Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kacang panjang merupakan jenis tanaman sayur yang berasal dari India dan Afrika
Tengah. Kemudian penanamannya menyebar ke daerah-daerah Asia Tropika hingga
Indonesia.Kacang panjang termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae,
subkelas Dicotyledonae, ordo Rosales, familia Leguminoceae, genus Vigna, spesies
Vigna sinensis L. (Haryanto dkk.,2007). Tanaman kacang panjang merupakan tanaman
perdu semusim. Tanaman ini berbentuk perdu yang tumbuhnya menjalar atau merambat.
Kendala utama pada budidaya tanaman kacang panjang adalah adanya gangguan
dari hama dan penyakit. Hama penting yang dilaporkan menyerang kacang panjang
antara lain, tungau merah Tetranychus bimaculatus, kutu kebul Bemisia tabaci, penggerek
polong Riptortus linearis , dan kutu daun Aphis craccivora . (Anwar dkk., 2005). Menurut
Fachruddin (2000), hama yang juga menyerang tanaman kacang panjang yaitu ulat
grayak (Spodoptera litura F.), lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon), ulat penggerek
polong (Maruca testulalis), penggerek biji (Callosobruchus maculates L.), dan ulat
bunga.
Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini penulis akan membahas hama dan
pengendaliannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa sajakah hama utama yang menyerang tanaman kacang panjang?
2. Bagaimanakah cara pengendalian hama utama yang menyerang tanaman
kacang panjang?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hama utama yang menyerang tanaman kacang panjang.
2. Untuk mengetahui cara pengendalian hama utama yang menyerang tanaman
kacang panjang.

1
II
PEMBAHASAN

2.1. Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis craccivora

Aphis merupakan hama utama pada kacang panjang, selain menyebabkan


kerusakan secara langsung, aphis juga berperan sebagai vektor beberapa virus penyebab
penyakit mosaik, sehingga kerusakan yang dapat diakibatkan kedua sumber ini bisa lebih
tinggi lagi. Masalah lainnya, aphis juga menghasilkan embun madu (honeydew) dan
menyebabkan pertumbuhan jamur embun jelaga yang menghambat fotosintesis.

Morfologi Kutu Daun (Aphis craccivora)


1. Sifatnya partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi
pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya.
2. Lama hidupnya antara 13 18 hari dengan 4 8 kali instar.
3. Nimfa yang baru terbentuk langsung mengisap cairan tanaman secara
bergerombol. Nimfa dewasa berwarna hitam dan berkilau. Antenenya lebih
pendek dari pada abdomen.
4. Betina menjadi dewasa setelah berumur 4 20 hari. Panjang tubuh yang bersayap
rata-rata 1,4 mm dan yang tidak bersayap rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan
keturunan pada umur 5 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.

Gejala Serangan
Pada saat tanaman kacang panjang masih muda, aphis menyerang bagian dari sulur
yang masih muda (pucuk), dan seiring perkembangan tanaman, aphid akan menyebar ke
bagian lainnya. Umumnya aphid menyerang bagian pucuk-pucuk muda, batang, bunga,

2
daun, dan polong. Aphid muda dan aphid dewasa memperoleh makanan dengan
menghisap cairan sel tanaman. Telur berkembang di dalam induk dan keluar dalam
bentuk nimfa. Dalam beberapa hari nimfa mencapai stadia reproduksi. Imago dapat
menghasilkan 2-20 keturunan per hari pada kondisi yang sesuai. Hal ini menyebabkan
kepadatan populasi aphid meningkat secara cepat. Pada awal-awal infestasi aphis dewasa
tidak mempunyai sayap dan bergerombol. Aphis bersayap muncul pada generasi
selanjutnya dan menyebar ke tanaman lainnya. Di daerah tropis reproduksi aphid terjadi
tanpa perkawinan dan sebagian besar koloni terdiri dari aphid betina.
Gejala ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang terlambat dan kerdil daun keriting
ke dalam berpilin dan klorosis. Kutu bergerombol di pucuk tanaman.
Pengendalian
1. Melakukan pergiliran tananam.
2. Penanaman tanaman yang resisten.
3. Penggunaan musuh alami seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo
Diptera.
4. Penggunaan insektisida.

2.2. Hama Penggerek Polong (Maruca testulalis)


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralididae
Genus : Maruca
Spesies : Maruca testulalis

M. testulalis memiliki kisaran inang yang luas. Tanaman inang hama tersebut
terutama adalah tanaman-tanaman Leguminosae. Serangga tersebut termasuk hama utama
yang penting pada tanaman kacangan (legum). Sejauh yang diketahui, M. testulalis
dilaporkan pertama kali pada 'katjan' di Indonesia oleh Dietz pada tahun 1914. Dewasa
ini, telah diketahui bahwa penggerek tersebut menyerang berbagai tanaman. Tidak kurang
dari 35 spesies tanaman, dari 22 genus dan 6 famili, menjadi inang hama tersebut,
kebanyakan dari Papilionaceae.

3
M. testulalis termasuk hama penting pada tanaman kacang tunggak, kacang gude,
kacang buncis dan kecipir. Spesies tersebut juga dilaporkan sebagai hama penting pada
kacang panjang, termasuk di Indonesia. Di samping itu, hama tersebut menyerang kacang
tanah, kedelai, jarak, Dolichos lablab, Canavallia ensiformis, Lablab niger, Pisum
sativum, Lupinus sp., Derris, Tephrosia, Pueraria, Caesalpinia dan Sesbania. Penggerek
polong tersebut juga memiliki sejumlah inang antara, kebanyakan dari Leguminosae liar.

Morfologi Penggerek Polong


1. Periode dari telur sampai dewasa 30 - 35 hari. Siklus satu generasi terjadi antara
22 - 25 hari. Secara teoritis, dalam satu musim tanam bisa terdapat sampai empat
generasi.
2. Telur umumnya diletakkan pada kuncup bunga dan bunga legum, walaupun juga
dapat ditemukan pada pucuk, polong dan daun muda. Biasanya terdapat lebih
banyak telur pada kuncup bunga dan bunga daripada jaringan lain tanaman. Di
dalam kurungan, imago juga dapat meletakkan telur pada dinding kurungan.
Tabung kelopak pada kuncup bunga dan bunga, serta abscission scar dan
peduncle merupakan tempat peletakan telur utama. Daerah-daerah tersebut dekat
di sekitar nektar. Kelopak tidak dimakan oleh larva, tetapi paling disukai sebagai
tempat peletakan telur. Tempat peletakan telur yang disukai pada fase reproduktif
tanaman berturut-turut adalah tabung kelopak kuncup bunga/bunga> abscission
scar > peduncle. Telur jarang diletakkan pada tunas terminal, mahkota bunga dan
polong .
3. Telur diletakkan sendiri-sendiri, atau dalam kelompok kecil antara 2 - 16 butir.
Jumlah telur yang diletakkan bervariasi, tergantung pada kondisi iklim dan
tanaman inang. Seekor ngengat (imago) betina meletakkan 10 - 200 butir telur
selama hidupnya. Telur agak pipih, berbentuk bulat sampai sedikit oval. Telur
berwarna kuning pucat, dan pada permukaannya terdapat jaringan halus seperti
jala. Telur berukuran kecil, 0.65 x 0.45 mm, dengan diameter antara 0.35 - 0.55
mm. Pada saat telur akan menetas, terlihat bintik hitam yang merupakan bakal
kepala larva. Telur menetas setelah 2 - 3 hari.
4. Larva M. testulalis biasanya licin, berwarna krem, putih pudar atau putih
kekuningan. Larva mudah dikenali dengan adanya dua pasang bintik hitam pada
setiap ruas tubuhnya. Bintik-bintik tersebut membentuk baris membujur pada
dorsal, dan semakin jelas bersamaan dengan berkembangnya larva. Tubuh larva
terdiri dari 12 ruas, tidak termasuk kepala. Abdomen terdiri dari 9 ruas, pada

4
masing-masing ruas abdomen ke 3, 4, 5, 6 dan 9 terdapat sepasang tungkai palsu
(pseudoleg). Toraksnya 3 ruas, dan pada setiap ruas terdapat sepasang tungkai
sejati. Kepala larva berwarna coklat atau gelap, pronotum berwarna
hitam.Terdapat 5 instar larva, masingmasing 2 - 4 hari. Periode larva bervariasi
antara 10 - 15 hari, tergantung pada makanan dan kondisi iklim. Panjang larva
yang sudah berkembang penuh sekitar 16 mm.
5. Pada siang hari larva bersembunyi di dalam bunga dan polong, tetapi pada malam
hari larva keluar dan berkelana pada permukaan tanaman. Biasanya lebih sedikit
larva pada polong dibanding pada bunga. Kuncup bunga dan bunga mengandung
jumlah terbesar larva instar muda yang sedang makan. Populasi larva di lapangan
dipengaruhi oleh tipe kanopi tanaman. Tingkat populasi yang tinggi sering
terdapat pada kultivar yang bertajuk lebat. Jarang ditemukan sampai 20 ekor
larva per tanaman pada kondisi alami. Periode larva diikuti oleh periode prapupa
yang singkat, berlangsung selama 1 - 2 hari. Pada periode tersebut, larva berhenti
makan dan turun ke permukaan tanah dengan benang suteranya, menuju ke
bawah guguran daun.
6. Pupa terbentuk di dalam sel pupa berdinding ganda di bawah daun-daun yang
telah gugur. Dinding luar sel pupa mengandung benang sutera yang dianyam
bersama-sama dengan tanah dan sisa-sisa tanaman. Dinding sebelah dalam
merupakan anyaman longgar benang keputih-putihan, dan memiliki lubang di
bagian depan (anterior). Pembentukan pupa juga dapat terjadi pada kokon di
dalam polong, atau lebih jarang di dalam tanah. Pada awalnya pupa yang
terbentuk berwarna kuning pudar atau kehijauan, tetapi kemudian menjadi lebih
gelap dan berwarna coklat keabu-abuan. Periode pupa berlangsung selama 7 - 10
hari.
7. Kemunculan imago didorong oleh curah hujan dan kelembaban tanah yang tinggi.
Imago sangat aktif pada musim hujan. Imago berwarna coklat cerah, dengan
panjang tubuh rata-rata 11.2 mm, dan rentang sayap 21 - 27 mm. Sayap depan
imago berwarna coklat, dan memiliki tiga bercak tembus cahaya yang bentuknya
tidak beraturan. Sayap belakang berwarna putih keabuabuan, dengan ciri coklat
cerah pada bagian ujungnya. Pada tepi kedua pasang sayap terdapat rumbai yang
sangat halus (Gambar 3). Abdomen imago betina relatif lebih besar daripada
yang jantan. Abdomen imago jantan berbentuk lebih mengerucut. Lama hidup
imago 5 - 7 hari. Imago aktif pada malam hari (nocturnal). Populasi imago yang
tampak di lapangan pada siang hari dipengaruhi oleh tipe kanopi tanaman. Pada

5
kultivar dengan tajuk yang terbuka atau jarang, kalaupun ada hanya sedikit imago
yang terlihat pada siang hari.

Gejala Serangan
Gejala khas serangan M. testulalis adalah terdapatnya kotoran (frass) dan penjalinan.
Jaringan yang terserang dijalin bersama, menggunakan benang sutera yang dihasilkan
oleh larva. Larva menjalin pucuk, bunga, polong, dan daun tanaman. Bunga dan tunas
yang terserang layu, tetapi tetap tergantung pada jalinan. Kerusakan karena M. testulalis
mudah dikenali dari penampilan luarnya. Larva membuat liang gerek pada pucuk, batang,
bunga dan polong. Lubang masuk yang besar ditutupi dengan frass berwarna coklat.
Frass tersebut dapat mendorong terjadinya serangan jamur pada polong.
Larva menggerek ke dalam pucuk dan batang yang hijau. Kerusakan pada titik
pertumbuhan tersebut mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kerusakan
oleh larva instar lanjut sering mengakibatkan kematian jaringan di atas liang gerek yang
dibuat oleh larva. Kemudian populasi akan dibangun pada bunga dan polong tanaman.
Fase yang diserang berikutnya adalah tingkat pembungaan. Saat terdapatnya kuncup
bunga merupakan tingkat yang disukai untuk peletakan telur, dan merupakan tingkat
terpenting dimana larva-larva muda mengakibatkan kerusakan besar. Serangan pada
tingkat tersebut menurunkan potensi tanaman untuk membentuk bunga dan polong.
Kerusakan bunga karena M. testulalis tidak mudah ditaksir. Pada bunga, larva membuat
lubang masuk ke dan keluar dari bagian-bagian bunga. Larva instar awal menggerek ke
dalam bunga muda, makan di dalamnya, dan menyebabkan gugurnya bunga. Larva M.
testulalis tidak memakan kelopak, melainkan cenderung menggerek ke dalam tabung
mahkota. Instar muda maupun instar lanjut memusatkan serangannya pada bagianbagian
reproduktif pada bunga. Larva mula-mula mengkonsumsi kepala sari, tangkai sari,
tangkai putik, kepala putik dan bakal buah; sebelum keterbatasan makanan terjadi pada
komponen-komponen di dalam mahkota bunga legum. Larva muda menyukai bunga yang
sudah terbuka, dimana larva memakan ovari bunga. Bila larva memakan ovari bunga,
maka polong tidak terbentuk.
Perkembangan larva tidak dilengkapi pada satu bunga. Larva bersifat mobil,
menyerang sejumlah bunga. Larva umumnya tidak bermigrasi selama instar 1 dan 2.
Larva biasanya bermigrasi dari satu bunga ke bunga lainnya segera setelah bagian-bagian
reproduktif pada bunga dikonsumsi. Perpindahan antar struktur tersebut dipermudah
dengan adanya benang sutera yang dihasilkan oleh larva. Seekor larva dapat merusak 4 -
6 bunga, sebelum perkembangannya lengkap. Larva instar lanjut menggerek dan

6
memakan jaringan polong maupun biji. Polong muda rusak total akibat aktivitas makan
larva; sedangkan pada polong hijau yang lebih tua larva memakan beberapa biji yang
sedang berkembang, tetapi tidak semua biji di dalam satu polong dirusak oleh larva. Pada
cowpea, M. testulalis merusak sekitar sepertiga biji dalam polong yang terserang,
sedangkan pada kacang gude memakan hampir seluruh biji yang sedang berkembang di
dalam polong. Pada banyak kasus, setelah mengkonsumsi satu atau dua biji, penggerek
tersebut pindah ke polong lainnya. Selain polong segar, larva juga dapat menginfestasi
polong kering.

Pengendalian
Penurunan hasil karena serangan M. testulalis dapat sangat besar. Kehilangan hasil
pada berbagai legum karena hama ini diperkirakan 20 - 60 persen. M. testulalis sering
mengakibatkan kerusakan berat pada kacang tunggak, dengan kehilangan hasil yang
dapat mencapai 70 persen. Di Indonesia, kerusakan sebesar 25 persen pada kedelai
pernah dilaporkan. Pada kacang panjang, hama tersebut mengakibatkan kerugian yang
cukup fatal dan menurunkan mutu hasil. Berbagai tindakan dapat dilakukan dalam upaya
pengendalian M. testulalis. Tindakan pengendalian paling kritis adalah pada masa
pembungaan. Bila infestasi larva atau kerusakan pada bunga oleh M. testulalis tinggi,
penurunan hasil dapat sangat besar. Salah satu tindakan pengendalian M. testulalis yang
dapat dilakukan pada pertanaman kacang panjang adalah dengan insektisida.
Pengendalian M. testulalis dengan insektisida merupakan cara pengendalian yang terbaik.
Untuk mengurangi pemakaian insektisida perlu dipelajari saat aplikasi yang tepat.
Aplikasi pertama paling tidak seminggu sebelum masa pembungaan. Aplikasi insektisida
pertama dilakukan 35 45 hst, aplikasi kedua 50 - 55 hst. Ambang ekonomi untuk
pengendalian M. testulalis pada kacang panjang belum diketahui.
M. testulalis menyerang kisaran luas legum. Dengan demikian, penanaman legum-
legum yang berbeda secara berkesinambungan akan mendukung perkembangan
populasinya. Penanaman secara tumpangsari dapat ditelaah untuk mengurangi kerusakan.
Pada kacang panjang, jika ditemukan tanaman yang terserang, pengendalian dapat
dilakukan dengan memanen polong yang sudah bisa dipanen.
Pengendalian M. testulalis juga dapat dilakukan dengan penggunaan varietas resisten.
Resistensi batang dan peduncle terhadap serangan akan mengurangi kerusakan, tidak
hanya pada batang dan peduncle, tetapi juga pada bunga dan polong. Varietas dengan
jumlah bunga yang banyak dan membentuk pembungaan yang kompak lebih menderita
daripada varietas yang memiliki bunga lebih sedikit dan pembungaan yang lebih tersebar.

7
Pada cowpea, kerentanan tanaman terhadap kerusakan karena M. testulalis meningkat
bila polong bersentuhan dengan polong atau jaringan lain pada tanaman. Kerusakan pada
polong juga lebih tinggi pada varietas yang memiliki dua atau lebih polong yang terletak
berdekatan dengan sudut sempit pada peduncle daripada varietas yang polongnya terletak
lebih berjauhan.
Berbagai musuh alami menyerang M. testulalis. Larva M. testulalis yang diperoleh
dari kacang panjang (baik dari pasar maupun lapangan) sering terparasit oleh serangga
dari famili Braconidae. Berbagai musuh alami M. testulalis disajikan pada Tabel 1.
Pengendalian serangga tersebut juga dapat dilakukan dengan bakteri Bacillus
thuringiensis.

8
III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kacang panjang merupakan jenis tanaman sayur yang keberadaanya lumayan
banyak di Indonesia, dalam pembudidayaan tanaman kacang panjang terdapat hama yang
menyerang tanaman tersebut sehingga menyebabkan kerusakan pada tanaman tersebut
dan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani. Adapun hama utama yang menyerang
tanaman kacang panjang adalah Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) dan Hama
Penggerek Polong (Maruca testulalis). Hama kutu daun menyebabkan kerusakan secara
langsung, aphis juga berperan sebagai vektor beberapa virus penyebab penyakit mosaik,
sehingga kerusakan yang dapat diakibatkan kedua sumber ini bisa lebih tinggi lagi.
Sedangkan Hama penggerek polong gejala khas serangan M. testulalis adalah
terdapatnya kotoran (frass) dan penjalinan. Bunga dan tunas yang terserang layu, tetapi
tetap tergantung pada jalinan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Kutu Daun


http://www.petanihebat.com/2013/09/kutu-daun-aphis-cracivora-koch.html
Diakses pada 17 Februari 2017
Anonim. 2012. Aphis craccivora
http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.co.id/2012/04/aphis-craccivora.html
Diakses pada 17 Februari 2017
Budidarma.2011. Hama Kacang Hijau
http://budidarma.com/2011/08/hama-penggerek-polong-etiella-spp-pada-tanaman-
kedelai.html
Diakses pada 20 Februari 2017

10

Anda mungkin juga menyukai