KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
dan
melimpahkan
rezeki
serta
karunia-Nya
sehingga
penyusun
dapat
menyelesaikan laporan resmi ini tanpa mengalami hambatan serta pada waktu
yang telah ditetapkan. Makalah ini disusun sebagaimana semestinya. Tidak lupa
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun telah berusaha untuk memberikan yang terbaik, tetapi penyusun
sangat menyadari bahwa makalh ini tidak luput dari kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembangunan
dimasa yang akan datang.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah yang telah dibuat ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi semua pembaca.
[Type text]
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
[Type text]
[Type text]
BAB II
TRIGEMINAL NEURALGIA
A. Defenisi
Trigeminal neuralgia adalah sindrom nyeri pada wajah pada area
persarafan Nervus Trigeminus pada satu cabang atau lebih, secara paroksismal
berupa nyeri tajam yang tidak diketahui penyebabnya dan biasanya terjadi pada
umur 40 tahun keatas.
B. Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada
wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan
wajah dibandingkan dengan sis kiri dengan rasio 3:2, dan merupakan penyakit
pada kelompok usia dewasa decade enam sampai tujuh. Hanya 10% kasus yang
terjadi sebelum usia empat puluh tahun. Sumber lain menyebutkan, penyakit ini
lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia di atas 50 tahun, meskipun
terdapat pula penderita berusia muda dan anak-anak. Neuralgia trigeminal
merupakan penyakit yang relative jarang, tetapi sangat menganggu kenyamanan
hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk mengatasi trigeminal
neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang
dikirm ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak
mengetahui dan menyalah artikan neuralgia trigeminal sebagai nyeri yang
ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan
tidaklah tuntas.
C. Anatomi Fisiologis Nervus Trigeminus
Nervus Trigeminus merupakan saraf cranial terbesar yang memiliki 3
percabangan yaitu :
1. Nervus Opthalmicus bersifat sensoris murni. Berjalan ke depan pada
dinding lateral sinus cavernosus dalam fossa crania media dan bercabang
[Type text]
[Type text]
Nervus Trigeminus merupakan saraf sensoris utama kepala dan saraf otototot pengunyah. Dan juga menegangkan palatum molle dan membrane
tympani. Fungsi nervus Trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa
suhu, nyeri dan raba pada daerah inervasi N. V (daerah muka dan bagian
ventral calvaria), pemeriksaan refleks kornea, dan pemeriksaan fungsi
otot-otot pengunyah. Fungsi otot pengunyah dapat diperiksa, misalnya
dengan menyuruh penderita menutup kedua rahangnya dengan rapat,
sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigi-gigi rahang atas,
sementara m. Masseter dan m. Temporalis dapat dipalpasi dengan mudah
D. Etiologi
Mekanisme patofisiologis yang mendasari trigeminal neuralgia belum
begitu pasti, walau sudah sangat banyak penelitian dilakukan. Kesimpulan
Wilkins, semua teori tentang mekanisme harus konsisten dengan:
1. Sifat nyeri yang paroksismal, dengan interval bebas nyeri yang lama.
[Type text]
[Type text]
2. Umumnya ada stimulus 'trigger' yang dibawa melalui aferen berdiameter besar
(bukan serabut nyeri) dan sering melalui divisi saraf kelima diluar divisi untuk
nyeri.
3. Kenyataan bahwa suatu lesi kecil atau parsial pada ganglion gasserian dan atau
akar-akar saraf sering menghilangkan nyeri.
4. Terjadinya trigeminal neuralgia pada pasien yang mempunyai kelainan
demielinasi sentral (terjadi pada 1% pasien dengan sklerosis multipel)
Kenyataan ini tampaknya memastikan bahwa etiologinya adalah sentral
dibanding saraf tepi. Paroksisme nyeri analog dengan bangkitan dan yang menarik
adalah sering dapat dikontrol dengan obat-obatan anti kejang (karbamazepin dan
fenitoin).
Tampaknya sangat mungkin bahwa serangan nyeri mungkin menunjukkan
suatu cetusan 'aberrant' dari aktivitas neuronal yang mungkin dimulai dengan
memasukkan input melalui saraf kelima, berasal dari sepanjang traktus sentral
saraf kelima, atau pada tingkat sinaps sentralnya.
Berbagai keadaan patologis menunjukkan penyebab yang mungkin pada
kelainan ini. Pada kebanyakan pasien yang dioperasi untuk trigeminal neuralgia
ditemukan adanya kompresi atas nerve root entry zone' saraf kelima pada batang
otak oleh pembuluh darah (45-95% pasien). Hal ini meningkat sesuai usia karena
sekunder terhadap elongasi arteria karena penuaan dan arteriosklerosis dan
mungkin sebagai penyebab pada kebanyakan pasien.
Otopsi menunjukkan banyak kasus dengan keadaan penekanan vaskuler
serupa tidak menunjukkan gejala saat hidupnya. Kompresi nonvaskuler saraf
kelima terjadi pada beberapa pasien. 1-8% pasien menunjukkan adanya tumor
jinak sudut serebelopontin (meningioma, kista epidermoid, neuroma akustik,
AVM) dan kompresi oleh tulang (misal sekunder terhadap penyakit Paget). Tidak
seperti kebanyakan pasien dengan trigeminal neuralgia, pasien ini sering
mempunyai gejala dan atau tanda defisit saraf kranial.
[Type text]
[Type text]
Penyebab lain yang mungkin, termasuk cedera perifer saraf kelima (misal
karena tindakan dental) atau sklerosis multipel, dan beberapa tanpa patologi yang
jelas.
E. Gambaran Klinik
Serangan trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik
sampai semenit, unilateral (97%), Paling sering pada cabang ke 2 dan 3 Beberapa
orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain
merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik, kena
pukulan jab, atau ada kawat di sepanjang wajahnya. nyeri yang muncul
mendadak, berat, seperti sengatan listrik, biasanya pada satu sisi rahang atau pipi.
Pada beberapa penderita, mata, telinga atau langit-langit mulut dapat pula
terserang. Pada kebanyakan penderita, nyeri berkurang saat malam hari, atau pada
saat penderita berbaring.
Serangan ini hilang timbul. Bisa jadi dalam sehari tidak ada rasa sakit.
Namun, bisa juga sakit menyerang setiap hari atau sepanjang minggu. Lalu, tidak
sakit lagi selama beberapa waktu. Trigeminal neuralgia biasanya hanya terasa di
satu sisi wajah, tetapi bisa juga menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang
sekali terasa di kedua sisi wajah dalam waktu bersamaan.
Insiden 4,3 per 100.000 populasi/tahun, perempuan > laki-laki, sering pada
usia dewasa setelah 40 tahun, ditemukan juga pada anak usia 12 tahun.
F. Klasifikasi
Trigeminal Neuralgia dapat dibedakan menjadi:
1. Trigeminal neuralgia Tipikal
2. Trigeminal neuralgia Atipikal
3. Trigeminal neuralgia sklerosis Multipel
4. Trigeminal neuralgia sekunder
5. Trigeminal neuralgia Pasca Trauma
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Pemeriksaan Fisik
Menilai EOM.
[Type text]
[Type text]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diagnostic seperti CT-scan kepala atau MRI
dilakukan untuk mencari etiologi primer di daerah posterior atau sudut serebelopontine.
H. PATOFISIOLOGI
Neuralgia trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan
system persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang
menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang
mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangakal
tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima sampai delapan persen kasus
disebabkan oleh adanya tumor benigna pada sudut serebelo-pontine seperti
meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma akustik. Kira-kira 2-3% kasus
karena sklerosis multiple. Ada sebahagian kasus yang tidak diketahui sebabnya.
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
BAB III
Pembahasan
Kasus :
Seorang laki-laki usia 43 tahun datang ke Departemen Kedokteran
Gigi RS Torontos Mount Sinai dengan keluhan utama nyeri pada wajah sebelah
kanan selama 18 bulan. Sebelumnya pasien telah melakukan perawatan pada 4
dokter gigi, namun belum ditemukan diagnosa yang sesuai. Beberapa pengobatan
telah diberikan antara lain codeine, oxycodone, dan meloxicam, namun pasien
masih merasakan nyeri. Tiga bulan yang lalu, pasien juga mengunjungi UGD RS
setempat, dan diberikan resep antibiotik, namun gejala yang dirasakan tidak
kunjung reda. Pasien menyatakan rasa nyeri di sekitar gigi geraham bawah kanan
dan semakin sakit ketika digunakan untuk mengunyah. Nyeri dirasakan dengan
durasi yang pendek pada wajah sebelah kanan, timbul secara spontan, dan
ketidaknyamanan pada daerah disekitar gingiva regio gigi 46. Pemeriksaan klinis
tes perkusi positif pada gigi 46. Pemeriksaan radiografi panoramik menunjukkan
tidak ada kelainan dentoalveolar maupun craniofacial yang berkaitan dengan
keluhan pasien. Dokter menduga nyeri berasal dari gigi 46 dan melakukan
perawatan saluran akar pada gigi 46 (gambar 1).
[Type text]
[Type text]
bahwa lesi tersebut adalah tumor epidermoid. Dokter menduga hasil pemeriksaan
ini berkaitan dengan gejala yang dirasakan pasien.
Pembahasan :
Pasien merasakan nyeri yang berlangsung lama pada wajah sebelah kanan
dikarenakan setelah dilakukan pemeriksaan MRI menunjukan displacement
batang otak dan pada pemeriksaan histopatologi juga ditemukan gambaran HPA
tumor epidermoid yang dapat menekan nervus trigeminus dan nyeri tersebut
berlangsung lama karena salah satu faktornya seperti lesi tidak segera ditangani.
Beberapa pengobatan telah diberikan antara lain codeine, oxycodone, dan
meloxicam, namun pasien masih merasakan nyeri. Codein yang terkonsumsi akan
teraktfasi oleh enzim CYP2D6 di dalama hati menjadi morfin , sehingga morfin
tsb tidak bisa digunakan mengingat 90% codein yang diambil akan dimusnahkan
dalam usus halus sebelum berhasil memasuki peredaran darah.Oleh karena itu
codein seolah-olah tidak berpengaruh atas penggunaannya namun efek samping
seperti analgesia dan sedasi masih terasa.Sedangkan obat-obat yang digunakan
pada kasus ini adalah antikonklusan merupakan salah satu obat yg digunakan
untuk mengurangi rasa sakit tapi jenis obat ini memiliki toksik pada pasien jadi
jarang digunakan.
Pasien merasakan nyeri yang diduga berasal pada regio gigi 46 dan
semakin nyeri ketika digunakan untuk mengunyah hal tersebut dikarenakan pada
regio gigi 46 pada kasus diatas gigi tersebut di lakukan perawatan saluran akar
perawatan tersebut yang bisa memicu rasa nyeri dan timbulnya neuralgia dan
apabila di lakukan pengunyahan pada regio tersebut maka akan terjadi penekanan
berlebih pada regio tersebut sehingga akan menyebabkan nyeri yang semakin
parah dan pembuluh darah bersinggungan nervus trigeminus dan menyebabkan
trigeminal neuralgia.pada gambaran HPA juga ditemukan adanya tumor dimana
masa dari tumor ini akan menekan dari jar.sekitar sehingga bisa juga
menyebabkan adanya trigeminal neuralgia dan menyebabkan nyeri.Tidak ada
hubungan antara tes perkusi positif dengan nyeri yang dirasakan pasien
tidak,karena tes perkusi positif hanya menunjukan gigi tersebut masih keadaan
vital atau tidak. Ketika dilakukan penekanan mekanik pasien merasakan nyeri
[Type text]
[Type text]
dengan durasi pendek dan muncul secara spontan, hal ini dikarenakan pada saat
penekanan pembuluh darah mengenai atau menyentuh nervus trigeminus.Arteri
yang sering menekan nervus ini adalah arteri cerbelar superior,penekanan
berulang menyebabkan iritasi dan akan mengakibatkan hilangnya lapisan
myelin(demyelinisasi) pada serabut saraf dan hasilnya terjadi peningkatan
aktivitas aferen serabut saraf dan penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervus
trigeminus dan menimbulkan gejal trigeminal neuralgia. Pada gambaran
radiografi panoramik tidak terlihat adanya kelainan pada intra oral (jar.keras
maupun lunak pada oral) tetapi memang ditemukan adanya perawatan saluran
akar(PSA) dimana PSA merupakan dental treatment dan dental treatment juga
dapat dikategorikan sebagai salah satu etiologi dari terjadinya trigeminal neuralgia
atau nyeri wajah unilateral.
Setelah dilakukan perawatan saluran akar pada gigi 46 nyeri yang
dirasakan tidak kunjung reda, karena nyeri yang timbul pada wajah merupakan
nyeri yang bisa dikarenakan beberapa aktifitas ataupun nyeri yang timbul secara
spontan dan tergolong dalam trigeminal neuralgia,dan nyeri tersebut bisa terjadi
secara tiba-tiba atau periodik (detik/menit) penyebabnya juga bisa dikarenakan
dental treatmant yg bisa menyebabkan terjadinya trigeminal neuralgia. Sedangkan
keterkaitan antara hasil pemeriksaan MRI dan histopatologi dengan keluhan yang
dirasakan pasien didapatkan adanya displacement batang otak dan terdapat lesi
yang menekan nervus trigeminus sedangkan pada hasil HPA
gambaran lesi yaitu lesi dari tumor epidermoid.
[Type text]
menunjukan
[Type text]
KESIMPULAN
[Type text]
[Type text]
DAFTAR PUSTAKA
1. Azar M, Yahyavi ST, Bitaraf MA, Gazik FK, Allahverdi M, Shahbazi
S, et.al:Gamma knife surgery in patients with trigeminal neuralgia :
quality of life, outcomes and complications. Clin Neurology
Neurosurgery 111:174-178, 2009.
2. Bennetto L, Patel NK, Fuller G. Trigeminal neuralgia and its
management. BMJ 2007 jan 27:334:201-205.
3. Cheshire, W.P (2002) Defining the role of gabapentine in the treatment
of trigeminal neuralgia : a retrospective study. Journal of pain 3(2),
137-142.
4. David A. Greenberg, Michael J. Aminoff, Roger P.Simon: Clinical
Neurology. Fifth edition, Lange Medical Books/McGraw-Hill, The
United States of America, 2002: 84-85
5. Goetz CG, ed. Textbook of Clinical Neurology. 3rd ed. Philadelphia,
Pa: WB Saunders; 2007.
6. Harrisons Principle of Internal Medicine 17th edition. Publisher
McGraw-Hill. Philadelphia.2008.
7. Richard S. Snell: Anatomi Klinik. Bagian 3, EGC, Jakarta, 1997: 187
8. Wahyu Ika Wadhani, dkk. Kapita Selekta Kedokeran. Team Media
Aesculapius, Jakarta, 2000: 44
[Type text]