Anda di halaman 1dari 4

DIABETES MELITUS

A. Gambaran Umum
Menurut Corwin (2009) bahwa dari bahasa Latin Melitus
merupakan manis atau madu, maka penyakit diabetes mellitus adalah
seseorang yang memiliki kadar glukosa tinggi dalam volume urine yang
dialirkan. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketiadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009). Menurut Price dan Wilson (2005) bahwa
diabetes melitus adalah gangguan metabolisme baik secara genetis dan
klinis dengan manifestasi hilangnya toleransi karbohidrat, yang ditandai
dengan hiperglikemia puasa dan postprandial.
Diabetes melitus berdasarkan gangguan toleransi glukosa dapat
diklasifikasikan antara lain: diabetes melitus tipe 1 dan 2, diabetes
gestasional, dan diabetes tipe khusus lain. Diabetes tipe 1 dikenal dengan
tipe dependent insulin dan juvenvileonset, dependent insulin karena karena
individu pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti, yang
dapat muncul disembarang usia dan dibagi menjadi 2 subtipe yaitu,
autoimun dengan kerusakan sel beta dan idiopatik tanpa ada autoimun.
Diabetes tipe 2 dikenal sebagai tipe dewasa dan tipe nondependent insulin,
obesitas juga sering dikaitkan dengan penyakit ini, dan kecenderungan
sifat genetik cukup kuat yang menyebabkan pankreas mengeluarkan
insulin yang berbeda . Diabetes gestasional (GDM) pada wanita hamil
yang sebelumnya tidak mengidap diabetes, faktor yang mendukung
terjadinya GDM seperti usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat
keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu, GDM ini
menyebabkan efek negative pada persalinan seperti meningkatkan
malformasi congenital, lahir mati, dan bayi bertubuh besar. Diabetes tipe
khusus lain adalah kelainan genetik pada sel beta seperti MODY, kelainan
genetik pada kerja insulin, penyakit pada eksokrin pankreas seperti
pankreatitis kronik, penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan

akromegali, obat obatan yang bersifat toksik terhdap sel beta, dan infeksi.
Tingkat kasus penderita diabetes melitus didunia cukup tinggi hingga 200
juta dan akan meningkat tiap tahunnya ( Corwin, 2009). Kasus ini dapat
berdampak pada ekonomi pada biaya pendapatan dan hilangnya
pendapatan (Price dan Wilson, 2005).
B. Etiologi
Menurut Gibney dkk (2008) bahwa Faktor pendukung yang
menjadi penyebab terjadinya penyakit diabetes mellitus antara lain : faktor
genetik, faktor lingkungan,dan faktor diet. Faktor genetik, dibuktikan
dengan adanya prevalensi diabetes mellitus pada anak anak dari orang tua
yang menderita diabetes, dan tingginya kasus penderita diabetes mellitus
pada etnis tertentu. Banyak gen yang ada di dalam diri manusia namun
belum teridentifikasi dengan jelas gen mana yang menyebabkan diabetes
mellitus. MODY merupakan salah satu contoh kemunculan diabetes saat
usia muda yaitu kurang dari 25 tahun, kelainan ini diturunkan secara
autosomal dominan dan mutasi. Faktor lingkungan termasuk faktor
pendukung terjadinya penyakit diabetes mellitus, faktor lingkungan
meliputi antara lain: usia, obesitas, resistensi insulin, faktor faktor
makanan/ gizi, jarang melakukan aktivitas fisik, unrbanisasi dan
modernisasi. Usia merupakan faktor pendukung yang penting karena
dengan adanya pertambahan usia semakin meningkat pula resiko terkena
penyakit diabetes mellitus, dibuktikan dengan peningkatan prevalensi DM
meningkat sesuai dengan penambahan umur. Obesitas adalah faktor utama
terjadinya DM karena dengan keadaan yang obesitas timbul efek yang
merugikan dari berat badan terhadap tingginya derajat resistensi insulin,
dengan adanya kenaikan berat badan dapat menaikan resiko DM terutama
obesitas pada bagian perut. Resistensi insulin juga dapat menjadi factor
lingkungan karena kerja insulin dibawah normal dapat mengakibatkan
berkurangnya pembuangan glukosa meskipun bukan diabetisi. Faktor diet/
pola makan menjadi hal yang sangat penting karena menenetukan obesitas

dan resistansi insulin, pola makan menjadi factor penting dalam penyakit
diabetes mellitus tipe 2.
C. Patofisiologi
Menurut Brashers (2007) bahwa genetika, dengan adanya berjuta
pengaruh genetika mengontrol toleransi karbohidrat, oleh karena itu
diabetes mellitus tipe 2 merupakan kelainan poligenik dengan factor
metabolic berganda. Mekanisme resisten insulin pada otot rangka
menyabakan terjadinya gangguan aktivase glikogen,disfungsi regulator
metabolism,

dan

abnormal

transporter

glukosa.

Resisten

insulin

mengakibatkan berkurangnya pembuangan glukosa seluler yang dimediasi


insulin. Hepar resisten terhadap insulin, biasanya berespon terhadap
hiperglikemia untuk menurunkan glukosa. Obesitas terutama pada bagian
perutberkaitan dengan peningkatan derajat resisten insulin. Disfungsi sel
beta mengakibatkan ketidakmampuan sel pankreas menghasilkan insulin
yang cukup. Dengan adanya toksisitas glukosa, hiperglikemia yang
membuat sel beta tidak responsive terhadap glukosa. Fase pelepasan
insulin pada diabetes mellitus tipe 2 sangat terganggu. Fungsi sel beta dan
resistensi insulin akan membaik dengan adanya penurunan berat badan dan
peningkatan aktifitas.
D. Manifestasi klinis
Menurut Corwin (2009) gejala dan tanda yang timbul :

Peningkatan rasa haus, lapar dan pengeluaran urine


Rasa lelah dan kelemahan otot
Peningkatan infeksi
Gangguan penglihatan
Abnormalitas sensasi
Pelisutan otot
Kadar glukosa plasma puasa lebih dari 126 mg/ 100 mL
pada dua waktu pemeriksaan dan kadar gula pospandial

meningkat setelah makan


E. Manifestasi Oral

Menurut Tjokroprawiro (2007) bahwa tanda gejala yang timbul


pada rongga mulut. Lidah penderita sering membesar atau terlihat tebal
dan terkadang rasa pengecapannya terganggu. Ludah menjadi lebih kental
dan mulut terasa kering sehingga memudahkan untuk infeksi, bahkan
ludah juga terlalu cair. Periodontium mudah rusak sehingga gigi menjadi
goyah dan rusak. Gusi mudah membengkak, mudah terinfeksi, sering
bernanah, dan bau mulut.
F. Relevansi dengan kedokteran gigi
Penyakit diabetes mellitus berdampak dan berpengaruh pada
kesehatan oral, begitupun sebaliknya kesehatan rongga mulut juga
berpengaruh pada penyakit tersebut, dengan demikan perlu diperhatikan
adanya kesehatan rongga mulut pada penderita diabetes mellitus. Jaringan
jaringan yang rusak seperti jaringan periodontium dan gigi yang rusak
perlu pengobatan dan perawatan yang baik. Pengobatan dan perawatan
rongga mulut yang baik tidak memperburuk kondisi penderita diabetes,
apabila pengobatan dan perawatan kesehatan oral yang kurang baik akan
menyebabkan penyakit tersebut bertambah parah karena adanya infeksi
didaerah oral. Mengawasi kesehatan oral dan pemeriksaan berkala oral
pada penderita diabetes untuk menghindari akibat/ resiko dari penyakit
diabetes mellitus (Tjokroprawiro, 2007).
REFERENCES
Brashers, V.L., 2007, Aplikasi Klinis Patofisiologis, EGC, Jakarta.
Corwin, E.J., 2009, Patofisiologi : buku saku, EGC, Jakarta.
Gibney, M.J., Margetts, B.M., Kearney, J.M., Arab, L., 2008. Gizi
Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.
Price, S.A., Wilson, L.M., 2005, Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Tjokroprawiro, A., 2007, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes
Melitus, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai