Anda di halaman 1dari 21

Bahan Ajar Kimia Fisika

BAB III
KESETIMBANGAN FASA
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs.
Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus Clapeyron
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan perubahan suhu.
Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti hukum
Raoult. Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti hukum Henry. Sifat
sifat koligatif dari larutan dua komponen akan dibahas pada bab ini.
3.1. Sistem Satu Komponen
3.1.1. Aturan Fasa Gibbs
Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan sederhana antara jumlah
fasa setimbang, jumlah komponen, dan jumlah besaran intensif bebas yang dapat
melukiskan keadaan sistem secara lengkap. Menurut Gibbs,
c p

dimana

..........................................

(3.1)

= derajat kebebasan
c = jumlah komponen
p = jumlah fasa
= jumlah besaran intensif yang mempengaruhi sistem (P, T)

Derajat kebebasan suatu sistem adalah bilangan terkecil yang menunjukkan


jumlah variabel bebas (suhu, tekanan, konsentrasi komponen komponen) yang
harus diketahui untuk menggambarkan keadaan sistem. Untuk zat murni,
diperlukan hanya dua variabel untuk menyatakan keadaan, yaitu P dan T, atau P
dan V, atau T dan V. Variabel ketiga dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan gas ideal. Sehingga, sistem yang terdiri dari satu gas atau cairan ideal
mempunyai derajat kebebasan dua ( = 2).

Bahan Ajar Kimia Fisika

Bila suatu zat berada dalam kesetimbangan, jumlah komponen yang


diperlukan untuk menggambarkan sistem akan berkurang satu karena dapat
dihitung dari konstanta kesetimbangan. Misalnya pada reaksi penguraian H2O.
H2O(g) H2(g) + O2(g)

KP

P P

P
H2

O2

1/ 2

.............................................

(3.2)

H 2O

Dengan menggunakan perbandingan pada persamaan 3.2, salah satu konsentrasi


zat akan dapat ditentukan bila nilai konstanta kesetimbangan dan konsentrasi
kedua zat lainnya diketahui.
Kondisi fasa fasa dalam sistem satu komponen digambarkan dalam
diagram fasa yang merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.

Gambar 3.1. Diagram fasa air pada tekanan rendah

Titik A pada kurva menunjukkan adanya kesetimbangan antara fasa fasa


padat, cair dan gas. Titik ini disebut sebagai titik tripel. Untuk menyatakan
keadaan titik tripel hanya dibutuhkan satu variabel saja yaitu suhu atau tekanan.
Sehingga derajat kebebasan untuk titik tripel adalah nol. Sistem demikian disebut
sebagai sistem invarian.

Bahan Ajar Kimia Fisika

3.1.2. Keberadaan Fasa Fasa dalam Sistem Satu Komponen


Perubahan fasa dari padat ke cair dan selanjutnya menjadi gas (pada
tekanan tetap) dapat dipahami dengan melihat kurva energi bebas Gibbs terhadap
suhu atau potensial kimia terhadap suhu.

Gambar 3.2. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa fasa padat, cair dan gas terhadap
suhu pada tekanan tetap

Lereng garis energi Gibbs ketiga fasa pada gambar 3.2. mengikuti persamaan

G
T P

............................................

(3.3)

Nilai entropi (S) adalah positif. Tanda negatif muncul karena arah lereng yang
turun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Sg > Sl > Ss.
3.1.3. Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam sistem satu komponen berada dalam kesetimbangan,
kedua fasa tersebut mempunyai energi Gibbs molar yang sama. Pada sistem yang
memiliki fasa dan ,
G = G ..................................................

(3.4)

Jika tekanan dan suhu diubah dengan tetap menjaga kesetimbangan, maka
dG = dG ................................................
G

dP
T

G
dT
P
P

G
T

dP

Dengan menggunakan hubungan Maxwell, didapat

dT
P

...............

(3.5)
(3.6)

Bahan Ajar Kimia Fisika

V dP S dT V dP S dT

..............................

(3.7)
dP S S
S

dT V V
V

H
T

Karena

maka

dP
S

dT TV

...........................................

(3.8)

.................................................

(3.9)

.............................................

(3.10)

Persamaan 3.10 disebut sebagai Persamaan Clapeyron, yang dapat digunakan


untuk menentukan entalpi penguapan, sublimasi, peleburan, maupun transisi
antara dua padat. Entalpi sublimasi, peleburan dan penguapan pada suhu tertntu
dihubungkan dengan persamaan
H sub lim asi H peleburan H penguapan

..............................

(3.11)
3.1.4. Persamaan Clausius Clapeyron
Untuk peristiwa penguapan dan sublimasi, Clausius menunjukkan bahwa
persamaan Clapeyron dapat disederhanakan dengan mengandaikan uapnya
mengikuti hukum gas ideal dan mengabaikan volume cairan (Vl) yang jauh lebih
kecil dari volume uap (Vg).
V V g Vl V g

Bila

.............................................

RT
Vg
P

(3.12)

.................................................

(3.13)
maka persamaan 3.10 menjadi

dP PH v

dT
RT 2
dP H v

dT
P
RT 2

..........................................

(3.14)

........................................

(3.15)

Bahan Ajar Kimia Fisika

P2

H v
1
dP

P
R
P1

T2

dT

.......................................

T1

(3.16)
ln

P2 H v
1
1



P1
R T2 T1

ln
Persamaan

3.18

........................................

P2 H v T2 T1

P1
RT1T2

disebut

Persamaan

(3.17)

........................................
Clausius

Clapeyron.

(3.18)
Dengan

menggunakan persamaan di atas, kalor penguapan atau sublimasi dapat dihitung


dengan dua tekanan pada dua suhu yang berbeda.
Bila entalpi penguapan suatu cairan tidak diketahui, harga pendekatannya
dapat diperkirakan dengan menggunakan Aturan Trouton, yaitu
S penguapan

H penguapan
Tdidih

88 J / K .mol

..........................

(3.19)
3.2. Sistem Dua Komponen
3.2.1. Kesetimbangan Uap Cair dari Campuran Ideal Dua Komponen
Jika campuran dua cairan nyata (real) berada dalam kesetimbangan
dengan uapnya pada suhu tetap, potensial kimia dari masing masing komponen
adalah sama dalam fasa gas dan cairnya.
i ( g ) i (l )

.............................................

(3.20)

Jika uap dianggap sebagai gas ideal, maka

i ( g ) io( g ) RT ln

Pi
Po

.....................................

(3.21)

dimana Po adalah tekanan standar (1 bar). Untuk fasa cair,


i (l ) io( l ) RT ln ai .........................................

(3.22)

Persamaan 3.20 dapat ditulis menjadi

io( g ) RT ln

Pi
io(l ) RT ln ai ..................................
o
P

(3.23)

Bahan Ajar Kimia Fisika

Dari persamaan 3.23 dapat disimpulkan bahwa

RT ln

Pi
RT ln ai ...........................................
Pi o
ai

Pi
Pi o

..................................................

(3.24)
(3.25)

Persamaan 3.25 menyatakan bahwa bila uap merupakan gas ideal, maka aktifitas
dari komponen i pada larutan adalah perbandingan tekanan parsial zat i di atas
larutan (Pi ) dan tekanan uap murni dari zat i (Pio).
Pada tahun 1884, Raoult mengemukakan hubungan sederhana yang dapat
digunakan untuk memperkirakan tekanan parsial zat i di atas larutan (Pi ) dari
suatu komponen dalam larutan. Menurut Raoult,
Pi x i Pi o

................................................

(3.26)
Pernyataan ini disebut sebagai Hukum Raoult, yang akan dipenuhi bila
komponen komponen dalam larutan mempunyai sifat yang mirip atau antaraksi
antar larutan besarnya sama dengan interaksi di dalam larutan (A B = A A = B
B). Campuran yang demikian disebut sebagai campuran ideal, contohnya
campuran benzena dan toluena. Campuran ideal memiliki sifat sifat
Hmix = 0
Vmix = 0
Smix = - R ni ln xi
Tekanan uap total di atas campuran adalah
P P1 P2

x1 P1o x 2 P2o

....................................

(3.27)
Karena x2 = 1 x1, maka

P P2o P1o P2o x1 .........................................

(3.28)

Persamaan di atas digunakan untuk membuat garis titik gelembung (bubble


point line). Di atas garis ini, sistem berada dalam fasa cair. Komposisi uap pada
kesetimbangan ditentukan dengan cara

Bahan Ajar Kimia Fisika

xi'

Pi
P

...................................................

(3.29)

Keadaan campuran ideal yang terdiri dari dua komponen dapat digambarkan
dengan kurva tekanan tehadap fraksi mol berikut.

Gambar 3.3. Tekanan total dan parsial untuk campuran benzena toluena pada 60oC

Gambar 3.4. Fasa cair dan uap untuk campuran benzena toluena pada 60oC

Garis titik embun (dew point line) dibuat dengan menggunakan persamaan

P1o P2o
P1o P2o P1o x1o

.......................................

(3.30)

Di bawah garis ini, sistem setimbang dalam keadaan uap.


Pada tekanan yang sama, titik titik pada garis titik gelembung dan garis
titik embun dihubungkan dengan garis horisontal yang disebut tie line (lihat

Bahan Ajar Kimia Fisika

gambar 3.4). Jika diandaikan fraksi mol toluena adalah x, maka jumlah zat yang
berada dalam fasa cair adalah
C cair

xv
l v

..........................................

(3.31)

Sedangkan jumlah zat yang berada dalam fas uap adalah


C uap

lx
l v

..........................................

(3.32)

Penentuan jumlah zat pada kedua fasa dengan menggunakan persamaan 3.31 dan
3.32 disebut sebagai Lever Rule.
3.2.2. Tekanan Uap Campuran Non Ideal
Tidak semua campuran bersifat ideal. Campuran campuran non ideal ini
mengalami penyimpangan / deviasi dari hukum Raoult. Terdapat dua macam
penyimpangan hukum Raoult, yaitu
a. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam
masing masing zat lebih kuat daripada antaraksi dalam campuran zat
( A A, B B > A B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi
campuran (Hmix) positif (bersifat endotermik) dan mengakibatkan
terjadinya penambahan volume campuran (V mix > 0). Contoh
penyimpangan positif terjadi pada campuran etanol dan n hekasana.

Gambar 3.5. Penyimpangan positif hukum Raoult

Bahan Ajar Kimia Fisika

b. Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila antaraksi dalam
campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing masing zat
( A B > A A, B B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi
campuran (Hmix) negatif (bersifat eksotermik) mengakibatkan
terjadinya pengurangan volume campuran (Vmix < 0).. Contoh
penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.

Gambar 3.6. Penyimpangan negatif hukum Raoult

Pada gambar 3.5 dan 3.6 terlihat bahwa masing masing kurva memiliki
tekanan uap maksimum dan minimum. Sistem yang memiliki nilai maksimum
atau minimum disebut sistem azeotrop. Campuran azeotrop tidak dapat
dipisahkan dengan menggunakan destilasi biasa. Pemisahan komponen 2 dan
azotrop dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat. Tetapi, komponen 1 tidak
dapat diambil dari azeotrop. Komposisi azeotrop dapat dipecahkan dengan cara
destilasi pada tekanan dimana campuran tidak membentuk sistem tersebut atau
dengan menambahkan komponen ketiga.
3.2.3. Hukum Henry
Hukum Raoult berlaku bila fraksi mol suatu komponen mendekati satu.
Pada saat fraksi mol zat mendekati nilai nol, tekanan parsial dinyatakan dengan
Pi xi K i

(3.33)

................................................

Bahan Ajar Kimia Fisika

yang disebut sebagai Hukum Henry, yang umumnya berlaku untuk zat terlarut.
Dalam suatu larutan, konsentrasi zat terlarut (dinyatakan dengan subscribe 2)
biasanya lebih rendah dibandingkan pelarutnya (dinyatakan dengan subscribe 1).
Nilai K adalah tetapan Henry yang besarnya tertentu untuk setiap pasangan pelarut
zat terlarut.
Tabel 3.1. Tetapan Henry untuk gas gas terlarut pada 25oC (K2 / 109 Pa)

Gas
H2
N2
O2
CO
CO2
CH4
C2H2
C2H4
C2H6

Pelarut
Air
7,12
8,68
4,40
5,79
0,167
4,19
0,135
1,16
3,07

Benzena
0,367
0,239
0,163
0,0114
0,569

Kelarutan gas dalam cairan dapat dinyatakan dengan menggunakan


tetapan Henry. Hukum Henry berlaku dengan ketelitian 1 3% sampai pada
tekanan 1 bar. Kelarutan gas dalam cairan umumnya menurun dengan naiknya
temperatur, walaupun terdapat beberapa pengecualian seperti pelarut amonia cair,
lelehan perak, dan pelarut pelarut organik. Senyawa senyawa dengan titik
didih rendah (H2, N2, He, Ne, dll) mempunyai gaya tarik intermolekular yang
lemah, sehingga tidak terlalu larut dalam cairan. Kelarutan gas dalam air biasanya
turun dengan penambahan zat terlarut lain (khususnya elektrolit).
3.2.4. Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif (colligative properties) berasal dari kata colligatus (Latin)
yang berarti terikat bersama. Ketika suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam
pelarut murni A, fraksi mol zat A, xA, mengalami penurunan. Penurunan fraksi mol
ini mengakibatkan penurunan potensial kimia. Sehingga, potensial kimia larutan
lebih rendah daripada potensial pelarut murninya. Perubahan potensial kimia ini
menyebabkan perubahan tekanan uap, titik didih, titik beku, serta terjadinya
fenomena tekanan osmosis. Sifat koligatif diamati pada larutan sangat encer,

Bahan Ajar Kimia Fisika

dimana konsentrasi zat terlarut jauh lebih kecil dari pada konsentrasi pelarutnya
(x2 <<< x1). Perubahan sifat sifat koligatif tersebut dapat dilihat pada gambar
3.7.
P

pelarut

larutan

Po

P
P

Tf o

Tbo

Tf
Tf

Tb

Gambar 3.7. Sifat koligatif larutan

3.2.4.1. Penurunan Tekanan Uap (P)


Bayangkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah
menguap (involatile solute). Kondisi ini umumnya berlaku untuk zat terlarut
berupa padatan, tetapi tidak untuk zat cair maupun gas. Tekanan uap larutan (P)
kemudian akan bergantung pada pelarut saja (P1). Sehingga penurunan tekanan
uap dapat dinyatakan sebagai
P = P1o P1 ...

(3.34)

Jika nilai P1 disubstitusi dengan persamaan 3.26, maka


P P1o x1 .P1o

(3.35)
P1o (1 x1 )

Tb

.....

Bahan Ajar Kimia Fisika

P P1o .x 2

(3.36)
dimana

x1 = fraksi mol pelarut


x2 = fraksi mol zat terlarut

Fraksi mol (xi) adalah perbandingan jumlah mol zat i (ni) terhadap jumlah mol
total (ntotal) dalam larutan. Untuk larutan yang sangat encer, n2 << n1. Sehingga,
n2
n
2
n1 n 2 n1

..........................................

(3.37)

Dengan demikian,
P = P1o .

n2
n1 n2

P = P1o .

n2
n1

(3.38)

.....

(3.39)

3.2.4.2. Kenaikan Titik Didih (Tb) dan Penurunan Titik Beku (Tf)
Titik didih (boiling point / Tb) normal cairan murni adalah suhu dimana
tekanan uap cairan tersebut sama dengan 1 atm. Penambahan zat terlarut yang
tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap larutan. Sehingga, dibutuhkan
suhu yang lebih tinggi agar tekanan uap larutan mencapai 1 atm. Hal ini
mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut
murninya.
Dari persamaan 3.36, penurunan tekanan uap (P) dapat dinyatakan
P1o P1 = P1o . x2

sebagai

....................................

(3.40)
x2

P1o P1
P1o

(3.41)
Menurut persamaan Clausius Clapeyron,

Bahan Ajar Kimia Fisika

ln

P2
P1

HV T2 T1
RT1T2

....

(3.42)
Bila

P2 = P1

dan

T2 = Tb

P1 = P1o

T1 = Tbo

maka persamaan Clausius Clapeyron dapat ditulis menjadi

P1
HV (Tb Tbo )
ln o =
P1
RTboTb

..

(3.43)

P1o P1

ln 1
o
P1

HV
Tb
RT1T2

.......

(3.44)
Pada larutan encer,

P1o P1
sangat kecil, sehingga
P1o
ln

P1o P1
P1o

P1o P1
P1o

= -

...........

(3.45)
Karena Tb sangat kecil, maka Tb Tbo
-

P1o P1
P1o

HV

R Tbo

Tb

...

(3.46)
- x2 =

HV

Tb

......

Tb

..

R Tbo

(3.47)
n2
n1

= -

HV

R Tbo

(3.48)
n2
w M
2 x 1
n1 M 2 w1

..............................

(3.49)

Bahan Ajar Kimia Fisika

dengan w1 dan M1 masing masing adalah berat dan massa molar pelarut, serta w2
dan M2 adalah berat dan massa molar zat terlarut. Jika w1 dianggap 1000 gram,
n2
m2 .M 1
n1

.....

(3.50)
m2 . M1 = -

HV

R Tbo

Tb

....

. m2

......................................

(3.51)
Tb = -

R Tbo M 1
H v

(3.52)
Tb = Kb . m2 ..........................................

(3.53)

Penambahan zat terlarut juga mengakibatkan terjadinya penurunan titik


beku (freezing point / Tf). Dengan menggunakan cara yang sama, didapat
Tf = Kf . m2 ...........................................

(3.54)

3.2.4.3. Tekanan Osmosis ()


Pendekatan tekanan osmosis dapat dijelaskan sebagai berikut. Suatu
larutan terpisah dari pelarut murninya oleh dinding semi permiabel, yang dapat
dilalui oleh pelarut, tetapi tidak dapat dilalui oleh zat terlarutnya. Karena potensial
kimia larutan lebih rendah, maka pelarut murni akan cenderung bergerak ke arah
larutan, melalui dinding semi permiabel.

pelarut
murni

larutan

dinding semi permiabel


Gambar 3.8. Tekanan osmosis

Bahan Ajar Kimia Fisika

Pada kesetimbangan, tekanan di bagian kiri adalah P dan tekanan di


bagian kanan adalah P + . adalah perbedaan tekanan dari kedua sisi yang
dibutuhkan untuk menghindari terjadinya aliran spontan melalui membran ke
salah satu sisi.
Menurut hubungan Maxwell,
dG = - S dT + V dP .............................................
d

G
n

= -

S
n

dT +

V
n

dP

(3.55)

...

(3.56)
d = - S dT +

dP

.....

(3.57)

= , maka

Karena

dP

d =

..

(3.58)
Bila V dianggap tidak bergantung pada tekanan, maka

(3.59)
Menurut kesetimbangan kimia,

= o + RT ln

P
Po

..

P
Po

......

(3.60)

- o = RT ln
(3.61)

= - RT ln

(3.62)
dimana P = P1 = tekanan uap larutan
Po = P1o = tekanan uap pelarut murni

P
Po

Bahan Ajar Kimia Fisika

Jika persamaan 3.59 disamakan dengan persamaan 3.62, maka


- RT ln

P1
o
P1

...

(3.63)
Menurut Hk. Raoult

P1
P1o

x1 =

......

(3.64)
x1 = (1 x2)

(3.65)

Sehingga, persamaan 3.63 menjadi


- RT ln

P1
o =
P1

...

(3.66)
- RT ln x1 =

RT

...

(3.67)
= -

ln (1 x2)

.........................

(3.68)
Pada larutan sangat encer, x2 sangat kecil sehingga ln (1 x2) - x2.

= -

RT

(- x2)

.....................................

n2
n1

...

(3.69)

RT
V
n1

(3.70)

R.T.C2

(3.71)
dimana C2 adalah konsentrasi zat terlarut.

.............................................

Bahan Ajar Kimia Fisika

3.2.5. Sistem Dua Komponen dengan Fasa Padat Cair


Sistem biner paling sederhana yang mengandung fasa padat dan cair
ditemui bila komponen komponennya saling bercampur dalam fas cair tetapi
sama sekali tidak bercampur pada fasa padat, sehingga hanya fasa padat dari
komponen murni yang akan keluar dari larutan yang mendingin. Sistem seperti itu
digambarkan dalam diagram fasa Bi dan Cd berikut.

Gambar 3.9. Kurva pendinginan dan diagram fasa suhu persen berat untuk sistem Bi Cd

Bila suatu cairan yang mengandung hanya satu komponen didinginkan,


plot suhu terhadap waktu memiliki lereng yang hampir tetap. Pada suhu
mengkristalnya padatan yang keluar dari cairan, kurva pendingina akan mendatar
jika pendinginan berlangsung lambat. Patahan pada kurva pendinginan
disebabkan oleh terlepasnya kalor ketika cairan memadat. Hal ini ditunjukkan
pada bagian kiri gambar 3.9, yaitu cairan hanya mengandung Bi (ditandai dengan
komposisi Cd 0%) pada suhu 273oC dan cairan yang hanya mengandung Cd
(ditandai dengan komposisi Cd 100%) pada suhu 323oC.
Jika suatu larutan didinginkan, terjadi perubahan lereng kurva pendinginan
pada suhu mulai mengkristalnya salah satu komponen dari larutan, yang
kemudian memadat. Perubahan lereng ini disebabkan oleh lepasnya kalor karena

Bahan Ajar Kimia Fisika

proses kristalisasi dari padatan yan gkeluar dari larutan dan juga oleh perubahan
kapasitas kalor. Hal ini dapat terlihat pada komposisi 20% dan 80% Cd. Untuk
komposisi 40% Cd pada suhu 140oC, terjadi pertemuan antara lereng kurva
pedinginan Bi dan Cd yang menghasilkan garis mendatar. Pada suhu ini, Bi dan
Cd mengkristal dan keluar dari larutan, menghasilkan padatan Bi dan Cd murni.
Kondisi dimana larutan menghasilkan dua padatan ini disebut titik eutektik, yang
hanya terjadi pada komposisi dan suhu tertentu. Pada titik eutektik terdapat tiga
fasa, yaitu Bi padat, Cd padat dan larutan yang mengandung 40% Cd. Derajat
kebebasan untuk titik ini adalah 0, sehingga titik eutektik adalah invarian.
Eutektik bukan merupakan fasa, tetapi kondisi dimana terdapat campuran yang
mengandung dua fasa padat yang berstruktur butiran halus.
3.2.5.1. Pembentukan Senyawa
Komponen komponen pada sistem biner dapat bereaksi membentuk
senyawa padat yang berada dalam kesetimbangan dengan fas cair pada berbagai
komposisi. Jika pembentukan senyawa mengakibatkan terjadinya daerah
maksimum pada diagram suhu komposisi, maka disebut senyawa bertitik lebur
sebangun (congruently melting compound). Contoh senyawa ini dapat dilihat
pada diagram fas Zn Mg pada gambar 3.10.

Gambar 3.10. Diagram fasa Zn Mg

Bahan Ajar Kimia Fisika

Selain melebur, senyawa juga dapat meluruh membentuk senyawa lain dan
larutan yang setimbang pada suhu tertentu. Titik leleh ini disebut titik leleh tak
sebangun (incongruently melting point) dan senyawa yang terbentuk disebut
senyawa bertitik lebur tak sebangun. Hal ini terjadi pada bagian diagram fasa
Na2SO4 H2O yang menunjukkan pelelehan tak sebangun dari Na2SO4.10H2O
menjadi kristal rombik anhidrat Na2SO4.

Gambar 3.11 Bagian diagram fasa Na2SO4 H2O

3.2.5.2. Larutan Padat


Pada umumnya, padatan murni bisa didapatkan pada saat larutan
didinginkan. Tetapi, pada beberapa sistem, bila larutan didinginkan, maka larutan
padatlah (solid solution) yang akan keluar. Contoh sistem yang membentuk
larutan padat adalah sistem Cu Ni.

Bahan Ajar Kimia Fisika

Gambar 3.12. Diagram fasa Cu Ni

Pada gambar 3.12, terlihat adanya daerah dimana terdapat fasa cair
(larutan) dan fasa padat (larutan padat) yang berada dalam kesetimbangan. Garis
yang berbatasan dengan fasa cair disebut sebagai garis liquidus, sedangkan garis
yang berbatasan dengan fasa padat disebut garis solidus. Larutan padat pada
sistem ini disebut sebagai fasa . Komposisi masing masing fasa dapat
ditentukan dengan menggunakan lever rule. Kondisi fasa fasa yang ada dalam
sistem pada berbagai suhu dapat dilihat pada gambar 3.13.

Bahan Ajar Kimia Fisika

Gambar 3.13. Kondisi fasa fasa dalam sistem Cu Ni pada berbagai suhu

3.3. Sistem Tiga Komponen

Gambar 3.14. Diagram fasa sistem tiga komponen air asam asetat vinil asetat

Anda mungkin juga menyukai