang kisaran luas legum. Dengan demikian, penanaman legum-
legum yang berbeda secara berkesinambungan akan mendukung perkembangan
populasinya. Penanaman secara tumpangsari dapat ditelaah untuk mengurangi kerusakan.
Pada kacang panjang, jika ditemukan tanaman yang terserang, pengendalian dapat
dilakukan dengan memanen polong yang sudah bisa dipanen.
Pengendalian M. testulalis juga dapat dilakukan dengan penggunaan varietas resisten.
Resistensi batang dan peduncle terhadap serangan akan mengurangi kerusakan, tidak
hanya pada batang dan peduncle, tetapi juga pada bunga dan polong. Varietas dengan
jumlah bunga yang banyak dan membentuk pembungaan yang kompak lebih menderita
daripada varietas yang memiliki bunga lebih sedikit dan pembungaan yang lebih tersebar.
7
Pada cowpea, kerentanan tanaman terhadap kerusakan karena M. testulalis meningkat
bila polong bersentuhan dengan polong atau jaringan lain pada tanaman. Kerusakan pada
polong juga lebih tinggi pada varietas yang memiliki dua atau lebih polong yang terletak
berdekatan dengan sudut sempit pada peduncle daripada varietas yang polongnya terletak
lebih berjauhan.
Berbagai musuh alami menyerang M. testulalis. Larva M. testulalis yang diperoleh
dari kacang panjang (baik dari pasar maupun lapangan) sering terparasit oleh serangga
dari famili Braconidae. Berbagai musuh alami M. testulalis disajikan pada Tabel 1.
Pengendalian serangga tersebut juga dapat dilakukan dengan bakteri Bacillus
thuringiensis.
8
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kacang panjang merupakan jenis tanaman sayur yang keberadaanya lumayan
banyak di Indonesia, dalam pembudidayaan tanaman kacang panjang terdapat hama yang
menyerang tanaman tersebut sehingga menyebabkan kerusakan pada tanaman tersebut
dan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani. Adapun hama utama yang menyerang
tanaman kacang panjang adalah Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) dan Hama
Penggerek Polong (Maruca testulalis). Hama kutu daun menyebabkan kerusakan secara
langsung, aphis juga berperan sebagai vektor beberapa virus penyebab penyakit mosaik,
sehingga kerusakan yang dapat diakibatkan kedua sumber ini bisa lebih tinggi lagi.
Sedangkan Hama penggerek polong gejala khas serangan M. testulalis adalah
terdapatnya kotoran (frass) dan penjalinan. Bunga dan tunas yang terserang layu, tetapi
tetap tergantung pada jalinan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10