REKAM MEDIK
I. IDENTITAS
Nama
: An.F
Umur
: 1 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Pojoksari, Ambarawa
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
MRS
: 07 November 2015
II. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 08 November 2015 pukul 17.00)
Keluhan Utama
Sesak nafas
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak sabtu pagi tanggal 07 November 2015 ibu pasien mengeluh
anaknya mengalami sesak yang di sertai nafas berbunyi mengi, pada sabtu
malam sesak dan sesaknya semakin parah dan nafasnya cepat. Sebelum di
bawa ke rs, pasien sempat di bawa ke puskesmas dan di berikan obat tetapi
tidak mengurangi gejala pasien.
Sejak 3 hari yang lalu pasien mengalami batuk berdahak dan pilek.
Prosesnya adalah batuk terlebih dahulu baru pilek. Pasien tidak mengeluhkan
adanya demam dan mual muntah, BAK dan BAB normal .
Riwayat Penyakit Dahulu
Usia 6 bulan di nyatakan radang paru-paru oleh dokter
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan batuk serta sesak nafas dalam keluarga
disangkal
Genogram
KAKEK
EK
NENE
KK
IBU
AYAH
KAKAK
AN.F
2. Sistem kardiovaskuler
3. Sistem Respirasi
4. Sistem Gastrointestinal
: R. diare disangkal
5. Sistem Muskuloskeletal
: R. trauma disangkal
6. Sistem Integumen
: R.Alergi disangkal
7. Sistem Urogenital
: compos mentis
Denyut jantung
Pernapasan
: 65x/menit
Temperatur
: 370C
Berat Badan
: 9 kg
Tinggi Badan
: 79 cm
Pemeriksaan Khusus
Kepala:
Normocephali
Mata
Hidung
Leher
Thoraks
Inspeksi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: datar, lemas
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
Extermitas
12,4 g/dl
37,5%
9,7 ribu
4.88 juta
272 ribu
13,5-17,5 gr/dl
37-47%
5-11 ribu
4.0-5.4 juta
150-400 ribu
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Granulosit
Neutrofil
Limfosit %
Monosit %
76.8 mikro m3
25.4 pg
33,1 g/dl
14.8%
7,5 mikro m3
1.7 mikro3
0.8 mikro3
0.0 mikro3
7.1 mikro3
5.0 mikro3
17,7%
8,6%
77-91 mikro m3
24-30 pg
32-36 g/dl
10-16%
7-11 mikro m3
4.0-10.5 mikro3
0-0.8 mikro3
0-0.6 mikro3
2-4 mikro3
1.8-8.0 mikro3
25-40%
2-8%
Rontgen thoraks AP
Cor :
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pneumonia
Diplococcus Pneumoniae
Pneumococcus
Eschericia Coli
b. Infeksi Virus
Respiratory Syncytial Virus (usia < 3 tahun), Virus Sitomegalo,
Virus Influenza, Virus Parainfluenza 1,2,3, Virus Adeno, Virus Rino,
Virus Epstein-Barr
2. Faktor non infeksi
Adalah factor resiko yang terdiri dari :
a. Defek anatomi bawaan
b. Imunodefisiensi
c. Polusi
d. GERD
e. Aspirasi
f. Gizi buruk
sekunder
dari
viremia/bakteremia
atau
penyebaran
dari
infeksi
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran nafas bagian bawah. Inokulasi
pathogen penyebab pada saluran nafas menimbulkan respon inflamasi akut pada
penjamu yang berbeda sesuai dengan patogen penyebabnya.Virus akan
menginvasi saluran nafas kecil dan alveoli, umumnya bersifat patchy dan
mengenai banyak lobus. Pada infeksi virus ditandai lesi awal berupa kerusakan
silia epitel dengan akumulasi debris ke dalam lumen. Respon inflamasi awal
adalah infiltrasi sel-sel mononuklear ke dalam submukosa dan perivaskular.
Sejumlah kecil sel-sel PMN akan didapatkan dalam saluran nafas kecil. Bila
proses ini meluas, dengan adanya sejumlah debris dan mukus serta sel-sel
inflamasi yang meningkat dalam saluran nafas kecil maka akan menyebabkan
obstruksi baik parsial maupun total. Respon inflamasi ini akan diperberat dengan
adanya edema submukosa yang mungkin bisa meluas ke dinding alveoli. Respon
inflamasi di dalam alveoli ini juga seperti yang terjadi pada ruang intersitial yang
terdiri dari sel-sel mononuklear. Proses infeksi yang berat akan mengakibatkan
terjadinya denudasi (pengelupasan) epitel dan akan terbentuk eksudat hemoragik.
Infiltrasi ke intersitial sangat jarang menimbulkan fibrosis. Pneumonia viral pada
anak merupakan predisposisi terjadinya pneumonia bakterial oleh karena rusaknya
barier mukosa 10,11. Pneumonia bakterial terjadi oleh karena inhalasi atau aspirasi
patogen, kadangkadang terjadi melalui penyebaran hematogen. Terjadi tidaknya
proses pneumonia tergantung dari interaksi antara bakteri dan ketahanan sistem
imunitas penjamu. Ketika bakteri dapat mencapai alveoli maka beberapa
mekanisme pertahanan tubuh akan dikerahkan. Saat terjadi kontak antara bakteri
dengan dinding alveoli maka akan ditangkap oleh lapisan cairan epitelial yang
mengandung opsonin dan tergantung pada respon imunologis penjamu akan
terbentuk antibodi imunoglobulin G spesifik. Dari proses ini akan terjadi
fagositosis oleh makrofag alveolar (sel alveolar tipe II), sebagian kecil kuman
akan dilisis melalui perantaraan komplemen. Mekanisme seperti ini terutama
penting pada infeksi oleh karena bakteri yang tidak berkapsul seperti
Streptococcus pneumoniae. Ketika mekanisme ini tidak dapat merusak bakteri
dalam alveolar, leukosit PMN dengan aktifitas fagositosisnya akan direkrut
dengan perantaraan sitokin sehingga akan terjadi respon inflamasi. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema yang luas, dan hal ini
merupakan karakteristik pneumonia oleh karena pneumokokus. Kuman akan
dilapisi oleh cairan edematus yang berasal dari alveolus ke alveolus melalui poripori Kohn (the pores of Kohn).
sentrifugal dan akan membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat
purulen (fibrin, sel-sel lekosit PMN) dan bakteri. Fase ini secara histopatologi
dinamakan red hepatization (hepatisasi merah). Tahap selanjutnya adalah
hepatisasi kelabu yang ditandai dengan fagositosis aktif oleh lekosit PMN.
Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui degradasi
enzimatik akan meningkatkan respon inflamasi dan efek sitotoksik terhadap
semua sel-sel paru. Proses ini akan mengakibatkan kaburnya struktur seluler paru.
Resolusi konsolidasi pneumonia terjadi ketika antibodi antikapsular timbul dan
10
4,7.Pada
kerusakan jaringan disebabkan oleh berbagai enzim dan toksin yang dihasilkan
oleh kuman. Perlekatan Staphylococcus aureus pada sel mukosa melalui teichoic
acid yang terdapat di dinding sel dan paparan di submukosa akan meningkatkan
adhesi dari fibrinogen, fibronektin, kolagen dan protein yang lain. Strain yang
berbeda dari Staphylococcus aureus akan menghasilkan faktor-faktor virulensi
yang berbeda pula. dimana faktor virulensi tersebut mempunyai satu atau lebih
kemampuan dalam melindungi kuman dari pertahanan tubuh penjamu, melokalisir
infeksi, menyebabkan kerusakan jaringan yang lokal dan bertindak sebagai toksin
yang
mempengaruhi
jaringan
yang
tidak
terinfeksi.
Beberapa
strain
Produksi
(contoh:
pembentukan
abses,
pneumatosel).
Beberapa
strain
Staphylococcus aureus akan membentuk beberapa enzim seperti catalase (mengnonaktifkan hidrogen peroksida, meningkatkan ketahanan intraseluler kuman)
penicillinase atau lactamase (mengnonaktifkan penisilin pada tingkat molekular
dengan membuka cincin beta laktam molekul penisilin) dan lipase. Pada
pneumonia terjadi gangguan pada komponen volume dari ventilasi akibat kelainan
langsung di parenkim paru. Terhadap gangguan ventilasi akibat gangguan volume
ini tubuh akan berusaha mengkompensasinya dengan cara meningkatkan volume
tidal dan frekuensi nafas sehingga secara klinis terlihat takipnea dan dispnea
dengan tanda-tanda inspiratory effort. Akibat penurunan ventilasi maka rasio
optimal antara ventilasi perfusi tidak tercapai (V/Q < 4/5) yang disebut ventilation
perfusion mismatch,12 tubuh berusaha meningkatkannya sehingga terjadi usaha
11
nafas ekstra dan pasien terlihat sesak. Selain itu dengan berkurangnya volume
paru secara fungsional karena proses inflamasi maka akan mengganggu proses
difusi dan menyebabkan gangguan pertukaran gas yang berakibat terjadinya
hipoksia. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas.
E. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuman penyebab,
usia pasien, status imunologis pasien dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis
bisa berat yaitu sesak, sianosis, dapat juga gejalanya tidak terlihat jelas seperti
pada neonatus. Gejala dan tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala
umum infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural dan ekstrapulmonal.
Gejala non spesifik meliputi demam, menggigil, sefalgia dan gelisah.
Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti
muntah, kembung, diare atau sakit perut 7
Gejala pada paru biasanya timbul setelah beberapa saat proses infeksi
berlangsung. Setelah gejala awal seperti demam dan batuk pilek, gejala nafas
cuping hidung, takipnea, dispnea dan apnea baru timbul. Otot bantu nafas
interkostal dan abdominal mungkin digunakan. Batuk umumnya dijumpai
pada anak besar, tapi pada neonatus bisa tanpa batuk. Wheezing mungkin akan
ditemui pada anak-anak dengan pneumonia viral atau mikoplasma, seperti
yang ditemukan pada anak-anak dengan asma atau bronkiolitis
7,14.
12
14-16 7
Secara klinis pada anak sulit membedakan antara pneumonia bakterial dan
pneumonia viral. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa
pneumonia bacterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik,
lekositosis dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. Namun keadaan
seperti ini kadang-kadang sulit dijumpai pada seluruh kasus.
10,14
Penggunaan
BPS (Bacterial Pneumonia Score) pada 136 anak usia 1 bulan 5 tahun
dengan pneumonia di Argentina yang mengevaluasi suhu aksilar, usia, jumlah
netrofil absolut, jumlah bands dan foto polos dada ternyata mampu secara
akurat mengidentifikasi anak dengan resiko pneumonia bakterial sehingga
akan dapat membantu klinisi dalam penentuan pemberian antibiotika
17
13
berupa respiratory distress yaitu merintih, nafas cuping hidung, retraksi dan
sianosis. Sepsis akan terjadi dalam hitungan jam, hampir semua bayi akan
mengarah ke sepsis dalam 48 jam pertama kehidupan. Pada bayi prematur,
gambaran infeksi oleh karena GBS menyerupai gambaran RDS (Respiratory
Distress Syndrome).
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Hal-hal yang dapat ditanyakan selama anamnesis meliputi9 :
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat,
umur orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua..
b. Gejala infeksi umum: Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, mual, muntah, diare.
Gejala respiratorik : batuk dan pilek, sesak nafas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
d. Riwayat imunisasi
e. Riwayat makanan : ASI, PASI
f.
g. Riwayat berobat
2. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi dapat dijumpai keadaan sebagai berikut9 :
a. Gelisah
b. Malaise
c. Merintih
d. Batuk
e. Sesak nafas
f. Nafas cuping hidung
g. Retraksi dada suprasternal, intercostal ataupun subcostal
h. Sianosis
14
dengan
infiltrate
interstisial
peningkatan
corakan
letargis,
demam/hiptermia,
bradipnea
atau
pernapasan ireguler.
b) Anak berusia 2 bulan-5 bulan
15
Pneumonia
o Napas cepat
o Penatalaksanaan
beri
antibiotic
sesuai,
beri
pelega
G. Pengobatan
Pengobatan bertujuan untuk mengeradikasi infeksi, menurunkan
morbiditas dan mencegah komplikasi.
16
c.
diganti
dengan
gentamisin
dengan
dosis
3-5
20
mg
Kotrimoksazol
mg
TMP/kgBB/kali-
4. Tindak lanjut
17
a. Pengamatan rutin :
Frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan vena, hepatomegali, tanda
asidosis, dan tanda komplikasi.
b. Indikasi pulang :
Gejala dan tanda sudah menghilang, asupan oral sudah adekuat,
pemberian antibiotic dapat diteruskan di rumah, keluarga mengerti
dan setuju untuk pemberian terapi serta rencana control, kondisi
rumah meungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah, bila tidak
sesak dan intake adekuat.
H. Komplikasi
1. Pneumonia Staphylococcus : perburukan klinis yang cepat walaupun
sudah di terapi, rontgrn thorax di dapatkan pneumothoraks dengan efusi
pleura, apusan sputum ditemukan coccus Gram (+), infksi kulit yang
disertai pus/pustule mendukung diagnosis.
2. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering pada pneumonia berat
3. Perikarditis purulenta
4. Infeksi ekstrapulmoner misalnya meningitis purulenta
5. Miokarditis (pada anak berusia 2-24 bulan)
I. Prognosis
Menurut data Survei Kesehatan Nasional (SKN,2001) menunjukkan
bahwa 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia
disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Staf
Pengajar
Ilmu
Satu.
Januari 2009.
Diunduh dari : (http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumoniapenyebab-kematian-balita-nomor-satu.pdf)
4. Saroso, Sulianti.. Pneumonia. Februari 2007.
Diunduh dari : (http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48)
5. Muchtar D, Ridwan. Kendala Pernafasan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Cermin Dunia Kedokteran. 1992; 80: halaman 47-48.
6. Hidayat. Askep pada Anak dengan Bronkopneumonia; 2009.
Diunduh dari : (http://hanikamioji.wordpress.com)
7. World Health Organization. Reducing child deaths from pneumonia; 2009.
Available from : (http://www.who.int)
8. Yuwono, Djoko. Besaran Penyakit pada Balita di Indonesia; 2007.
Diunduh dari : (http://www.bmf.litbang.depkes.go.id)
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak. 2008;
I : halaman 350-365.
10. Behrman,Richard E, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I.
Jakarta:EGC. 2000. p. halaman 883-889.
19