Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Presentasi bokong merupakan suatu keadaan di mana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. Penyeababnya
belum diketahui, tapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi yaitu;
kelainan pada janin, volume air ketuban, lokasi plasenta, kelainan pada uterus. (4,5)
Presentasi bokong dapat didiagnosa dengan cara; palpasi, auskultasi,
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang (USG dan Rontgen). Pada keadaan ini
janin dapat dilahirkan melalui jalan lahir dengan menggunakan beberapa tehnik, tapi
bila tidak memungkinkan maka harus dilakukan persalinan per-abdominal. Komplikasi
yang dapat terjadi bila janin dilahirkan melalui jalan lahir yaitu; bagi ibu (robekan pada
perineum, partus lebih lama dan infeksi) dan bagi bayi (tali pusar terjepit, asfiksia,
kerusakan jaringan otak, fraktur pada tulang tulang dan kematian). (4,5)
Menurut Villar dalam Global survey WHO tentang Kesehatan Maternal dan
Perinatal bahwa pada tahun 2005 di sejumlah Negara di Amerika Latin, insidensi
dari presentasi bokong dan malpresentasi lainnya adalah sebesar 11%. Lumbiganon
mencatat

pada

tahun

2007-2008

di

Asia insidensi presentasi bokong dan

malpresentasi lainnya adalah 5%. (3,6)


Di Indonesia, insiden presentasi bokong di RS Pirngadi Medan 4,4 % dan RS
Hasan Sadikin Dandung 4,6%. Walaupun angka kejadiannya kecil tapi mempunyai
penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20-30%. (4,7)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1

Presentasi bokong merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang


dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (1,4,5)

B. Etiologi
Penyebab dari presentasi bokong belum jelas, tetapi ada beberapa faktor
predisposisi yaitu: (4,5)
1. Faktor Ibu
a. Kelainan Uterus: Mioma uteri, uterus arkuatus, bikornis.
b. Kelainan panggul: Pintu atas panggul yang terlalu luas atau terlalu sempit dapat
mengganggu fiksasi dari kepala janin.
c. Kelainan dari jumlah air ketuban: Hidramnion menyebabkan terlampau bebasnya
pergerakkan janin dalam uterus sehingga fiksasi kepala terganggu dan pada
oligohidramnion gerakan janin terbatas sehingga terhalang versi spontan dari
janin.
d. Plasenta previa yang menghalangi turunnya kepala ke pintu atas panggul.
2. Faktor Janin
a. Bayi prematur: Pada bayi premature ukuran kepala masih kecil sehingga fiksasi
kepala tidak sempurna
b. Kehamilan ganda: Pada kehamilan kembar, janin menyesuaikan dirinya dalam
rahim.
c. Bayi mati: Presentasi bokong terjadi pada keadaan ini oleh karena gerakan janin
tidak ada lagi.
d. Bayi dengan kelainan bawaan: Kelainan bawaan pada kepala bayi dapat
mengganggu fiksasi dari kepala bayi, misalnya hidrosefalus, anensefalus dan
mikrosefalus.
C. Klasifikasi
Presentasi bokong diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: (1,4,5)
1. Frank breech (Presentasi bokong sempurna)
2

Dimana ekstremitas bawah fleksi pada paha dan ekstensi pada lutut. Sehingga kaki
terletak dekat dengan kepala. Pada pemeriksaan dalam hanya bokong yang dijumpai
sebagai bagian terbawah.
2. Complete breech (Presentasi bokong lengkap)
Dimana ekstremitas bawah fleksi pada paha dan salah satu atau kedua lutut juga
fleksi. Pada pemeriksaan dalam selain bokong, kaki juga dijumpai disamping
bokong.
3. Incomplete breech (Presentasi bokong tidak lengkap)
Dimana salah satu atau kedua paha tidak fleksi dan salah satu atau kedua kaki
terletak di bawah bokong. Sehingga pada pemeriksaan dalam kaki atau lutut yang
merupakan bagian terbawah. Terdiri dari:
a.

Footling breech salah satu atau kedua kaki dijumpai dulu, dengan bokong

pada posisi yang tinggi. Ini jarang tetapi relatif umum pada janin premature.
b.
Kneeling breech janin dalam posisi lutut, dengan salah satu atau kedua kaki
ekstensi di pinggul dan fleksi di lutut. Ini sangat jarang.

Gambar 1: Klasifikasi presentasi bokong

Dari semua persalinan diperoleh 2,5-3 % merupakan persalinan presentasi


bokong, diantaranya 75 % presentasi bokong sempurna dan 25 % adalah presentasi
bokong tidak sempurna seperti presentasi kaki dan lutut. (5)

D. Diagnosis (2,4,5)
Presentasi bokong dapat ditegakkan dengan pemeriksaan luar, pemeriksaan
dalam dan pemeriksaan penunjang (USG). Ibu hamil dengan presentasi bokong selalu
mengemukakan adanya penekanan pada ulu hati oleh kepala janin yang diraba pada
bagian fundus dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah abdomen.
1. Inspeksi:
Umumnya secara inspeksi tidak dijumpai tanda yang spesifik.
2. Palpasi:
Cara palpasi yang dipakai adalah dengan cara LEOPOLD.
Pada Leopold I: Teraba bagian janin yang keras dan bulat serta mudah digerakkan
(ballottement) pada fundus uteri. Kepala biasanya terletak di daerah hypochondrium,
disebabkan fleksi tulang panggul. Kadang-kadang kepala teraba di daerah
epigastrium. Jika air ketuban sedikit dan posisi dorso-posterior kepala menjadi fleksi
dan tidak mudah bergerak sehingga ballottement sukar ditemukan, juga jika air
ketuban berlebihan (polihidramnion) sukar untuk meraba kepala.
Pada Leopold II: Menunjukkan punggung berada pada satu sisi abdomen dan
bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain.
Pada Leopold III: Teraba bokong janin yang lunak, dan kurang bulat dibandingkan
kepala janin yang teraba pada perasat Leopold I. Bila belum Enggagement, diameter
intertrochanterica dari panggul janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas
panggul.
Pada Leopold IV: Menunjukkan posisi bokong yang mapan dibawah simfisis.

3. Auskultasi:
Bunyi jantung janin umumnya cenderung terdengar setinggi sekitar
umbilicus atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
4. Pemeriksaan Dalam:
Sebelum inpartu sedikit yang dapat diperoleh dari pemeriksaan dalam
terhadap presentasi dan posisi janin. Bila telah inpartu pemeriksaan dalam
diperlukan untuk menentukan jenis dan posisi presentasi bokong. Pada presentasi
bokong dapat teraba sacrum, kedua tuberositas ischiadica dengan processus
spinosumnya dan anus. Pada penurunan lebih lanjut, dengan pemeriksaan dalam
yang baik, genitalia eksterna dapat dikenali.
Apabila teraba bagian kecil yakni kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki teraba tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang
letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari tangan kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan janin.
Pada partus tak maju, bokong bisa terjadi edema, sehingga dapat meragukan
diagnosa presentasi muka. Anus teraba seperti mulut dan tuberositas ischiadica
seperti rahang atas. Dengan perabaan hati-hati, telunjuk yang masuk ke dalam anus
terasa tegangan otot-otot spinter ani dan bila tangan dikeluarkan terdapat meconium
pada sarung tangan.
Posisi presentasi bokong ditentukan berdasarkan letak sakrum janin terhadap
panggul ibu. Sakrum kiri depan yang terbanyak 45%, menyusul sakrum kanan depan
30%.
Pada Presentasi bokong sempurna (Complete Brecch), kedua kaki dapat
diraba disamping bokong. Sedangkan pada Incomplete Breech , hanya teraba satu
kaki disamping bokong. Dan pada Frank Breech tidak teraba kaki disamping
bokong.

5. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi atau USG dapat dipergunakan untuk menentukan lokasi
kepala janin, memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan untuk menentukan
usia kehamilan serta kesejahteraan janin.
Apabila dipertimbangkan untuk persalinan pervaginam, tipe presentasi
bokong merupakan hal yang penting diperhatikan, serta ada tidaknya fleksi dari
kepala janin. Peran Pelvimetri radiologik dalam menentukan tindakan persalinan
sungsang masih menjadi kontroversial.

F. Tatalaksanaan Penanganan Presentasi Bokong


1. Penanganan selama masa kehamilan
a. Knee chest position: (5)
Melakukan posisi bersujud (posisi dada lutut), dengan posisi perut seakanakan menggantung kebawah. Posisi ini dilakukan pada usia kehamilan 28-30
minggu dan tidak ditemukan kelainan (berupa plasenta previa, kelainan
congenital, kehamilan ganda, kelainan uterus dan kelainan panggul). Bila posisi
ini dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan letak bayi yang sungsang
dapat kembali ke posisi yang normal. Posisi sujud bisa dilakukan selama 15 menit
setiap hari. Seminggu kemudian diperiksa ulang untuk mengetahui berubah
tidaknya letak janin. Bila letak janin tidak berubah, tindakan sujud bisa diulang.

Gambar 2: Posisi dada lutut (Knee chest position).

b. Versi luar (1,2,5)


Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan diatas 32 minggu. Pada
primigravida 32 34 minggu dan pada multigravida 34 36 minggu. Sedangkan
setelah 38 minggu versi luar sulit dilakukan karena janin sudah cukup besar,
jumlah air ketuban sudah berkurang.
1) Syarat-syarat versi luar:
a) Janin diharapkan dapat dilahirkan pervaginam
b) Bagian terendah janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul
c) Ibu tidak gemuk, agar penolong dapat meraba bagian-bagian janin
d) Selaput ketuban masih utuh
e) Pada keadaan yang inpartu, dilatasi serviks < 4 cm
2) Kontraindikasi untuk melakukan versi luar adalah:
a) Panggul sempit
b) Perdarahan antepartum
c) Hipertensi
d) Hamil kembar
e) Kelainan uerus

Gambar 3: Versi luar


Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak dan presentasi janin harus
pasti dan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Versi luar harus dengan
kekuatan ringan tanpa paksaan. Versi luar dapat menyebakan terjadinya solusio
plasenta. Perlu alat ultrasonografi untuk memandu reposisi janin pada versi luar.

2. Penanganan dalam persalinan (1,2,4,5)


a. Persalinan Pervaginam
1) Syarat - syarat persalinan pervaginam :
a) Panggul adekuat
b) Presentasi bokong sempurna (Frank breech)
c) Berat badan janin < 3500 gram,
d) Kehamilan aterm
e) Kepala janin fleksi
f) Pemeriksaan USG untuk mengestimasi berat badan janin, fleksi kepala
janin dan kelainan kongenital
g) Tidak ada lilitan tali pusat di leher janin
2) Syarat Pimpinan Meneran Kala II Pada Persalinan Letak Sungsang:
a)

Pembukaan lengkap

b)

Bokong di Hodge III atau lebih

c)

Ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap


8

d)

Hati-hati prolaps tali pusat

e)

Hati-hati "aftercoming head

f)

Tersedia forcep (cunam) Piper

g)

Operator yang kompeten dalam menolong persalinan sungsang dan dapat


melakukan penanganan komplikasi.

3) Persalinan pervaginam dibagi atas :


a) Persalinan spontan (Spontaneus Breech)
Persalinan spontan adalah lahirnya janin seluruhnya dengan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara BRACHT.

i. Tahap Pertama: Fase Lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilikus


ii. Tahap Kedua: Fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut bayi, dimana
harus dilahirkan cepat karena umbilikus dapat terjepit.
iii. Tahap Ketiga: Fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Setelah bokong lahir, umbilikus dikendorkan terlebih dahulu, kemudian
bokong dicengkeram dan melakukan hiperlordosis pada punggung janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke
perut ibu. Penolong hanya mengarahkan gerakan tanpa melakukan tarikan
pada bayi.

Gambar 4: Cara Melahirkan Spontan (A. Tangan penolong memegang


bokong bayi, B. Tangan penolong mengarahkan pungung bayi ke arah perut
ibu tanpa dilakukan tarikan).
b) Ekstraksi

Parsial

(Partial

Breech

Extraction/Assisted

Breech

Delivery/Manual Aid)
Ekstraksi parsial adalah lahirnya anak secara spontan sampai batas
umbilikus (pasif). Kemudian seluruh tubuh bayi dilahirkan dengan
pertolongan aktif. Pada fase pasif kita harus menunggu dengan sabar
i.

sampai lahir tubuh bayi sebatas umbilikus.


Cara melahirkan bahu dan lengan ada beberapa cara:
Cara Klasik (Deventer)
Cara klasik adalah melahirkan bahu dan lengan belakang lebih
dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas
(sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada
dibawah simfisis.

10

Gambar 5: Cara Klasik (Klasik Manuver)

Cara Lovset
Setelah sumbu bayi berada dalam ukuran muka belakang, tubuh bayi
ditarik ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan belakang, setelah itu
bayi diputar 900 sehingga bahu depan menjadi bahu belakang, lalu
dilahirkan.

Gambar 6: Cara Lovset

Cara Muller
Tarik bayi vertikal ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan.
Cara melahirkan bahu-lengan depan bisa spontan atau dikait dengan

11

satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik


kaki ke atas, lalu bahu-lengan belakang dikait dengan menyapu muka.

Gambar 7: Cara Muller

ii.

Cara Melahirkan Kepala ada beberapa cara, yaitu:


Cara Mauriceau (Veit Smellie)
Masukkan jari-jari penolong ke dalam mulut bayi (muka mengarah ke
kiri gunakan jari kiri, mengarah ke kanan. Kegunaan jari dalam
mulut untuk menambah fleksi kepala bayi. Selanjutnya, Letakkan
tubuh bayi dengan menunggang pada lengan penolong, sementara
tangan lain memegang pada tengkuk bayi sambil menundukkan
kepala bayi agar tetap fleksi.

12

Gambar 8: A. Cara Naujoks, B. Cara Mauriceau)

Cara Naujoks
Satu tangan memegang leher bayi dari depan, tangan lain memegang
leher dari belakang pada bahu, tarik bayi ke bawah dengan bantuan
penolong lain menekan dari atas simfisis.

Cara Prague terbalik


Cara ini dipakai bila ubun-ubun kecil berada di

belakang dekat

sakrum dan muka bayi menghadap simfisis. Satu tangan memegang


bahu bayi dari belakang/bawah dan punggung bayi diletakkan pada
telapak tangan penolong. Tangan lain memegang kedua pergelangan
kaki, lalu menarik bayi ke arah atas bersamaan dengan tarikan pada
bahu bayi. Sehingga perut bayi mendekati perut ibu. Dalam hal ini
laring sebagai sumbu (hipomoclion).

13

Gambar 9: Cara Pregue Terbalik

c) Ekstraksi Totalis (Total Breech Extraction )


Ekstraksi total dilakukan dimana seluruh badan anak masih berada di dalam
jalan lahir. Hampir seluruh ahli kebidanan menyetujui bahwa tindakan ini
hanya dilakukan bila ada indikasi darurat. Misalnya indikasi untuk anak
adalah gawat janin, sedangkangkan indikasi untuk ibu adalah penyakitpenyakit ibu yang tidak boleh mengedan. Ada 2 cara melakukan Ekstraksi
Totalis, yaitu:
i. Ekstraksi Bokong
Dilakukan jika bokong telah turun memasuki rongga panggul.

Gambar 10: Ekstraksi Bokong


ii.

Ekstraksi Kaki (Perasat Pinard)

14

Jika kaki yang turun maka dilakukan tarikan dengan memegang kaki
yang turun.

Gambar 11: Ekstraksi Kaki (Pirasat Pinard)

Gambar 12: Ekstraksi Kaki (pirasat Pinard)

4) Penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan pervaginam


a) Sufokasi: aspirasi darah, lendir, mekonium, air ketuban terhisap ke jalan
napas
b) Prolaps tali pusat
c) Asfiksia
d) Kerusakan jaringan otak

15

e) Fraktur pada tulang-tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi bahu,


tulang kepala
f) Cedera pleksus brakialis, hematoma otot-otot.

3. Persalinan Per-abdominal (2)


Untuk memperkecil morbiditas dan mortalitas pada bayi, seksio sesaria dilakukan
dalam keadaan-keadaan berikut:
a) Presentasi bokong dengan bayi besar > 4000 gram
b) Presentasi bokong dengan bayi besar dengan panggul sempit
c) Presentasi bokong dengan kepala hiperekstensi
d) Presentasi bokong belum inpartu dan keadaan ketuban pecah dini.
e) Presentasi bokong dengan disfungsi uterus
f) Presentasi kaki atau Incomplete Breech
g) Janin Prematur
h) Presentasi bokong dengan kematian perinatal sebelumnya atau riwayat trauma
lahir pada persalinan sebelumnya dan nilai sosial anak yang tinggi (anak sangat
berharga)
i) Permintaan untuk sterilisasi
j) Penolong yang kurang kompeten

16

Gambar 13: melahirkan bayi perabdominal dengan persentasi bokong

4. Zatuchni dan Andros Scoring


Zatuchni dan Andros telah melakukan suatu indeks prognosis untuk menilai lebih
tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal, sebagai
berikut :
Tabel 1: Zatuchni dan Andros Sciring
Kriteria
Paritas
Umur Kehamilan
Taksiran Berat Janin
Riwayat letak sungsang
Pembukaan Serviks
Station

Skor 0

Skor 1

Primigravida
>39 minggu
>3650 gr
Tidak ada
<2 cm

Multigravida
38 minggu
3176 - 3649 gr
1 kali
3 cm

<-3

-2

Skor 2
< 37 minngu
<3176 gr
>2 kali
>4cm
-1 atau lebih
rendah

Skor : < 3 : Persalinan per-abdominal


4 : Evaluasi kembali secara cermat, khususnya taksiran berat janin, bila
tidak yakin/alat diagnosa penunjang tidak ada, dapat dilakukan
persalinan per abdominal.
5 : Dilahirkan pervaginam
17

G. Prognosis (1,4,5)
Resiko

persalinan

pervaginam

pada

presentasi

bokong

lebih

tinggi

dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala, yaitu:


1. After coming head
2. Nuchl arm ( tangan menjungkit )
3. Prolaps tali pusat
4. Perdarahan intracranial, robeknya selaput otak
5. Asfiksia janin karena terjepit tali pusat
6. Robekan pada pleksus brachialis sehingga menyebabkan parese lengan
7. Pada ibu dapat timbul laserasi luas jalan lahir.

H. Komplikasi (1,4,5)
4. Komplikasi presentasi bokong pada ibu:
a. Pelepasan plasenta
b. Perlukaan vagina dan serviks
c. Endometritis.
2. Komplikasi pada janin:
a. Prolaps tali pusat.
b. Trauma pada bayi.

18

c. Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, kepala macet.


d. Patah tulang leher

BAB III
STATUS PASIEN

Anamnesis Data Pribadi:


Nama

: Ny. AF

Umur

: 31 Tahun

Pendidikan

: SMU

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

Suku

: Aceh

Alamat

: Blang Baeranzang

Tgl Masuk

: 03 - 06 - 2015 , Jam: 03.40 WIB

Nomor MR

: 81-49-80

Anamnesis Penyakit
KU

: Mules-mules mau melahirkan

Telaah : Os kiriman bidan dengan keluhan ingin melahirkan. pecah ketuban


setengah jam yang lalu. Riwayat anak pertama vakum. VT terakhir
bidan: pembukaan lengkap dengan presentasi bokong.
RPT

: Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM : riwayat cepat lapar, banyak


19

minum, sering buang air kecil, tidak dijumpai (-)


HPHT : ?? ?? 14
TTP

: ?? ?? 15

ANC : 1 ke Bidan
Riwayat persalinan : G3P1A1

Pemeriksaan Fisik
Status Present:
Sensorium

: Compos Mentis

Anemis

: (-)

Tekanan Darah

: 140/100 mmHg

Ikterus

: (-)

Frekwensi Nad i

: 80 x/i

Cyanosis

: (-)

Frekwensi Nafas

: 24 x/i

Dyspnoe

: (-)

Suhu

: 36,8 0C

Edema

: (-)

Status Obstetrikus:
Inspeksi

: Abdomen membesar asimetris

TFU

: 23 cm

Teregang

: Kanan

Terbawah

: Bokong

Gerak

: (+)

DJJ

: 150 x/menit

HIS

: 2 x 20 /10

Kesan

: Panggul Adekuat

VT

: Pembukaan 10 cm, bokong H I

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium ( Tanggal 03 06 - 2015 )

20

Hb

: 12, 3 g/dl

Hematokrit

: 36 %

Leukosit

: 16.300/mm3

Trombosit

: 360.000/ mm3

Protein Urin

: Negatif

Diagnosa Sementara : Presentasi Bokong


Rencana : Seksio Sesarea
Therapi : Persiapan operasi
IVFD RL 20 gtt/menit
Kateter urin menetap
Inj. Antibiotik /i.v skin test
Awasi vital sign, His, dan DJJ

LAPORAN SEKSIO SESAREA


Lahir Bayi Perempuan, BB: 2700 gram, PB: 50 cm, Anus (+)

Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik
Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan povidon iodin pada dinding abdomen lalu

ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi


Dilakukan insisi mulai dari kutis, sub kutis sepanjang 10 cm
Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting ke kanan dan ke

kiri, otot dikuatkan secara tumpul


Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat, lalu digunting keatas dan kebawah,

dipasang hack blast.


Lalu plika vesicouterina digunting secara konkaf kekiri dan kekanan dan disisihkan ke

bawah kearah blast secukupnya


Selanjutnya dinding uterus di insisi secara konkaf sampai menembus
subendometrium. Kemudian endometrium ditembus secara tumpul dengan jari dan
diperlebar sesuai arah sayatan
21

Dengan meluksir bokong maka lahir bayi Perempuan, BB 2700 gr, PB 50 cm, anus

(+) ( bayi posisi frank breech )


Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya
Plasenta dilahirkan dengan cara manual dan penekanan pada fundus. Kesan : lengkap
Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi dijepit dengan oval klem
Kavum uteri dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban dengan kasa steril sampai tidak

ada selaput atau bagian plasenta yang tertinggal. Kesan : bersih


Dilakukan penjahitan pada kedua ujung robekan uterus dengan benang, dinding uterus
dijahit lapis demi lapis jelujur terkunci overhecting. Evaluasi : tidak ada perdarahan.
Klem peritoneum dipasang lalu kavum abdomen dibersihkan dari bekuan darah dan
cairan ketuban, kesan : bersih. Evaluasi tuba dan ovarium kanan kiri, kesan :
normal. Lalu peritoneum dijahit. Kemudian dilakukan jahitan aproksimal otot dinding

abdomen dengan secara simple.


Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, lalu dijahit secara jelujur
Sub kutis dijahit secara simple
Kutis dijahit secara subkutikuler
Luka operasi ditutup dengan kasa steril + betadine dan hypafix
Liang vagina dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan kasa steril hingga bersih,

kemudian memasukan obat catropen supp melalui anus.


KU ibu post operasi: sadar
Terapi setelah SC:
- Tirah baring
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Anti biotik /IV/12 jam
- Vitamin B1 /IV/12 jam

FOLLOW UP
Hari ke :
Tanggal
Sens
TD
Nadi
RR
Suhu
Asi
TFU

NH 0
03 06 2015
CM
110 / 60 mmHg
81 x/i
22 x/i
36 0C
(-)
Satu jari dibawah

NH 1
04 06 2015
CM
110 / 80 mmHg
80 x/i
20 x/i
36 0C
(+ ) sedikit
1 jari dibawah

NH 2
05 06 2015
CM
120 / 70 mmHg
80 x/i
20 x/i
37,0 0C
(+) banyak
2 jari dibawah

NH 3
06 06 2015
CM
120 / 70 mmHg
80 x/i
20 x/i
36,8 0C
(+) banyak
3 jari dibawah
22

pusat
(-)
Tertutup verban

Peristaltik
Luka
Opersi
Flatus
Urine
Defekasi
Diet
Diagnosa
Terapi

pusat
Lemah
Tertutup verban

Cukup
Tidak ada
MB
-

Tirah baring

IVFD RL 20
gtt/i

Inj Antibiotik /
12 jam

pusat
Kuat
Tertutup verban

Ada
Ada
Cukup
Cukup
Tidak Ada
Ada
MB
MB
Post SC a/i presentasi bokong
Mobilisasi
- Duduk

- Obat oral

(mika-miki)

IVFD RL 20

- Aff infus

gtt/i

- GV
- PBJ

IVFD RL 20
gtt/i

Inj Antibiotik

Inj

Aff kateter

Inj Vitamin B

Antibiotik/IV/

1 /IV/12 jam

12 jam

NSAID /12 ajm -

Kateter

- Katter terpasang

pusat
Kuat
Tertutup verban

ada
Cukup
ada
MB

terpasang

DAFTAR PUTAKA

1. Bagian Obstetri & Ginekologi FK-UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Elstar Offset:
Bandung
2. Bagian Obstetri & Ginekologi FK-UNPAD. 1987. Obstetri Operatif. Elstar Offset:
Bandung
3. Lumbiganon P, Laopaiboon M, Gulmezoglu AM, Souza JP, Taneepanichskul S,
et al, Method of delivery and pregnancy outcomes in Asia : the WHO global
survey on maternal and perinatal health 200708. the Lancet journal ; 2010, vol.
375:490-499
23

4. Mochtar R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Edisi 3. EGC: Jakarta


5. Prawihardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prewihardjo: Jakarta
6. Villar J, Valladares E, Wojdyla D, Zavaleta N, Carolli G, et al. Caesarean
Delivery Rates and Pregnancy Outcomes : the 2005 WHO Global Survey on
Maternal and Perinatal Health in Latin America. the Lancet Journal ; 2006,
vol.367:1819-1829
7. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai